ANALISIS PENERAPAN TEORI SELF CARE OREM PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL. Chandra Bagus Ropyanto

dokumen-dokumen yang mirip
Idea Nursing Journal ISSN :

UNIVERSITAS INDONESIA

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

DAFTAR TABEL JUDUL. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan usia. Distribusi frekuensi klien DM berdasarkan jenis kelamin

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah

RPKPS Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan tenaga perawat agar diperoleh hasil ketenagaan

makalah teori keperawatan

PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI (SELF CARE) MELALUI OPTIMALISASI PERAN PERAWAT UNTUK MENCAPAI INDONESIA CINTA SEHAT 2014

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna Wisma (Studi Literatur) (The Application of Orem s Self Care Deficit in Homeless Setting)

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. Model System Henderson Keperawatan menurut Henderson di deinisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

KEMAMPUAN SELF CARE DAN GAMBARAN DIRI PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran

Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala post operasi pada. Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto 2016 (N = 3)

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

Ns.Heri Kristianto.,SKep.,MKep.,Sp.Kep.MB

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

Metodologi Asuhan Keperawatan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk. menggambarkan keragamanfungsi keperawatan yang berkaitan dengan

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kriteria Discharge Planning Pemulangan pasien dari Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri dilakukan kepada :

KONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN. Iin Inayah dan Wahyuni

KEMANDIRIAN PERAWATAN IBU POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

TEORI / KONSEP YG TERKAIT DGN MANAJEMEN KEPERAWATAN

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masalah keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses

PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU SEBUAH RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan yang terus meningkat dari pasien. Berbagai permasalahan bertambah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

IDENTIFIKASI PASIEN TERMINAL

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Usia Lanjut. Margaretha Teli, SKep,Ns, MSc

KONTRAK KULIAH FALSAFAH DAN TEORI DALAM KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

FIRMAN FARADISI J

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI THEORY OF UNPLEASANT SYMPTOMS (TOUS) PADA ANAK YANG MENGALAMI MUAL AKIBAT KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT NON INFEKSI RSCM JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perawatan Diri (Self Care) Berdasarkan Orem

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

Transkripsi:

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 04 ANALISIS PENERAPAN TEORI SELF CARE OREM PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL Email: chandra_undip@yahoo.com Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ABSTRAK Asuhan keperawatan pada gangguan sistem muskuloskeletal perlu kajian berdasarkan teori keperawatan sebagai upaya peningkatan kualitass asuhan keperawatan. Penerapan asuhan keperawatan pada gangguan muskuloskeletal menggunakan teori keperawatan Self Care Oremsmemberikan gambaran mengenai tingkat kemandirian pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. Analisa bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan asuhan keperawatanteori Self Care Orempada pasien gangguan sistem muskuloskeletal. Penelitian menggunakan responden sebanyak 35 pasien dengan desain penelitian deskriptif eksploratif. Hasil analisa menunjukan bahwa masalah keperawatan paling banyak adalah nyeri dan mobilitas fisik untuk universal self care requisites serta kurang pengetahuan untuk developmental self care requisites. Wholly compensatory merupakan nursing system yang paling banyak digunakan pada diagnosa keperawatan. Guidance, teaching, dan directing merupakan method of helping yang paling banyak digunakan. Pasien paling banyak berada pada kondisi Partly Compensatory saat dilakukan evaluasi asuhan keperawatan. Perawat dapat menerapkan teori Self Care Orems untuk meningkatkan kompetensi perawat dan kualitas pelayanan keperawatan. Kata kunci: teori self care orems, asuhan keperawatan, gangguan sistem muskuloskeletal LATAR BELAKANG Penyakit muskuloskeletal terjadi pada berbagai rentang usia yang diakibatkan oleh kongenital, gangguan perkembangan, trauma, metabolik, degeneratif dan proses infeksi. Masalah yang timbul akibat penyakit muskuloskeletal secara umum tidak mengancam kehidupan, tetapi memberikan dampak yang berarti terhadap aktivitas normal dan produktivitas. Proses penyembuhan pada beberapa kasus sistem muskuloskeletal memerlukan waktu yang cukup lama sehingga mempengaruhi status kesehatan yang berkaitan dengan kualitas hidup, kenyamanan fisik, dan kesehatan psikososial (Maher, Salmond, & Pellino; 00). Teori self care Orem dapat diterapkan pada berbagai pasien muskuloskeletal, terutama pada pasien fraktur yang merupakan kasus yang banyak ditemui pada gangguan sistem muskuloskeletal. Pasien gangguan muskoloskeletal yang menjalani rawat inap hampir seluruhnya menjalani tindakan bedah ortopedi. Teori self care Orem merupakan model keperawatan yang tepat diterapkan pada area perioperatif, rentang usia yang lebih luas (dari bayi sampai lansia) (Alligood & Tomay, 006). Pasien dengan gangguan muskuloskeletal akan mengalami proses penyembuhan yang lama sampai pasien pulang, sehingga pasien hidup dengan keterbatasan. Peran perawat dalam aplikasi teori self care Orem adalah membantu meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri pada area klinis yang akan meningkatkan kualitas hidup saat pasien berada pada area komunitas. Sudut pandang Model Self Care Orem tidak bisa terlepas dari metaparadigma keperawatan yang terdiri dari perawat, pasien, lingkungan, dan kesehatan. Perawat mempunyai kemampuan dalam merancang dan menentukan manajemen self care untuk meningkatkan kemampuan fungsi manusia sampai level yang efektif berdasarkan metode pemberian bantuan yang tepat. Kesehatan bukan hanya status tubuh tetapi juga kemampuan dalam berfungsi pada setiap rentang kehidupan sampai berkembang secara progresif menuju level yang tinggi dalam integrasi dan fungsi. Lingkungan merupakan unit yang mendukung fungsi manusia dan saling mempengaruhi secara mutualisme yang memberikan dampak terhadap kesehatan dan kesehjateraan individu dan keluarga. Pasien merupakan seseorang yang menerima self

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 04 care yang mempunyai kapasitas pengetahuan diri, potensi untuk belajar dan berkembang, serta belajar untuk memenuhi kebutuhan self care(alligood & Tomay, 006 & 007).Tujuan dari penelitian untuk mendapatkan gambaran penerapan teori Self Care berkaitan dengan diagnostic operation, prescriptive operation, regulation operation, dan control operation. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian deskriptif eksploratif dengan populasi dalam penelitian ini adalah 35 pasien yang menjalani perawatan di RS dengan gangguan sistem muskuloskeletal yang menjalani rawat inap. Variabel penelitian ini adalah asuhan keperawatan berdasarkan teori self care Orem. Sub variabel penelitian adalah diagnostic operation, prescriptive operation, regulation operation, dan control operation. Metode penarikan sampel dengan menggunakan kuota sampling sebanyak 35 pasien. Penerapan asuhan keperawatan berdasarkan teori self care Orem dilakukan dari pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian dilakukan berdasarkan basic conditioning factor, perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan diagnostic operation, serta intervensi merujuk pada Nursing Intervention Classification dimana setiap aktivitas dalam intervensi dikelompokan sesuai method of helping. HASIL PENELITIAN Karakteristik pasien pada tabel menunjukan bahwa sebagian besar berjenis kelamin lakilaki sebanyak 8 pasien (80%) dan pendidikan pasien paling banyak SMA berjumlah 5 orang (4,9%). Informasi umum yang pada tabel menunjukan bahwa sebagian besar kasus gangguan sistem muskuloskeletal adalah fraktur ekstemitas bawah sebanyak 7 orang (48,6%), sementara tindakan ortopedi yang dilakukan paling banyak adalah ORIF sejumlah 7 orang (0%) serta traksi dan ORIF sebanyak 7 orang (0%). Tabel Distribusi Karakteristik Pasien Gangguan Sistem Muskuloskeletal (n=35) Karakteristik Pasien Frekuensi % Jenis Kelamin Laki-laki 8 80,0 Perempuan 7 0,0 Total 35 00 Tingkat Pendidikan SD 3,4 SMP 4,4 SMA 5 4,9 Diploma 3 8,6 Sarjana 5,7 Total 35 00 Diagnosa Medis Fraktur Ekstremitas Atas 3 8,6 Fraktur Ekstremitas Bawah 7 48,6 Fraktur Vertebra 5 4,3 Fraktur Multipel 8,9 Rhabdomiosarkoma,8 Osteomielitis,8 Total 35 00 Tindakan Ortopedi ORIF 7 0,0 ORIF dan Traksi 7 0,0 ORIF dan Debridement 3 8,6 Total Hip Replacement 4,4 Total Knee Replacement 5,7 Stabilisasi Vertebra 4,4 Gips dan Debridement 5,7 Amputasi,8 Total 30 85,7 Diagnosa keperawatan menggambarkan akan ketidakadekuatan pemenuhan self care terhadap universal self care requisites, developmental self care requisites, dan health deviation self care requisites. Jumlah seluruh diagnosa keperawatan pada 35 pasien kelolaan adalah diagnosa keperawatan dengan jumlah 8 diagnosa. Diagnosa keperawatan pada pasien gangguan sistem muskuloskeletal dapat dilihat pada tabel. Berdasarkan tabel menggambarkan bahwa diagnosa keperawatan yang paling banyak adalah nyeri dimana semua kasus kelolaan mengalami nyeri sebanyak 35 orang (00%), apabila berdasarkan jumlah seluruh diagnosa kasus kelolaan nyeri sebanyak 35 diagnosa (9,34%). Diagnosa keperawatan kedua yang paling banyak ditegakan selanjutnya adalah keterbatasan mobilitas fisik sebanyak 34 diagnosa (8,78%), yang ditemukan pada 34 kasus kelolaan (97,4%). Diagnosa keperawatan ketiga yang paling banyak ditegakkan selanjutnya adalah gangguan

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 04 integritas jaringan sebanyak 3 diagnosa (7,3%), yang ditemukan pada 3 kasus kelolaan (88,57%). Tabel Diagnosa Keperawatan menurut Teori Self Care Orems pada Pasien Gangguan Sistem Muskuloskeletal (n=8) Universal Self Care Requisites Udara. Resiko perfusi jaringan tidak efektif. Resiko perfusi jaringan cerebral 3. Perubahan pola nafas 4. Resiko syok Nursing Diagnosis n 8 % (jumlah pasien) 5,7 5,7 % (jumlah diagnosa) Cairan 5. Resiko ketidakseimbangan volume cairan Nutrisi 6. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan 7. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan 8. Gangguan menelan Eliminasi 9. Konstipasi 0. Gangguan Eliminasi urin. Diare Aktivitas dan istirahat. Keterbatasan mobilitas fisik 3. Defisit perawatan diri 4. Gangguan pola tidur Mencegah bahaya akibat kondisi 5. Nyeri 6. Gangguan integritas jaringan 7. Resiko infeksi 8. Perubahan suhu tubuh: hipertermia 9. Resiko cedera 9 3 34 5 35 3 5,7 5,7 8,57 97,4 4,9 00 88,57 3,43 4,4,,, 4,97,66 8,78,76 9,34 7,3 6,08 Developmental Self Care Requisites Pencegahan /managemen kondisi yang mengancam perkembangan 0. Kurang pengetahuan 8 80 5,47 Developmental Self Care Requisites Modifikasi gambaran diri dalam perubahan status kesehatan. Kecemasan. Kehilangan 5,7, Total 8 00 00 Regulatory operation pada kasus kelolaan memberikan gambaran nursing system dan jenis intervensi keperawatan. Jumlah jenis intervensi pada kasus kelolaan sebanyak 4 jenis intervensi. Nursing system berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar adalah wholly compensatory diterapkan pada 86 (47,5%) diagnosa keperawatan. Prescriptive operation berupa metode pemberian bantuan berdasarkan tabel 3 yang paling banyak dilakukan adalah guidance sebanyak 80 (99,4 %), teaching (99,4 %), dan directing (99,4%) pada 8 diagnosa keperawatan. Tabel 3 Distribusi Prescriptive dan Regulation Operation pada Pasien Gangguan Sistem Muskuloskeletal (n=8) Nursing Care Frekuensi % Prescriptive Operation Wholly Compensatory 86 47,5 Partly Compensatory 56 3,0 Supportive Educative Compensatory 39,5 Total 8 00 Regulatory Operation 3

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 04 Nursing Care Frekuensi % Guidance 80 99,4 Directing 80 99,4 Teaching 80 99,4 Supporting 33 73,5 Prevention developmental 74 40,9 Environment Total 747 Hasil evaluasi menunjukan perbedaan nursing system dibandingkan saat awal menentukan diagnosa keperawatan dengan perubahan sebagai berikut: wholly compensatory sebesar 6%, partly compensatory 50%, dan supportive-educative compensatory 34%. Hasil evaluasi Control Operation berdasarkan tabel 4 menunjukan perbedaan nursing system dibandingkan saat awal menentukan diagnosa keperawatan dengan perubahan paling banyak menjadi partly compensatory sebanyak 9 (50%) pada diagnosa keperawatan. Tabel 4 Distribusi Control Operation berdasarkan Nursing System pada Pasien Gangguan Sistem Muskuloskeletal(n=8) Control Operation Frekuensi % Design Nursing System Wholly Compensatory 9 6,0 Partly Compensatory 9 50,0 Supportive Educative Compensatory 6 34,0 Total 8 00 PEMBAHASAN Diagnostic operations merupakan proses untuk menentukan masalah dan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan ditentukan berkaitan dengan self care demand. Penentuan self care demand dilakukan dengan dasar pengkajian pada basic conditioning factor yang dilanjutkan universal, developmental, dan deviation self care. Refleksi data dilakukan dengan melihat keadekuatan dari self care sebagai proses akhir dari tahap ini untuk menetukan self care deficit (Alligood & Tomay, 006). Diagnosa keperawatan menggambarkan akan ketidakadekuatan pemenuhan self care terhadap universal self care requisites, developmental self care requisites, dan health deviation self care requisites. Wholly compensatory digunakan sebagian besar pada kasus kelolaan pasien pasca bedah ortopedi dan multipel fraktur. Nursing system bersifat dinamis dalam pelayanan keperawatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan pasien baik fisiologis maupun psikologis, wholly compensatory sewajarnya hanya dalam beberapa hari (Bromley, 980; dalam Mentro, 999). Hambatan untuk meningkatkan kemampuan pasien adalah kesadaran pasien dan keluarga. Pasien masih harus diarahkan untuk melakukan beberapa kegiatan intervensi. Keluarga masih membantu pasien walaupun sebenarnya pasien dapat melakukannya secara mandiri sehingga bantuan keluarga merupakan bentuk ketergantungan secara sosial. Keterbatasan didefinisikan sebagai ketergantungan secara sosial terhadap orang lain untuk ketercapaian kehidupan dan kesehjateraan yang dipengaruhi persepektif fungsional dan sosial (Orem, 99 dalam Schmidt, 008). Theory nursing system merupakan usulan tindakan perawatan pada manusia, sistem tindakan yang ditampilkan (didesain dan dihasilkan) oleh perawat dimana perawat sebagai agen untuk melatih seseorang dengan kesenjangan kesehatan, atau kesehatan diasosiakan keterbatasan dalam self care atau dependen care. Nursing system merupakan rangkaian dari tindakan praktik secara sengaja/hati-hati sebagai penampilan perawat dalam suatu waktu saat koordinasi tindakan pada pasien dengan tujaun untuk mengetahui dan menemukan komponen therapeutik self care demand pasien dan untuk melindungi dan mengatur latihan atau perkembangan sebagai pasien self care agency. Nursing system dihasilkan untuk individu, seseorang dimana merupakan suatu dependent care unit, anggota kelompok yang memiliki therapeutik self care demand dengan komponen atau memiliki keterbatasan yang sama, sebagai ketentuan dalam self care atau dependent care atau untuk unit keluarga atau multipersonal (Alligood & Tomay, 007). Perubahan nursing system menuju kearah peningkatan kemampuan self care merupakan indikator keberhasilan terhadap 35 kasus kelolaan. Nursing system bersifat dinamis dalam pelayanan keperawatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan pasien baik fisiologis maupun psikologis, wholly compensatory sewajarnya hanya dalam beberapa hari (Bromley, 980; dalam Mentro, 4

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 04 999). Hambatan untuk meningkatkan kemampuan pasien adalah kesadaran pasien dan keluarga. Pasien masih harus diarahkan untuk melakukan beberapa kegiatan intervensi. Keluarga masih membantu pasien walaupun sebenarnya pasien dapat melakukannya secara mandiri sehingga bantuan keluarga merupakan bentuk ketergantungan secara sosial. Keterbatasan didefinisikan sebagai ketergantungan secara sosial terhadap orang lain untuk ketercapaian kehidupan dan kesehjateraan yang dipengaruhi persepektif fungsional dan sosial (Orem, 99 dalam Schmidt, 008). Prescriptive operation merupakan tahapan untuk menentukan jenis bantuan yang akan diberikan dalam melakukan intervensi keperawatan. Fase prescriptive merupakan fase menentukan untuk metode pemberian bantuan yang tepat dengan mempertimbangkan basic conditioning factor. Prioritas self care demand lebih esensial pada proses fisiologis (Alligood & Tomay, 006). Regulatory operation merupakan tahapan dalam menyusun rencana asuhan keperawatan sampai implementasi dari rencana keperawatan. Fase regulator bertujuan untuk mendesain rencana asuhan keperawatan yang tepat berdasarkan fase presciptive. Asuhan keperawatan berdasarkan teori orems terdiri dari outcome atau tujuan, jenis nursing system yang digunakan, serta intervensi berdasarkan jenis bantuan yang akan diberikan. Metode pemberian bantuan merupakan dasar untuk melakukan intervensi dengan mempertimbangkan waktu, frekuensi, dan kondisi pasien dengan tepat (Alligood & Tomay, 006). Control operation merupakan tahapan evaluasi dalam asuhan keperawatan. Evaluasi dilakukan pada fase control, dimana efektivitas regulatory operation dan outcome klien di estimasi (Alligood & Tomay, 006). Pasien gangguan sistem muskuloskeletal dilakukan evaluasi berdasarkan efektivitas nursing system dan respon pasien. Evaluasi nursing system pada kasus kelolaan efektif dan perubahan nursing system menuju kearah yang lebih mandiri bagi pasien. KESIMPULAN Penerapan model Self Care Orem pada gangguan sistem muskuloskeletal mampu meningkatkan kemampuan melakukan asuhan keperawatan terutama dalam hal meningkatkan kemandirian pasien dengan memperhatikan unsur fisiologis, psikologis, dan budaya secara menyeluruh.model self care Orem dapat digunakan dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan ruangan dengan bentuk yang lebih mudah dipahami. KEPUSTAKAAN Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (006). Nursing Theory: Utilization and application3 rd edition. St Louis: Mosby Elsevier. Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (007). Nursing Theory and Their Works 6 rd edition. St Louis: Mosby Elsevier. Maher, A.B., Salmond, S.W., & Pellino, T.A. (00). Orthopaedic Nursing 3 rd Edition. Philadelphia: Saunders Company. Mentro, A.M. (999). Medically Fragile Children in The Home: Application of Orem s Self Care Framework. Schmidt, A.R. (008). Evidence Based Nursing: Outcome trends following inpatient rehabilitation. Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (008). Nursing theorists and their work. 6 th ed. Toronto: Mosby. 5