di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK DISKALKULIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

DYSLEXIA. Kuliah 4 Oleh: Adriatik Ivanti, M.Psi. the SEN series

KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. AA (21), ketika duduk di bangku SMK selalu mendapat nilai. tertinggi untuk pelajaran mengetik 10 jari (blind system).

Kesulitan belajar mengacu kepada sekelompok gangguan (disfungsi sistem saraf pusat) yang heterogen yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 3, Edisi Oktober 2012 (ISSN : )

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara. mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

Perbedaan Pribadi & Kebutuhan Akan Pendidikan Khusus

BEST PRACTICE MENDAMPINGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

TEORI DAN METODE PENGAJARAN PADA ANAK DYSLEXIA

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENINGKATAN PENGENALAN KATA PADA ANAK DISLEKSIA MELALUI PEMBERIAN METODE SILABTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

Oleh Septia Sugiarsih

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

DYSGRAPHIA DAN DISCALCULIA ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KULIAH 5

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Permeneg PP & PA no.05 Tahun 2011).

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan ilmu

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

A. KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

Pezi Awram

LEARNING DISABILITIES

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya, manusia selain sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK TIPE DISLEKSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai

Learning Disorder (LD)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sering dijumpai siswa sekolah dasar yang mempunyai kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan terjadi sangat cepat pada masa anak-anak. Tiga

BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL

BAB III KESULITAN BELAJAR

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari telah mencakup hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

Makalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan secara teratur, terus menerus, dan berkelanjutan. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas adalah sebuah proses dimana siswa bisa menguasai bahan-bahan pelajaran sesuai

Transkripsi:

Gangguan Belajar pada Anak Oleh : Safriani Yovita Masalah gangguan belajar pada anak-anak kerap kali ditemukan. Masalah ini timbul bisa di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan mengalami hambatan-hambatan di dalam kegiatan belajarnya seperti pemusatan konsentrasi, gangguan daya ingat, gangguan membaca, gangguan menulis, berhitung dan lain-lain. Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan belajar bukan hanya pada tumbuh kembangnya, tetapi juga berdampak pada proses interaksi anak dengan dunia sekitarnya bahkan dengan keluarganya. Setelah mengamati penelitian mengenai kesulitan belajar, ahli terkeuka Linda Siegel (2003) baru-baru ini menyimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar (learning disability) diberikan hanya ketika anak memiliki IQ diatas tingkat retardasi mental, mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan dengan sekolah (terutama membaca atau matematika); dan tidak menunjukkan gangguan emosional yang serius, mengalami kesulitan karena menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa kedua, mempunyai kesulitan sensoris, atau mempunyai kekurangan neurologis tertentu. Survey nasional terbaru menemukan bahwa 8 persen dari anak-anak AS mengalami kesulitan belajar (Bloom & Dey, 2006). Disinyalir, jumlah anak perempuan dengan kesulitan belajar jumlahnya kurang lebih tiga kalinya anak laki-laki, (Departemen Pendidikan AS, 1996). Penjelasan untuk perbedaan gender ini di antaranya adalah kerentanan biologis yang lebih besar di antara anak laki-laki dan bias penunjukkan (referral bias, yaitu anak laki-laki cenderung

ditunjuk oleh guru untuk konseling karena perilaku mereka) (Liederman, Kantrowitz, & Flannery, 2005). Sebagian besar kesulitan belajar itu berlangsung seumur hidup. Dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki kesulitan belajar, anak-anak yang memiliki kesulitan belajar kemungkinan besar memiliki prestasi akademis yang buruk, angka dikeluarkan dari sekolah (dropout) yang tinggi, serta riwayat pascapendidikan menengah dan perkerjaan yang buruk (Berninger, 2006; Wagner & Blackkorby, 1996). Meskipun demikian, disamping masalah yang mereka jumpai, banyak anak yang memiliki keterbatasan tumbuh dewasa dengan kemampuan menjalani kehidupan normal dan terlibat dalam perkerjaan yang produktif (Mercer & Pullen, 2005; Pueschel, dkk., 1995). Identifikasi Gangguan Belajar pada Anak Mendiagnosis apakah seorang anak mempunyai kesulitan belajar sering kali merupakan tugas yang sulit (Berninger, 2006). Satu prosedur identifikasi mensyaratkan adanya kesenjangan yang signifikan antara prestasi nyata dan prestasi yang diharapkan atas dasar perkiraan tes intelegensi yang dilakukan secara individual. Namun, banyak pendidik meragukan ketepatan pendekatan ini (Francis, dkk., 2005). Strategi lain dalam identifikasi yang dikemukakan akhirakhir ini adalah respons terhadap intervensi, atau respons terhadap perlakuan, yang melibatkan siswa-siswa yang tidak belajar dengan efektif baik dalam merespons atau mengikuti instruksi (Fuchs, dkk., 2003). Namun, sejauh mana pendekatan ini dapat diimplementasikan dengan efektif, masih diperdebatkan sampai sekarang (Kavale, Holdnack, & Mostert, 2005). Identifikasi awal kesulitan belajar biasanya dilakukan oleh guru kelas. Apabila diduga ada kesulitan belajar, guru tersebut memanggil spesialis. Tim antar cabang ilmu pengetahuan yang terdiri atas orang-orang professional disesuaikan untuk membuktikan apakah seorang siswa

