FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

WAHYU SIFA Mahasiswi D-VI Kebidanan STIkes Ubudiyah Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah terinfeksi, lebih dari 350 juta jiwa telah terinfeksi VHB kronis yang

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Menurut SDKI (Survei

BAB I PENDAHULUAN. satu diantaranya adalah pencegahan penyakit. Sebagai upaya

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

PENJADWALAN IMUNISASI ANAK USIA 0 18 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan U Budiyah Banda Aceh Oleh: FITRI CUT YANTI NIM: 10010129 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN 2013

ABSTRAK Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 Fitri Cut Yanti 1, Mahdinur² xiii + 57 halaman: 12 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran Latar Belakang: Rendahnya angka cakupan Imunisasi Hepatitis B0 yang diberikan kurang dari 7 hari pada bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat tidak atau belum tahu manfaat Imunisasi Hepatitis B0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Mereka merasa takut dan kasihan bayi mereka diberi imunisasi pada waktu dini dan berpendapat bayi akan sehat tanpa imunisasi dini. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di puskesmas Meureudu sejak tanggal 22 s/d 26 Agustus 2013. Pengambilan sampel menggunakan tehknik achidental sampling sebanyak 82 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 18 pertanyaan. Hasil Penelitian : dari 82 responden adalah dari 44 responden yang berpengetahuan kurang, 44 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 42 responden yang berpendidikan dasar, 42 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 8 responden yang berumur dewasa akhir, 8 diantaranya tidak memberikan imunisasi HB0 (100%), dari 65 responden yang tidak bekerja, 58 diantaranya tidak memberikan memberikan imunisasi HB0 pada bayi (89,2%). Sehingga dapat diambil kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan dan pendapatan ibu dengan pemberian imunisasi HB0 pada bayi baru lahir. Kesimpulan dan Saran: Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ibu yang tidak memberikan imunisasi HB0 pada bayinya berpengetahuan kurang berpendidikan rendah, berumur muda, Diharapkan pada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan hubungan komunitasnya dalam memberikan penyuluhan dilapangan dalam upaya pemberian imunisasi tentang imunisasi HB0 pada sehingga program pemerintah dapat tercapai untuk menurunkan angka kesakitan ibu dan anak. Kata kunci Sumber : Pemberian HB0 : 29 buku (2004-2012) + 4 internet 1 Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah. 2 Dosen Pembimbing Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah

PERNYATAAN PERSETUJUAN Proposal ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Proposal Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh Banda Aceh, Maret 2013 Menyetujui, Pembimbing (MAHDINUR, SKM, MPH) MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH (CUT EFRIANA, S.ST)

KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku Ketua STIKes U`budiyah Banda Aceh. 3. Nuzulul Rahmi, SST selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`Budiyah Sigli. 5. Kepada Bapak Mahdinur, SKM. MPH selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi Karya Tulis Ilmiah KTI ini. 6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari peneliti menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa.

7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka peneliti menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amien Ya Rabbal `Alamin Sigli, September 2013 Peneliti

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL..... x DAFTAR GAMBAR..... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 1. Tujuan Umum... 5 2. Tujuan Khusus... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Imunisasi... 8 1. Pengertian... 8 2. Tujuan Imunisasi... 9 B. Hepatitis B... 10 1. Pengertian... 10 2. Etiologi... 10 3. Sumber Penularan... 10 4. Cara Penularan... 11 5. Masa Inkubasi... 11 6. Gejala dan Tanda... 12 7. Kelompok yang Rentan... 12 8. Prognosa... 12 9. Diagnosa... 13 10.Pencegahan Hepatitis B... 13 C. Imunisasi Hepatitis B... 14 D. Program Imunisasi Hepatitis B... 15 1. Tujuan Program... 15 2. Jadwal Imunisasi... 16 3. Kontraindikasi dan Efek Samping... 17 E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian... Imunisasi Hb-0... 17 1. Pengetahuan... 18 2. Pendidikan... 21

3. Umur... 22 3. Pekerjaan... 24 4. Pendapatan... 24 F. Kerangka Teoritis... 27 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... 28 B. Definisi Operasional... 29 BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31 C. Populasi dan Sampel... 31 1. Populasi... 31 2. Sampel... 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 32 D Instrumen Penelitian... 32 E. Pengumpulan Data... 32 1. Data Primer... 32 2. Data Sekunder... 33 F. Pengolahan dan Analisis Data... 33 1. Pengolahan Data... 33 2. Analisis Data... 34 G. Penyajian Data... 35 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36 A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian... 36 B. Hasil Penelitian... 36 C. Pembahasan... 44 BAB VI PENUTUP... 53 A. Kesimpulan... 53 B. Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional...... 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 37 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 37 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 38 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 38 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 39 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 39 Tabel 5.7. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari Segi Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 40 Tabel 5.8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari Segi Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 41 Tabel 5.9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari Segi Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 42 Tabel 6.0. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari Segi Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 43 Tabel 6.1. Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 Pada Bayi Baru Lahir Dari Segi Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013... 44

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan upaya efektif untuk menurunkan angka kematian anak yang merupakan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs). Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai MDGs khususnya menurunkan angka kematian pada anak (Kemenkes RI, 2010). Sementara Hidayat (2009) menjelaskan imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada balita dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga balita dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menetapkan 28 Juli sebagai hari peringatan hepatitis Se-Dunia. Sedangkan Pelopor yang menemukan virus hepatitis B dan mengembangkan vaksin hepatitis B adalah Dr. Baruch S. Blumberg. Data WHO menunjukkan bahwa dari berbagai penyebab kanker, 5-10% disebabkan oleh hepatitis B. Dari seluruh carrier hepatitis B di dunia, sekitar 75% terdapat di wilayah Asia-Pasifik. Sebanyak 500 juta manusia di dunia terinfeksi hepatitis B dan lebih dari 600 ribu orang meninggal akibat komplikasi dari hepatitis B setiap tahunnya (Santoso,2007). Indonesia telah menetapkan target tahun 2012 untuk seluruh (100%) desa/kelurahan harus sudah mencapai UCI (Universal Child Immunization), artinya setiap desa/kelurahan minimal 80% balita telah mendapat imunisasi dasar

lengkap. Target tersebut dituangkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2012). Sebagai upaya pencegahan penularan Hepatitis B secara vertikal dari ibu ke bayi maka pemberian Imunisasi Hepatitis B pertama sedini mungkin yaitu usia 0-7 hari. Rendahnya angka cakupan Imunisasi Hepatitis B0 yang diberikan kurang dari 7 hari pada bayi itu disebabkan karena sebagian masyarakat tidak atau belum tahu manfaat Imunisasi Hepatitis B0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Mereka merasa takut dan kasihan bayi mereka diberi imunisasi pada waktu dini dan berpendapat bayi akan sehat tanpa imunisasi dini (Depkes RI, 2008). Ningsih (2010), mengatakan bahwa mayoritas pengidap Hepatitis B terdapat di negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus Hepatitis B adalah sebesar 34% dan cenderung meningkat karena jumlah pengidapnya terus bertambah terlebih lagi terdapat carrier atau pembawa penyakit dan dapat menjadi penyakit pembunuh diam-diam (Silent Killer) bagi semua orang tanpa kecuali. Di pedesaan penyakit Hepatitis menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular, sedangkan di daerah perkotaan menduduki urutan ketiga. Masalah minimnya intervensi pemerintah dalam hal ini menjadi kendala utama. Peran utama pemerintah hanya pelaksanaan vaksinasi Hepatitis B gratis pada bayi baru lahir di Puskesmas dan Posyandu. Pemberian Imunisasi Hepatitis

B0 sedini mungkin dilakukan setelah lahir, mengingat sekitar 33 % ibu melahirkan di negara berkembang adalah pengidap Hepatitis B positif dengan perkiraan transmisi maternal 40 % (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006). Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10% merupakan carrier hepatitis B. Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B. Ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Prevalensi pengidap penyakit Hepatitis B di Indonesia sebanyak 2,5-25 %, kalangan wanita hamil sebanyak 3,6 8,7 %, dan prevalensi penyakit Hepatitis B pada kalangan anak-anak di bawah usia 4 tahun adalah sebesar 6,2 % ( Ditjen PPm & PL Depkes RI 2007 ). Sebesar 50 % dari ibu hamil pengidap Hepatitis B akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Serta persentase populasi yang diserang yaitu dari populasi umum 5 % - 20 %, kalangan donor darah 2,5 % - 25 %, dan dikalangan wanita hamil 3,6 % - 8,7 %. Data epidemiologi menyatakan akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada mereka belum sepenuhnya berkembang sempurna (Santoso, 2007). Persentase cakupan imunisasi HB0 di Indonesia yang diberikan pada bayi dengan usia kurang dari 7 hari sebesar 3 % dan mengalami peningkatan menjadi 10 %, sedangkan cakupan imunisasi Hepatitis B yang diberikan pada bayi dengan usia lebih dari 7 hari sebesar 90% mengalami penurunan menjadi 50 %. Sementara jumlah kasus Hepatitis yang diderita oleh anak dibawah lima tahun pada tahun 2005 sebanyak 20.338 kasus (Insiden Rate 0,9 / 10.000 penduduk) (Depkes RI, 2010).

Target yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/kota terdapat 18 indikator, salah satu diantaranya cakupan Universal Child Immunization (UCI) tahun 2010 sebesar 100%. Akan tetapi pencapaian program imunisasi Hepatitis B di Indonesia tahun 2011 dari 4.866.842 bayi, hanya 2.000.355 bayi (41,1%) yang mendapatkan imunisasi Hb-0 dan untuk Provinsi Aceh sampai bulan Desember 2012, cakupan imunisasi Hb-0 hanya 13.686 bayi 2012 (12,5 %). (Dinkes Prov Aceh, 2012). Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa cakupan imunisasi terkait erat dengan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap manfaat mendapatkan imunisasi. Semakin tinggi pengetahuan dan sikapnya, semakin tinggi pula angka cakupan. Selain itu dipengaruhi juga oleh budaya, kepercayaan, jangkauan transportasi dan akses informasi tentang imunisasi. Diantaranya rasa takut orang tua terhadap efek simpang imunisasi sehingga enggan membawa anaknya ke Posyandu. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan ledakan penyakit/kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam pasal 130 menyatakan bahwa Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak dan pasal 132 bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya, jumlah keseluruhan bayi 3.007 bayi dan terdapat 2.007 bayi (66,7%) yang telah mendapatkan imunisasi Hb-0 (Dinkes Pidie Jaya, 2012). Sedangkan menurut

data Puskesmas Meureudu, untuk tahun 2012 target imunisasi sebanyak 466 bayi, dengan cakupan Hb-0 adalah 322 bayi (69,1%). Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang ibu didapatkan hasil bahwa kelima ibu tersebut belum lengkap memberikan imunisasi HB0 pada bayinya dengan berbagai macam alasan. Peran ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena penggunaan sarana kesehatan oleh ibu yang memiliki bayi berkaitan erat dengan faktor ibu. Walaupun imunisasi sudah diberikan gratis oleh pemerintah. Namun dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran mengenai manfaat imunisasi HB0 yang beranggapan takut anaknya akan manjadi sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya oleh karena bayinya lahir dengan sehat, serta kurangnya informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi serta hambatan lainnya termasuk faktor pendidikan dimana pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi pada anak. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013". B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013?". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. b. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. c. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur ibu memberikan imunisasi Hb- 0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013. d. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013.

e. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan ibu memberikan imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013? D. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis Dapat mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh selama ini, khususnya tentang riset penelitian serta yang menyangkut topik penelitian ini. 2. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan, pemerintah/ pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dengan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi. 3. Bagi Institusi pendidikan Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi HB-0 pada bayi baru lahir. 4. Bagi Ibu Bayi Memberikan informasi kepada ibu bayi khususnya yang menyangkut tentang manfaat yang diperoleh bagi bayi yang diberikan imunisasi Hb-0.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh sehingga tubuh membentuk zat anti terhadap penyakit yang berbahaya bagi seseorang. Imunisasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh (Harry, 2012) Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis (Sulisetiya, 2010). Imunisasi adalah suatu cara untuk meninggalkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tertentu. Tubuh juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,

sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Sulisetiya, 2010). Imunisasi merupakan program utama suatu negara, bahkan merupakan salah satu alat pencegah penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang fasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya (Sulisetiya, 2010). 2. Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bukan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Sulisetiya, 2010). Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunitasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bias menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya (Harry, 2012). Tahun 1997 Depkes telah mencanangkan program pengembangan imunisasi (PPI) yang menunjukkan agar semua anak mendapat imunisasi terhadap tujuh penyakit yaitu : hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, pertusis, dan TBC (Harry, 2012). B. Hepatitis B

1. Pengertian Hepatitis B didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning, padahal penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari penyakit Hepatitis itu (Misnadiarly, 2007). 2. Etiologi Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan terus berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat serangan ini sistem kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka virus dapat terbasmi habis. Tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan (Misnadiarly, 2007). 3. Sumber Penularan VHB mudah ditularkan kepada semua orang. Penularannya dapat melalui darah atau bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita (Sekret Vagina), darah menstruasi. Dalam jumlah kecil HBsAg dapat juga ditemukan pada Air Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan lambung (Dalimartha, 2004). 4. Cara Penularan Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi horisontal.

a. Transmisi vertikal Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004). b. Transmisi horisontal Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004). Cara penularan paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses melahirkan. Kalau bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi carrier seumur hidup bahkan nantinya bisa menderita gagal hati dan kanker hati. Selain itu penularan juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi virus Hepatitis B (Misnadiarly, 2007). 5. Masa Inkubasi Masa inkubasi (saat terinfeksi sampai timbul gejala) sekitar 24-96 minggu (Misnadiarly, 2007). Menurut Sudoyo (2006), masa inkubasi VHB berkisar dari 15 180 hari (rata-rata 60-90 hari). 6. Gejala dan Tanda

Munculnya gejala ditentukan oleh beberapa faktor seperti usia pasien saat terinfeksi, kondisi kekebalan tubuh dan pada tingkatan mana penyakit diketahui. Gejala dan tanda antara lain: a. Mual-mual (Nausea) b. Muntah muntah (Vomiting) disebabkan oleh tekanan hebat pada liver sehingga membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga c. Diare d. Anorexia yaitu hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual e. Sakit kepala yang berhubungan dengan demam, peningkatan suhu tubuh f. Penyakit kuning (Jaundice) yaitu terjadi perubahan warna kuku, mata, dan kulit (Misnadiarly, 2007). 7. Kelompok yang Rentan Adapun kelompok yang rentan terkena Hepatitis B adalah (Misnadiarly, 2007): a. Anak yang baru lahir dari ibu yang terkena Hepatitis B b. Tinggal serumah atau berhubungan seksual dengan penderita Hepatitis B c. Mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemis Hepatitis B 8. Prognosa Bila seseorang terinfeksi VHB maka proses perjalanan penyakitnya tergantung pada aktivitas sistem pertahanan tubuhnya. Jika sistem pertahanan tubuhnya baik maka infeksi VHB akan diakhiri dengan proses penyembuhan. Namun, bila sistem pertahanan tubuhnya terganggu maka penyakitnya akan menjadi kronik. Penderita Hepatitis B Kronik dapat berakhir menjadi sirosis hati

atau kanker hati (Karsinoma Hepatoseluler). Sirosis dan kanker hati sering menimbulkan komplikasi berat berupa pendarahan saluran cerna hingga Koma Hepatik (Dalimartha, 2004). 9. Diagnosa Diagnosa yang dapat dilakukan yaitu serologi (test darah) dan biopsi liver (pengambilan sampel jaringan liver). Bila HBsAg positif maka orang tersebut telah terinfeksi oleh VHB (Misnadiarly, 2007). 10. Pencegahan Hepatitis B Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh yang diharapkan dapat menghasilkan zat antibodi yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hadinegoro, 2008). Program imunisasi di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Imunisasi Wajib Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin), Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan campak. 2. Imunisasi yang Dianjurkan Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/anak mengingat beban penyakit (burden of disease) namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan adalah Hib (Haemophillus Influenza Tipe b), pneumokokus, influenza, MMR (Measles, Mumps, Rubella),

tifoid, Hepatitis A, varisela, rotavirus, dan HPV (Human Papilloma Virus) (Hadinegoro, 2008). C. Imunisasi Hepatitis B Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HBsAg ibu tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002). Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara berkembang, di samping itu harganya yang relatif mahal. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi Hepatitis B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan (Dalimartha, 2004). Vaksin Hepatitis B (hepb) diberikan selambat-lambatnya 7 hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (Dalimartha, 2004). D. Program Imunisasi Hepatitis B

Pedoman nasional di Indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dimulai sejak tahun 2005 dengan memberikan vaksin hepb-o monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, pada Tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepB pada umur 2-3- 4 bulan (Hadinegoro, 2008). Tujuan vaksin hepb diberikan dalam kombinasi dengan DTwP (Difteria, Tetanus, Pertusis Whole cell) untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepb-3 yang masih rendah (Hadinegoro, 2008). Pada umumnya bayi mendapatkan imunisasi Hepatitis B melalui puskesmas, rumah sakit, praktik dokter dan klinik (Dalimartha, 2004). 1. Tujuan Program Imunisasi Hepatitis B Tujuan program imunisasi Hepatitis B di Indonesia dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan umum Adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B b. Tujuan khusus 1) Pemberian dosis pertama dari vaksin hepb kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7 hari 2) Memberikan imunisasi Hepatitis B sampai 3 dosis pada bayi (Dalimartha, 2004).

2. Jadwal Imunisasi Hepatitis B Pada dasarnya jadwal imunisasi Hepatitis B sangat fleksibel sehingga tersedia berbagai pilihan untuk menyatukannya ke dalam program imunisasi terpadu. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diingat : a. Minimal diberikan sebanyak 3 kali b. Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir c. Jadwal imunisasi dianjurkan adalah 0, 1, 6 bulan karena respons antibodi paling optimal (Hadinegoro, 2008).

Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu : a. Imunisasi hepb-0-7 hari diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir. b. Imunisasi hepb-1 diberikan setelah 2 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepb-0 yaitu saat bayi berumur 0-7 hari. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi hepb-1 dengan hepb-2 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepb-2 diberikan pada umur 3-6 bulan (Hadinegoro, 2008). Pemberian imunisasi Hepatitis B berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan adalah (Wahab, 2002) : a. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg-nya mendapatkan 5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan atau 10 mcg (0,5 ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HBsAg positif maka segera berikan 0,5 ml HBIg (sebelum anak berusia satu minggu) b. Bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif mendapatkan 0,5 ml HBIg dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg (0,5 ml) vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan 10 mcg (0,5 ml) intramuskular dan disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan c. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif diberi dosis minimal 2,5 mcg (0,25 ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan dosis 10 mcg (0,5 ml) intramuskular pada

saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga pada umur 6-18 bulan. d. Ulangan imunisasi Hepatitis B diberikan pada umur 10-12 tahun. 3. Kontraindikasi dan Efek Samping Vaksin hepb diberikan kepada semua orang termasuk wanita hamil, bayi baru lahir, pasien dengan immunocompromised, yaitu pasien dengan kelainan sistem imunitas seperti penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Dalimartha, 2004). Efek samping yang mungkin timbul dapat berupa reaksi lokal ringan seperti rasa sakit pada bekas suntikan dan reaksi peradangan. Reaksi sistemik kadang timbul berupa panas ringan, lesu, dan rasa tidak enak pada saluran cerna. Gejala di atas akan hilang spontan dalam beberapa hari (Dalimartha, 2004). E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Hb-0 Manusia mempunyai berbagai pola perilaku, keyakinan, yang dapat dipengaruhi oleh tradisi, budaya, dan harapan sosial sampai ke suatu tingkat yang dapat menyebabkan kondisi dan kegiatan yang tidak sehat dalam keluarga, kelompok populasi. Penyebaran masalah kesehatan berbeda tiap individu, kelompok/ masyarakat dibedakan atas ciri-ciri manusia/karakteristik, tempat dan waktu (Timmreck, 2004). Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik manusia. Yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara lain : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi Hepatitis B juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya (Azwar, 1999). 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoamodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). Tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyebutkan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi (2010) Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai kesehatan. Demikian juga hal nya dengan tidak tercapainya target imunisasi hingga mencakup semua bayi, dibeberapa daerah, disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi. Dengan imunisasi, berarti bayi sudah mendapat kekebalan dari penyakit. Untuk itu sebaiknya ibu memberikan imunisasi hepatitis B secepat mungkin untuk menghindari penyakit yang akan timbul dikemudian hari. Menurut Notoatmodjo (2008) pengukuran pengetahuan di bagi atas tiga kategori, yaitu : a. Tinggi : Jika responden menjawab benar 76 % - 100% b. Sedang : Jika responden menjawab benar 56% - 75% c. Rendah : Jika responden menjawab benar <56%. 2. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: a) input adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2004, jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, Menengah, Pendidikan Tinggi (Depdiknas, 2005). a. Pendidikan Dasar : jenjang pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. b. Pendidikan Menengah : merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. c. Pendidikan Tinggi : jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, dokter dan spesialis yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Pemahaman tentang program ini amat diperlukan. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengertian dan kesadaran lebih baik tentang pencegahan penyakit, yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah (Ali, 2007). Menurut Retnaningsih dan Rusmiati (2010) Pendidikan sangat penting bagi seseorang untuk memberikan kemampuan dalam berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang rasional. Pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula kepada seseorang dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan keluarga. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung lebih besar keterlibatannya dalam program pelayanan kesehatan, memiliki pengertian yang lebih baik tentang pencegahan penyakit dan mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap masalah

kesehatan. Kesadaran ini dapat memperkuat motivasi dan memperbesar kemauan untuk ambil bagian dalam program-program kesehatan masyarakat, termasuk imunisasi, dalam hal ini yaitu imunisasi HB0. 3. Umur Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Umur berkaitan dengan kedewasaan psikologis yaitu semakin mampu menentukan kematangan jiwa, berfikir normal dan mengendalikan emosi (Hurlock, 2005). Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan epidemiologi, baik angka-angka kesakitan maupun kematian maupun hampir didalam semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoadmojo, 2005). Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Pada umumnya semakin dewasa seseorang, maka tingkat pengetahuan seseorang akan semakin meningkat (Hardiwinoto, 2011). Menurut Sukidi dkk (2012) peningkatan usia ibu tidak meningkatkan kelengkapan status imunisasi pada anak. Berdasarkan teori, usia akan meningkatkan kematangan seseorang dalam mengambil sebuah tindakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa peningkatan usia seseorang

tidak mempengaruhi kelengkapan imunisasi HB0 pada anak. Selain itu juga peningkatan usia ibu tidak meningkatkan kepatuhan dalam memberikan imunisasi. Dimana peningkatan umur tidak meningkatkan partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi pada bayi. Sedangkan Darmawan (2012) menjelaskan bahwa umur ibu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal pemberian imunisasi Hepatitis B-0 pada umur bayi 0-7 hari. Untuk ibu yang usia muda cenderung untuk tingkat pendidikannya rendah sehingga belum memahami akan manfaat imunisasi, sedangkan ibu yang lebih tua cenderung lebih banyak pengalaman dan informasi yang didapat mengenai manfaat imunisasi bagi bayinya. Menurut Depkes RI (2009), kategori umur produktif dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu : a. Masa Remaja Akhir = 17 25 tahun. b. Masa dewasa Awal = 26 35 tahun. c. Masa dewasa Akhir = 36 45 tahun. 4. Pekerjaan Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu biasanya bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Pekerjaan adalah sumber penghasilan, sebab itu setiap orang yang

ingin memperoleh penghasilan yang lebih besar dan tingkat penghidupan yang lebih baik, haruslah siap dan bersedia bekerja keras (Anoraga, 2006). Menurut Retnoningsih dan Rusmiati (2010) pekerjaan merupakan factor predisposisi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Status dan jenis pekerjaan ibu memberi pengaruh terhadap imunisasi. Ada kecenderungan situasi pekerjaan akan menimbulkan masalah kesehatan bagi seorang ibu dan anggota keluarganya. Situasi kerja akan menimbulkan kesibukan dalam pekerjaan sehingga seorang ibu cenderung memiliki waktu terbatas untuk merawat keluarganya. Sedangkan Darmawan (2012) menjelaskan bahwa status dan pekerjaan ibu memberi pengaruh terhadap status imunisasi. Ibu yang bekerja di luar rumah lebih sering memberikan imunisasi pada anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. 5. Pendapatan Pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi seseorang untuk memelihara kesehatan dan pencegahan penyakit misalnya pemberian imunisasi. Hal ini dapat memengaruhi status kesehatan masyarakat (Loedin, 2005). Status penghasilan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahannya. Seseorang dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak ada cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan sebagainya (Notoatmodjo, 2009).

Menurut Faizal Noor (2007) hampir semua aktifitas manusia terkait dengan ekonomi, karena pada umumnya semua aktifitas manusia berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) dalam kehidupannya. Di sisi lain juga terlihat bahwa apapun profesi dan pekerjaan yang dilakukan seseorang tujuannya tidak terlepas dari pemenuhan keperluan hidup baik sekarang maupun masa depan, baik untuk keperluan sendiri atau generasi berikutnya. Kehidupan seorang sangat ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga,sebuah keluarga yang berada digaris kemiskinan akan sangat mustahil untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada keluarga. Orientasi keluaraga adalah kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan sehari-hari sedangkan kesehatan baru mendapat perhatian apabila telah mengganggu aktifitas mereka sehari-hari (Notoatmodjo, 2009). Di setiap daerah untuk upah minimum mempunyai standar yang berbedabeda, sehingga Pemerintah menetapkan Undang-undang mengenai pengaturan Upah Minimum Regional yang biasa disebut UMR. Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Aceh Nomor 65 tahun 2012 ditetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah Rp. 1.550.000,- Prayogo dkk (2009) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan imunisasi dasar telah diteliti sebelumnya menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan imunisasi, terbatasnya akses ke pelayanan imunisasi, kondisi yang berhubungan dengan status, keluarga atau budaya, keterbatasan ekonomi dan

kondisi yang berhubungan dengan perilaku petugas kesehatan akan mempengaruhi pelaksanaan imunisasi. E. Kerangka Teoritis Secara skematis teori Lauren Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dan menurut Azwar (2009) dapat digambarkan sebagai berikut : Faktor Predisposisi (Notoatmodjo, 2003) : Pengetahuan Sikap Pendidikan Ekonomi Nilai Kepercayaan Ciri/ Karakteristik (Azwar, 2009) : Pengetahuan Pendidikan Status Perkawinan Status Sosial Ekonomi Ras/etnik Agama Sosial Budaya Prilaku Masyarakat Mendapatkan Pelayanan Kesehatan (termasuk Imunisasi Hb-0) Gambar 2.1. Kerangka Teoritis

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Menurut teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) tentang prilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan dan Menurut Azwar (1999), salah satu faktor yang menentukan status kesehatan (termasuk status imunisasi Hb-0) adalah ciri/karakteristik manusia seperti pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial budaya sehingga secara skematis dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Pendidikan Umur Pemberian Imunisasi Hb-0 Pekerjaan Pendapatan Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian B. Definisi Operasional No. Variabel 1. Pemberian Imunisasi Hb-0 Definisi Operasional Pelaksanaan imunisasi Hepatitis B (Hb) dosis pertama pada bayi berusia Tabel 3.1. Definisi Operasional Cara Ukur Variabel Dependen Wawancara, dengan kriteria : a. Memberikan, jika ibu memberikan imunisasi Hb pada Alat Ukur Hasil Ukur Kuesioner a. Memberikan b. Tidak Memberikan Skala Ukur Nominal

antara 0 sampai 7 hari setelah kelahirannya oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Meureudu 2. Pengetahuan Segala sesuatu yang ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir 3. Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan ibu serta memiliki ijazah 4. Umur Usia ibu dalam tahun yang dihitung menurut tanggal lahir berdasarkan KTP bayinya saat usia 0-7 hari kelahiran b. Tidak Memberikan, jika ibu memberikan imunisasi Hb pada bayi >7 hari kelahiran atau bahkan tak memberikannya Variabel Independen Wawancara, dengan kriteria : a. Baik, jika jawaban benar >75% b. Cukup, jika jawaban benar 56% 75% c. Kurang, jika jawaban benar <56% Wawancara, dengan kriteria :(Depdiknas, 2000) a. Tinggi, jika ibu tamat jejang perguruan tinggi b. Menengah, jika ibu tamat SMA/sederajat c. Rendah, jika ibu tamat SD/SMP sederajat Wawancara, dengan kriteria : (Depkes Ri, 2009) a. Dewasa Akhir, jika usia 36 45 tahun b. Dewasa Awal, jika usia 26 35 tahun c. Remaja Akhir, jika usia 17 25 tahun Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang Kuesioner a. Tinggi b. Menengah c. Rendah Kuesioner a. Dewasa Akhir b. Dewasa Awal c. Remaja Akhir Ordinal Ordinal Ordinal No. Variabel Definisi Operasional 5. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang untuk pemenuhan kebutuhan sehari- Cara Ukur Wawancara, dengan kriteria : a. Bekerja, jika ada rutinitas tetap, seperti PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Pedagang, Petani, dll) Alat Hasil Ukur Ukur Kuesioner a. Bekerja b. Tidak Bekerja Skala Ukur Nominal

hari 6. Pendapatan Jumlah penghasilan rata-rata keluarga baik ibu maupun kepala keluarga yang dihitung dalam sebulan b. Tidak Bekerja, jika ibu rumah tangga dan tidak ada pekerjaan tetap Wawancara, dengan kriteria : a. Di atas UMP, jika penghasilan rata2 Rp.1.650.000,- per bulan b. Dibawah UMP, jika penghasilan rata2 < Rp. 1.6500.000,- Kuesioner a. Diatas UMP b. Dibawah UMP Ordinal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan crosssectional, untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi Hb-0 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur 0-28 hari yang menjadi target imunisasi pada tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 466 orang. 2. Sampel Karena populasi sebanyak 466 orang, maka untuk pengambilan sampel di dasarkan pada pendapat Notoatmodjo (2005) dengan rumus sebagai berikut: N n = 1+ N( d 2 ) Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (10%) Perhitungannya sebagai berikut: N n = 1+ N( d ) 466 n = 1+ 466(0,1) 2 2 466 = 1+ 466(0,01) 466 = = 1+ 4,66 466 5,66 = 82,33,

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83 orang, dengan kriteria bersedia menjadi responden, bisa baca tulis, dan memiliki bayi yang merupakan target imunisasi Hb 0. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Jaya, pada tanggal 22 sampai 26 Agustus 2013. D. Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang menyediakan jawaban alternative dan responden hanya memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Kuesioner terdiri dari 23 buah pertanyaan dalam bentuk tertutup, yang meliputi data umum/ karakteristik ada 5 pertanyaan, data penelitian tentang Pemberian Imunisasi Hb-0 ada 2 pertanyaan, Pendapatan 1 pertanyaan, dan Pengetahuan 15 pertanyaan. E. Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan peninjauan langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner yang telah peneliti persiapkan sebelumnya, seperti membagikan langsung kuesioner kepada responden. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder penelitian ini diperoleh