mempunyai kesulitan belajar. Evaluasi (intelegensi) psikologis individual dan penilaian pendidikan (seperti tingkat prestasi ini) sangat dibutuhkan (Mercer & Pullen, 2005). Selain itu tes keterampilan visual-motorik, bahasa, dan ingatan dapat digunakan mengidentifikasi kesulitan belajar. Terdapat banyak kelompok-kelompok dari kesulitan belajar diantaranya : 1. Disleksia Masalah umum yang menandakan seorang anak mengalami kesulitan belajar adalah keterampilan dalam membaca (Moats, 2004). Anak-anak seperti ini mempunyai kesulitan dengan keterampilan fonologis, yang melibatkan kemampuan untuk memahami bagaimana bunyi dan huruf dipadukan untuk membentuk kata-kata. Disleksia (dyslexia) adalah satu kategori yang ditujukan bagi indidvidu-individu yang memiliki kelemaham serius dalam kemampuan mereka untuk membaca dan mengeja (Ranus, 2004; Spafford & Grosser, 2005). 2. Disgrafia Disgrafia (dysgraphia) adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan (Hammil, 2004; Vellutino, dkk., 2004). Pada umumnya, istilah disgrafia digunakan untuk mendeskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak-anak yang memiliki disgrafia mungkin menulis dengan sangat pelan, hasil tulisan mereka bisa jadi sangat tak terbaca, dan mereka mungkin melakukan banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf. 3. Diskalkulia Diskalkulia (dyscalculia), dikenal juga sebagai perkembangan aritmetika, adalah kesulitan belajar yang melibatkan kesulitan dalam perhitungan matematika. Diskalkulia

diperkirakan menggambarkan 2 sampai 6 persen anak-anak sekolah dasar AS (National Center for Learning Disabilities, 2006). Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang memiliki kesulitan dalam perhitungan matematika sering mempunyai kekurangan neuropsikologis dan kognitif, termasuk prestasi yang buruk dalam mengelola ingatan, persepsi visual, dan kemampuan visual spasial (Kaufmann, 2003; Slaves, 2004). Seorang anak yang mungkin memiliki kesulitan mambaca dan matematika, serta terdapat deficit kognitif yang menjadi ciri khas kedua jenis kesulitan ini, seperti pengolahan ingatan yang buruk (Siegel,2003). Sebuah studi terkini menemukan bahwa diskalkulia merupakan kesulitan belajar yang berlangsung lama atau terus-menerus pada banyak anak; lebih dari separuh anak-anak ini masih mendapatkan nilai yang jelek dalam matematika ketika mereka sampai ke kelas lima (Shalev, Manor, & Gross-Tsur, 2005). Penyebab dan Strategi Intervensi Penyebab kesulitan belajar yang sesungguhnya belum dapat dipastikan. Namun, beberapa kemungkinan penyebab telah ditemukan. Kesulitan belajar cenderung menurun dalam keluarga dengan satu orang tua yang memiliki kesulitan seperti disleksia atau diskalkulia, meskipun transmisi genetika dari kesulitan belajar belum diketahui (McCrory,dkk.,2005; Monuteaux,dkk.,2005; Petrill, dkk.,2006). Baru-baru ini, para peneliti menggunakan teknik penggambaran otak, seperti magnetic resonance imaging (MRI), untuk memperlihatkan bagian tertentu dari otak yang mungkin berhubungan dengan kesulitan belajar (Berninger, 2006; Vinckenbosch, Robichon, & Eliez, 2005). Penelitian ini mengindikasikan bahwa kesulitan belajar kemungkinan besar tidak melibatkan lokasi otak tertentu, tetapi lebih disebabkan oleh masalah-masalah dalam mengintegrasikan informasi dari banyak bagian otak atau kesulitan yang tak kentara

dalam struktur dan fungsi otak. Kemungkinan lain adalah bahwa beberapa kesulitan belajar disebabkan oleh masalah-masalah selama perkembangan sebelum kelahiran atau proses kelahiran. Sejumlah studi menemukan bahwa kesulitan belajar lebih lazim terjadi pada bayi-bayi yang memiliki berat badan yang ringan saat lahir (Litt, dkk.,2005). Banyak intervensi berfokus pada perbaikan kemampuan membaca anak (Berninger,2006; Vukovic & Siegel, 2006). Sebagai contoh, dalam sebuah studi, pelajaran mengenalo fonologis di tingkat taman kanak-kanak mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan membaca ketika anak-anak sampai ke kelas satu (Blachman,dkk.,1994). Sayangnya, tidak semua anak yang mempunyai kesulitan belajar yang melibatkan masalah membaca mendapatkan manfaat dari intervensi awal yang sesuai. Sebagian besar anak yang mengalami kesulitan membaca tidak terdiagnosis sampai kelas tiga atau kelas berikutnya sedangkan yang mendapatkan intervensi tidak berhasil menunjukkan perbaikan yang nyata (Lyon, 1996). Namun, pelajaran yang intensif selama satu periode waktu oleh seorang guru yang kompeten dapat membantu banyak anak (Berninger,2006; Bost & Vaughn,2002). Anak-anak yang memiliki kelemahan fonologis yang serius yang mengakibatkan keterampilan pengenalan kata dan dekode yang buruk merespons intervensi dengan lebih lambat daripada anak-anak yang memiliki masalah membaca yang ringan sampai sedang (Torgesen, 1995). Selain itu, keberhasilan dari intervensi membaca yang dirancang dengan baik tergantung pada keterampilan dan pelatihan guru. Baru-baru ini, Virginia Berninger (2006) mengemukakan model baru untuk membantu siswa-siswa yang memiliki kesulitan belajar. Ia berpendapat bahwa sekolah harus lebih memanfaatkan unit sastra setiap harinya ketika pelajaran sastra diajarkan pada saat yang sama di semua kelas dengan tingkat yang sama atau lintas tingkat. Berninger juga berpendapat bahwa untuk

siswa-siswa yang memiliki kesulitan belajar, pelajaran secara langsung biasanya berhasil dengan lebih baik daripada pendekatan kostruktivis. Oleh karena itu, ia merekomendasikan bahwa selama unit sastra setidaknya satu kelas atau satu bagian di tingkat sekolah dasar atau menengah pertama memberikan pelajaran yang eksplisit yang secara intelektual melibatkan kegiatan membaca dan menulis yang berfokus pada: a. Kesadaran fonologis, ortografis, dan morfologis. Kesadaran fonologis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasikan bunyi kata-kata dan bagian-bagian kata (seperti suku kata). Kesadaran ortografis adalah kemampuan visual untuk menerima urutan dan pola huruf-huruf yang dicetak secara khusus dalam katakata. Sebagai contoh, siswa harus secara visual membedakan antara b dan d ketika mereka berusaha untuk mengkodekan teks. Kesadaran morfologis membantu siswa memahami arti kata-kata melalui ejaannya. Pendekatan ini muncul karena adanya penelitian pengamatan otak yang menunjukkan bagaimana pelatihan seperti itu dapat menghasilkan perubahan-perubahan penting di otak sehubungan dengan proses-proses yang berkaitan dengan membaca (Richards, dkk., 2006). b. Serangkaian keterampilan yang meliputi prinsip alphabet (melibatkan kemampuan untuk mengasosiasikan bunyi dengan huruf dan menggunakan suara ini untuk (membentuk kata-kata); keluarga kata (sekelompok kata yang memiliki bunyi yang sama, seperti farm dan harm); kelancaran membaca lisan dan dalam hati; penulisan huruf-huruf secara otomatis; kelancaran mengarang (jumlah kata yang ditulis dalam satu menit); pencatatan; keterampilan belajar; dan pengerjaan ujian. Berninger menekankan bahwa tidak semua siswa membutuhkan pelajaran yang langsung dan eksplisit dalam bidang-bidang ini, tetapi siswa-siswa yang memiliki

kesulitan belajar bahasa, disleksia, dan disgrafia membutuhkannya. Ia juga menyimpulkan bahwa salah satu alasan kecenderungan tidak efektifnya pendidikan khusus adalah kurangnya pelatihan yang diberikan kepada guru pendidikan khusus dalam bidang psikologi pengajaran mebaca atau praktik pelajaran yang mencakup semua keterampilan membaca dan menulis dalam cara yang sesuai dengan tingkat dari K-12 (Berninger,2006). Dari berbagai penjelasan di atas, diharapkan setiap anggota masyarakat, orang tua, peran pemerintah dapat membantu perkembangan setiap anak untuk memperoleh hak-haknya sebagai anak dalam setiap jenjang perkembangan dan pendidikannya. DAFTAR PUSTAKA Santrock, J.W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika