PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Jumlah Kematian Angka Kesakitan... 13

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN Pakuhaji. Rajeg. Sepatan Timur Kutabumi. Binong. Jl. Jl. Emas. Bojong Nangka Panongan.

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Juknis Operasional SPM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2013

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

Transkripsi:

Komplek Perkantoran Tigaraksa Jl. Abdul Hamid Tigaraksa Tangerang, Telp. (021) 5990535 Fax (021) 5990534 http://dinkes-tangerangkab.go.id PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 Peresmian SPGDT Survei Pasar Menyambut Idul Fitri 1435 H Deklarasi Anti Narkoba HANI 2014

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 1

KATA PENGATAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat Nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 ini dapat selesai. Dalam penyusunan profil ini, masih terkendala dengan validasi data dari seluruh puskesmas se Kabupaten Tangerang, dimana beberapa variabel masih perlu disesuaikan dengan data yang ada pada masing-masing bidang di lingkup dinas kesehatan, juga datadata kesehatan di luar lingkup dinas kesehatan yang masih harus dikonfirmasi. Kedepannya kendala-kendala semacam ini semoga bisa diatasi dengan sistem informasi yang terintegrasi dengan dukungan aplikasi, teknologi dan jaringan internet yang lebih baik. Kami menyadari Profil Kesehatan ini dalam penyusunannya masih ada kekurangan, namun kami tetap berusaha menampilkan Informasi semaksimal mungkin memenuhi standar yang sudah ditetapkan dan mengikuti petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktunya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 ini. Semoga Profil ini bisa bermanfaat bagi intern Dinas Kesehatan khususnya, dan juga masyarakat pada umumnya. Tangerang, Agustus 2015 Tim Penyusun Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 2

TIM PENYUSUN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PENGARAH Drg.Hj.Naniek Isnaini L,M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Dr.Hj.Yuliah Iskandar,M.Kes Sekretaris Dinas Kesehatan Ketua Hj.Dwiharti Nugraheni, SKM Kepala Bidang Pengembangan Promosi Kesehatan Sekretaris Dr.Muh.Jusran Jufri,MMKes Kepala Seksi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Kontributor Data Bidang Promosi dan Pengembangan Kesehatan Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Bidang Kesehatan Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Bagian Umum dan Perencanaan Bagian Keuangan UPTD. PJK dan Labkesda Puskesmas Se Kab.Tangerang RS Pemerintah dan Swasta Se Kab.Tangerang Dinas Pendidikan BPS Kab. Tangerang PT.Askes Persero dan PT.Jamsostek Persero Penyunting Margaretha,AMK Andreas Yuliastari,S.Si Kurnia Tisna Ika Ningsih, Amd.PK,SKM Kurniawan,Amk Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 3

DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG...i KATA PENGANTAR...ii TIM PENYUSUN PROFIL KESEHATAN...iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GRAFIK...x DAFTAR GAMBAR...xiii BAB I : PENDAHULUAN...1 BAB II : GAMBARAN UMUM...3 2.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang...3 2.2. Kependudukan...3 2.3. Strata Penduduk...6 2.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)...7 2.5. Angka Harapan Hidup...7 BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN...8 3.1. Jumlah Kematian...8 3.1.1.Jumlah Kematian Bayi...8 3.1.2.Jumlah Kematian Ibu...10 3.2. Angka Kesakitan...12 3.2.1.Sepuluh Besar Penyakit...12 3.2.2.Penyakit Menular...13 3.2.3.Program PPTM...30 3.2.4.Kasus-kasus PD3I...34 BAB IV : UPAYA KESEHATAN...38 4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar...38 4.1.1.SPM Pelayanan Kesehatan Ibu...38 4.1.2.SPM Pelayanan Kesehatan Anak...42 4.2. Status Gizi...50 4.2.1.Kegiatan Perbaikan Gizi...50 4.2.2.Pemantauan Status Gizi...50 4.2.3.Pemberian Makanan Tambahan...51 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 4

4.2.4.Perawatan Gizi Buruk...52 4.2.5.Cakupan Asi Ekslusif...53 4.3. Perilaku Masyarakat...53 4.3.1.Pengkajian PHBS...54 4.3.2.Pembentukan dan Pengembangan Desa Siaga Aktif...56 4.3.3.Pembinaan UKBM...58 4.4. Kesehatan Lingkungan...60 4.4.1.Rumah Sehat...61 4.4.2.Penduduk Mrnggunakan Air Minum Berkualitas...61 4.4.3.Kualitas Air Minum...61 4.4.4.Penduduk Pengguna Jamban Sehat...62 4.4.5.STBM...62 4.4.6.TTU. 63 4.4.7.Tempat Pengolahan Makanan...63 4.5. Pelayanan Kesehatan...69 4.5.1.Pelayanan Imunisasi...69 4.5.2.Usaha Kesehatan Sekolah...72 4.5.3.Pelayanan kesehatan Usia Lanjut...77 4.5.4.Pelayanan Kesehatan Remaja...82 4.6. Pelayanan Obat...84 4.6.1.Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas...84 4.6.2.Monitoring Penggunaan Obat Rasional...84 4.6.3.Ketersediaan Obat...88 4.6.4.Indikator Pengelolaan Obat...89 4.6.5.Ketersediaan Obat Program DiGudang Farmasi...89 4.7. Pelayanan Pengobatan di Puskesmas...91 4.7.1.Program Kesehatan Kerja...93 4.7.2.Program Kesehatan INDERA 95 4.7.3.Kejadian Bencana...96 4.7.4.Puskesmas Dengan ISO...96 4.7.5.Puskesmas Berprestasi...97 4.7.6.Tenaga Kesehatan Teladan...97 4.7.7.Pelayanan SPGDT...97 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 5

4.8. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit...100 4.8.1.Bed Occupancy Rate (BOR)...100 4.8.2.Length of Stay (LOS)...101 4.8.3.Turn Over Internal (TOI)...101 4.8.4.Net Death Rate (NDR)...101 4.8.5.Gross Death Rate (GDR)...101 4.9. Unit Pelayanan Dinas Kesehatan Kab Tangerang...102 4.9.1.Unit Pelayanan JKN...102 4.9.2.Unit LabKesDa...106 BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN...111 5.1. Ketenagaan...111 5.2. Sarana Kesehatan Dasar...112 5.3. Peran Serta Swasta Dalam Upaya Kesehatan...113 5.4. Pembiayaan Kesehatan...116 BAB VI : PENUTUP...118 LAMPIRAN-LAMPIRAN...119 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 6

DAFTAR TABEL Tbl II.1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah... 4 Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Tbl II.2 : Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten... 5 Tangerang Tahun 2014 Tbl II.3 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok... 6 Umur Tahun 2014 Tbl II.4 : Angka Harapan Hidup di Kab. Tangerang Th. 2012 2014... 7 Tbl III.1 : Penyebab Kematian Bayi Tahun 2014... 10 Tbl III.2 : Penyebab Kematian Ibu Tahun 2014... 12 Tbl III.3 : Data Kasus Demam Berdarah Dengue Th 2012-2014... 13 Tbl III.4 : Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur 2011-2014... 17 Tbl III.5 : Persentase Cakupan Kasus Diare Pada Balita... 17 Tahun 2011-2014 Tbl III.6 : Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia... 19 Tbl III.7 : Distribusi kasus TB-MDR Tahun 2013-2015... 23 Tbl III.8 : Penemuan Kasus Baru Kusta Tahun 2010-2014... 24 Tbl III.9 : Kecacatan dan kusta Anak Tahun Tahun 2014... 26 Tbl III.10 : Jumlah Kasus Tertinggi PTM Prioritas Tahun 2013 dan 2014... 31 Tbl III.11 : Data SDM dan Posbindu... 34 Tbl III.12 : Distribusi Kasus PD3I... 34 Tbl III.13 : Distribusi Penyakit Menular lain potensial wabah... 36 Tbl IV.1 : Gambaran Status Gizi Balita Tahun 2012-2014...51 Tbl IV.2 : Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)... 58 Tbl IV.3 : Pencapaian Indikator Sasaran Program Penyehatan Lingkungan...60 Tahun 2013-2014 Tbl IV.4 : Cakupan Imunisasi Rutin Pada Bayi Tahun 2012-2014... 70 Tbl IV.5 : Cakupan Imunisasi Rutin pada Ibu Hamil dan Wanita... 71 Usia Subur Tahun 2012-2014 Tbl IV.6 : Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun 2012-2014... 71 Tbl IV.7 : Universal Child Immunisazation (UCI) Desa Tahun 2012-2014... 72 Tbl IV.8 : Jumlah Sekolah TK,SMP,SMA Sederajat Tahun 2014... 73 Tbl IV.9 : Jumlah Posbindu di Tahun 2014... 78 Tbl IV.10 : Jumlah Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja Tahun 2014... 83 Tbl IV.11 : Jumlah Kunjungan Remaja Ke Puskesmas Tahun 2014... 83 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 7

Tbl IV.12 : Jumlah Kunjungan Pasien Pelayanan Pengobatan... 91 Di Rawat Jalan umum,rawat jalan Gigi dan Rawat Inap Di Puskesmas Tahun 2014 Tbl IV.13 : BOR Puskesmas Dengan Tempat Perawatan Tahun 2014... 93 Tbl IV.14 : Pelayanan Kesehatan Kerja Tahun 2012-2014... 94 Tbl IV.15 : 10 Penyakit Terbanyak Pada Usia... 94 Angkatan Kerja Tahun 2014 Tbl IV.16 : 10 Pos UKK Binaan Dinas Kesehatan Tahun 2014... 95 Tbl.IV.17 : Katagori Panggilan SPGDT Dinas Kesehatan Tahun 2014... 100 Tbl.IV.18 : BOR, LOS dan TOI Rumah Sakit... 100 Tbl.IV.19 : NDR dan GDR Rumah Sakit... 102 Tbl IV.20 : Capaian Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan JamKesMas... 103 Tbl IV.21 : Kelompok umur Peserta Jamkesmas/PBI... 103 Tbl IV.22 : ANC dan PNC Pelayanan Persalinan di Pelayanan Dasar... 103 Tbl 1V.23 : Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Dan... 104 Jenis Kelamin Tbl IV.24 : Realisasi Bantuan Biaya Pengobatan Program Kartu... 106 Sehat Pada JAMKESDA Tbl IV.25 : Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA... 107 Tbl IV.26 : Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA... 108 Tbl IV.27 : Hasil Pemeriksaan Uji Silang TB (LQAS... 109 Tbl IV.28 : Jumlah Pemeriksaan Sampel Air Dari Bidang... 110 P2PL DAN YANKES Tbl V.1 : Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan... 111 Pemerintah dan Swasta Tahun 2014 Tbl V.2 : Sarana Kesehatan di Kabupaten Tangerang Th.2014... 112 Tbl V.3 : Jumlah Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan... 113 Yang Telah Memliki Izin Tbl V.4 : Jumlah Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Penunjang... 114 Medik Yang Telah Memliki Izin Tbl V.5 : Jumlah Izin Praktik Tenaga Medis, Pengobatan Tradisional... 115 Keperawatan,Fisiotherapis,dan Apoteker yan Berizin Tahun 2014 Tbl V.6 : Jumlah Rekomendasi yang di Keluarkan Tahun 2014... 116 Tbl V.7 : Jumlah Anggaran Kesehatan di Kabupaten Tangerang... 117 Tahun 2013-2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 8

DAFTAR GRAFIK Grafik II.1 : Perkembangan IPM Kabupaten Tangerang Tahun 2012 2014... 7 Grafik III.1 : Jumlah Kematian Bayi Tahun 2011-2014...9 Grafik III.2 : Penyebab Kematian Bayi Tahun 2014...9 Grafik III.3 : Jumlah Kematian Ibu Tahun 2011-2014...11 Grafik III.4 : Penyebab Kematian Ibu Tahun 2014...11 Grafik III.5 : 10 Besar Penyakit Tahun 2014...12 Grafik III.6 : Distribusi Kasus Filariasis Tahun 2004-2014... 14 Grafik III.7 : Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun 2009-2013... 15 Grafik III.8 : Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis Tahun 2013... 15 Grafik III.9 : Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun 2009-2014... 16 Grafik III.10 : Angka Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif... 20 Grafik III.11 : Angka Kesembuhan Pasien Baru TB Paru BTA Positf... 21 Tahun 2008-2014 Grafik III.12: Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Baru... 22 TB Paru BTA Positif Tahun 2008-2014 Grafik III.13: Case Detection Rate Kasus Kusta Tahun 2011-2014... 24 Grafik III.14: Prevalensi Rate Kasus Kusta Tahun 2011-2014... 25 Grafik III.15 : Trend Penemuan Kasus HIV-AIDS Tahun 2008-2014... 27 Grafik IV.1 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1)... 38 Grafik IV.2 : Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4)... 39 Grafik IV.3 : Cakupan Penanganan Komplikasi Th.2012-2014...40 Grafik IV.4 : Pertolongan Persalinan oleh Nakes...40 Grafik IV.5 : Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Th.2012-2014... 41 Grafik IV.6 : Cakupan Peserta KB Aktif... 42 Grafik IV.7 : Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap... 43 Grafik IV.8 : Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus... 44 Grafik IV.9 : Cakupan Kunjungan Bayi... 44 Grafik IV.10: Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun 2012-2014... 45 Grafik IV.11: Cakupan Kunjungan Penjaringan SDIDTK... 45 Grafik IV.12: Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit... 46 Yang Dilayani Dengan MTBS 2013 dan 2014 Grafik IV.13: Cakupan Balita yang Mempunyai Buku KIA... 46 Grafik IV.14: Rujukan SiJARIEMAS Berdasarkan Media Komunikasi... 48 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 9

Grafik IV.15: Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Okt-Des Tahun 2014... 49 Grafik IV.16: Rujukan SIJARIEMAS Berdasarkan Media Komunikasi... 49 Januari Juni Tahun 2015 Grafik IV.17: Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Januari-Juni 2015... 50 Grafik IV.18: Trend Gizi Buruk dan Gizi Kurang... 51 Berdasarkan Metode (BB/U) Tahun 2012-2014 Grafik IV.19: Jumlah Balita Yang Mendapatkan PMT Balita... 52 Tahun 2012-2014 Grafik IV.20: Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan PTM Ibu Hamil... 52 Grafik IV.21: Cakupan ASI EKSLUSIF Tahun 2012-2014... 53 Grafik IV.22: Capaian PHBS Tahun 2014... 55 Grafik IV.23: Perkembangan Capaian PHBS Tatanan Rumah Tangga... 55 Tahun 2014 Grafik IV.24: Perkembangan Jumlah Desa Siaga Aktif Tahun 2014... 56 Grafik IV.25: Jumlah Forkom Kec Sehat dan Pokja Desa Sehat... 59 Tahun 2012-2014 Grafik IV.26: Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi sampel Depot... 64 Air minum Tahun 2014 Grafik IV.27: Hasil Pemeriksaan Kimia Sampel Depot Air Minum... 64 Tahun 2014 Grafik IV.28: Hasil Pemeriksaan Fisika Sampel Depot Air Minum... 65 Tahun 2014 Grafik IV.29: Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan Tahun 2014... 65 Grafik IV.30: Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Dubur Tahun 2014... 66 Grafik IV.31: Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Usap Alat Tahun 2014... 67 Grafik IV.32: Hasil Pemeriksaan Boraks Tahun 2014... 68 Grafik IV.33: Hasil Pemeriksaan Formalin Tahun 2014... 68 Grafik IV.34: Hasil Pemeriksaan Rhodamin Tahun 2014... 69 Grafik IV.35: Hasil Pemeriksaan Methanyl yellow Tahun 2014... 69 Grafik IV.36: Cakupan Dokter Kecil,KKR SMP dan... 73 SMA Sederajat Tahun 2012-2014 Grafik IV.37: Cakupan Guru UKS Terlatih Tahun 2012-2014... 74 Grafik IV.38: Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan... 74 Pelayanan Penjaringan Tahun 2012-2014 Grafik IV.39: Cakupan Penyakit Terbanyak... 75 Hasil Penjaringan Tingkat SD Sederajat Tahun 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 10

Grafik IV.40: Jumlah Penyakit Terbanyak... 76 Hasil Penjaringan Tingkat SMP Sederajat Tahun 2014 Grafik IV.41: Jumlah Penyakit Terbanyak... 76 Hasil Penjaringan Tingkat SMA Sederajat Tahun 2014 Grafik IV.42: Jumlah Strata Posbindu Tahun 2014... 79 Grafik IV.43: Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun 2012-2014... 79 Grafik IV.44: Cakupan Kemandirian Lansia Tahun 2014... 80 Grafik IV.45: Cakupan Tekanan Darah Lansia Tahun 2014... 80 Grafik IV.46: Cakupan Status Gizi Lansia Tahun 2014... 81 Grafik IV.47: Cakupan Lansia Resti Tahun 2014... 81 Grafik IV.48: Cakupan Rujukan Lansia Tahun 2014... 81 Grafik IV.49: Cakupan Pelayanan Remaja Baru ke Puskesmas Tahun 2014... 82 Grafik IV.50: Cakupan Pelayanan Remaja Lama Ke Puskesmas Tahun 2014... 82 Grafik IV.51: Rerata Resep di 43 Puskesmas Tahun 2014-2015... 85 Grafik IV.52: Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik... 85 Tahun 2011-2014 Grafik IV.53: Pengunaan Antibiotik Pada ISPA Non Pneumonia... 86 Tahun 2011-2014 Grafik IV.54: Pengunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit... 87 Tahun 2011-2014 Grafik IV.55: Pengunaan Antibiotik di Puskesmas Tahun 2014... 87 Grafik IV.56: Ketersediaan Obat Antituberkulosis Tahun 2014... 90 Grafik IV.57: Ketersediaan vaksin Tahun 2014... 90 Grafik IV.58: Persentase Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap... 91 Tahun 2013-2014 Grafik IV.59: Ratio Tumpatan/Pencabutan di Puskesmas... 92 Tahun 2012-2014 Grafik IV.60: Ratio BOR Puskesmas DPT Tahun 2014... 93 Grafik IV.61: Pelayanan BAKSOS Operasi Katarak Tahun 2012-2014... 95 Grafik IV.62: Pelayanan BAKSOS Operasi Bibir Sumbing... 96 Tahun 2012-2014 Grafik IV.63: Kejadian Bencana Tahun 2012-2014... 96 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 11

DAFTAR GAMBAR Gbr.IV.1 : Alur Kegiatan SPGDT Tahun 2014... 99 Gbr.IV.2 : Alur Kegiatan SPGDT Tahun 2014... 99 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 12

BAB I : PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara Indonesia menjadi bangsa yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur dengan sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan dengan lintas sektor, antara pemerintah dan swasta, serta antara pusat dan daerah. Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Tangerang adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga serta masyarakat, dan membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 ini disusun dalam rangka evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2014 dengan mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium Development Goal s (MDG s). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2014 ini, masih menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Penyediaan data terpilah dibutuhkan untuk memperoleh informasi pembuka wawasan yang dapat menggambarkan kondisi, kebutuhan, persoalan yang dihadapi perempuan dan laki-laki terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan kesehatan. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain- lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif. Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2014 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 13

Bab I : Pendahuluan Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 dan sistematika penulisan. Bab II : Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Tangerang Menyajikan gambaran Kabupaten Tangerang secara umum dilihat dari Kondisi Geografis, administratif dan informasi lainnya. Juga faktor faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan yang meliputi kependudukan, angka harapan hidup, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Bab III : Pencapaian Program Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, angka kesakitan dan Kejadian Luar Biasa. Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), perbaikan gizi masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), laboratorium., dan kefarmasian. Upaya pelayanan dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta beberapa upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Tangerang. Pada profil tahun 2014 ini ditambahkan sub bab mengenai program Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal atau disebut SIJARIEMAS adalah suatu mekanisme rujukan maternal neonatal oleh perujuk dengan menggunakan SMS (SMS Gateway), juga ditambahkan satu sub bab baru mengenai Layanan SPGDT ( Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu). SPGDT adalah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari pelayanan sebelum ke Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2014. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan, saranan produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 14

Bab VI : Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2014 yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014, serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam mewujudkan Visi Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Sehat Secara Mandiri dan Berkeadilan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 15

BAB II :GAMBARAN UMUM 2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN TANGERANG Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106 o 20-106 o 43 Bujur Timur dan 6 o 20-6 o 20 lintang selatan dengan luas wilayah 959.60 km 2 dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, - Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, - Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang. Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara. Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut. Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2014 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan. 2.2. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 adalah 3.140.472jiwa yang terdiri dari 1.608.149 jiwa laki-laki dan 1.532.323 jiwa perempuan, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2013. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang rata-rata 3.273 jiwa/km 2. (sumber : BPS Kabupaten Tangerang), dengan penyebaran penduduk tidak merata, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi berturut-turut adalah Pasar Kemis, Cikupa dan Kelapa Dua. Hal ini disebabkan wilayah kedua kecamatan tersebut merupakan daerah kawasan industri, sedangkan Kelapa Dua merupakan pusat perdagangan dan Real estate terbesar di wilayah Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 16

No Tabel II.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk MenurutKecamatan Tahun 2014 Kecamatan Luas wilayah (KM2) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Desa + Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Balaraja 33,6 8 1 9 121,231 2 Jayanti 23,9 8 0 8 68,072 3 Tigaraksa 48,7 12 2 14 136,506 4 Jambe 26,0 10 0 10 42,633 5 Cisoka 27,0 10 0 10 86,278 6 Kresek 26,0 9 0 9 63,069 7 Kronjo 44,2 10 0 10 56,602 8 Mauk 51,4 11 1 12 80,238 9 Kemiri 32,7 7 0 7 41,735 10 Sukadiri 24,1 8 0 8 54,737 11 Rajeg 53,7 12 1 13 151,429 12 Pasar Kemis 25,9 4 5 9 281,031 13 Teluknaga 40,6 13 0 13 150,373 14 Kosambi 29,8 10 0 10 145,959 15 Pakuhaji 51,9 8 6 14 108,639 16 Sepatan 17,3 7 1 8 104,796 17 Curug 27,4 7 0 7 185,864 18 Cikupa 42,7 14 0 14 250,933 19 Panongan 34,9 7 1 8 115,448 20 Legok 35,1 10 1 11 109,402 21 Pagedangan 45,7 10 1 11 105,828 22 Cisauk 27,8 6 0 6 73,056 23 Sukamulya 26,9 8 0 8 62,301 24 Kelapa Dua 24,4 1 5 6 202,501 25 Sindang Jaya 37,2 7 0 7 85,216 26 Sepatan Timur 18,3 8 0 8 88,171 27 Solear 29,0 7 0 7 82,114 28 Gunung Kaler 29,6 9 0 9 49,980 29 Mekar Baru 23,8 8 0 8 36,330 Kabupaten Tangerang 959,61 249 25 274 3,140,472 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 17

Tabel II.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2014 No. Kecamatan Kepadatan Penduduk 1 Balaraja 3.612.37 2 Jayanti 2.849.39 3 Tigaraksa 2.800.70 4 Jambe 1.638.47 5 Cisoka 3.197.85 6 Kresek 2.428.53 7 Kronjo 1.279.72 8 Mauk 1.560.44 9 Kemiri 1.276.30 10 Sukadiri 2.267.48 11 Rajeg 2.819.91 12 Pasar Kemis 10.842.25 13 Teluknaga 3.705.59 14 Kosambi 4.904.54 15 Pakuhaji 2.094.45 16 Sepatan 6.050.58 17 Curug 6.780.88 18 Cikupa 5.879.40 19 Panongan 3.305.12 20 Legok 3.114.20 21 Pagedangan 2.316.22 22 Cisauk 2.630.75 23 Sukamulya 2.312.58 24 Kelapa Dua 8.306.03 25 Sindang Jaya 2.293.84 26 Sepatan Timur 4.826.00 27 Solear 2.830.54 28 Gunung Kaler 1.686.80 29 Mekar Baru 1.525.19 Kabupaten Tangerang 3.272.65 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan Pasar Kemis memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 di susul Kecamatan Kelapa Dua dan Curug. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 18

2.3. STRATA PENDUDUK Data dari BPS Kabupaten Tangerang menunjukan struktur penduduk di Kabupaten Tangerang termasuk struktur penduduk usia produktif dengan 68,75 % penduduk adalah kelompok umur15-64 tahun, jumlah penduduk berumur 0-14 tahun sebanyak 28.74 % dan berumur> 65 tahun adalah sebanyak 2,51 %. Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No Kelompok Jumlah Penduduk Umur (Tahun) Laki- Laki Perempuan Laki2+ Perempuan 1 2 3 4 5 1 0-4 163,564 155,735 319,299 2 5-9 148,020 140,452 288,472 3 10-14 144,526 137,762 282,288 4 15-19 157,417 152,193 309,610 5 20-24 156,386 150,502 306,888 6 25-29 157,601 156,522 314,123 7 30-34 155,386 157,690 313,076 8 35-39 141,393 137,756 279,149 9 40-44 121,378 105,550 226,928 10 45-49 89,110 75,571 164,681 11 50-54 64,279 55,448 119,727 12 55-59 43,765 37,295 81,060 13 60-64 27,907 25,918 53,825 14 65-69 17,435 18,417 35,852 15 70-74 10,856 12,821 23,677 16 75+ 9,126 12,691 21,817 JUMLAH 1,608,149 1,532,323 3,140,472 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten TangerangTahun 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 19

2.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) IPM merupakan ukuran kinerja pembangunanwilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (daya beli) sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan meningkat. Dalam penyusunan IPM terkait erat dengan tiga komponen yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Indeks Pendidikan (lama sekolah) dan Kemampuan Daya Beli (PPP). Peningkatan IPM Kabupaten Tangerang dapat dilihat sebagai berikut: Grafik II.1 Perkembangan IPM Tahun 2012 2014 73.4 73.2 73 72.8 72.6 72.4 72.2 72 71.8 73.16 72.82 72.36 2012 2013 2014 Sumber : Bappeda Kab.Tangerang 2014 2.5. ANGKA HARAPAN HIDUP Gambaran mengenai tingkat kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH). AHH untuk tahun 2014, yaitu sebesar 66,52 dimana terdapat peningkatan dibandingkan AHH pada tahun 2013,yaitu 66.09 dan tahun 2012 yaitu sebesar 66,07 (Sumber : Bappeda Kab.Tangerang). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tahun Tabel II.4 Angka Harapan Hidup Th. 2012 2014 Angka HarapanHidup 2012 66,07 2013 66,09 2014 66,52 Sumber : Bappeda Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 20

BAB III : PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, berikut ini disajikan situasi mortalitas dan morbiditas. 3.1. JUMLAH KEMATIAN Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari UHH (Usia Harapan Hidup), Angka Kematian Ibu (AKI) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakitpenyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 3.1.1. Jumlah Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai belum berusia tepat satu tahun, yang terbagi menurut usia kematiannya. Kematian Neonatal yaitu kematian bayi lahir hidup yang kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian Neonatal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian Neonatal dini merupakan kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya dan kematian Neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28 hari kehidupannya.(pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan, pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk menilai pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian bayi tahun 2011 s/d tahun 2014. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 21

Grafik III.1 Jumlah Kematian Bayi Tahun 2011-2014 300 200 178 232 282 268 100 0 2011 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Pada grafik III.1 terlihat jumlah kematian Bayi meningkat selama tiga tahun pertama disebabkan karena meningkatnya jumlah kasus Neonatal Komplikasi dan makin baiknya pencatatan dan pelaporan oleh petugas. Pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kematian bayi dikarenakan menurunnya jumlah kematian neonatal, hal ini disebabkan karena tatalaksana penanganan komplikasi neonatus oleh petugas di puskesmas PONED yang lebih baik. Dari 268 kematian bayi pada tahun 2014, penyebabnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Grafik III.2 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 22

Tabel III.1 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2014 No Penyebab Kematian Jumlah Bayi 1 BBLR 127 2 Asfiksia 81 3 Kel.Konginetal 22 4 Sepsis 13 5 Tetanus 2 6 Ikterus 1 7 Pneumonia 4 8 Diare 1 9 Lain-lain 17 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Penyebab terbanyak kematian Bayi adalah BBLR dan urutan kedua adalah Asfiksia disebabkan karena tingginya komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi Berat (PEB) pada ibu. 3.1.2. Jumlah Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental(pedoman AMP Kemenkes 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, tingkat pelayanan kesehatan terutama pada ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pada masa nifas. Informasi mengenai tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman (Making Pregnancy Safer) serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh tenaga kesehatan terlatih, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 224 per 100.000 kelahiran hidup (Hasil SDKI Tahun 2012). Upaya menurunkan angka kematian ibu adalah salah satu prioritas dalam tujuan MDGs 2015 yaitu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 adalah sebanyak 47 kasus kematian dengan penyebab kematian ibu sebesar 90 % terjadi pada saat persalinan dan segera Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 23

setelah persalinan, jumlah kematian ibu pada tahun 2014 terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2013 hal ini dikarenakan menurunnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menurunnya cakupan penanganan komplikasi obsteri. Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah kematian ibu tahun 2011 s/d tahun 2014. Grafik III.3 Jumlah Kematian Ibu Tahun 2011-2014 60 50 40 30 20 10 0 50 47 37 39 2011 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 bawah ini : Penyebab kematian ibu di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 dapat dilihat pada grafik di Grafik III.4 Penyebab Kematian Ibu Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 24

Tabel III.2 Penyebab Kematian Ibu Tahun 2014 No Penyebab Kematian Ibu Jumlah 1 PEB/Eklamsia/HDK 18 2 Hemorrhagie Post Partum 10 (HPP) 3 Ruptur Uteri 5 4 Penyebab lain 14 Sumber: Bid.Kesga-KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena PEB/Eklamsia/ Hipertensi dalam kehamilan sebanyak 18kasus (39 %). Seluruh kasus kematian ibu sudah dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten oleh tim AMP Kabupaten Tangerang sebagai pembelajaran untuk menurunkan jumlah kematian ibu. 3.2. ANGKA KESAKITAN 3.2.1. Sepuluh Besar Penyakit Grafik III.5 10 Besar Penyakit Di Puskesmas Tahun 2014 Sumber: Bid.PPK- SIK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik diatas terlihat infeksi Saluran Nafas Atas berada diposisi teratas dari 10 besar penyakit di Kabupaten Tangerang, yaitu sebesar 79.507 kasus, diikuti penyakit batuk, myalgia, Gastritis, Gastritis, Hipertensi Essensial (Primer), Dermatitis, Sakit Kepala, Artritis, Gangguan Gigi dan Jaringannya. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 25

3.2.2. Penyakit Menular Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular terdiri dari : 3.2.2.1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) disemua wilayah, dan pemantauan jentik berkala untuk mencapai angka bebas jentik sesuai target (>95%), kegiatannya dilakukan dengan melakukan Sosialisasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik bagi Kader,melakukan Penyelidikan Epidemologi(PE) dan melaksanakan Fogging Fokus sesuai kriteria dari hasil penyelidikan Epidemologi. Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang dilaporkan sebagai berikut: Tabel III.3 Data Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 2014 Tahun Jumlah Penderita Meninggal IR per 100.000 Penddk CFR (%) 2011 202 0 7,1 0 2012 640 6 21,1 0,48 2013 936 3 29,8 0,32 2014 409 3 13,0 0,73 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat Insiden Rate (IR) mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yaitu 29,8/100.000 penduduk menjadi 13/100.000 penduduk, tetapi masih dibawah IR Nasional ( 52/100.000 penduduk ). CFR (Case Fatality Rate) DBD adalah angka kematian akibat DBD; yaitu angka kematian dibagi dengan jumlah kasus dikali dengan 100. Pada tahun 2014 CFR DBD mengalami peningkatan menjadi 0,73% dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,32 % (Angka Nasional CFR DBD adalah < 1 %) Dari seluruh penderita DBD yang ditemukan, semua ditangani sesuai SOP, jadi SPM untuk DBD 100 %. Upaya lain yang dilakukan dalam P2DBD diprioritaskan untuk memutus rantai penularan, antara lain : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging Fokus sesuai indikasi dan Gerakan Desa Bebas Jentik. Adapun indikasi Fogging Fokus adalah, Adanya penderita DBD dilengkapi dengan KDRS (Kewaspaan Dini Rumah Sakit) kemudian dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita atau tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik di lokasi tempat tinggal penderita dengan radius 100 m (kurang lebih 20 rumah/bangunan lainnya). Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 26

Jika ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya atau 3 orang tersangka DBD dan ditemukan jentik ( 5%), maka fogging fokus dilakukan dengan radius 200m yang didahului dengan kegiatan (1) Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN); (2) Larvasidasi dan kemudian dilakukan (3) Penyuluhan. 3.2.2.2. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Filariasis Filiariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Filariasis merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang yang dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup, Berikut distribusi kasus filariasis sejak tahun 2004-2014 di Kabupaten Tangerang. Grafik III.6 Distribusi Kasus Filariasis Tahun 2004-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik di atas terlihat terjadi penurunan kasus Filariasis selama kurun waktu 5 tahun terakhir sejak dilakukan pengobatan massal selama 5 tahun berturut-turut yang dimulai tahun 2009 s/d tahun 2013dan semua kasus tersebut sudah ditangani 100%.Sedangkan di tahun 2014 tidak di temukan lagi kasus filariasis. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 27

Grafik III.7 Cakupan Pengobatan Massal Filariasis Tahun 2009-2013 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Sebagai upaya memutuskan rantai penularan kasus Filariasis, sejak tahun 2009 dilaksanakan pengobatan massal di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang. Ada dua indikator dalam menilai cakupan pengobatan massal yaitu : a. Angka Pencapaian Pengobatan Angka pencapaian pengobatan merupakan parameter untuk menilai penanggulangan potensi penularan pada penduduk beresiko dan aspek epidemiologisnya. Dengan demikian semakin tinggi cakupan menggambarkan semakin kecil resiko penularan filariasis di daerah endemis. Grafik III.8 Angka Pencapaian Pengobatan Filariasis Tahun 2011-2013 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafikdiatasterlihatadanyapenurunantarget,halinidisebabkanadanyapenurunan proporsi sasaranyang menentukan besarnya target. Sebelumnyapasien lansia dimasukkan dalam kategori sasaran pengobatan akan tetapi berdasarkan panduan terbaru dari Subdit Filariasis dan Kecacingan Kemenkes RI, mulai tahun 2012 kelompok lansia tidak lagi dimasukkan kedalam sasaran. Dengan demikian penurunan Angka Pencapaian Pengobatan yang tampak pada grafik di atas tidak menunjukan meningkatnya resiko penularan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 28

b. Angka keberhasilan pengobatan Cakupan angka keberhasilan pengobatan,merupakan parameter untuk menilai efektivitas pengobatan massal, semakin tinggi cakupan menunjukan besarnya jaminan bahwa upaya pengobatan akan memberikan hasil yang optimal. Grafik III.9 Angka Keberhasilan Pengobatan Filariasis Tahun 2009-2013 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Di tahun 2013 tidak di temukan kasus kronis baru Filariasis, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan 3 kasus kronis baru yaitu di kec.kemiri 1 kasus, Mekar Baru 2 kasus. Dari hasil evaluasi Survey Darah Jari (SDJ) setelah pengobatan Massal Filariasis selama 5 tahun berturut-turut di peroleh hasil prevalensi MF (Microfilaria Rate) < 1% yaitu 0,03% dan cakupan pengobatan Massal tahun 2013 yaitu 89,80%. Dari grafik di atas terlihat bahwa hasil cakupan pengobatan Massal Filariasis selama 5 tahun berturut-turut sudah melebihi target dari Kemenkes yaitu 65 % demikian juga Prevalensi Microfilaria Rate (hasil yang diperoleh 0,03 %) sudah mencapai target Kemenkes yaitu <1%. Di tahun 2014 telah di lakukan Transmission Assessment Survey (TAS) yang bertujuan untuk mengevaluasi Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMPFIL) selama 5 tahun berturut-turut. Survey dilakukan di 2 unit evaluasi yaitu 30 SD/MI/SDS pada unit evaluasi I dengan jumlah sampling 1692 siswa kelas 1dan 2 dan 30 SD/MI/SDS pada unit evaluasi II dengan jumlah sampling 1692 siswa kls 1 dan 2. Dari hasil survey tersebut dengan menggunakan imunocromatografic Tes (ICT) di dapatakan hasil negatif. Dari kesimpulan diatas bahawa Kabupaten Tangerang telah mencapai target dari Kemenkes dengan hasil prevalensi microfilaria Rate < 1 % yaitu 0,03 %. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 29

3.2.2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare Program P2 Diare di Kabupaten Tangerang dalam pengelolaannya masih dipadukan dengan program P2 ISPA, akan tetapi secara teknis tetap mengacu pada panduan yang ditetapkan oleh Subdit Diare Kementerian Kesehatan RI. Program Penanggulangan Penyakit Diare berdasarkan protap terkini secara praktis termuat dalam LINTAS Diare atau Lima Langkah Tuntas yang perlu terus dioptimalkan dalam implementasinya, yaitu : 1. Pemberian Oralit Osmolaritas (Kepekatan) rendah. 2. Obat Zinc selama 10 hari. 3. ASI dan makanan sesuai umur 4. Antibiotika selektif 5. Nasehat pada ibu/pengasuh a. Diare Semua Umur Berdasarkan data kumulatif yang diperoleh dari 43 puskesmas se-kabupaten Tangerang pada tahun 2014, terdapat peningkatan cakupan sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini. Peningkatan cakupan disebabkan peningkatan jumlah penduduk sehingga target meningkat, meskipun dalam penemuan kasusnya terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2013. Tabel III.4 Persentase Cakupan Kasus Diare Semua Umur Tahun 2011-2014 Tahun Penduduk Target Diare semua umur Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Penemuan Kasus Cakupan (%) 2011 2.838.621 116.667 40.193 34,5 2012 2.941.150 120.881 42.670 35,3 2013 3.050.929 128.885 43.723 33,92 2014 3.140.472 67.206 51.337 76, 38 Cakupan dihitung dengan membandingkan jumlah penemuan kasus dengan target penemuan kasus diare sesuai kategoridiare Semua Umur penderita dikalikan 100%. Rendahnya cakupan penemuan kasus Diare Semua Umur disebabkan beberapa kendala antara lain : 1. Belum optimalnya pencatatan dan pelaporan kasus Diare yang terjaring di luar Puskesmas. 2. Belum terkoordinasinya pengelolaan program Diare antara petugas puskesmas dan kader. 3. Belum terlaporkannya kasus-kasus yang ditemukan fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah di atas yaitu : Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 30

1. Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan kasus Diare Semua Umur dengan memperluas ruang lingkupnya khususnya untuk kegiatan pelayanan di luar gedung (Pustu dan Pusling) melalui peran serta Bidan Desa. 2. Memfasilitasi pertemuan koordinasi antara petugas puskesmas dengan kader sekaligus meningkatkan kompetensi kader dalam upaya rehidrasi oral dini. 3. Memfasilitas pertemuan dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus diare. b. Diare Balita Berdasarkan data kumulatif penemuan kasus Diare Balita yang diperoleh dari 43 puskesmas se-kabupaten Tangerang, tampak adanya peningkatan angka cakupan di Tahun 2014 seperti yang ditampilkan berikut ini : Tabel III.5 Persentasi Cakupan Kasus Diare Pada Balita Tahun 2011-2014 Tahun Balita Target Diare Balita Penemuan Kasus Cakupan (%) 2011 285.687 74.279 21.807 29,4 2012 294.115 76.470 24.200 31,65 2013 312.894 81.352 20.648 25,38 2014 319.299 57.474 27.491 47,83 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Adanya peningkatan jumlah balita meskipun kecil, turut mempengaruhi peningkatan targetcapaian. Dari tabel diatas terlihat peningkatan Cakupan penemuan kasus pada tahun 2014 sebesar 47,83% dibandingkan tahun 2013 yaitu 25,38%. 3.2.2.4.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten Tangerang adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita. Berdasarkan ketentuan WHO, perkiraan kasus pneumonia balita di negara berkembang termasuk Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita, sedangkan kebijakan Kemenkes menetapkan angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara spesifik menggambarkan kondisi pneumonia balita di wilayah tertentu. Untuk menilai efektifitas penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 10% dari jumlah total balita. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 31

Tahun Tabel III.6 Persentasi Target dan Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Tahun 2011-2014 Balita Sasaran (10% balita) 2011 285.687 28.569 2012 294.115 29.412 2013 306,639 30.664 2014 319.299 31.289 Target (target tahun berjalan x sasaran (70% x 28.569) 19.998 (24% x 29.412) 7.058 (30% x30.664) 9.199 (35% x 31.289) 10.951 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Realisasi Penemuan Kasus Cakupan (%) 3.466 17,33 4.613 65,35 7.733 84.06 7.694 70,25 Dari tabel di atas walaupun ditemukan adanya penurunan cakupan, tetapi angka tersebut masih jauh dibawah target. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten dilaksanakan 2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta 3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat dijadikan acuan yang lebih valid. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah: 1. Memperluas cakupan kegiatan bimbingan teknis bagi pengelola program serta petugas BP anak mengenai prosedur baru tatalaksana kasus ISPA/Pneumonia pada balita 2. Melaksanakan sosialisasi pencatatan dan pelaporan serta tatalaksana kasus pneumonia untuk bidan praktek swasta 3. Mengupayakan dilaksanakannya Care Seeking bagi penderita yang telah positif didiagnosis pneumonia. 3.2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis Indikator keberhasilan Program P2 TB dinilai dari Angka Penemuan Pasien Baru TB Paru BTA Positif, atau Case Detection Rate (CDR) dan Angka Konversi (Conversion Rate), Angka Kesembuhan (Cure rate) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) 1. CDR adalah persentase jumlah pasien baru TB Paru BTA Positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA Positif yang diperkirakan ada dalam wilayah Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 32

tersebut.case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru TB Paru BTA Positif pada wilayah tersebut. Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens pasien TB Paru BTA Positif dikali dengan jumlah penduduk. Angka perkiraan ini bervariasi di setiap wilayah. Target CDR Program Penanggulangan Tuberculosis Nasional adalah 70% atau lebih. 2. Angka Konversi adalah persentase pasien baru TB Paru BTA Positifyang mengalami konversi menjadi BTA Negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka Konversi dihitung tersendiri untuk tiap klasifikasi dan tipe pasien, BTA Positif baru dengan pengobatan Kategori 1 atau BTA Positif pengobatan ulang dengan Kategori. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsungmenelan obat dilakukan dengan benar. 3. Angka Kesembuhan (Cure rate) adalah angka yang menunjukkan angka persentase pasien baru TB Paru BTA Positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA Positif yang tercatat. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan. 4. Angka keberhasilan pengobatan (Success rate) adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA Positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun yang lengkap) diantara pasien baru TB Paru BTA Positif yang tercatat. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Grafik III.10 Angka Penemuan Pasien Baru Tb Paru BTA Positif (CDR=Case Detection Rate) Di Kab. Tangerang Tahun 2009-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Angka penemuan kasus baru TB Paru BTA Positif / Case Detection Rate (CDR) tahun 2014 sebesar 65,38% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 69,87%. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 33

Tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk di Kab. Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.360 kasus dan berhasil ditemukan sebanyak 2.348.Tahun 2013 diperkirakan jumlah penduduk di Kab. Tangerang yang menderita TB Paru BTA positif sebanyak 3.333 kasus dan berhasil ditemukan sebanyak 2.179. Penemuan jumlah kasus TB paru BTA positif tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, akan tetapi pembanding/denominator yang menjadi target pencapaian mengalami peningkatan dikarenakan adanya kenaikan jumlah penduduk maka proporsi yang dicapai menjadi menurun, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah belum semua kasus terlaporkan ke Puskesmas terutama dari Klinik/Dokter Praktek Swasta dan RS. Banyaknya petugas pengelola program TB dan Laboratorium Puskesmas yang belum terlatih (Pemegang Program TB Baru). DPS dan RS swasta yang belum terlatih International Standar for Tuberculosis Care (ISTC). Untuk hasil angka kesembuhan tahun 2008-2014 di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik III.11 Angka Kesembuhan Pasien Baru Tb Paru Bta Positif (Cure Rate) Di Kab. Tangerang Tahun 2008-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Angka kesembuhan pada pasien baru BTA positif yang tercatat di Fasyankes DOTs pada tahun 2014 sebesar 85.97%, meningkat dibandingkan pada tahun 2013. Peningkatan angka kesembuhan ini antara lain disebabkan oleh tersedianya Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi pasien, konseling yang baik oleh petugas kesehatan di fasyankes DOTs. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 34

Grafik III.12 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Baru Tb Paru BTA Positif (Succes Srate) Di Kab. Tangerang Tahun 2008-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Angka keberhasilan pengobatan merupakan salah satu indikator Nasional yang dapat menilai kemajuan atau keberhasilan pengendalian TB di suatu wilayah dengan target capaian minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan pada pasien baru BTA positif yang tercatat di Fasyankes DOTs pada tahun 2014 sebesar 93,92%, meningkat dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 93.89%. Angka keberhasilan pengobatan pasien baru TB Paru BTA Positif di Kabupaten Tangerang sudah mencapai target Nasional. Upaya-upaya yang telah dilakukan agar cakupan indikator ini dapat dicapai sesuai target Nasional adalah melatih kader PMO, menghubungi keluarga atau PMO pasien yang tidak mengambil obat di fasilitas pelayanan kesehatan DOTs, meningkatkan konseling antara petugas kesehatan dengan pasien atau keluarga pasien, serta melakukan promosi aktif di masyarakat bahwa pasien TB dapat disembuhkan jika berobat teratur dan menjalankan nasehat tenaga kesehatan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 35

Tabel III.7 Distribusi Peyebaran Kasus TB-MDR Di Kabupaten Tangerang Tahun Tahun 2013 s/d 2015 No Puskesmas TB MDR Ket 1 Kelapa 2 4 2 sembuh, 2 pengobatan di binong 2 Binong 4 1 sembuh, 1 DO, 1 Pengobatan, 1 blm memulai pengobatan 3 Kedaung Barat 2 1 Pengobatan, 1 DO (2014) 4 Sepatan 1 Pengobatan DI Kd barat 5 Kutabumi 4 Pengobatan 6 Pagedangan 2 1 sembuh pengobatan di setu, 1 Pengobatan di binong 7 Sindang Jaya 1 Pengobatan di kutabumi 8 Balaraja 1 sembuh, pengobatan di PKM Kalideres 9 Sukamulya 2 (pengobatan) 10 Kresek 1 Pengobatan di Sukamulya 11 Teluknaga 1 Drop Out (2014) 12 Tigaraksa 2 1 Meninggal (2014), 1 pengobatan pasien wilayah cikuya 13 Pasir Jaya 1 Pengobatan Jumlah 26 Orang Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari tabel di atas dapat dilihat adanya kasus TB dengan Multi Drug Resistent (TB-MDR), adalah kasus TB yang resisten terhadap minimal 2 jenis obat anti tuberculosis OAT, yaitu : Isoniazid dan Rifampisin. Upaya yang dilakukan adalah merujuk pasien suspek TB-MDR ke RS Persahabatan Jakarta sebagai pusat rujukan dan pengawasan menelan obat ditunjuklah PKM Kedaung Barat, PKM Binongdan PKM Kutabumi sebagai klinik satelit MDR. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 36

3.2.2.6.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta Tabel III.8 Tabel Penemuan Kasus Baru Kusta 2010-2014 Tahun Kasus PB RFT rate % Kasus MB RTF Rate % Jumlah Kasus RFT % 2010 26 20 66,7 159 152 40 185 147 79,45 2011 34 24 92,3 186 73 56,6 220 166 75,45 2012 44 26 76,5 201 124 78 245 150 61,22 2013 38 40 90,9 211 144 77,4 249 184 73,89 2014 38 33 86,8 201 150 74,6 239 183 76,57 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 RFT Rate Tahun 2014 : di dapat dari : - RFT Rate PB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2013 (PB 2013 = 38 orang). Pasien yang sudah RFT s.d. Tahun 2014 ada 33 orang. Jadi didapat RFT Rate PB 2014 = 33/38 x 100 = 86,8 % - RFT Rate MB = Kasus baru yang tercatat dari januari s.d. Desember 2012 (MB 2012 = 201 orang) dan pasien tersebut RFT s.d. Tahun 2014, sebanyak 150 pasien. Jadi didapat RFT Rate MB 2014 = 150/201 x 100 = 74,6 %. Ket : -Untuk RFT Rate PB = Pasien 1 tahun sebelumnya -Untuk RFT Rate MB = Pasien 2 tahun sebelumnya Pada tahun 2014 ditemukan 284 kasus baru(52 Kasus PB dan 232 kasus MB), meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu tercatat sebanyak 249 kasus baru ( 33 kasus PB dan 211 kasus MB ). Grafik III.13 Case detection Rate kasus Kusta Tahun 2011-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 37

Dari grafik di atas dapat dilihat ada peningkatan CDR untuk kasus Kusta dari 8.16 ditahun 2013 menjadi 9,04 di Tahun 2014. CDR (Case Detection Rate) adalah angka penemuan penderita baru; yaitu Jumlah penderita baru ditemukan pada periode satu tahun dibagi jumlah penduduk di tahun yang sama dikali 100.000. CDR merupakan indikator yang paling bermanfaat dalam menetapkan besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2013 sebanyak 3.050.929, meningkat di Tahun 2014 sebanyak 3.140.472. Dari jumlah penduduk yang meningkat ini menjadi deminator sehingga angka CDR di tahun 2014 mengalami penurunan. Upaya yang telah dilakukan dalam program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kusta, antara lain : Rapid Village Survei (RVS) (dilakukan di desa dengan beban Kusta tinggi), School Survei(dengan sasaran siswa/siswi Sekolah Dasar), Pemeriksaan kontak serumah, pelacakan terhadap kasus mangkir, dan On The Job Training (OJT) untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas. Grafik III.14 Prevalensi Rate kasus Kusta Tahun 2011-2014 2 1.5 1.61 1.51 1 0.5 0.97 0.83 0 2011 2012 2013 2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 3.2.2.7. Prevalensi Rate Kusta Penderita Kusta (PB dan MB) tercatat (terdaftar) dalam register dibagi jumlah penduduk pada tahun yang sama dikali 10.000. (Penduduk Kab. Tangerang 2014 = 3.140. 472) Dari grafik di atas dapat dilihat adanya penurunan Prevalensi Rate dari tahun 2013 dengan angka1,51 per 10.000 penduduk menjadi 0,83 per 10.000 penduduk pada tahun 2014. Ini menandakan angka kesakitan sudah < 1 / 10.000 penduduk. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 38

Tahun JUMLAH KASUS Tabel III.9 Tabel Kecacatan dan Kusta Anak Tahun 2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 a) Proporsi cacat Tk. 2 adalah indikator yang menunjukkan keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnosis, keterlambatan penderita mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan penderita. Pada tahun 2014 ditemukan 25 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2013 dengan 19 kasus. Untuk cacat Tk.2 angka indikatornya < 5 % dari keseluruhan kasus baru yang ditemukan ( MB dan PB ) dengan demikian tingkat kecacatan di Kabupaten Tangerang masih tinggi. b) Proporsi penderita untuk anak 0-14 tahun menunjukkan keadaan penularan saat ini. Pada tahun 2014 terdapat 48 Kasus, meningkat dibandingkan tahun 2013 dengan 42 kasus. Untuk kasus penderita anak 0-14 tahun angka indikatornya < 5 % sedangkan angka di Kabupaten Tangerang masih tinggi, hal ini disebabkan karena angka penderita Kusta Tipe MB juga masih tinggi. PB + MB Proporsi Cacat Tk. 2 Proporsi Kusta Anak (0-14 th) JUMLAH (kasus) % JUMLAH % 2009 159 21 13 20 13 2010 185 28 15 21 11 2011 220 28 13 31 14 2012 245 33 13 33 13 2013 249 19 8 42 17 2014 284 25 9 48 17 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 39

3.2.2.7. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit HIV / AIDS Grafik III.15 Trend penemuan Kasus HIV - AIDS Tahun 2008-2014 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Pada tahun 2014 ditemukan 92 kasus baru, yaitu HIV (+) 62 kasus dan AIDS 30 kasus yang seluruhnya (100%) ditangani dan terjadi persamaan jumlah penemuan kasus baru di tahun 2013, yang tercatat 92 kasus juga, hanya perbedaannya pada masing-masing kasus HIV (+) 36 kasus dan AIDS 56 kasus di tahun 2013. Kesamaan jumlah kasus bisa saja terjadi dan bukan menjadi suatu permasalahan selama penanganan kasus betul-betul dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan. Dalam 2 tahun terakhir, masih tingginya angka penemuan kasus terjadi karena peningkatan kegiatan mobile VCT dan perluasan wilayah sasaran dimana bukan saja hotspothotspot prostitusi, tetapi juga di tempat-tempat tongkrongan, kelompok kelompok Risti seperti Ibu hamil, penderita TB dll, juga sudah mulai timbul kesadaran pada masyarakat berisiko untuk mengunjungi tempat layanan kesehatan HIV-AIDS terdekat. Upaya penanggulangan HIV AIDS terus dilakukan dengan melakukan sosialisasi HIV- AIDS dan IMS kepada kelompok resiko tinggi, karyawan perusahaan, remaja dan anak sekolah, pelaksanaan layanan komprehensif berkelanjutan (LKB) dan one stop service HIV-AIDS di RSU Tangerang, RS Qadr, PKM Kosambi, PKM JL. Emas, PKM Balaraja, PKM Mauk dan PKM Curug. Disamping itu sudah Aktifasinya layanan VCT di RSUD Balaraja dan di kembangkan menjadi layanan Komprehensif, serta telah aktifasinya VCT dan CST di RS Siloam. Peningkatan penemuan kasus HIV-AIDS juga melalui layanan Infeksi Menular Seksual di seluruh puskesmas Kabupaten Tangerang dan 8 PKM dengan pendekatan laboratorium yaitu PKM Balaraja, Curug, Jl. Emas, Kosambi, di susul dengan PKM Mauk, Teluknaga, Cisauk dan Suradita. Kegiatan-kegiatan yang menunjang dilakukan dalam penanggulangan HIV-AIDS pada tahun 2014 diantaranya : Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 40

a) Rapat Koordinasi Layanan Komprehensif Terkoordinasikannya kegiatan layanan PKM komprehensif HIV- AIDS termasuk data yg ada di layanan dan di Dinas Kesehatan dan menyelesaikan permasalahan2 yang ada dalam pelaksanaan. b) Pertemuan Sosialisai HIV-AIDS untuk Perusahaan Tersosialisasinya informasi tentang HIV-AIDS dan IMS terhadap 20 perusahaan lingkup Kab. Tangerang. c) Pertemuan Kelompok Sebaya Tersosialisasikannya HIV-AIDS dan IMS kepada komunitas populasi kunci dan terlaksananya kegiatan pendidik sebaya (Peer Educater). d) Pertemuan Sosialisai HIV-AIDS untuk Kelompok Risti Tersosialisasikannya HIV-AIDS dan IMS terhadap masyarakat kelompok Risti di 12 Kecamatan, dengan harapan agar timbul peningkatan pengetahuan dan kesadaran terhadap perilaku risikonya sehingga dapat mencegah penularan penyakit HIV dari dan ke orang lain. e) Pertemuan Sosialisai HIV-AIDS dan Narkoba untuk Anak Sekolah Tersosialisasikannya HIV-AIDS dan Narkoba terhadap anak sekolah dengan harapan agar timbul peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang bahaya seks bebas, perilaku seks berisiko dan bahaya narkoba sehingga mereka dapat mencegah penularan penyakit HIV akibat seks bebas dan penggunaan narkoba suntik baik untuk dirinya maupun orang lain. f) Transport Kegiatan Mobile VCT Terlaksananya kegiatan Mobile VCTdalam rangka menemukan kasus HIV dengan mendekatkan layanan pemeriksaan / tes HIV ke tempat kelompok masyarakat dan kelompok populasi berisiko. g) Transport Kelompok Risiko Tinggi (Penjangkauan) Terlaksananya kegiatan penjangkauan kelompok risiko tinggi sehingga secara mandiri maupun dorongan penjangkau mau memeriksakan dirinya ke layanan HIV-AIDS dan IMS. h) Transport Pendamping ODHA (Pendampingan) Terlaksananya kegiatan pendampingan terhadap penderita HIV (+) baik yang baru untuk menguatkan kondisi dan keadaanya pasca tes HIV maupun yang lama sehingga semua penderita HIV terpantau keberadaanya dan perkembangan kesehatannya. i) Bantuan Rujukan Kasus IMS dan HIV- AIDS Lanjutan Terlaksananya rujukan kasus IMS dan HIV-AIDS lanjutan dari masyarakat yang membutuhkan ke layanan HIV-AIDS dan IMS Puskesmas dan Rumah Sakit. j) Bantuan Rujukan Pemeriksaan CD4 untuk ODHA Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 41

Terlaksananya pemeriksaan CD4 untuk ODHA, dengan harapan dapat terpantau kondisi kesehatannya melalui pemeriksaan CD4 k) Bantuan Rujukan Efek samping obat ARV Terlaksananya pemeriksaan efek samping ARV terhadap ODHA dengan ARV dengan harapan dapat terpantau kondisi kesehatannya melalui pemeriksaan efek samping ARV. l) Honorarium Tim Kerja Terpenuhinya kebutuhan operasional sebagai tambahan biaya untuk kepentingan pembinaan sebagai panitia pelaksana kegiatan. m) Belanja Jasa Laboratorium Terlaksananya Pemeriksaan Pra ARV, Drug Side Effect ARV 2 minggu dan, Drug Side Effect ARV 3 bulan untuk ODHA yang mau ARV. n) Kegiatan Belanja Cetak Tersedianya format laporan bulanan IMS dan Lembar balik TB-HIV untuk 43 Puskesmas sebagai alat pencatatan dan pelaporan dan sebagai alat peraga untuk penyuluhan bagi petugas maupun kader Puskesmas. o) Kegiatan Kolaborsi TB-HIV Terselenggaranya kegiatan Pertemuan Kolaborasi TB-HIV sebanyak 1 kali kegiatan untuk semua Puskesmas se-kab. Tangerang. p) Kegiatan Pertemuan Petugas IMS Puskesmas Terselenggaranya kegiatan Pertemuan Petugas IMS Puskesmas se-kab. Tangerang sebanyak1 kali dalam setahun. q) Kebutuhan Syrop untuk PTRM Terlaksanakannya pembelian kebutuhan syrup untuk PTRM dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam setahun. r) Honor Tim Kerja PNS Tersampaikannya honor tim kerja PNS setiap 1 triwulan kepada Tim Kerja PTRM, Tim KerjaLASS,dan Tim kerja Komprehensif. s) Honor Tim Kerja Non PNS Tersampaikannya honor tim kerja non PNS setiap 1 triwulan kepada 8 orang petugas, terdiri dari 4 orang petugas PTRM dan 4 orang petugas LASS. t) Pertemuan Layanan Komprehensif Terselenggaranya pertemuan Layanan Komprehensif Berkelanjutan sebanyak 1 kali dalam setahun. u) Validasi Data HIV-AIDS dan IMS Terselenggaranya kegiatan Validasi data HIV-AIDS dan IMS dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 42

v) Audit Mutu Layanan Komprehensif Terselenggaranya kegiatan audit mutu layanan komprehensif sebanyak 1 kali dalam satu tahun untuk 5 layanan Komprehensif HIV-AIDS Kabupaten Tangerang. w) Monitoring dan Evaluasi HIV-AIDS dan IMS ke Layanan Komprehensif Terselenggaranya kegiatan monitoring dan Evaluasi HIV-AIDS dan IMS ke Layanan Komprehensif sebanyak 1 kali dalam setahun kepada 8 layanan komprehensif terdiri dari 4 Rumah Sakit dan 4 Puskesmas di Kab. Tangerang. x) Pembelian Tabung EDTA untuk pemeriksaan VCT Terlaksananya pembelian tabung EDTA untuk pemeriksaan VCT sebanyak 45 box, 1 kali dalam setahun. 3.2.3. Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Program PPTM memiliki ruang lingkup yang cukup luas, dalam pengelolaannya Direktorat PPTM Kemenkes RI membaginya kedalam lima bidang sebagai berikut : 1. Progam Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD), 2. Program Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik (DM dan PM), 3. Program Pengendalian Penyakit Kronik Degeneratif (PKD), diprioritaskan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), 4. Program Pengendalian Penyakit Kanker, 5. Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan (GAKTI). Permasalahan akibat Penyakit Tidak Menular semakin lama semakin dirasakan, dan apa yang telah diperkirakan oleh para ahli tentang adanya transisi epidemiologis makin tampak nyata. Penyakit Tidak Menular terutama Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Kanker, Penyakit paru Obstruktif Kronik dan Diabetes Melitus, adalah pembunuh terbesar di dunia dengan 35 juta kematian setiap tahun merupakan penyebab dari sekitar 60% kematian global. Untuk wilayah Asia Tenggara ancaman PTM setiap tahunnya diperkirakan sebesar 8 juta kematian atau 22% dari seluruh kematian. Situasi PTM di Indonesia sendiri cukup mengkhawatirkan, tampak dari pesatnya peningkatan kematian akibat PTM yaitu dari 41% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Lebih spesifik lagi tampak dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukan bahwa dari 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia, 6 diantaranya adalah karena PTM. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi (15,4%), disusul Tuberkulosis Paru (7,5%), Hipertensi (6,8%) Cedera (6,5%), Perinatal (6,0%), DM (5,7%), Tumor (5,7%), Penyakit Hati (5,2%), Penyakit Jantung Iskemik (5,1%) dan Penyakit Saluran Nafas Bawah (5,1%) Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 43

Dengan mempertimbangkan kondisi lokal spesifik di Kab.Tangerang, yang didukung dengan data kasus yang tercatat dari seluruh puskesmas se-kabupaten Tangerang, maka Program PPTM yang menjadi prioritas dalam pengelolaannya adalah Prog. Pengendalian PJPD dan Prog. Pengendalian DM. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang dimaksud meliputi kondisi klinis serta faktor risiko sebagai akibat gangguan sistem sirkulasi, yaitu : 1. Hipertensi 2. Penyakit Jantung Koroner 3. Stroke Penyakit DM selain merupakan suatu kondisi klinis spesifik, dapat juga menjadi faktor risiko utama dari PJPD. Sedangkan untuk Penyakit Kronik Degeneratif, PPOK dan Asma menjadi prioritas dikarenakan permasalahan kesehatan yang timbul secara progresif pada penderitanya, serta mendesaknya upaya pengendalian efek buruk akibat tembakau (rokok) sebagai faktor risiko utama PPOK. Berikut ini kami tampilkan data kasus PTM prioritas di Kab. Tangerang dalam 2 tahun terakhir. Tabel III.10 Jumlah Kasus Tertinggi PTM Prioritas Tahun 2013 dan Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2014 Kasus Jumlah Kasus Jumlah Hipertensi 60.171 Hipertensi 26.442 Diabetes 10.698 Diabetes 20.487 Asma 9.672 Astma 4.927 Penyakit Lain 591 Stroke 272 PPOK 537 Kecelakaan 251 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari hasil data diatas,dapat terlihat adanya perubahan pada 5 jenis penyakit tertinggi di Kabuputen Tangerang. Angka kasus tertinggi di tahun 2014 masih sama dengan di tahun 2013 yaitu Hipertensi, namun jumlah kasus cenderung menurun, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah dikarenakan jumlah kasus yang diambil masih merupakan kasus kunjungan ke Puskesmas dan Posyandu PTM, dimana sebelum era JKN pembiayaan kesehatan oleh pemerintah pada masyarakat miskin hanya bisa dilayani apabila pasien berobat ke Puskesmas, namun di era JKN saat ini masyarakat yang pembiayaan kesehatanya di tanggung pemerintah memiliki kebebasan untuk memilih penyedia pelayanan kesehatan Tk.I diluar Puskesmas, sehingga tidak menutup Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 44

kemungkinan turunnya angka kasus Hipertensi dikarenakan kemungkinan adanya penurunan jumlah kunjungan pasien PTM ke Puskesmas, namun untuk melihat lebih lanjut diperlukan analisa mengenai jumlah kunjungan pasien di Puskesmas. Selain itu terjadi peningkatan angka kasus DM di 2014, dimana hal ini menunjukkan bahwa adanya upaya peningkatan sumber daya Puskesmas. Dalam menentukan diagnosis DM di perlukan alat penunjang berupa alat pengukur gula darah, dengan meningkatnya angka penjaringan DM maka penggunaan sarana penunjang di Puskesmas sudah lebih dioptimalkan. Pada tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah mendistribusikan lebih dari 1000 stik alat pemeriksaan gula darah, guna membantu Puskesmas melakukan penjaringan factor resiko DM di masyarakat. Untuk kasus PTM umumnya pengendalian difokuskan pada penjaringan dan tatalaksana faktor risiko serta pencegahan komplikasi yang dapat dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan primer. Hal ini menjadi penting karena dengan tidak terkendalinya faktor risiko, seperti Hipertensi, Diabetes Melitus dan kebiasaan merokok maka progresifitas penyakit terus berkembang menjadi kondisi klinis yang lebih kompleks yaitu Penyakit Jantung Koroner, Stroke, dan PPOK. Keadaan tersebut memerlukan tatalaksana yang rumit di sarana pelayanan kesehatan rujukan dengan biaya yang jauh lebih besar. Upaya strategis yang perlu segera dilaksanakan adalah pengendalian faktor risiko mulai dari pelayanan kesehatan primer. Upaya ini diprioritaskan pada pengelolaan pasien Hipertensi dan DM secara adekuat di Puskesmas, untuk mendukung keberhasilannya maka perlu didukung ketersediaan obat dan sarana yang memadai. Dalam memenuhi hal tersebut diatas, di tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah membuka 17 Posbindu PTM baru di masyarakat, dan sebanyak 17 alat pembantu pelayanan berupa Posbindu Kit telah didistribusikan ke Puskesmas guna membantu pelaksanaan Posbindu PTM di masyarakat. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 45

Tabel III.11 Data SDM dan Posbindu Kit di 43 Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO. PUSKESMAS JUMLAH Petugas Dilatih Posbindu KIT 1 Balaraja 1 2 2 Binong 1 2 3 Bojong Kamal 0 0 4 Bojong Nangka 1 1 5 Caringin 0 0 6 Cikupa 0 0 7 Cikuya 0 0 8 Cisauk 0 0 9 Cisoka 1 2 10 Curug 1 1 11 Gembong 0 0 12 Gn.Kaler 0 0 13 Jambe 0 0 14 Jayanti 0 0 15 Jl.Emas 0 0 16 Jl.Kutai 0 0 17 Kedaung Barat 1 1 18 Kelapa Dua 1 1 19 Kemiri 0 0 20 Kosambi 0 0 21 Kresek 1 1 22 Kronjo 1 1 23 Kutabumi 1 2 24 Legok 0 0 25 Mauk 2 1 26 Mekar Baru 1 1 27 Pagedangan 1 2 28 Paku Haji 0 0 29 Panongan 1 1 30 Pasir Jaya 1 2 31 Pasir Nangka 1 2 32 Rajeg 1 2 33 Salembaran Jaya 1 1 34 Sepatan 1 1 35 Sindang Jaya 1 1 36 Sukadiri 1 1 37 Sukamulya 1 1 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 46

38 Sukatani 0 0 39 Sukawali 0 0 40 Suradita 1 1 41 Tegal Angus 1 3 42 Teluk Naga 1 2 43 Tigaraksa 1 2 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 3.2.4 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dan Penyakit Menular lain potensial wabah Universal Child Immunization (UCI) merupakan target program imunisasi rutin pada bayi, dimana cakupan imunisasi diperoleh dengan lengkap. Bayi harus memperoleh lima imunisasi dasar secara lengkap (LIL), yang berguna untuk mencegah penyakit PD3I seperti : Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Polio, Hepatitis, dan Campak. Indikator yang dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah seluruh Bayi di Kabupaten Tangerang mendapatkan imunisasi BCG 1x, DPT-HiB 3x, Polio 4x dan campak 1x Boster DPT HiB 1x. Dengan Target pencapaian UCI pada wilayah desa/kelurahan yaitu 80%. Tingkat kekebalan populasi (herd immunity) yang diperoleh, dari vaksinasi yang dilakukan, berbeda pada setiap antigen yang digunakan. Dengan tercapainya target cakupan UCI, yang dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat tingkat kekebalan populasi (herd immunity) sebesar 80% pada masyarakat dan bayi sehingga terlindung dari penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Distribusi kejadian kasus PD3I di Kabupaten Tangerang sebagai berikut : Tabel III.12 Distribusi Kasus PD3I Tahun 2011-2014 Tahun Tetanus Neonatorum Campak Difteri Pertusis Polio HB 2012 0 0 0 0 0 0 2013 3 0 7 0 0 0 2014 2 0 0 0 0 0 Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari tabel di atas, diketahui bahwa pada tahun 2014, ditemukan kasus PD3I yaitu :Tetanus Neonatorum sebanyak 2 kasus. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 47

a. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridiumtetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat yang tidak steril. Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 1 kasus (50 %). Sebanyak 2 kasus (100%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan Bidan. Pertolongan persalinan 2 kasus (100 % ditolong oleh nakes. Untuk pemotongan tali pusat dengan gunting yaitu 2 kasus (100%). Gambaran kasus tetanus neonatorum beserta persentase kasus menurut faktor risiko dapat dilihat pada tabel berikut : Dari 2 (Dua) desa yang merupakan lokasi kejadian kasus TN merupakan desa dengan kategori risiko sanitasi tinggi, bahkan 2 (dua) diantaranya termasuk dalam kategori risiko sanitasi sangat tinggi (ds.muncung kronjo dan karang serang sukadiri) Hasil Penyelidikan epidemiologi tahun 2014, 1 kasus tidak diimunisasi saat mendapatkan pelayanan kesehatan di Sarana KesehatanSwasta. Dibandingkan dengan kasus TN 2013 sebanyak 3 kasus, jumlah kasus tahun 2014 menurun yaitu sebanyak 2 kasus. b. Campak Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 197 kasus campak klinis dari 29 kecamatan yang melaporkan adanya kasus. Tidak ditemukan adanya kasus yang meninggal. c. Difteri Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistim pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Tidak ditemukan kasus difteri pada tahun 2014. d. Polio & AFP (Acut Flacid Paralysis) Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistim syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-15 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 48

AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Jumlah AFP yang telah ditemukan sebanyak 21 kasus dan diperiksa spesimennya, dari target 18 kasus pada tahun 2014, yang tersebar di 11 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. e. Penyakit Menular lainnya Potensial Wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Peningkatan surveilans Epidemiologi dan penanggulangan wabah adalah merupakan kegiatan yang mencakup Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) terjadinya kejadian luar biasa (KLB), penyelidikan KLB sampai penanggulangan KLB. Dengan demikian KLB bisa ditanggulangi < 24 jam, menurunnya KLB dengan CFR menurun < 1 % saat KLB terjadi. Tabel. III.13 Distribusi Penyakit Menular lain Potensial Wabah & KLB Tahun 2012 2014 NO JENIS KLB 2012 2013 2014 JML. KEC Sumber: Bid.P2- P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 KASUS Pada tahun ini masih ditemukan Kejadian Luar Biasa (KLB) baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, dari tabel di atas masih adanya kasus chikungunya, leptospirosis, HFMD (Hand Foot and Mouth Disease), keracunan makanan, JML. KEC KASUS JML. KEC KASUS 1. Chikungunya 5 209 10 529 1 67 Leptospirosis 1 1 8 9 4 9 2. 3. Keracunan Makanan 4 316 4 145 2 153 4 HFMD 7 22 1 1 1 3 5 Malaria 4 4 3 3 6 7 6 DBD 3 25 3 3 - - 7 Diare 0 0 1 1 0 0 8 Susp MERS-Cov 0 0 0 0 2 2 9 Susp Rabies 0 0 0 0 3 19 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 49

Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan Peningkatan surveilans epideminologi dan penanggulangan wabah, dengan hasil sebagai berikut: Pelacakan Kasus AFP Sebanyak 21 Kasus, yang tersebar pada 19 desa/kelurahan. Terlaksananya Surveilans aktif setiap bulan pada 19 Rumah Sakit yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. Terlaksananya Sistim KewaspadaanDini Penyakit Menular Potensial KLB / EWARS ( Early Warning Alert and Respon System )setiap minggu di 43 Puskesmas dan 19 Rumah Sakit serta Pembuatan Bulletin Epidemiologi mingguan. Diperolehnya Data Surveilans Terpadu Penyakit ( STP ) di 43 Puskesmas dan 19 Rumah Sakit. Dari 7 jenis Kejadian Luar Biasa ( KLB ) yang terjadi pada Tahun 2014, terdapat 2 Kejadian Luar Biasa penyakit yang dominan yaitu: Dari total 9 kasus leptospirosis yang terjadi pada tahun 2014, 2 diantaranya meninggal Penderita Leptospirosis Berjenis kelamin Laki-Laki sebanyak 6(66.66 %) dan perempuan sebanyak 3 org (33.3%), penderita terbanyak berusia antara 20-44 tahun (sebanyak 5 kasus) dan semua kasus berada di Kecamatan wilayah yang terkena banjir. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 50

BAB IV : UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Maka dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan pada tahun 2014. 4.2. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Semakin baik kualitas pelayanan, maka diharapkan dapat mengatasi sebagian besar permasalahan kesehatan di masyarakat. 4.2.1. Pelayanan Kesehatan Ibu Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu sangat berperan bagi kesehatan ibu hamil yang mencakup kesehatan bayi sejak dalam kandungan hingga saat persalinan dan tumbuh kembang anak 4.2.1.1. Pemeriksaan Ibu Hamil Indikator pelayanan ibu hamil antara lain cakupan K1, K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. K4 adalah cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada triwulan ke-1, 1 kali pada triwulan ke-2 dan 2 kali pada triwulan ke-3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator K4 ini, dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menempati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, disamping menggambarkan manajemen program KIA. Grafik IV.1 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K1) Tahun 2012-2014 104 103 102 100 98 96 100 100 99.7 100 97.8 Target Cakupan 94 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga - KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 51

Dari grafik diatas diperoleh cakupan K1 pada tahun 2014 adalah 97.8% menurun dibandingkan cakupan K1 tahun 2013, hal ini disebabkan karena sejak 1 Januari 2014 tidak ada lagi Jaminal Persalinan (Jampersal) yang merupakan pembiayaan pemeriksaan kehamilan/antenatal care, persalinan dan pemeriksaan nifas/postnatal care oleh pemerintah pusat, walaupun sejak April 2014 sudah ada Jampersal daerah yang pembiayaannya oleh APBD Kabupaten Tangerang namun hal tersebut belum tersosialisasi dan dimanfaatkan secara maksimal. Hasil cakupan K1 tahun 2014 menunjukkan belum mencapai target SPM sebesar 100%. Grafik IV.2 Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil (K4) Tahun 2012-2014 95 90 85 80 90 82.2 95 95 88.9 89.4 Target Cakupan 75 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik diatas diperoleh cakupan K4 pada tahun 2014 adalah 89.4 % meningkat dibandingkan cakupan tahun 2013. Hasil ini menunjukkan belum tercapainyai target cakupan K4 (95 %), hal ini kemungkinan disebabkan adanya ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal yang disarankan atau terlambat untuk mengakses ANC sebanyak empat kali dan dapat juga karena faktor penyebab lain diantaranya ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali pada umur kehamilan > 12 minggu, sehingga K4 tidak mencapai target. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 antara lain pendataan ibu hamil, kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak mematuhi jadwal ANC, optimalisasi Kelas ibu hamil, Penyuluhan P4K(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dan peningkatan kualitas pelayanan ANC. 4.2.1.2. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Pada grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012-2014, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Tangerang belum mencapai target SPM yang telah ditentukan yaitu 80 % (Depkes 2008). Bisa dilihat untuk cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2012 adalah sebesar 59 %, tahun 2013 sebesar 77.6%, dan pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 75,4%, hal tersebut menunjukan telah dilakukannya upaya peningkatan penanganan Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 52

komplikasi kebidanan dari tahun 2012 hingga tahun 2014, namun terjadi penurunan cakupan di tahun 2014 hal ini disebabkan karena sejak 1 Januari 2014 tidak ada lagi Jaminal Persalinan (Jampersal) yang merupakan pembiayaan pemeriksaan kehamilan/antenatal care, persalinan dan pemeriksaan nifas/postnatal care oleh pemerintah pusat, walaupun sejak April 2014 sudah ada Jampersal daerah yang pembiayaannya oleh APBD Kabupaten Tangerang namun hal tersebut belum tersosialisasi dan dimanfaatkan secara maksimal. Cakupan Kunjungan penanganan komplikasi kebidanan di wilayah Kabupaten Tangerang pada tahun 2012-2014 digambarkan pada grafik dibawah ini: Grafik IV.3 Trend Cakupan Penanganan Komplikasi Tahun 2012-2014 80 60 40 20 59 77.6 75.4 0 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.2.1.3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Meningkatnya pertolongan ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB. Grafik IV.4 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga KesehatanTahun 2012-2014 100 90 80 70 60 50 89.7 92.4 2012 2013 2014 88.1 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik diatas terlihat bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 88,1% menurun dibandingkan tahun 2013 hal ini disebabkan karena sejak 1 Januari 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 53

tidak ada lagi Jaminal Persalinan (Jampersal) yang merupakan pembiayaan pemeriksaan kehamilan/antenatal care, persalinan dan pemeriksaan nifas/postnatal care oleh pemerintah pusat, walaupun sejak April 2014 sudah ada Jampersal daerah yang pembiayaannya oleh APBD Kabupaten Tangerang namun hal tersebut belum tersosialisasi dan dimanfaatkan secara maksimal. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di tahun 2014 belum mencapai target SPM sebesar 90%. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain : Kemitraan Bidan dan Dukun, sosialisasi dan pemanfaatan Jaminan Persalinan Daerah secara maksimal, kegiatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED, peningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan Normal, Pelatihan PONED; selain itu Bidan desa proaktif dalam pelayanan kesehatan di desanya masing-masing dengan mengoptimalisasi P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) di 189 desa, serta sudah berjalannya kegiatan kelas ibu hamil di 293 pos di wilayah Kabupaten Tangerang. 4.2.1.4. Pelayanan Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas lengkap adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan ketentuan waktu : 1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan, 2. Kunjungan nifas ke-2 dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 14 hari), 3. Kunjungan nifas ke-3 dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari). Cakupan pelayanan ibu nifas dari Tahun 2012 sampai 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah : Grafik IV.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2012-2014 100 90 80 70 81.5 88.4 90.7 60 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 54

Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa cakupan pelayanan ibu nifas di tahun 2014 sebesar 90,7% meningkat dibanding cakupan tahun 2013 dan sudah mencapai target SPM (90%). 4.1.1.5. Cakupan Peserta KB Aktif yaitu 70% Cakupan Peserta KB Aktif pada tahun 2012dan tahun 2013 sudah mencapai target SPM tetapi terjadi penurunan hasil cakupan pada tahun 2014 menjadi 67.4 %. Hal ini disebabkan antara lain karenameningkatnya kasus Drop Out (DO) KB dan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang masih kurang pada peserta KB aktif. Grafik IV.6 Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2012-2014 77 75.5 70 71.46 67.4 63 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak 4.1.2.1. Pelayanan Neonatal Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga untuk bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Cakupan Pelayanan kesehatan neonatus Kabupaten Tangerang pada Th 2012 untuk KN1 (98,7%) dan untuk KN Lengkap (93,9%), tahun 2013 untuk KN1 (97,2%), dan KN Lengkapnya (93,2%) dan pada tahun 2014 KN1 (95,7%) dan KN lengkap (92,8%). Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 55

Grafik IV.7 Cakupan Kunjungan Neonatus KN1 dan KN Lengkap Tahun 2012-2014 100 98 96 94 92 90 88 98.7 97.2 95.7 93.9 93.2 92.8 2012 2013 2014 KN 1 KN Lengkap Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Hasil Cakupan Pelayanan Kunjungan Neonatus dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 sudah mencapai target SPM 90%. 4.1.2.2. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Cakupan penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan komplikasi neonatus maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus pada tahun 2014 sebesar 67,7% menurun dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 76,4% dan belum mencapai target SPM sebesar 80%. Hal ini antara lain disebabkan karena bidan desa baru sejumlah 84 bidan PTT baru belum mampu menangani kasus komplikasi pada neonatus. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 56

Grafik IV.8 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Tahun 2012-2014 100 80 60 40 20 0 76.4 67.7 58.6 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.3. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi pada 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012 tetapi menurun di tahun 2014 namun sudah mencapai target SPM 90%.Tercapainya target SPM ini karena kunjungan posyandu dan pencatatan di kartu bayi lebih baik. Grafik IV.9 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2012-2014 100 95 90 85 80 75 70 92.4 95.1 93.2 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.4. Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan pelayanan anak balita adalah cakupan anak Balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar meliput pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2014 terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2013 dan sudah mencapai target SPM sebesar 90 %. Hal ini dikarenakan pemahaman definisi operasional cakupan pelayanan anak balita dan peningkatan kinerja petugas puskesmas dalam pelayanan anak Balita. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 57

Grafik IV.10 Cakupan Pelayanan Anak Balita Tahun 2012-2014 95 90 85 80 75 70 90.9 86.1 80 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.5. Cakupan Penjaringan SDIDTK umur 60 71 bulan Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian yang dilaksanakan minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Grafik di bawah ini adalah hasil kegiatan penjaringan SDIDTK. Grafik IV.11 Cakupan Kunjungan Penjaringan SDIDTK Tahun 2012-2014 100 80 60 40 20 58.5 87 87 0 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.6. Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita sakit yang dilayani dengan MTBS Cakupan pelayanan kesehatan anak balita yang dilayani dengan MTBS adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.seluruh puskesmas (43 Puskesmas) di Kabupaten Tangerang sudah melaksanakan pelayanan MTBS. Cakupan pelayanan kesehatan anak Balita sakit yang dilayani dengan MTBS di tahun 2014 sebesar 64,3% meningkat Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 58

dibandingkan cakupan tahun 2013. Hal ini karena kemampuan petugas dalam melakukan pelayanan MTBS meningkat. Grafik IV.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan MTBS Tahun 2013 dan 2014 65 64 63 62 61 60 61.9 64.3 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.7 Cakupan Balita yang mempunyai buku KIA Buku KIA merupakan gabungan kartu- kartu kesehatan Ibu dan Anak, dimulai dari KMS ibu hamil, KMS balita, Kartu Keluarga Berencana, Kartu perkembangan anak, dll. Buku KIA digunakan juga sebagai alat untuk melakukan penyuluhan dan komunikasi yang efektif kepada masyarakat, serta mudah digunakan. Data balita yang mempunyai buku KIA di tahun 2014 sebesar 81,3% meningkat dibandingkan tahun 2013.Hal ini dikarenakan peningkatan kesadaran Ibu dalam penggunaan buku KIA yang tidak hanya digunakan saat kehamilan. Grafik IV.13 Cakupan Balita yang mempunyai buku KIA Tahun 2012 2014 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 59

4.1.2.8 SIJARIEMAS DAN CALL CENTER SIJARIEMAS Pencanangan Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal di Kabupaten Tangerang oleh Bupati Tangerang pada tanggal 30 Oktober 2014 di Pendopo Kabupaten Tangerang.Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal atau disebut sebagai SIJARIEMAS adalah mekanis merujukan maternal dan neonatal oleh perujuk dengan menggunakan SMS (SMS Gateway).Tenaga kesehatan atau bidan perujuk yang menggunakan SIJARIEMAS terlebih dahulu harus teregistrasi dalam SIJARIEMAS di nomer 0888-199-6677.Manfaat penggunaan SIJARIEMAS yaitu : 1. Pasien dapat segera ditangani dengan cepat dan tepat 2. Perujuk dapat mengetahui lebih awal kepastian kesanggupan RS yang akan dijadikan tempat rujukan 3. RS dapat mengetahui kondisi calon pasien gawat darurat / komplikasi sejak dini, menyediakan waktu yang cukup untuk menyiapkan tenaga, obat dan peralatan yang memadai 4. Pemberdayaan fasilitas Puskesmas mampu PONED Prosedur Rujukan menggunakan SIJARIEMAS yaitu : a. Petugas kesehatan/bidan menemukan kasus kegawat daruratan pada maternal dan neonatal yang tidak bisa ditangani b. Petugas kesehatan/bidan mengirimkan SMS ke sms centre yang sudah ditentukan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan c. SMS rujukan harus mencantumkan : Identitas pasien Golongan Darah Diagnosa Kepesertaan Asuransi Tindakan yang sudah diberikan (stabilisasi). Alasan merujuk d. Sistem akan menerima SMS yang masuk dan meneruskan ke admin konten di RS e. Sistem akan menjawab SMS yang masuk sesuai dengan database yang telah diinput oleh operator dari RS terkait f. Jawaban yang diberikan oleh pihak terkait akan diterima oleh sistem dan diteruskan ke perujuk. g. Petugas kesehatan/bidan perujuk menerima jawaban SMS serta informasi situasi RS secara real time. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 60

h. Jika sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersedia di RS, pasien siap dirujuk ke RS i. Jika sarana dan prasarana yang dibutuhkan tidak tersedia atau ruangan penuh di RS, maka pasien dirujuk ke RS lain dengan menggunakan call center SIJARIEMAS. j. Jika setelah 10 menit petugas perujuk tidak mendapat respon dari Fasilitas yang dirujuk, perujuk dapat menelepon Call Center SIJARIEMAS. k. Selain itu Call Center SIJARIEMAS SPGDT juga dapat digunakan secara langsung oleh Bidan Perujuk jika ingin melakukan rujukan kegawat daruratan maternal neonatal via hotline telepon. Sampai dengan bulan Mei 2015 di wilayah Kabupaten Tangerang terdapat 15 RS yang sudah berjejaring dan terinstal SIJARIEMAS. Call Center SIJARIEMAS di Kabupaten Tangerang mulai beroperasi 24 Jam 7 hari dalam seminggu pada tanggal 6 Februari 2015 dengan bergabung dalam SPGDT di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Call Center SIJARIEMAS adalah pusat layanan yang memberikan respon atau tanggapan yang berfungsi 24 jam untuk mempercepat informasi rujukan kegawatdaruratan maternal dan neonatal kepihak terkait di RS dan memfasilitasi perujuk jika kesulitan mendapatkan RS Rujukan. Nomer Call Center SIJARIEMAS 0812-9018-4444. Adapun hasil dan capaian SIJARIEMAS di Kab. Tangerang pada tahun 2014 2015 adalah sebagai berikut : 4.1.2.8.1 Capaian SIJARIEMAS Tahun 2014 (Oktober Desember): A. Rujukun SIJARIEMAS berdasarkan Media Komunikasi Grafik IV.14 Rujukan SIJAEMAS Berdasarkan Media Komunikasi Bulan Oktober Desember Tahun 2014 SMS 193 Telepon 204 106 19 13 11 Oktober November Desember Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 61

B. Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Okt Des 2014 Grafik IV.15 Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Bulan Oktober-Desember Tahun 2014 < = 10 mnt < = 30 mnt < = 1 jam < = 12 jam 117 73 83 27 30 28 18 23 10 13 5 8 7 7 9 0 2 3 0 45 37 Oktober November Desember Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.1.2.8.2Capaian SIJARIEMAS tahun 2015 (Januari Juni): A. Rujukun SIJARIEMAS berdasarkan Media Komunikasi Grafik IV.16 Rujukan SIJARIEMAS Berdasarkan Media Komunikasi Bulan Januari-Juni Tahun 2015 350 300 301 276 311 250 200 150 100 50 0 184 181 95 96 92 66 68 12 25 JAN FEB MAR APR MEI JUN SMS TLP LANGSUNG Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 62

B. Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Jan Juni 2015 Grafik IV.17 Respon Time Rujukan SIJARIEMAS Bulan Januari-Juni Tahun 2015 Sumber: Bid.Kesga- KIA Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.2 Program Perbaikan Gizi 4.2.1. Kegiatan Perbaikan Gizi Pemerintah Kabupaten Tangerang telah melaksanakan berapa kegiatan dalam rangka penurunan angka kurang gizi diantaranya pemantauan status gizi, pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil, perawatan gizi buruk dan pemberian vitamin dan mineral (pemberian vitamin A pada balita dan ibu nifas dan pemberian Fe pada ibu hamil ). 4.2.2. Pemantauan Status Gizi Kegiatan pemantauan status gizi secara aktif dilaksanakan oleh petugas gizi puskesmas melalui bulan penimbangan balita yang dilakukan setahun 2(dua) kali. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun 2013 sedangkan untuk gizi buruk prosentasenya masih tetap. Penurunan tersebut merupakan bukti keseriusan dari pemerintah daerah dalam penanggulangan masalah gizi yang berkesinambungan. Gambaran status gizi dapat dilihat pada tabel. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 63

Tabel IV. 1 Gambaran Status Gizi Pada Balita Di Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2014 JUMLAH BALITA Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih N % n % N % n % 2012 1.568 0,67 11.989 5,10 219.753 93.40 1.966 0,84 2013 1.154 0,45 9.198 3,61 241.952 94,97 2.224 0,87 2014 1.172 0,45 8583 3,28 249.877 95,55 1892 0,72 Sumber: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.18 Trend Gizi Buruk dan Gizi Kurang Berdasarkan Metode (BB/U) Di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2012-2014 Sumber: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.2.3. Pemberian Makanan Tambahan Salah satuupaya penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk untuk jangka pendek yaitu dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Pada tahun 2012 telah diberikan PMT pada 1.438 anak, tahun 2013 sebanyak 2.685 anak dan tahun 2014 sebanyak 1564 anak Penurunan dikarenakan target usia balita tahun 2013 usia 6-59 tahun sedangkan tahun 2014 usia 12-59 tahun. Peningkatan pemberian makanan tambahan pada balita merupakan upaya dari pemerintah daerah untuk menurunkan angka gizi kurang dan gizi buruk di wilayah Kabupaten Tangerang. Pemberian Makanan Tambahan ini secara langsung memenuhi target 100 % cakupan pemberian makanan pendamping ASI bagi keluarga miskin. Pemberian makanan tambahan juga dilakukan pada ibu hamil sebanyak 559 ibu hamil tahun 2013 dan tahun 2014 sebanyak 618 ibu hamil. Tujuan pemberian makanan pada bumil diharapkan meningkatkan status gizi ibu hamil guna mengurangi angka kesakitan ibu dan mencegah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sehingga kasus kejadian gizi buruk dapat ditekan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 64

Grafik IV.19 Jumlah Balita Yang Mendapatkan PMT Balita APBD Kab.Tangerang Tahun 2012-2014 Sumber: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.20 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan PMT Ibu Hamil APBD Kab.Tangerang Tahun 2012-2014 700 600 500 400 300 200 100 0 559 618 470 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.2.4. Perawatan Gizi Buruk Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan amanat terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang perbaikan gizi. Setiap anak gizi buruk yang ditemukan yang disertai dengan komplikasi dirawat di Rumah sakit dan Puskesmas perawatan. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya pusat perawatan gizi buruk atau Therapeutic Feeding Center (TFC) di Puskesmas Balaraja, Sepatan dan Mauk. Anak gizi buruk tanpa komplikasi dilakukan rawat jalan di Klinik gizi Puskesmas dan Pos Gizi di Desa. Yang merupakan tempat pemulihan dan pendidikan gizi untuk anak kurang dan pengasuh (Ibu) dengan pemberdayaan masyarakat yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat. Sampai dengan tahun 2014 telah dibentuk pos gizi sebanyak 72 Pos gizi. Jumlah kasus gizi buruk (BB/TB) yang dirawat, baik rawat jalan maupun rawat inap tahun 2013 sebanyak 379 anak dan tahun 2014 sebanyak 335 anak. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 65

Pada kasus-kasus kronis gizi buruk yang memerlukan rawatan lanjutan, dapat dirujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai MoU dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dengan biaya rujukan berrsumber dari Jamkesda. 4.2.5. Cakupan ASI Ekslusif Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif sesuai peraturan Bupati Nomor 95 Tahun 2014 tentang pemberian ASI Ekslusif telah dilakukan dengan berbagai starategi, mulai dari peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI Ekslusif serta penyusunan kerangka regulasi. Tahun 2013 telah dilaksanakan pelatihan konseling menyusui, Pemberian Makanan Bayi dan Anak terhadap 43 tenaga gizi puskesmas. Hasil cakupan ASI Ekskusif tahun 2012 sebesar 42.36%, tahun 2013 sebesar 44,92 % dan tahun 2014 sebesar 47 % Grafik IV.21 Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2012-2014 Sumber: Bid.Kesga- Gizi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.3. PERILAKU MASYARAKAT Pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya tidak mungkain dicapai oleh jajaran kesehatan sendiri, pembangunan kesehatan bersifat multidimensi, multidsisplin dan multi sector. Dengan kata lain, pembangunan kesehatan memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak termasuk dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan perorangan. Suksesnya pembangunan kesehatan juga sangant ditentukan oleh koordinasi, integrasi, dan sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat.. Hal tersebut sesuai dengan sasaran strategi Dinas Kesehatan tahun 2013 2018 yang menyebutkan bahwa salah satu Misi Dinas Kesehatan adalah Meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat, Swasta dan lintas sector, dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kemandirian Individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sedangkan sasarannya adalah meningkatkan upaya promosi kesehatan Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 66

yang efektif untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) terutama pada perilaku tidak merokok dan Sanitasi serta dengan meningkatkan jejaring dengan pemangku kepentingan di bidang kesehatan. Adapun strategi yang diambil antara lain ; a. Pemberdayaan UKBM, b. Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat mengenai Sanitasi, c. Penyuluhan dan Kampanye PHBS, d. Peningkatan koordinasi dan kemitraan terhadap pelaku pembangunan kesehatan. Sejalan dengan itu, Bidang Pengembangan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang telah melakanakan program program strategis, yaitu yang berkaitan dengan peningkatan PHBS di masyarakat, pengembangan UKBM dan kegiatan pendukung lainnya. Adapun kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014 antara lain : 4.3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga mempunyai peranh penting dalam meningkatkan kuallitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi anggota keluarga yang bmenjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sejak dini yang dilakukan dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan masyarakat. Dalam uapaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga setiap tahun Bidang PPK berupaya meningkatkan prosentase Rumah Tangga Ber-PHBS. PHBS adalah upaya memberdayakan rumah anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam upaya kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-phbs ada 10 (sepuluh) indikator yaitu ; Bersalin di Tenaga Kesehatan, Memberi Bayi ASI Eksklusif, Menimbang Balita Setiap Bulan, Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun, Menggunakan Air Bersih, Menggunakan Jamban Sehat, Memberantas Jentik Seminggu Sekali, Makan Buah dan Sayur Setiap Hari, Beraktivitas Fisik Setiap Hari, Tidak Merokok di dalam Rumah. Dalam Renstra Dinkes tahun 2013 2018 ditargetkan persentase Rumah Tangga yang telah ber-phbs sebesar 58% pada tahun 2015. Hasil kegiatan pada tahun 2014 menunjukan sebanyak 55% rumah tangga telah melakukan PHBS. Pada grafik dibawah terlihat, persentase rumah tangga ber-phbs terdapat di Kecamatan Kelapa Dua sebesar 99.7 dan terendah di Kecamatan kecamatan Jambe sebesar 15,67%. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 67

Grafik IV.22 Capaian PHBS Tahun 2014 Sumber: Bid.PPK- PSMK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari tabel diatas terlihat bahwajumlah rumah tangga sehat di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 adalah 54,61% (55%), pencapaian ini lebih baik dari tahun sebelumnya dan mendekati target yang telah ditetapkan yaitu 58%, hal ini antara lain dipengaruhi oleh : o Meningkatnya kemitraan dengan pihak lain dalam pembinaan PHBS di masyarakat. o Meningkatnya program pemberdayaan masyarakat baik melalui UKBM maupun pengembangan media promosi dan kegiatan pendukung lainnya Perubahan perilaku sehat masyarakat khususnya pada tatanan rumah tangga dari tahun 2012 hingga tahun 2014 menunjukkan peningkatan yang cukup baik seperti terlihat pada grafik berikut : Grafik IV.23 Perkembangan Capaian PHBS Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 60 50 40 38 46 55 2012 30 2013 20 2014 10 0 Sumber: Bid.PPK- PSMK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 68

Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan PHBS di masyarakat, yaitu: 1) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan : a) 18 Perguruan Tinggi Kesehatan dan 22 Fakultas Kesehatan b) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar sayap Emas, Bank BJB dll. c) Tim Penggerak PKK Kabupaten Tangerang d) Forum Kabupaten Tangerang Sehat (FKTS) e) Saka Bakti Husada (SBH) Kwartir Cabang Tangerang f) Forum Kader Kabupaten Tangerang g) Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (FOPKIA) h) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Cabang Kabupaten Tangerang i) Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Cabang Kabupaten Tangerang j) Pengajian Al Hidayah Cabang Kabupaten Tangerang k) Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cabang Kabupaten Tangerang l) Kowani 2) Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat, antara lain berupa : pelatiahn kader, penyuluhan dan pengembangan media promkes. 4.3.2. Pembentukan dan Pengembangan Desa Siaga Aktif Dalam rangka mencapai target SPM, yaitu 80% desa menjadi Desa Siaga Aktif pada tahun 2015, sejak tahun 2007 hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan telah membentuk dan mengembangkan 195 desa menjadi Desa Siaga Aktif atau 71% desa yang ada di Kabupaten Tangerang sudah menjadi Desa Siaga Aktif. Grafik IV.24 Perkembangan Jumlah Desa Siaga Aktif di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 250 200 150 158 173 195 2012 100 2013 50 2014 0 Desa Siaga Sumber: Bid.PPK- PSMK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 69

1) Pembentukan Desa Siaga Aktif tahun 2014 dilaksanakan di 14 desa di 9 puskesmas, yaitu; Puskesmas Tigaraksa (3 Desa) Puskesmas Cisoka (1 Desa) Puskesmas Kresek (1 Desa) Puskesmas Legok (2 Desa) Puskesmas Pakuhaji (1 Desa) Puskesmas Rajeg (1 Desa) Puskesmas Cikupa (1 Desa) Puskesmas Cisauk (1 Desa) Puskesmas Gunung Kaler (3 Desa) 2) Pengembangan Desa Siaga Aktif tahun 2014 meliputi 26 desa 11 Puskesmas, yaitu : Puskesmas Sepatan Timur (7 desa), Puskesmas Tigaraksa (3 desa), Puskesmas Cisoka (1 desa), Puskesmas Kresek (1 desa), Puskesmas Legok (2 desa), Puskesmas Pakuhaji (1 desa), Puskesmas Rajeg (1 desa), Puskesmas Cikupa (1 desa), Puskesmas Cisauk (3 desa), Puskesmas Suradita (3 desa), Puskesmas Gunung Kaler (3 desa), Selain itu dilakukan pula upaya - upaya pengembangan desa siaga antara lain : a. Pelatihan kader pembentukkan dan pengembangan desa siaga aktif b. Pengembangan P4K c. Menyediakan sarana dan prasarana / tampilan desa siaga d. Pertemuan kader dan toma dalam rangka pengembangan desa siaga aktif e. Pertemuan rutin Komite Desa Siaga f. Refreshing kader posyandu g. Refreshing kader posyandu tentang SIP h. Refreshing program Kabupaten Tangerang Sehat unutk mendukung Desa Siaga i. Revitalisasi Posyandu j. Revitalisasi Poskesdes dan Poskestren Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 70

4.3.4. Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) UKBM merupakan wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Hasil pelaksanaan UKBM tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel IV. 2 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Tahun 2014 Jumlah Desa Desa Siaga Poskesdes Posyandu Poskes tren SBH Desa KTS Kader Posyandu Kader Desa Siaga Kader Poskestren 274 195 70 2207 25 29 178 11.035 3847 579 Sumber: Bid.PPK- PSMK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dalam rangka pembinaan UKBM, telah dilakukan upaya upaya, antara lain : a. Lomba Posyandu dan Kader Posyandu b. Pembinaan posyandu dalam rangka Lomba Desa/Kelurahan dan Lomba P2WKSS c. Pengadaan sarana dan prasarana / tampilan Posyandu d. Pengadaan sarana dan prasarana / tampilan Desa Siaga e. Revitalisasi posyandu f. Refreshing Kader Posyandu g. Pengadaan SIP Posyandu h. Revitaslisai Poskesdes dan Poskestren 4.3.5. Penyebarluasan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat Promosi kesehatan merupakan upaya promotif yang bertujuan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain dengan penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai metode dan media, antara lain : 1) Pengadaan media promkes, seperti : (Roll banner, Spanduk, Billboard Running teks, sound sistem, kamera DLSR, kamera saku, voice recorder dan mobil unit penyuluhan) 2) Promosi kesehatan melalui media masa, Tabloid Intan, dan peringatan Hari hari Kesehatan. 3) Pelatihan petugas ttg klinik berhenti merokok 4) Pelatihan Petugas tentang Design Grafis 5) Sosialisasi Upaya pencegahan DBD dan Imunisasi di 8 Desa 6) Pembentukan RAM (Rencana Aksi Masyarakat) dlm Pencegahan dan Penaggulangan DBD 7) Sosialisasi Pencegahan & Penaggulangan Napza di Kec. Teluknaga Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 71

8) Dukungan sarana media KIE pada acara kesehatan / Kegiatan Pemda 5. Program Kabupaten Tangerang Sehat (KTS) Kabupaten Tangerang Sehat adalah suatu kondisi kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dapat dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi oleh SKPD lain dan disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Pencapaian KTS hingga tahun 2014, ada 25 Kecamatan atau 86% dan 178 Desa atau 65% telah melaksanakan pendekatan program KTS. Perkembangan program KTS dari tahun 2012 hingga tahun 2104 dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik IV.25 Jumlah Forkom Kec Sehat dan Pokja Desa Sehat Tahun 2012 s/d 2014 200 150 100 161 176 178 2012 2013 50 22 25 25 2014 0 Forkom Kec. Sehat Pokja Desa Sehat Sumber: Bid.PPK- PSMK Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 6. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor : 16 Tahun 2012 untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok terutama di Institusi Pendidikan dan Kesehatan. KTR adalah ruanagan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, promosi dan atau penggunaan rokok. KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari Lembaga swadaya dan berbagai elemen masyarakat akan sangat berpenagruh terhadap keberhasilan KTR. Sampai saat ini sudah banyak Desa yang berkomitmen terhadap KTR, beberapa diantaranya adalah Desa Panongan dan Desa Serdang Kulon Kecamatan Panongan, Desa Pete Kecamatan Tigaraksa, serta Desa Sukamantri Kecamatan Pasar Kemis. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 72

4.4. Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan. Masalah kesehatan bisa timbul akibat lingkungan yang tidak sehat, misalnya berjangkitnya penyakit infeksi yang berbasis lingkungan. Adanya perbaikan sanitasi akan mengurangi resiko terjadinya diare sebesar 36%, meningkatkan produktifitas sebesar 34%-79% dan mengurangin beban biaya pengobatan sebesar 6%-19%. Upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam profil kesehatan menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan sebagai berikut : 1. Rumah sehat 2. Akses penduduk thd air minum layak 3. Kualitas air minum 4. Akses penduduk thd jamban sehat 5. Desa yang melaksanakan STBM 6. Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan Tabel IV.3 Pencapaian Indikator Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 2014 No Indikator Tahun 2013 Tahun 2014 Target Real Target Real Pencapaian 1 Prosentase Rumah Sehat 64 % 71,63 % 65% 76,06% 117% 2 Prosentase penduduk yg menggunakan air minum berkualitas/ layak 60% 64,8% 63% 65% 103% 3 Prosentase kualitas air minum pada jaringan 100% 100% 100% perpipaan 4 Prosentase penduduk yg menggunakan jamban sehat 67% 66,7% 68% 68,1% 100% 5 Jumlah desa yang melaksanakan STBM 30% 48% 60% 90% 150% 6 Prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan 75 % 74% 75,5% 74,1 % 98,1% Sumber: Bid.P2- P2PL Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 73

4.4.1. Prosentase rumah sehat Rumah adalah tempat berkumpulnya anggota keluarga. Untuk menjamin kesehatan anggota keluarga yang didalmnya maka rumah harus memenuhi syarat kesehatan. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu tersedia sarana sanitasi sehat di rumah tersebut, rumah yang cukup pencahayaan, bebas dari binatang sbg vektor penyakit dan lingkungannya bersih. Indikator rumah sehat diantaranya rumah memiliki sarana sanitasi. Hasil pemantauan selama tahun 2014 didapatkan bahwa dari 235.148 rumah yang diperiksa, sebanyak 178.852 (76,06 %) memenuhi syarat kesehatan. Sebagian rumah-rumah tersebut tidak memiliki WC (30%), tidak memiliki tempat sampah (44,6%) dan pembuangan air limbah (41,9%). Upaya penyehatan rumah yang dilakukan tahun 2014 adalah secara berkala melaksanakan pemeriksaan rumah/ inspeksi rumah sehat, pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kepemilikan sarana sanitasi dasar dengan pemicuan STBM, penyehatan rumah gakin dengan masalah kesehatan sebanyak 50 rumah, pelayanan klinik sanitasi dan kunjungan rumah. 4.4.2. Prosentase penduduk yang menggunakan air minum berkualitas/ layak Air menjadi kebutuhan utama makhluk hidup, air juga bisa mengandung berbagai kuman penyakit bahkan air yang tidak terjaga bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit. Oleh karea itu air yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari baik untuk makan minum, memasak maupun untuk mandi dan mencuci harus berasl dari sumber yang layak. Sumber air minum layak adalah air minum yang bersumber dari air perpipaan, sumur gali terlindung, sumur pompa, mata air terlindung dan PAH (penampungan air hujan). Masyarakat mengakses air minum layak meningkat 0,02%. Walaupun pelayanan air perpipaan belum menjangkau semua wilayah Kabupaten Tangerang, namun tahun ini terjadi peningkatan layanan air perpipaan swasta dan pengolahan air (WTP) di beberapa perumahan. Pertambahan pengguna sumber air minum berkualitas kecil karena kecenderungan masyarakat lebih suka menggunakan menggunakan air kemasan dan air minum isi ulang, serta sebagian besar sumur gali tidak terlindungi. Upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum berkualitas adalah rehab 150 unit sumur gali, pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengelolaan air minum rumah tangga, bekerjasama dengan PDAM dan perusahaan pengelola air perpipaan di Kabupaten Tangerang untuk meluaskan jangkauan pelayanan. 4.4.3. Prosentase Kualitas Air Minum Selain berasal dari sumber air yang layak, untuk menjamin kualitas air harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologi sesuai dengan Peremenkes no. 492 tahun 2010. Pada tahun 2014 telah dilaksanakan inspeksi sanitasi dan pemeriksaan kualitas air sebanyak 145 sampel terdiri dari non perpipaan 60 sampel dan perpipaan 95 sampel. Pemeriksaan kualitas oleh UPT Labkesda Kab. Tangerang didapatkan hasil sebagai berikut 66,21% memenuhi syarat dan 33,79 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 74

tidak memenuhi syarat. Sedangkan kualitas air bila dilihat dari sumber, air perpipaan 100% memenuhi syarat dan non perpipaan 18,33% memenuhi syarat dari sampel yang diambil. Yang menjadi target kualitas air minum di Kabupaten Tangerang adalah kualitas air minum pada jaringan perpipaan sebesar 100 % memenuhi syarat. Sedangkan pada jaringan perpipaan, targetnya adalah perbaikan sarana. Untuk memperbaiki kualitas air non perpipaan pada parameter mikrobiologi dengan memberikan kaporit dan perbaikan sumur gali tidak terlindung dengan memperbaiki bibir sumur, lantai dan kerekan. 4.4.4. Prosentase penduduk yang menggunakan jamban sehat Penduduk yang menggunakan jamban sehat tahun 2014 mencapai target,dengan peningkatan sebesar 1,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai ada peningkatan kebutuhan masyarakat akan sarana sanitasi. Sebagian masyarakat masih buang air besar di sembarang tempat ataupun menggunakan kloset tetapi buangan akhir tinja tidak di septic tank, dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat bahwa buang air besar sembarangan bisa mencemari lingkungan dan bisa mengganggu kesehatan serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang septik tank yang memenuhi standar. Upaya yang dilaksanakanpada tahun 2014 adalah pemberdayaan masyarakat dengan pemicuan stop BAB sembarangan di 42 desa, membuat percontohan WC/sarana sanitasi sehat sebanyak 8 unit, penyuluhan tentang standar septik tank dan stimulan untuk membuat percontohan septik tank sehat di 15 desa, membentuk kelompok swadaya masyarakat dengan kegiatan pemasaran sanitasi dan penyedia septik tank berstandar SNI. Sampai dengan tahun 2014 jumlah desa yang melaksanakan STBM sebanyak 90 desa dan kelompok wiraiusaha sanitasi sebanyak 8 kelompok. 4.4.5. Jumlah desa yang melaksanakan STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi total meliputi perilaku stop BAB sembarangan, perilaku CTPS, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Pemicuan STBM diprioritaskan di desa resiko tinggi dan sangat tinggi sanitasi. Sampai dengan tahun 2014 sudah melaksanakan pemicuan di 90 desa dari 274 desa. Peningkatan jumlah desa STBM di tahun 2014 melebihi target karena ada pelaksanaan pemicuan swadaya, bantuan provinsi, peran serta NGO dalam pelaksanaan STBM, terbentuknya kelompok swadaya masyarakat dan masyarakat sebagai natural leader yang secara swadaya melaksanakan pemicuan STBM. Dari 42 desa yang melaksanakan STBM, sebanyak 23 desa biaya APBD Kabupaten, 10 desa dibiayai APBD Provinsi, 9 desa biaya BOK dan swadaya desa. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mempercepat pencapaian desa STBM adalah melatih fasilitator STBM di tingkat puskesmas, memberdayakan masyarakat/kelompok masyarakat setempat sebagai fasilitator STBM, melaksanakan sosialisasi STBM ke desa dan kecamatan, Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 75

bekerjasama dengan pihak swasta/ngo untuk ikut mengembangkan STBM. Dari pemicuan di 90 desa, jumlah warga yang dipicu 2.918 orang, sebanyak 1.467 KK terpicu dan sudah membangun wc secara swadaya sebanyak 646 unit. 4.4.6. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU) Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat berkumpulnya banyak orang. Di tempat seperti itu sangat berpotensi menularkan penyakit. Agar tidak terjadi penularan penyakit di TTU maka TTU harus memenuhi syarat kesehatan lingkungan yang meliputi persyarat bangunan, persyaratan konstruksi dan tersedia sarana sanitasi di tempat umum. Pengawasan terhadap Tempat Tempat Umum ( TTU ) dilakukan untuk meminimalkan faktor resiko sumber penularan penyakit bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. TTU disini meliputi terminal, pasar, hotel, sarana ibadah, sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan dan perkantoran. Jumlah TTU yang ada 8.654, jumlah diperiksa 5.066 (59%), sebanyak 74,1% memenuhi syarat kesehatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan. 4.4.7. Tempat Pengelolaan Makanan Tempat Pengelolaan Makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pengolahan makanan yang meliputi penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan. Makanan adalah kebutuhanpokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dari konsumen terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan permasalahaan yang belum dapat ditangani adalah masih rendah higene dan sanitasi tempat pengolahan makanan. Hasil pengawasan terhadap kualitas pengolahan makanan Tahun 2014 menunjukan hasil sebagai berikut : 4.4.7.1. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum Jumlah sampel Air Minum Isi Ulang yang diperiksa sebanyak 110 sampel dari 108 sarana di 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Hasil pemeriksaan mikrobiologi diperoleh sampel yang positif bakteri E. Coli sebanyak 30 sampel (27,28%). Hasil pemeriksaan Fisika diperoleh hasil dari 108 sampel yang diperiksa sebanyak 1 sampel (2,73%) Tidak Memenuhi Syarat. Sedangkan untuk parameter Kimia diperoleh hasil dari 108 sampel yang diperiksa sebanyak 24 sampel (23,64%) Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 76

Tidak Memenuhi Syarat, umumnya sampel yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh ph air yang rendah dibawah standar yang telah ditetapkan dalam Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Dari hasil pemeriksaan tersebut masih diperlukannya pembinaan yang lebih intensif lagi serta pemeriksaan kualitas air minum secara rutin pada Depot Air Minum di wilayah Kabupaten Tangerang, untuk melindungi masyarakat dari bahaya bakteriologis yang berasal dari depot air minum. Grafik IV.26 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Sampel Depot Air Minum Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 GrafikIV.27 Hasil Pemeriksaan Kimia Sampel Depot Air Minum Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 77

GrafikIV.28 Hasil Pemeriksaan Fisika Sampel Depot Air Minum Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.4.7.2. Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Sampel Makanan Dari 173 sampel yang diperiksa hasil pemeriksaan sampel makanan tersebut ditemukan sebanyak 16,09% makanan mengandung bakteri E. Coli, sedangkan pada bakteri Salmonella thypi tidak ditemukan. Pemeriksaan mikrobiologis makanan dilakukan pada perusahaan jasa boga/catering di wilayah Kabupaten Tangerang. Umumnya perusahaan jasa boga/catering tersebut menyuplai makanan dalam jumlah besar ke Industri/Perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang. Masih ditemukannya bakteri E.Coli pada makanan disebabkan masih rendahnya hygiene sanitasi yang dilakukan oleh perusahaan jasa boga/catering, sehingga masih diperlukam pembinaan secara rutin dan pemeriksaan secara berkala untuk perusahaan jasa boga/catering di wilayah Kabupaten Tangerang untuk mencegah keracunan pangan. Grafik IV.29 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 78

4.4.7.3. Hasil Pemeriksaan Sampel Rectal Swab ( Usap Dubur ) Pemeriksaan Usap dubur yang dilakukan pada penjamah makanan bertujuan untuk mengurangi pencemaran makanan yang berasal dari penjamah. Hasil pemeriksaan bakteriologi Usap Dubur terhadap 56 orang penjamah makanan yang diperiksa 64,29% atau sebanyak 36 sampel positif bakteri E. Colli, hal ini menunjukan masih rendahnya hygiene sanitasi perorangan dari penjamah makanan. Dan tidak ada penjamah makanan yang positif bakteri Salmonella thypi. Penjamah yang positif bakteri Salmonella thypi dikhawatirkan menjadi carier bakteri dan dapat terjadi pencemaran terhadap makanan yang disediakan. Grafik IV.30 Hasil Pemeriksaan Bakteriologi Usap Dubur Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.4.7.3. Hasil Pemeriksaan Sampel Usap Alat Pemeriksaan Usap alat yang dilakukan pada alat yang digunakan dalam proses mengolah makanan. Hasil pemeriksaan bakteriologi Usap alatterhadap 57 alat 2 alat (3,51%) positif mengandung bakteri E.Colli dan tidak ada alat yang positif mengandung Salmonella thypi. Tetapi pembinaan dan pemeriksaan usap alat masih harus terus dilakukan secara berkala agar konsumen memperoleh makanan yang aman, sehat dan layak untuk dikonsumsi. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 79

Grafik IV.31 Hasil Pemeriksaan Bakteriologi Usap Alat Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.4.7.4. Hasil Pemeriksaan Bahan Berbahaya 4.4.7.4.1. Pengawet Pengambilan sampel pemeriksaan pengawet dilakukan di sarana post market yaitu meliputi makanan jajanan anak sekolah, pasar tradisional dan pasar modern. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan rapid test formalin dan boraks, dan sampel yang dinyatakan positif dengan menggunakan rapid test dilakukan uji penegasan dengan dibawa ke Laboratorium BPPT. Hasil pemeriksaan boraks terhadap 34 sampel yang di uji diperoleh hasil sebanyak 1 sampel (3%) positif boraks. Sedangkan untuk parameter formalin 21 sampel (28.37%) dari 84 sampel yang di uji positif formalin. Umumnya sampel yang dinyatakan positif formalin adalah tahu, hal ini disebabkan belum adanya alternatif pengawet pangan yang bisa digunakan oleh pengusaha tahu untuk membuat produk mereka tahan lama di pasaran. Sehingga masih diperlukannya pembinaan secara serius terhadap pengusaha tahu agar tidak menggunakan bahan berbahaya dalam makanan sehingga tidak berakibat buruk pada kesehatan masyarakat. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 80

Grafik IV.32 Hasil Pemeriksaan Boraks Tahun 2014. Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.33 Hasil Pemeriksaan Formalin Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.4.7.4.2. Pewarna Hasil pemeriksaan methanyl yellow terhadap 17 sampel yang di uji diperoleh hasil 3 sampel (17.65%) positif mengandung methanyl yellow. Sedangkan untuk rhodhamin B 13 sampel (22%) dari 58 sampel yang di uji positif mengandung rhodamin B. Dari hasil tersebut ditemukan masih tingginya pemakaian rhodamin B pada makanan tradisional karena masih rendahnya pengetahuan pedagang tentang bahan tambahan pangan. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Tradisional, Pasar Modern serta Pangan Jajanan Anak Sekolah dan sampel yang ditemukan positif menggunakan rhodamin B ditemukan di pasar tradisional. Sehingga masih diperlukannya pembinaan terhadap pelaku usaha. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 81

GrafikIV.34 Hasil Pemeriksaan Rhodamin B Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik1V.35 Hasil Pemeriksaan Methanyl Yellow Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes- Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.5. PELAYANAN KESEHATAN 4.5.1. Pelayanan Imunisasi Program Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Meningitis, TBC,Campak, Pertusis dan Polio. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistim kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi diberikan kepada populasi rentan terjangkit penyakit menular, yaitu : bayi, Balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 82

4.5.1.1 Imunisasi Dasar pada bayi Tabel IV.4 Cakupan Imunisasi Rutin pada bayi Di Kabupaten Tangerang Tahun 2012 2014 No Jenis Imunisasi Cakupan (%) 2012 2013 2014 1 BCG 99 97.7 91.3 2 Hepatitis B O 93,4 93.6 92.1 3 DPT - HB III 98.9 96.7 98.8 4 Polio IV 98.4 96.6 92.4 5 Campak 96.7 95.5 86.1 Sumber: Bid.P2- P2I Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir semua antigen mengalami penurunan, kecuali DPT-HB/Hib III yang mengalami peningkatan walaupun sebanyak 2point, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain belum dilakukannya sweeping pasca posyandu belum masuknya cakupan imunisasi dari sarana kesehatan swasta dan terjadi kekosongan Vaksin BCG (Bulan Juni-Juli) dan Vaksin TT (Februari-Juli)2014. 4.5.1.2 Imunisasi pada Wanita Usia Subur dan Ibu hamil Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karena itu program imunisasi juga ditujukan bagi kelompok ini. Salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal dan berkontribusi terhadap kematian ibu dan kematian anak adalah Tetanus Maternal dan Neonatal. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berkomitmen terhadap program Eliminasi tetanus Maternal dan Neonatal. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan status eliminasi tetanus maternal dan Neonatal jika terdapat satu kasus tetanus neonatal per 1.000 kelahiran hidup di setiap kabupaten di suatu negara. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah : 1. Pertolongan persalinan yang aman dan bersih, 2. Cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata, dan 3. Penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 83

Tabel IV.5 Cakupan Imunisasi Rutin pada Ibu hamil dan wanita usia subur Tahun 2012 2014 No Jenis Imunisasi Cakupan (%) 2012 2013 2014 1 TT II + 106,2 95,6 39,6 Sumber: Bid.P2-P21Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa cakupan TT II+ mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain masih kurangnya skrining TT II+ dan masih rendahnya cakupan imunisasi TT di sarana kesehatan swasta,terjadi kekosangan Vaksin TT selama 6 bulan (bulan Feb Juli 2015) 4.5.1.3 Imunisasi pada Anak Sekolah Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS ) merupakan upaya pemberian Imunisasi kesempatan kedua, guna memberikan kekebalan bagi anak sekolah secara rutin. BIAS Campak dilaksanakan setiap bulan Agustus serta BIAS DT dan Td diberikan bulan November setiap tahunnya. Hal ini dimaksudkan agar anak sekolah SD/MI/SDLB sederajat kelas 1 s/d 3 terlindungi dari penyakit Campak,Dipteri dantetanus. NO TAHUN SASARAN Tabel IV.6 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Tahun 2012-2014 CAKUPAN % SASARAN CAKUPAN % CAMPAK CAMPAK DT &Td 1 2012 60.352 57.048 94.5 173.482 164.830 95.2 2 2013 60.815 58.218 95.7 171.944 162.782 94.6 3 2014 63.132 60.315 95.5 180.763 173.886 96.2 Sumber: Bid.P2-P21Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Pada tahun 2014 terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 untuk BIAS Campak tetapi terjadi peningkatan pada cakupan BIAS DT dan Td. Keadaan ini disebabkan masih ada sekolah swasta yang menolak untuk di imunisasi. Upaya yang dilakukan adalah persiapan BIAS di tingkat kabupaten dengan melibatkan sektor-sektor terkait dan orientasi guru di setiap kecamatan dan meningkatkan peran serta aktif Forum Komunikasi Anak Sehat (FKAS) di Kecamatan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 84

4.5.1.4 Universal Child Immunization (UCI) Keberhasilan pemberian imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI). Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti dalamwilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan pada bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Upaya imunisasi perlu terus di tingkatkan untuk mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminisasi atau dikendalikan, dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan upaya imunisasi dapat semakin efektif bermutu dan efisien. Pada tahun ini program imunisasi meluncurkan program IRI (Immunization RoutineIntensification), yang pada kegiatan ini adalah melengkapi imunisasi dasar bagi bayi dan anak usia 0 3 th. Tabel IV.7 Universal Child Immunization (UCI) Desa Tahun 2012-2014 NO TAHUN JUMLAH DESA JUMLAH DESA UCI % DESA UCI 1 2012 274 254 92,7 2 2013 274 257 93,7 3 2014 274 215 78,5 Sumber: Bid.P2-P21Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Jumlah Desa UCI padatahun 2013sudah meningkat bila dibandingkan dengan desa UCI tahun 2012, adalah 257 desa (93,7 %) dari 274desa/Kelurahan yang ada. Pada Tahun 2014 terjadi penurunan jumlah Desa UCI bila di bandingkan dengan tahun 2013.Hal ini berkaitan dengan terjadinya kekosaongan vaksin BCG dan TT di tahun 2014 Upaya yang telah dilaksanakan dalam meningkatkan cakupan antara lain : Revitalisasi Posyandu di Wilayah Puskesmas yang cakupan desa UCI rendah; Optimalisasi Forum Komunikasi Anak sehat ( FKAS ); tingkat kabupaten dan kecamatan; OJT (On the Job Training) bagi Bidan Desa dan bidan Puskesmas; Mengaktifkan Pertemuan Koordinasi Lintas batas; Penggalangan cakupan imunisasi di Sarana pelayanan kesehatan swasta. 4.5.2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS tercermin dari perilaku hidup sehat dan meningkatnya derajat kesehatan peserta didik. Hal ini tercapai bila program pokok UKS (Trias UKS) telah dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah sekolah mulai dari TK/RA sampai SMA/MA/SMK. Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan data dasar sebagai berikut ; Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 85

Tabel IV.8 Jumlah Sekolah TK, SMP, SMA Sederajat Dan Jumlah Siswa SD, SMP, SMA Sederajat Pada Kegiatan UKS Tahun 2014 Kategori Tahun 2013 Tahun 2014 Jumlah TK/RA 605 616 Jumlah Siswa TK/ RA 48.693 26.355 Jumlah SD/MI 1130 1.106 Jumlah Siswa SD/MI 338.351 324.293 Jumlah SMP/MTS 408 462 Jumlah Siswa SMP/MTS 133.100 131.917 Jumlah SMA/MA 292 292 Jumlah Siswa SMA/MA 96.740 93.481 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Upaya keberhasilan tersebut perlu didukung dengan dokter kecil dan KKR serta Guru UKS yang terlatih di sekolah dengan data sebagai berikut ; Grafik IV.36 Grafik Cakupan Dokter Kecil, KKR SMP dan SMA Sederajat Tahun 2012-2014 4.00 3.00 2.00 1.00 2.10 2.00 1.90 0.80 2.80 2.20 3.20 2.42 2.09 2012 2013 2014 0.00 Dokcil KKR SMP KKR SMA Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik tersebut diatas diketahui presentase Kader Kesehatan di sekolah untuk Dokcil, KKR SMP dan KKR SMA/Sederajat mengalami penurunan dikarenakan masih kurangnya regenerasi pengkaderan dan pelatihan untuk kader kesehatan tersebut. Untuk data Guru UKS yang terlatih di Kabupaten Tangerang sebagai berikut ; Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 86

Grafik IV.37 Cakupan Guru UKS Terlatih Tahun 2012-2014 60 50 40 30 20 10 0 57 52.4 47.9 41.4 33.2 26.5 27.8 23.3 20.5 13.2 12.8 6.2 TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Program pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Upaya preventif antara lain dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) anak sekolah yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk sekolah ( siswa kelas 1 ) dari tingkat dasar (SD/MI) dan lanjutan ( SMP/MTs dan SMA/MA/SMK ). Penjaringan kesehatan anak sekolah terutama untuk anak sekolah dasar (SD/MI) merupakan salah satu standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dilakukan disetiap Puskesmas di Kabupaten/Kota, dimana cakupan penjaringan siswa kelas 1 SD / MI adalah 98.5%. Dibawah ini adalah cakupan hasil penjaringan kesehatan di KabupatenTangerang Grafik IV.38 Cakupan Sekolah Yang Mendapatkan Pelayanan Penjaringan Kesehatan Tahun 2012-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 100 95.3 99.5 98.5 92.6 92.8 85.6 80.3 81.7 76 79.3 74 TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 2012 2013 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 87

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 penjaringan anak sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA Sederajat. Untuk tingkatan SMP dan SMA Sederajatadanya menurun capaiannya pada Tahun 2014 dikarenakan tidak ada pendanaan untuk penjaringan remaja. Sedangkan pada tahun 2014masih ada Puskesmas yang belum melaksanakan sweeping penjaringan untuk tingkat SD/MIsehingga cakupan penjaringan siswa SD/MI baru mencapai 98.5%(masih dibawah target SPM 100 %). Dari hasil penjaringan dapat diketahui adanya kelainan penyakit diantaranya; Grafik IV.39 Cakupan penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SD Sederajat Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari data grafik diatas dapat diketahui pada Tahun 2014 terjadi penurunan sebanyak 561 (39.565-39.004) siswa yang karies yang diperiksa (62.6 %) karies. Untuk penyakit tertinggi tingkatan SD Sederajat adalah karies.upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan sikat gigi yang baik dan benar, mengadakan sikat gigi bersama serta merujuk siswa ke Puskesmas. Upaya pencegahan karies pada siswa SD tidak dapat hanya dilakukan terhadap siswa tetapi proses pencegahan harus sudah dimulai sejak balita (sejak anak tumbuh gigi susu). Untuk itu dapat dilakukan kerjasama lintas program dengan KIA agar dilakukan penyuluhan kesehatan gigi kepada ibu balita. Untuk hasil penjaringan tingkatan SMP Sederajat sebagai berikut; Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 88

Grafik IV.40 Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMP Sederajat Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari data grafik diatas dapat diketahui pada Tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 67% kasus untuk penyakit tertinggi tingkatan SMP Sederajat adalah karies maka yang dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan cara menjaga kesehatan gigi dan praktek sikat gigi kepada siswa SD serta merujuk ke puskesmas bila tidak terjadi karies. Untuk hasil penjaringan tingkatan SMA Sederajat sebagai berikut; Grafik IV.41 Jumlah Penyakit Terbesar Hasil Penjaringan Tingkat SMA Sederajat Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari data grafik diatas terjadi peningkatan kasus karies sebanyak 7.284 dari 38.282 siswa yang diperiksa yang dapat dilakukan adalah mengadakan peyuluhan kesehatan gigi kepada siswa SD atau SMP serta merujuk ke Puskesmas bila sudah terjadi karies. Hasil cakupan karies SMA tahun 2014 melonjak tinggi karena pada saat pelaporan tahun 2013 belum semua puskesmas memasukkan hasil penjaringan. Sehingga hasil kurang akurat Maka dapat disimpulkan penyakit terbanyak dari hasil penjaringan tingkat SD sampai dengan SMA Sederajat adalah karies. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 89

4.5.3. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Dengan semakin meningkatnya jumlah usia lansia hal ini di sebabkan, Umur harapan hidup ( UHH ) pada tahun 2009 mencapai 65.79 tahun dan pada tahun 2014 mencapai 70.06 tahun.(pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan, Kemenkes RI, 2010). Sebagai perhatian pemerintah dalam mensejahterakan lansia diterbitkanlah undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan hukum yang kuat dan merupakan arahan bagi pembinaan lanjut usia. Upaya yang telah dilaksanakan untuk kesehatan lansia adalah dengan pendekatan terhadap keluarga dan masyarakat lansia serta lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga agar lansia tetap sehat serta merawat lansia yang sakit agar menjadi sehat.sebagai bentuk implementasi dari pelayanan pro aktif, Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan oleh tenaga kesehatan Puskesmas. Kelompok lansia mempunyai wadah yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), dimana kegiatannya antara lain : pelayanan pemeriksaan kesehatan dasar, kegiatan penunjang lainnya seperti senam lansia, pembinaan keterampilan dan pembinaan keagamaan. Idealnya jumlah Posbindu adalah 1 per 100 penduduk lansia / pralansia. Jumlah Posbindu di Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 390 Posbindu. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 90

Tabel IV.9 Jumlah Posbindu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No Puskesmas Jumlah Posbindu 1 Kemeri 10 2 Sukamulya 8 3 Balaraja 16 4 Gembong 10 5 Tigaraksa 7 6 Jambe 21 7 Cisoka 10 8 Cikuya 7 9 Jayanti 8 10 Kresek 9 11 Gunung Kaler 10 12 Kronjo 10 13 Mekar Baru 8 14 Legok 10 15 Bojong Nangka 4 16 Pagedangan 16 17 Teluk Naga 7 18 Kosambi 12 19 Sepatan 15 20 Kedaung Barat 13 21 Pakuhaji 9 22 Mauk 16 23 Cikupa 15 24 Sukadiri 8 25 Rajeg 9 26 Sindang Jaya 7 27 Kutabumi 20 28 Cisauk 4 29 Suradita 5 30 Curug 7 31 Jl.Kutai 2 32 Jl.Emas 5 33 Kelapa Dua 10 34 Salembaran Jaya 10 35 Pasir Nangka 7 36 Tegal Angus 6 37 Panongan 14 38 Sukawali 6 39 Pasir Jaya 5 40 Bojong Kamal 5 41 Sukatani 5 42 Binong 5 JUMLAH 390 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 91

Grafik IV.42 Jumlah Strata POSBINDU Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Adapun jumlah lansia yang diperiksa kesehatannya di Posbindu adalah sebagai berikut : Grafik IV.43 Jumlah Lansia Diperiksa di Posbindu Tahun 2012-2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan pelayanan kesehatan lansia.pada tahun 2013sebanyak 75.05% sedangkan pada Tahun 2014 sebanyak 65.45%. Dari hasil pemeriksaan kesehatan di Posbindu terdapat kasus penyakit pada lansia yang dirujuk baik ke Puskesmas maupun ke rumah sakit. Rumah sakit rujukan untuk lansia di Kabupaten Tangerang adalah RSU Tangerang. Dalam pemeriksa kesehatan lansia di Posbindu dapat diketahui Tingkat kemandirian lansia sebagai berikut; Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 92

Grafik IV.44 Cakupan Kemandirian Lansia Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Ket: A B C Lansia yg bisa aktivitasnya menggunakan bantuan alat dan orang Lansia yang aktivitasnya bantuan salah satu alat atau orang Lansia yang mandiri tanpa bantuan alat atau orang Grafik IV.45 Cakupan Tekanan Darah Lansia Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 93

Grafik IV.46 Cakupan Status Gizi Lansia Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.47 Cakupan Lansia Resti Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.48 Cakupan Rujukan Lansia Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 94

4.5.4. Pelayanan Kesehatan Remaja Program kesehatan remaja beberapa tahun terakhir, mulai dilaksanakan dengan menggunakan model pelayanan untuk memenuhi kebutuhan remaja melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) dimana kegiatannya meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, tetapi sesuai permasalahan remaja maka aspek yang perlu ditangani lebih intensif adalah aspek promotif dan preventif. Pada tahun 2014 telah dibentuk 4 Puskesmas Mampu PKPR klinik tersebut melayani konseling / konsultasi masalah kesehatan dan faktor faktor resiko yang ada pada remaja. Berikut adalah pencapaian program kesehatan remaja Grafik IV.49 Cakupan Pelayanan Remaja Baru Ke Puskesmas Tahun 2014 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Grafik IV.50 Cakupan Pelayanan Remaja Lama Ke Puskesmas Tahun 2014 35% Laki-Laki Perempuan 65% Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 95

Tabel IV.10 Jumlah Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja Tahun 2014 URAIAN JUMLAH Sasaran Remaja 581.306 Kunjungan Remaja Ke Pkm 61.439 Kunjungan Remaja Ke Klinik Remaja (Konseling) 14.362 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Untuk presentase kunjungan remaja ke Puskesmas masih rendah yaitu sebanyak 10.56% dibandingkan dengan jumlah sasarannya, angka kunjungan ini masih rendah. Kendalanya antara lain karena: Pelayanan di klinik remaja Puskesmas belum optimal, disebabkan karena privasi untuk konseling remaja belum optimal, sehingga remaja masih enggan untuk datang ke klinik remaja ; kurangnya sosialisasi klinik remaja Puskesmas sehingga masih banyak sekolah / remaja yang belum mengetahui keberadaan klinik remaja tersebut. Dalam kunjungan remaja ke Puskesmas sudah ada yang memanfaatkan fasilitas konseling ke Klinik remaja sebanyak 23.37 % dengan kasus sebagai berikut; Tabel IV.11 Jumlah Kunjungan Remaja Ke Puskesmas Tahun 2014 No Jenis Kasus Remaja Laki Perempuan B L Total B L Total 1 Gangguan Haid 0 0 0 1363 834 2182 2 Sex Pra Nikah 11 3 14 26 23 47 3 K T D 0 0 0 57 49 104 4 Abortus 0 0 0 13 5 18 5 Gangguan Gizi 76 34 90 71 52 143 * Anemia 262 153 367 380 251 616 * KEK 47 21 68 67 30 97 * Obesitas 168 70 237 225 87 310 * Lain-lain 21 20 41 25 15 40 6 NAPZA 16 3 19 0 0 0 * Rokok 1136 1007 2127 52 75 150 * Alkohol 77 77 154 51 60 111 * Narkotik 4 10 14 0 0 0 * Psikotropik 0 2 1 0 0 0 * Zat Adiktif Lainnya 0 0 0 0 0 0 7 IMS 69 60 129 156 88 240 8 HIV / AIDS 212 60 272 245 136 382 9 Konsultasi Kontrasepsi 1 0 1 3 0 3 10 Gangguan Belajar 177 56 228 181 72 252 11 Masalah Pacaran 148 38 176 196 50 254 12 Masalah Tumbuh 175 43 190 193 40 253 Kembang 13 Lain - lain 13775 8882 22424 16554 12643 28801 14 Total Kunjungan Kasus 16840 10957 26985 20234 14888 34454 Sumber: Bid.Kesga-UKS Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 96

4.6 Pelayanan Obat 4.6.1. Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kebijakan penggunaan obat rasional merupakan salah satu upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan, efektifitas serta harga yang terjangkau dari suatu obat yang diberikan kepada masyarakat di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan bukti ilmiah terbaik (evidence based medicine), prinsip tepat biaya (cost effective) serta tepat manfaat (cost benefit). Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi persyaratan tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian dan tepat interval waktu pemberian. Penggunaan obat yang rasional sangat diperlukan untuk : 1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belanja obat, 2. Mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau, 3. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan pasien, 4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan. Indikator peresepan POR : 1. ISPA non Pneumonia (20%) 2. Diare Non-Spesisfik (8%) 3. Myalgia (1%) 4. Rerata resep (2,6) Pemantauan peresepan dilakukan terhadap 3 diagnosis penyakit tersebut diatas dilihat dari : 1. Rerata resep (jumlah jenis obat dalam tiap lembar resep) 2. Prosentaseperesepan dengan antibiotik pada penyakit Diare non Spesifik 3. Prosentase peresepan dengan antibiotik pada penyakit ISPA non Pneumonia 4. Prosentase peresepan dengan suntikan pada Myalgia 4.6.2. Monitoring Penggunaan Obat Rasional ke Puskesmas 4.6.2.1.Rerata Resep Rerata resep Puskesmas Tahun 2014 sebesar 3,38 diambil dari 43 Puskesmas (@100 lembar resep), ini berarti setiap lembar resep rata-rata terdapat 3-4 macam obat, terjadi kenaikan 0,11 % dibandingkan Tahun 2013. Hasil rerata resep Tahun 2014 diatas rekomendasi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu 2.6. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan rasionalitas peresepan terutama terhadap resep balita dengan meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan manajemen pengelolaan obat, pelatihan penggunaan obat rasional untuk Bidan Koordinator. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 97

Grafik IV.51 Rerata Resep di 43 Puskesmas Kab. Tangerang Tahun 2011 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.6.2.2. Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Penggunaan antibiotik pada pasien diare pada tahun 2014 sebesar 34.40% mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Rekomendasi dari Kementerian Kesehatan penggunaan antibiotik pada diare non spesifik sebesar 8%.Masih diperlukan upaya untuk menurunkan penggunaan antibiotik pada pasien diare non spesifik dengan cara penulis resep melakukan anamnesa yang lengkap sehingga dapat membedakan jenis diare serta dapat memberikan drug of choice yang sesuai. Grafik IV.52 Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Diare non Spesifik Di Kab. Tangerang 2011 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-FarmasiDinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 98

4.6.2.3 Penggunaan Antibiotik pada ISPA non Pneumonia Penggunaan Antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia pada tahun 2014 sebesar 47,95 %, rekomendasi Kemenkes penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumoni adalah sebesar 20%. Penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia ini mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan masih perlu peningkatan penggunaan obat rasional dengan pelatihan dan pengawasan peresepan obat khususnya antibiotik pada kasus ISPA non pneumonia. Penggunaan antibiotik bukannya keliru, tetapi harus memprioritaskan pemberiannya untuk penyakit yang benar-benar memerlukannya (yang jelas terbukti infeksi bakteri) akan sangat berarti dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional dengan Pelatihan Obat Rasional bagi tenaga Bidan Koordinasi di Puskesmas serta refreshing mengenai farmakologi obat ke puskesmas dan pelatihan penggunaan antibiotik yang bijak terhadap semua dokter yang melaksanakan pengobatan di puskesmas dan diperlukan kegiatan lintas sector dengan program ISPA Diare dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Grafik IV.53 Pengunaan Antibiotik Pada ISPA Non Pneumonia Tahun 2011 s/d 2014 50% 40% 30% 20% 10% 0% 47.90% 44.69% 44.61% 47.95% 20% 20% 20% 20% 2011 2012 2013 2014 Rekomendasi Kemkes Penggunaan antibiotik untuk ISPA Non Pneumonia Penggunaan antibiotik pada ISPA non Pneumonia Sumber: Bid.Yankes-FarmasiDinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari hasil monitoring dan evaluasi tahun 2014, penggunaan injeksi pada myalgia adalah 0%, hal ini sudah sesuai dengan target Kementerian Kesehatan maksimal penggunaan injeksi 1 %. 4.6.2.4 Penggunaan Antibiotik di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2011-2014 Dari 4300 lembar resep, resep yang menggunakan antibiotik tahun 2014 sebesar 35,25 %, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013.. Hal ini disebabkan salah satunya disebabkan oleh faktor penulis resep (prescriber), penulis resep yang baru belum mendapat pelatihan penggunaan obat rasional dan petugas penulis resep yang sudah mendapatkan pelatihan penggunaan obat rasional mengalami mutasi. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 99

Grafik IV.54 Pengunaan Antibiotik untuk semua kasus penyakit di puskesmas Tahun 2011 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.6.2.5 Jenis Antibiotik yang digunakan Pada tahun 2014 Antibiotik Amoksisillin masih merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas (68,90%), kedua terbanyak adalah Kotrimoksazol (15,20%) dan Ciprofloksasin (4,70%). Pola penggunaan ini masih sama seperti pada tahun 2013. Amoksisillin adalah antibiotik berspektrum luas yang dapat digunakan untuk kuman gram negatif dan gram positif. Grafik IV.55 Pengunaan Antibiotik di Puskesmas Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 100

4.6.3. Ketersediaan Obat Kebijakan obat nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan kesehatan nasional. Obat merupakan salah satu unsur penting yang mempunyai nilai strategis dalam upaya-upaya kesehatan dan pengelolaan obat merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu baik, secara tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu serta digunakan secara rasional. Salah satu indikator pengelolaan obat adalah ketersediaan obat generik di Puskesmas sesuai target Kementerian Kesehatan RI yaitu sebesar 90%. 4.6.4. Indikator Pengelolaan Obat 4.6.4.1. Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang disediakan/dialokasikan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Tangerang. Kesesuaian Dana Pengadaan Obat = Total dana pengadaan obat Kab/Kota x 100% Total Kebutuhan Dana Pengadaan Obat = Rp. 14.965.364.000x 100% = 96,01 % Rp. 15.587.160.000 Dana yang tersedia sudah sesuai dengan kebutuhan rutin puskesmas untuk kebutuhan 18 bulan Prosentase Alokasi Dana Pengadaan Obat Besarnya dana pengadaan obat yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan obat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan alokasi dana yang dibutuhkan untuk bidang kesehatan. Prosentase alokasi dana pengadaan obat = Total dana pengadaan obat x 100% Total dana untuk bidang kesehatan = Rp. 14.965.364.000x 100%= 5,26% = Rp. 284.632.876.139 4.6.4.2. Biaya obat per penduduk Besarnya dana yang tersedia per jumlah penduduk. (jumlah total obat dalam rupiah/jumlah penduduk) Rp. 17.710.527.398,71 = Rp5.639,40 / penduduk 3.140.472 Acuan dari kemenkes adalah Rp. 9000,-. Artinya masih dibutuhkan tambahan dana untuk mencapai angka tersebut. Biaya obat perkapita yang dihitung hanya obat untuk pelayanan pasien tidak termasuk biaya obat di RSU Tangerang dan RSUD Balaraja Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 101

4.6.4.3. Biaya Obat per kunjungan resep Besarnya dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang tersedia untuk setiap resep per pasien. Biaya obat per kunjungan resep = Total dana pemakaian obat thn lalu Total Kunjungan Resep = Rp. 16.098.958.444= Rp. 11.111,- 1.448.855 Biaya perkunjungan resep dengan rerata pemakaian obat 3,38 (dalam tiap resep terdapat 3-4 item obat), rata-rata resep dewasa Rp. 10.989,- dan rata-rata resep racikan untuk anak Rp. 4.441,- per lembar resep).jenis dan jumlah obat sudah sesuai kebutuhan. 4.6.4.4. Kesesuaian Item Obat yang tersedia dengan DOEN Jumlah jenis obat generik yang tersedia Jumlah Jenis obat generik sesuai DOEN : 195 item : 161 item Persentase = jumlah jenis obat yang termasuk dlm DOEN x 100% jumlah jenis obat yang tersedia = 161 x 100% = 82,56% 195 4.6.4.5. Tingkat Ketersediaan Obat (bulan) Jumlah ketersediaan obat minimal untuk periode 18 bulan mulai dari stok akhirsampai dengan waktu tunggu kedatangan obat tahun berikutnya. Hasil yang kita dapat menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan obat cukup untuk 18bulan. TingkatKetersediaanObat(%) 18 bulan/12 bulan x 100 % = 150 % Jumlah ketersediaan obat adalah 100 % untuk waktu 12 bulan berjalan. Hasil yang kita dapat menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan obat 150%, artinya ketersediaan obat yang ada di gudang farmasi cukup aman sampai waktu tunggu kedatangan obat berikutnya. 4.6.5. Ketersediana Obat Program di Gudang Farmasi Tahun 2014 4.6.5.1. Ketersediaan Obat Antituberkulosis Ketersediaan obat antituberkulosis sudah sesuai kebutuhan dengan penyediaan obat merupakan dropping dari Program Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan kekurangan dari alokasi tersebut dipenuhi dari Pengadaan Obat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 102

Grafik IV.56 Ketersediaan Obat Antituberkulosis Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.6.5.2. Ketersediaan Vaksin Ketersediaan Vaksin secara keseluruhan sudah mencukupi kebutuhan, penyediannya merupakan dropping dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Ketersediaan vaksin dihitung dengan cara membagi jumlah vaksin yang tersedia dibagi dengan kebutuhan. Grafik IV.57 Ketersediaan vaksin Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Farmasi Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 103

4.7. PELAYANAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS Tabel di bawah ini memperlihatkan kondisi Pelayanan pengobatan Rawat Jalan dan Rawat Inap untuk masyarakat yang dilakukan di Puskesmas selama Tahun 2013-2014. Tabel IV.12 Jumlah Kunjungan Pasien ke Pelayanan Pengobatan di Rawat Jalan Umum, Rawat Jalan Gigi dan Rawat Inap di Puskesmas Tahun 2013 2014 NO. KEGIATAN CAKUPAN 2013 2014 1 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Umum 265.517 276.451 2 Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Umum 798.456 722.781 3 Jumlah Kunjungan Rawat Inap 3.381 9.591 4 Jumlah kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi 79.402 63.407 5 Jumlah kunjungan Lama Rawat Jalan Gigi Sumber: Bid.Yankes-YandasDinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 58.895 53.367 Grafik IV.58 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Puskesmas Kab.Tangerang 2013-2014 Sumber: Bid.Yankes-YandasDinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Jumlah kunjungan baru Rawat Jalan umum Tahun 2014 mengalami sedikit peningkatan yaitu 276.451 (8.8 %) dibandingkan tahun 2013 yaitu 265.517 (8.7%) tapi masih dibawah target kunjungan baru rawat Jalan Umum yaitu 15 % dari jumlah penduduk.hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan jumlah dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas serta peningkatan status puskesmas menjadi puskesmas yang sudah menerapkan standarisasi ISO 9001 : 2008 sehingga masyarakat mendapatkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 104

Data kunjungan ini hanya kunjungan baru yang dilayani di 43 puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2014 dan belum termasuk dari kunjungan baru di sarana kesehatan lainnya (RS, Klinik, Praktek Dokter Swasta, dll). Kunjungan baru Rawat Gigi tahun 2014 adalah 63.407( 2.01% ) mengalami penurunan dari tahun 2013 yaitu 79.402 ( 2.6% ) dan masih dibawah target kunjungan baru Rawat Jalan Gigi adalah 4 % dari jumlah Penduduk. Data ini bersumber dari Kunjungan di 43 Puskesmas Kab.Tangerang dan belum termasuk Kunjungan di sarana Kesehatan Lainnya ( RS,Klinik,Praktik Mandiri,Dll ). Ratio tumpatan dan pencabutan Gigi dari 43 Puskesmas di Kabupaten Tangerang dan 2014 adalah 0.80 %. Cakupan ini mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu 0.72 %, dimana tumpatan Gigi tetap 11.771 dan Pencabutan Gigi tetap 14.586. Hal ini disebabkan adanya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilansumber daya manusia kesehatan dan akses kesehatan yang baik. Grafik IV.59 Ratio Tumpatan/Pencabutan di Puskesmas Tahun 2012 s/d 2014 0.82 0.8 0.78 0.76 0.74 0.72 0.7 0.68 0.8 0.74 0.72 2012 2013 2014 Sumber: Bid.Yankes-YandasDinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Tahun 2014 pemanfaatan tempat tidur atau Bed Occupation Rate (BOR) di 7 Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) masih dibawah BOR yang Ideal (60%-80%) Sedangkan jumlah Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) Tahun 2014 yaitu 9.232 (0.20 %) ada peningkatan dari tahun 2013 yaitu 3381 (0.11 %) tetapi masih dibawah target kunjungan Rawat Inap yaitu 1.5 % dari jumlah penduduk. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 105

Tabel IV.13 BOR Puskesmas Dengan Tempat Perawatan ( DTP ) Tahun 2014 NAMA BOR 2013 BOR 2014 PUSKESMAS MAUK 12.84% 60.72 % SEPATAN 31.18% 50.15 % KRESEK 13.69% 41.31 % BALARAJA 24.34% 36.07 % KRONJO 11.14% 30.45 % CURUG 17.94% 29.55 % CISOKA 6.66% 25.20 % Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 BOR 7 Puskesmas DTP semua mengalami peningkatan disebabkan karena penambahan sarana dan prasarana tersedianya SDM dan peningkatan kualitas/mutu Pelayanan. Grafik IV.60 Ratio BOR Puskesmas DPT Tahun 2014 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.7.1 Program Kesehatan Kerja Usia Angkatan kerja yang mendapatkan pelayanan disarana kesehatan di Tahun 2014 adalah setiap orang yang berusia produktif sekitar 15-64 tahun, yang berstatus pekerja baik formal maupun informal.pelayanan kesehatan kerja di 43 Puskesmas, Klinik Perusahaan Pos UKK Tahun 2013 dan tahun 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 106

Tabel IV.14 Pelayanan Kesehatan Kerja Tahun 2012-2014 NO Uraian Tahun. 2012 2013 2014 1 Jml Pekerja Sakit yang 535.230 382.966 540.005 dilayani 2 Kasus Penyakit Umum 476.748 308.279 421.019 3 Penyakit Diguga Akibta 5.443 5424 3716 Kerja 4 Penyakit Akibat Kerja 1.693 191 327 5 Kecelakaan Akibat 1.354 1043 1079 Kerja Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dari tabel di atas terjadi peningkatan jumlah pekerja yang dilayani di puskesmas, klinik perusahaan dan Pos UKK. Hal ini disebabkan karena petugas kesehatan kerja di Puskesmas sudah mulai memahami Program Kesehatan Kerja dan beberapa perusahaan sudah mengirimkan laporan setiap bulannya ke Puskesmas. Grafik dibawah ini memperlihatkan penyakit-penyakit pada pekerja di Kabupaten Tangerang. NO 10 Tabel IV.15 10 Penyakit Terbanyak Pada Usia Angkatan Kerja di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Terbesar Penyakit Dikalangan Pekerja Tahun 2012 2013 2014 1 Ispa 79.944 49.213 36.672 2 Gastritis 42.299 28.502 25.395 3 Hipertensi 29.919 21.774 16.106 4 Batuk 29.190 14.891 13.100 5 Myalgia 27.905 15.272 11.687 6 Dermatitis 24.206 15.925 11.601 7 Gangguan Gigi 16.553 13.716 11.040 8 Sakit Gigi 10.647 8.047 8.009 9 Arthritis 6.287 5.052 4.219 10 Konjungtivitis 2.495 1.044 4.116 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Terlihat penyakit terbesar usia pekerja adalah ISPA sebesar 36.672 penderita lalu disusul Gastritis sebesar 28.502 penderita. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 107

Tabel IV.16 10 Pos UKK Binaan Dinas Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 NO Puskesmas JML Keterangan 1 Curug 2 Usaha Kue,Usaha Roti 2 Balaraja 1 Usaha Tahu 3 Jayanti 1 Pengrajin Usus 4 Pasir Nangka 1 Usaha Gula Merah 5 Cikuya 1 Usaha Kripik Singkong 6 Kronjo 3 Usaha Otak-Otak 7 Legok 1 Usaha Tahu 8 Suka Tani 1 Usaha Tahu Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.7.2 Program Kesehatan INDERA 4.7.2.1 Pelayanan Baksos Operasi Katarak Jumlah penderita yang diduga katarak pada tahun 2014 adalah 2688 jiwa. Penderita katarak yang sudah di operasi adalah 481 jiwa. Operasi katarak yang di danai APBD Kabupaten Tangerang adalah 210 jiwa, selebihnya didanai oleh pihak Swasta. Jumlah ini sudah melebihi target dari 0.78 % X ( 1,5 Jumlah penduduk ) yaitu 367 jiwa. Hal ini disebabkan karena keterlibatan pihak swasta dalam pelayana operasi katarak dll.) Grafik IV.61 Pelayanan BAKSOS Operasi Katarak Tahun 2012 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.7.2.2 Pelayanan Baksos operasi bibir sumbing Pelayanan baksos operasi bibir sumbing tahun 2013 (20 Pasien) mengalami penurunan pada tahun 2014 (28 pasien). Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat sudah lebih baik untuk Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 108

mengobati anaknya yang mengalami bibir sumbing dan screening uleh petugas program indera lebih baik. Tahun 2014 ada 30 orang anak yang mengikuti screening tapi hanya 28 orang yang dioperasi dari target 25 orang yang didanai APBD 3 anak lainnya di danai oleh swasta. Grafik IV.62 Pelayanan BAKSOS Operasi BIBIR SUMBING Tahun 2012 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.7.3 Kejadian bencana Pada tahun 2014 jenis bencana terbesar yang terjadi di wilayah Kabupaten Tangerang adalah bencana banjir Grafik IV.63 Kejadian Bencana Tahun 2012 s/d 2014 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.7.4. Puskesmas dengan sertifikasi ISO Sampai tahun 2014 jumlah puskesmas yang sudah mendapat sertifikasi ISO 9001 : 2008 dari badan audit adalah 11 Puskesmas (Balaraja, Mauk, Kelapa Dua, Kronjo, Jl. Emas, Curug, Sepatan, Rajeg, Sindang Jaya TigaRaksa dan Teluk Naga). Diharapkan Puskesmas dapat mewujudkan kebutuhan pelanggan, memberikan mutu pelayananyang lebih baik secara berkesinambungan kepada masyarakat di wilayah kerjanya serta sistem kerja yang teratur dan terarahdalam mencapai tujuan organisasi dalam hal memuaskan pelanggan dalam memberikan pelayanan Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 109

4.7.5. Puskesmas Berprestasi Dari hasil penilaian kinerja di Puskesmas, Dinas Kesehatan memberikan penghargaan kepada Puskesmas yang mencapai kinerja terbaik sebagai Puskesmas Berprestasi. Pada tahun 2014 Puskesmas Kelapa Dua mendapat juara I, Puskesmas pasir Jaya mendapat juara II dan Puskesmas Sindang Jaya mendapat juara III. 4.7.6 Tenaga Kesehatan Teladan Dinas Kesehatan memberikan penghargaan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas yang memiliki kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tahun 2014 tenaga kesehatan teladan yang terpilih ada 4 kategori pilihan yaitu Dokter Gigi teladan Tenaga Kesmas Teladan,Juara 1 Dokter Gigi teladan yaitu drg Devi Oktora dari Puskesmas Kelapa Dua, Juara 1 Perawat teladan Badriah,Amd.Keb Pasir nangka, Juara 1 Tenaga Pelaksana Gizi teladan yaitu Agusmini dari Puskesmas Legok dan Juara 1 Tenaga Kesehatan masyarakat teladan Mulyadi,Amd.KL dari Puskesmas Kedaung Barat. Ke 4 tenaga kesehatan teladan tersebut mewakili Kabupaten Tangerang ke lomba pemilihan tenaga kesehatan teladan tingkat Propinsi. Di tingkat Prop Dokter Gigi Teladan dari Puskesmas Kelapa Dua Mendapat Juara 1,Perawat Teladan dari Puskesmas Pasir Nangka mendapat juara 1, Tenaga Kesehatan masyarakat teladan dari puskesmas kedaung Barat mendapat Juara 1,Tenaga Pelaksana Gizi teladan dari puskesmas legok Mendapat Juara III 4.7.7 Pelayanan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Call Center 119 Konsep dalam mewujudkan Masyarakat Sehat dan Aman / Safe Community yang diaplikasikan dalam suatu Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), yang terdiri dari SPGDT(S) Sehari-hari dan SPGDT(B) Bencana. SPGDT adalah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari pelayanan sebelum ke Rumah Sakit, pelayanan di RS dan antar RS, pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life, yang melibatkan masyarakat, petugas medis, pelayanan ambulance gawat darurat dan sistem komunikasi. Dalam upaya meningkatkan sistem rujukan di Kabupaten Tangerang yang mengutamakan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan, efisiensi, keadilan dan ketertiban sehingga perlu didukung oleh alat komunikasi dan Transportasi rujukan sesuai standart kegawatdaruratan yang dibutuhkan. Pelayanan Kesehatan khususnya penanganan kegawatdaruratan perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk menekan angka kematian dan mencegah kecacatan. Untuk itu disediakan sistem penanggulangan kegawatdaruratan yang standar dan terintegrasi antar Rumah Sakit yang Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 110

terkoneksi dengan jejaring pelayanan Kesehatan di Kabupaten Tangerang sehingga menjamin pelayanan kegawatdaruratan medik kepada seluruh masyarakat. SPGDT merupakan Emergency Medical Service (EMS) yang diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan pelayanan darurat. Di Kabupaten Tangerang, sistem ini dimulai dengan menyediakan layanan Call Center 119, sebagai fungsi interaksi antara masyarakat dengan sarana pelayanan kesehatan di bawah koordinasi Dinas Kesehatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat misalnya informasi rujukan ke Rumah Sakit, menampung pengaduan, saran dan kritik dari masyarakat luas terkait penanganan kegawatdaruratan. Informasi yang dibutuhkan tentang tempat rujukan yang dituju antara lain ketersediaan tempat tidur, Ruang perawatan intensif, dokter spesialis dan penunjang diagnostik yang berfungsi dengan baik. Selain itu informasi tentang kondisi pasien yang akan dirujuk, diberitahukan kepada Rumah Sakit tujuan rujukan, agar Rumah Sakit tersebut siap menerima kedatangan pasien yang akan dirujuk. Kementerian Kesehatan menetapkan Call Center 119 sebagai Command Center SPGDTs (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu sehari-hari yang dipusatkan di Dinkes Provinsi DKI. Apabila masyarakat Kabupaten Tangerang menghubungi119, panggilan akan diterima lebih dahulu oleh petugas Call Center DKI dan disambungkan ke petugas SPGDT Kab. Tangerang. Call Center Dinkes Kab. Tangerang terhubung dengan Call Center RSU Tangerang dan RSUD Balaraja yang beroperasi selama 24 jam. Layanan ini telah diluncurkan dengan resmi oleh Bupati Tangerang pada puncak acara HUT Kab. Tangerang tgl 26 Desember 2014 di Citra Raya yang dihadiri oleh Telkom dan Infomedia. Informasi SPGDT yang bisa diberikan (2014) : 1. Informasi tempat Rujukan dan Kesiapan Rumah Sakit menerima pasien di RSU Tangerang dan RSUD Balaraja. 2. Penanganan pra rujukan bagi pasien yang akan dirujuk Pelayanan yang akan dikembangkan pada tahun 2015 : 1. Penambahan Call Center di Rumah sakit Swasta 2. Penyediaan pelayanan Ambulance Gawat Darurat Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 111

Gambar.IV.1 Alur Kegiatan SPGDT Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 119 Page 8 Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 * Gambar.IV.2 Alur Kegiatan SPGDT Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 6 Ambulans 5 1 2 NOMER 119 Call Center DINKES DKI/ Kab. TANGERANG 4 3 7 Rumah Sakit 0 APLIKASI spgdt Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 112

Tabel IV.17 Kategori Panggilan SPGDT Dinas Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 No Bulan Lokasi Kategori Panggilan total Komplain Iseng Info Salahsambung Info rujukan Tes Call ACD/hari 1 Januari a. Dinkes 15 20 103 140 b. RSUD Balaraja 11 8 103 122 2 Februari a. Dinkes 12 12 72 96 b. RSUD 16 14 116 146 Balaraja 3 Maret a. Dinkes 17 6 93 117 b. RSUD 11 12 96 119 Balaraja 4 April a. Dinkes 17 25 73 115 b. RSUD 22 16 68 106 Balaraja Sumber: Bid.Yankes-Yandas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.8. PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT 4.8.1. Bed Occupancy Rate (BOR) BOR menunjukan Angka pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit. Pada tahun 2014 BOR RSUD Kabupaten Tangerang yang merupakan RS kelas B memiliki BOR 78,5. Tabel. IV.18 BOR, LOS dan TOI Rumah Sakit Di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 2014 NO NAMA RUMAH SAKIT BOR LOS TOI 2013 2014 2013 2014 2013 2014 1 RS Siloam Lippo Karawaci 76.0 76.8 4.6 4.5 1.4 1.4 2 RSI Q a d r 61,7 66.3 3,95 0.0 2,48 2.0 3 RSB Permata Hati 52.9 72.0 3.1 0.0 2.7 1.4 4 RSIA Tiara 19.8-1.3-5.3-5 RS Mulia Insani 53,9 37.4 3 2.4 2 4.2 6 RSU Tangerang 79.2 78.5 4 4.1 1.1 1.0 7 RS Paramitha - - - - - - 8 RSIA Selaras 74,6 75.3 1,8 1.5 0,1 0.8 9 RSIA St.Carolus Serpong 30,15 37.0 3,05 3.1 7,1 5.3 10 Ciputra Hospital 33.5-2.9 0.0 5.7-11 RS.Mitra Husada 53.3 54.8 2.9 0 2.6 2.3 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 113

12 RSIA.Keluarga Kita 63,63-2,2-2,77-13 RSIA Murni Asih - - - - - - 14 RSUD Balaraja 44 56.9 2 0.0 3 2.0 15 RS Selaras 30.1-2 - 1.26-16 RSIA.Bunda Sejahtera - - - - - - 17 RSB Bunda Lestari - 25.1-3.0-9.0 18 RS.Bethsaida - 27.2-3.0-8.0 19 RSIA Harapan Mulia - - - - - - 20 RSIA.BUN - - - - - - 4.8.2. Length of Stay (LOS) Untuk mengukur efisiensi dan mutu pelayanan Rumah Sakit adalah dengan angka rata- rata lamanya dirawat atau LOS Angka rata-rata LOS untuk RSUD Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 adalah 3 hari, ratarata LOS RS Swasta berkisar antara 3 sampai 6 hari, rata-rata LOS RSIA adalah 3 hari sama dengan rata-rata LOS Rumah Bersalin 4.8.3. Turn Over Internal (TOI) TOI atau Interval Pemakaian Tempat Tidur adalah rata-rata jumlah hari tempat tidur rumah sakit tidak dipakai dari saat kosong ke saat terisi berikutnya. Pada tahun 2011 angka TOI untuk RSUD Kabupaten Tangerang adalah 1 hari, TOI RS Swasta ádalah 7 hari sedangkan TOI RSIA ádalah 8 hari. 4.8.4. Net Death Rate (NDR) NDR adalah satu indikator untuk menilai mutu pelayanan Rumah Sakit, dengan menghitung angka kematian pasien di Rumah Sakit setelah dirawat lebih dari 48 jam per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Nilai NDR yang ideal adalah < 25/1000 penderita. 4.8.5. Gross Death Rate (GDR) GDR atau kematian total pasien rawat inap yang keluar Rumah Sakit per 1.000 penderita keluar hidup dan mati. Nilai ideal GDR adalah < 45/1.000. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 114

Tabel. IV.19 NDR dan GDR Rumah Sakit Di Kabupaten Tangerang Tahun 2012 2013 NO NAMA RUMAH SAKIT NDR GDR 2013 2014 2013 2014 1 RS Siloam Lippo Karawaci 18.9 18.5 28 29.2 2 RSI Q a d r 5,76 7.9 12,3 14.4 3 RSIB Permata Hati 0.9-0.9-4 RSIA Tiara 0.0-0.0-5 RS Mulia Insani 3,4 1.5 11,6 5.5 6 RSU Tangerang 17.6 2.2 49.3 6.1 7 RS PARAMITHA - - - - 8 RSIA Selaras 0,48 1.7 0,71 5.8 9 RSIA St.Carolus Serpong 2,3 2.3 5,1 5.2 10 CIPUTRA HOSPITAL 3.4-10.2-11 RS.MITRA HUSADA 4.7 2.6 23.7 10.4 12 RSIA.Keluarga Kita 0-0 - 13 RSIA Murni Asih - - - - 14 RSUD Balaraja 0 9.8 0 29.9 15 RS Selaras 0-0,1-16 RSIA.Bunda Sejahtera - - - - 17 RSB Bunda Lestari - - - 1.3 18 RS.Bethsaida - 8.4-21.8 19 RSIA Harapan Mulia - - - 2.0 20 RSIA.BUN - - - - 4.9. Unit Pelayanan Dinas Kesehatan Kanupaten Tangerang 4.9.1 UPT Pengelola Jaminan Kesehatan Nasional Pelayanan kesehatan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional bersumber dari dana kapitasi, non kapitasi JKN pada FKTP(Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)milik pemerintah Kabupaten Tangerang dan anggran dari APBD II Kabupaten Tangerang. Dana kapitasi JKN FKTP Tahun 2014 sebesar Rp 72.783.378.950,Dana Non kapitasi JKN pada FKTP yang diterima Th 2014 sebesar 1.584.900.000, dan anggaran APBD II kegiatan kemitraan pengobatan bagi pasien kurang mampu sebesar Rp. 62.157.282.448,-, kegiatan sosialisasi Jaminan Kesehatan sebesar Rp. 1.425.560.000,- serta Operasional Jaminan Kesehatan sebesar Rp. 998.060.000,- Jumlah Peserta Bantua Iuaran (PBI) Kabupaten Tangerang Tahun 2014 sebanyak 906.433 jiwa, tahun 2014 jumlah kunjungan rawat jalan peserta yang terlayani sebanyak 516.364 jiwa, jumlah kunjungan rawat inap sebanyak 1.851 jiwa dan jumlah pasien yang dirujuk sebanyak 6.540 jiwa. Berikut tabel capaian pelaksanaan pelayanan Jamkesmas/PBI Tahun 2012 2014 sebagai berikut : Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 115

Tahun Jumlah Kunjungan Rawat jalan Tabel IV.20 Capaian Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Peserta JamKesMas/PBI di pelayanan dasar Tahun 2012 2014 Jumlah Kunjungan Rawat Inap Jumlah pasien Jamkesmas/PBI dirujuk 2011 607.305 1850 17.582 2012 545.905 1478 19.469 2013 558.505 1697 25.157 2014 516.364 1851 6.540 Sumber: UPT-Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Tabel IV.21 Kelompok umur Peserta Jamkesmas/PBI yang memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun 2012 2014 KELOMPOK UMUR PENERIMA MANFAAT JAMKESMAS/PBI TH 2011 < 1 1-5 6-12 13-18 19-64 65+ 9.731 28.648 46.163 58.853 256.231 43.165 KELOMPOK UMUR PENERIMA MANFAAT JAMKESMAS/PBI TH 2012 < 1 1-5 6-12 13-18 19-64 65+ 10.998 22.283 60.872 130.786 280.601 41.842 KELOMPOK UMUR PENERIMA MANFAAT JAMKESMAS/PBI TH 2013 < 1 1-5 6-12 13-18 19-64 65+ 4.596 32.139 74.640 274.914 170.119 590.102 KELOMPOK UMUR PENERIMA MANFAAT JAMKESMAS/PBI TH 2014 < 1 1-5 6-12 13-18 19-64 65+ 4.073 24.479 71.213 Sumber: UPT-Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 249.430 169.385 34.212 Tabel IV.22 ANC dan PNC Pelayanan Persalinan di Pelayanan Dasar Tahun 2013 2014 PELAYANAN PERSALINAN TAHUN 2013 ANC PNC PERSALINAN K-1 K-4 KF-1 KF-2 KF-3 Normal Tak Maju Pasca Keguguran 2.696 4.268 4.671 3.889 162 4397 141 274 PELAYANAN PERSALINAN TAHUN 2014 ANC PNC PERSALINAN K-1 K-4 KF-1 KF-2 KF-3 Normal Tak Maju Pasca Keguguran 4.474 3.992 3.805 3.782 3.566 3.390 355 69 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 116

PELAYANAN PERSALINAN TAHUN 2013 ANC PERSALINA N NORMAL PNC PRA RUJUKA N TINDAKAN EMERGENSI DASAR DI PONED RAWA T INAP KB RUJUK AN JAMPE RSAL 29.923 10.669 40.087 799 343 28 6.826 1.637 ANC PERSALINAN NORMAL PELAYANAN PERSALINAN TAHUN 2014 PNC PRA RUJUKAN TINDAKAN EMERGENSI DSAR DI PONED RAWAT INAP RUJUKAN JAMPERSAl 8.466 2.718 11.153 183 197 3244 - Sumber: UPT-Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Tabel IV.23 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Dan Jenis Kelamin Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO JENIS JAMINAN JUMLAH PESERTA KESEHATAN L P L+P 1 JAMKESMAS/PBI - - 906.433 2 KARTU SEHAT 64.590 62.758 127.348 Sumber: UPT-Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Program Kartu Sehat Pada Jamkesda Kabupaten Tangerang Diluar peserta Jamkesmas/PBI (Peserta Bantuan Iuran) masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebab itu Pemerintah Kabupaetn Tangerang meningkatkan cakupan kepesertaan di luar kuota Jamkesmas/PBI melalui Program Kartu Sehat pada Jamkesda Kabupaten Tangerang dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan akses dan mutu pelayanan masyarakat miskin, serta lebih mengoftimalkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu di Kabupaten Tangerang khususnya aspek pembiayaan jaminan kesehatan masyarakat. Program Kartu Sehat pada Jamkesda Kabupaten Tangerang terdiri dari peserta Kartu Sehat dan peserta dengan SKTM dimana peserta Kartu Sehat sejumlah 127.348 jiwa dan pasien SKTM bagi masyarakat miskin/tidak mampu jika sakit memerukan pembiayaan kesehatan dengan diterbitkannya Surat Jaminan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Dana pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di luar peserta Jamkesmas/PBI bersumber dari APBD Pemerintah Kabupaten Tangerang dan bantuan dari APBD Provinsi Banten. Dan berdasarkan dana yang dianggarkan di setiap tahunnya meningkat, karena pemerintah Kabupaten Tangerang memiliki komitmen untuk menjamin masyarakat miskin di luar kuota Jamkesmas/PBI. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 117

Pelayanan kesehatan peserta program Kartu Sehat pada Jamkesda Kabupaten Tangerang berdasarkan PKS (Perjanjian Kerjasama) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2015 sebagai berikut : 1. RSU Tangerang 2. RSUD Balaraja 3. Siloam Hospital 4. RS Qadr 5. RS Selaras 6. RS Mitra Husada 7. RS Paramita 8. RS Mulia Insani 9. RS Asshobirin 10. RS Sitanala 11. RS Soeharto Heerdjan Jakarta 12. RS Dr. Marzoeki Mahdi Bogor 13. RSUP Cipto Mangunkusumo 14. RSUP Fatmawati 15. RSK Dharmais 16. RSUP Jantung dan Pembuluh Darah Harkit 17. RSUP Persahabatan 18. RSAB Harapan Kita Pelaksanaan Program Kartu Sehat pada Jamkesda Kabupaten Tangerang adalah pelayanan kesehatan RJTP di Puskesmas bagi peserta kartu Sehat dan RITP di Puskesmas bagi peserta Kartu Sehat dan pasien SKTM dengan Surat Jaminan, dan RJTL serta RITL di Rumah Sakit bagi peserta Program Kartu Sehat, adapun gambaran pemanfaatan dana pelayanan Tahun 2014 seperti pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 118

Tabel IV.24 Realisasi Bantuan Biaya Pengobatan Program Kartu Sehat Pada JAMKESDA Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO RUMAH SAKIT JUMLAH PASIEN Rp 1 RSU Kab. Tangerang 12.889 18.623.788.749 2 Siloam Hospital 7.796 20.827.892.547 3 RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo 2.617 5.319.890.265 4 RS. Qodr 2.480 3.245.059.459 5 RSK. Sitanala 1.822 2.403.730.647 6 RS. Selaras 565 730.766.071 7 RS. Mitra Husada 579 1.449.103.224 8 RS. Mulia Insani 256 235.137.187 9 RS. Islam Ashobirin 32 130.856.014 10 RSUD Balaraja 2.636 5.019.063.553 12 RS. Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan 378 376.159.950 13 RS. Kanker Dharmais 132 1.069.580.529 14 RSUP Fatmawati 11 88.356.155 15 RSUP Persahabatan 3 31.922.524 16 RS. Anak dan Bunda Harkit 25 161.443.495 17 RS. Jantung dan Pembuluh Darah 153 888.362.381 Harkit 18 Puskesmas dan RS lainnya tagihan melaui GU 48.709 1.498.773.829 JUMLAH 81.083 62.099.886.579 Sumber: UPT-Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 4.9.2 UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Kecendrungan kebutuhan dan tututan masyarakat akan mutu layanan kesehatan akhir-akhir ini merupakan salah satu pertimbangan dalam meningkatkan kinerja UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang,Oleh karena itu dalam penyusunan kegiataan selama Tahun 2014 selain pengadaan sarana dan prasarana yang mendapatkan porsi anggaran yang lebih besar maka sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Laboratorium Kesehatan Daerah berkaitan dengan Pelaksanaan Pelayanan Laboratorium Klinik, juga melaksanakan Pengujian Laboratprium Klinik dan laboratorium Kesehatan Masyarakat. Walaupun kegiatan tersebut dirancang secara cross sectional dan melibatkan sampel yang terbatas, namun hasil analisanya akan berguna mendapat gambaran kasus-kasus anemia yang sering dijumpai pada anak sekolah serta gambaran kasus Filariasis Pelayanan yang telah dilakukan untuk mendukung seksi Kesehatan Lingkungan dan seksi Farmasi dan Makan Perbekalan Alat Kesehatan adalah denganmelakukan pemeriksaan sampel air Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 119

bersih, dan air minum yang diambil dari daerah-daerah dengan kondisi lingkungan tidak baik. Dengan harapan program tersebut akan lebih meningkatkan derajat kesehatan antara lain dengan menekan angka kesakitan karena penggunaan sumber air bersih yang tercemar. Kegiatan peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan daerah sesuai denga ntugas pokok dan fungsi UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang.Dengan berpedoman pada Visi dan Misi Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang, Sehingga UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang dapat memberikan kontribusi positif untuk pembangunan kesehatan di Kabupaten Tangerang. Tabel IV.25 Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA Kab Tangerang Tahun 2014 PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK Hematologi Lengkap Hematologi Rutin Kreatinin SGOT Benzodiazephin Cocain Gambaran Darah Tepi Leukosit Alkali Fosfatase Malaria Eritrosit Protein Total HIV Trombosit Albumin Dengue IgG / IgM Hemoglobin Bilirubin Total CRP Hematokrit Bilirubin Direk RF Hitung Jenis Sputum BTA ASTO Golongan Darah Glukosa Kolesterol HDL Kolesterol LDL Kolesterol Trigliserida Asam Urat Ureum Faeces Lengkap Sekret Uretra / Urin Lengkap Widal Tes Kehamilan Narkoba (Urin): Amphetamin THC Morphin Sumber: UPT-Labkesda Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Vagina Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 120

Tabel IV.26 Parameter yang Dianalisa di UPT LABKESDA Kab Tangerang Tahun 2014 PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT A. Fisika ph Total Koliform Warna Nitrat (sebagai NO3) E.Coli Kekeruhan Bau Zat Padat Terlarut (TDS) Rasa Besi (Fe) Nitrit (sebagai NO2) Mangan (Mn) Krom Valensi 6(Cr + 6 ) Temperatur Kesadahan (CaCO 3 ) Khorida(CI) Sulfat (SO4 ) Fluorida (F) Tembaga (Cu) Aluminium (Al3+) Amonia (NH3- N) Seng (Zn ) B. KIMIA C. MIKROBIOLOGI Pelayanan Lintas Program Sumber: UPT-Labkesda Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Pemeriksaan Analisa Air Bersih mendukung pemeriksaan Program P2PL Pemeriksaan Program Bidang Yankes Seksi Farmasi dan Makanan Pemeriksaan skrining calon Jemaah haji meliputi pemeriksaan :kadar gula darah,uji kehamilan dan pemeriksaan khusus untuk Jemaah yang secara klinis memerlukan tindak lanjut. Pemeriksaan Uji Silang sebagai program rutin dalam rangka P2-TB Pemeriksaan Filariasis mendukung program bidang P2P Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 121

N O NAMA PUSKESMAS Tabel IV.27 Hasil Pemeriksaan Uji Silang TB (LQAS) UPT LABKESDA Kabupaten Tangerang TAHUN 2014 TW. 4/2013 TRIWULAN 1 TRIWULAN 2 TRIWULA 1 Jl. Emas 0 34 26 32 2 Rajeg 45 22 45 0 3 Cikuya 43 44 40 48 4 Cisoka 25 26 26 26 5 Pasir Nangka 32 34 0 35 6 Cikupa 21 14 14 10 7 Cisauk 30 12 12 12 8 Kronjo 25 20 20 20 9 Teluk Naga 71 21 21 15 10 Pagedangan 17 17 17 17 11 Curug 24 13 13 13 12 Caringin 0 16 0 20 13 Gunung Kaler 0 22 14 19 14 Tigaraksa 36 34 34 34 15 Sepatan 34 17 17 17 16 Sukadiri 10 9 14 15 17 Kosambi 50 34 0 34 18 Suradita 26 25 0 0 19 Mauk 48 49 49 49 20 Balaraja 26 26 26 26 21 Kelapa Dua 17 25 30 25 22 Jayanti 17 17 17 17 23 Pakuhaji 18 14 0 23 24 Kuta Bumi 18 15 13 15 25 Sindang Jaya 0 20 0 0 26 Kresek 21 25 21 25 27 Kemeri 24 45 44 42 28 Legok 34 30 30 30 29 Panongan 0 0 0 18 30 Gembong 13 0 0 46 31 Jambe 38 0 0 0 JUMLAH 763 Sumber: UPT-Labkesda Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 680 543 683 N 3 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 122

Tabel IV.28 Jumlah Pemeriksaan Sampel Air Dari Bidang P2PL DAN YANKES DI Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014 NO JENIS PEMERIKSAAN JUMLAH SAMPEL 1. Air bersih - Fisika dan Kimia 76 - Mikrobiologi 76 2. Air Minum - Fisika dan Kimia 115 - Mikrobiologi Sumber: UPT-Labkesda Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 115 Rencana Kinerja Laboratorium Kesehatan Kabupaten Tangerang 5tahun ke depan adalah sebagai berikut : Mendapatkan Akreditasi KALK oleh tim akreditasi dari Kemenkes RI atau KAN. Bisa menjadi Laboratorium Penguji dan sebagai Laboratorium Rujukan. Metode analisa menggunakan metode baku sesuai SNI atau Standar Method. Bisa mengeluarkan sertifikat hasil analisa. Peningkatan sarana dan prasarana pengujian. Peningkatan kualitas SDM yang ada dengan cara pelatihan eksternal atau internal secara terprogram agar SDM Labkesda lebih berkompeten di bidangya masing masing. Mobilisasi pelayanan lebih ditingkatkan. Promosi Kesehatan, agar masyarakat Kabupaten Tangerang dan sekitarnya mengerti dan memahami pentingnya Laboratorium Kesehatan. Program pengadaan belanja jasa konsultasi SDM 2014: kegiatan peningkatan pelayanan Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tangerang Akreditasi Laboratorium memberikan beberapa jaminan teknik dan kompetensi suatu laboratorium untuk melakukan pengujian sesuai dengan standar ISO (Internasional Organization Standardisation). Dua faktor penentu dasar yang penting untuk laboratorium yang diakreditasi adalah kemampuan teknis dan sistem manajemen mutu yang terdokumentasi termasuk keterbukaan yang memberikan kepercayaan dalam kejujuran profesi laboratorium. Persyaratan sebagai laboratorium penguji adalah sesuai dengan pedoman BSN No. 101 atau ISO Guide 25 yang disempurnakan menjadi ISO 17025 atau SNI 17025. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 123

BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan unsur terpenting didalam peningkatan pembangunan kesehatan secara menyeluruh, sumber daya kesehatan terdiri dari tenaga, sarana dan dana yang tersedia untuk pembangunan kesehatan. Tahun 2014situasi sumber daya kesehatan secara menyeluruh mengalami peningkatan yang lebih baik dari tahun 2013, peningkatan sumber daya kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan diseluruh tingkat pelayanan kesehatan baik di desa, puskesmas dan rumah sakit. Bersamaan dengan ini jajaran kesehatan terus melakukan peningkatan kualitas SDM kesehatan melalui pelatihan-pelatihan yang berbasis kompetensi, peningkatan loyalitas terhadap profesi kesehatan, penambahan jumlah tenaga kesehatan yang berkualitas. Situasi sumber daya kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut : 5.5. KETENAGAAN Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas harus menjadi prioritas utama sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Tabel V.1 Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah & Swasta Tahun 2014 No Profesi Jumlah 1 Dokter Umum 1128 2 Dokter Gigi 340 3 Dokter Spesialis 512 4 Dokter Gigi 82 Spesialis 5 Bidan 973 6 Perawat 1231 7 Perawat gigi 40 8 Apoteker 288 9 Asisten Apoteker 153 10 Nutrisionis 33 12 Sanitarian 37 13 Kesehatan 36 masyarakat 14 Fisioterapis 30 15 Pranata Lab 52 16 Radiografer 73 17 Rekam medis 2 Sumber: Yankes-Perizinan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 124

5.6. SARANA KESEHATAN DASAR Komponen didalam sumber daya kesehatan yang paling penting adalah ketersedian sarana kesehatan yang cukup baik dalam jumlah dan kualitas bangunan sebagai unit sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, baik bangunan utama, sarana pendukung serta sanitasi lingkungannya. Pembangunan sarana kesehatan dilengkapi dengan peralatan medis, peralatan nonmedis, peralatan laboratorium beserta reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua. Unit pelayanan kesehatan terdiri dari Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum dan unit pelayanan tehnis kesehatan lainnya. Setiap pembangunan unit-unit pelayanan yang ada, harus dapat memenuhi kriteria antara lain memiliki akses keterjangkauan oleh masyarakat. Situasi sarana kesehatan dasar di Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Tangerang. Tabel V.2 Sarana Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Sumber: Yankes Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 48 yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Dengan Jumlah Penduduk 3.140.472 Jiwa di Kabupaten Tangerang, Maka jumlah Puskesmas masih belum memadai, khususnya di wilayah pedesaan. Salah satu Upaya untuk bidan praktek swasta dengan melakukan pembinaan kesarana pelayanan kesehatan dan koordinasi dengan organisasi profesi khususnya organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan dalam pengurusan STR yang selama ini banyak belum selesai dan menjadi kendala dalam proses pengurusan izin praktek bidan swasta. No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah 1 Puskesmas DTP 7 2 Puskesmas Non DTP 36 3 Puskesmas Pembantu 48 4 Puskesmas Keliling 60 5 Puskesmas Poned 18 6 Praktek Dokter Umum 1012 7 Praktek Dokter Gigi 266 8 Praktek Dokter Spesialis 512 9 Praktek Bidan Swasta 252 Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 125

5.3. PERAN SERTA SWASTA DALAM UPAYA KESEHATAN Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Maka selain pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah juga ada peran aktif atau keikutsertaan pelayanan kesehatan swasta dalam meningkatkan derajat kesehatan disetiap lapisan masyarakat di wilayah Kabupaten Tangerang. Ini merupakan potensi yang baik dalam menjangkau pelayanan kesehatan baik dinilai dari akses keterjangkauan maupun mutu pelayanan kesehatan. Adapun jumlah maupun jenis sarana dan tenaga medis dan paramedis yang berijin di wilayah Kabupaten Tangerang dapat dilihat dalam tabel berikut : 5.3.1. Sarana Kesehatan Tabel.V.3 Jumlah Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan yang Berizin Di wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No. Sarana/Praktek Kesehatan 2014 1 Rumah Sakit Pemerintah 2 2 Rumah Sakit Swasta 18 3 Rumah Bersalin (RB) 33 4 Klinik 369 5 Klinik Spesialis 15 6 Klinik Kecantikan Estetika 23 Sumber: Yankes-Perizinan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Untuk Jumlah sarana kesehatan ada peningkatan di tahun 2014 dibanding tahun 2013, Jumlah sarana yang meningkat ditahun 2014 diantaranya adalah:rsia 1 (12,5%),RB 1 (3,03%), Klinik 64 (20.98%), Klinik Spesialis 10 (66.6%), Klinik Kecantikan Estetika 6 (36.2%). Seiring dengan bertambahnya jumlah sarana tersebut, maka diharapkan mutu pelayanan kesehatan dimasyarakatpun dapat lebih ditingkatkan sehingga derajat kesehatan masyarakat meningkat. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 126

Tabel.V.4 Jumlah Penyelenggaraan Sarana Penunjang medik Yang Berizin di wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No Sarana/Praktek Kesehatan 2014 1 Laboratorium Klinik 28 2 Klinik Rontgen 8 3 Apotek 291 4 Apotek Rakyat 19 5 Toko Obat 61 6 Optik 9 Sumber: Yankes-Perizinan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Adapun jumlah sarana penunjang medik dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan diantaranya:lab klinik 2 (7,1%), Klinik Rontgen 1 (14.2%), Apotik 43 (17.34%), Apotik Rakyat 4 (26,6%),Toko Obat 4 (7,00%),Optik 9 (55%). Khusus peningkatan jumlah Optik cukup tajam di karenakan kebutuhan Optik sebagai pendukung dalam pelayanan kesehatan yang bersumber data BPJS. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 127

5.3.2. Tenaga Kesehatan Tabel.V.5 Jumlah Izin Praktik Tenaga Medis, Pengobatan tradisional, Keperawatan, Fisioterapis, dan Apoteker yang berizin Di wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 No. Sarana/Praktek Kesehatan 2014 1 Praktek Dokter Umum 1012 2 Praktek Dokter Spesialis 512 3 Praktek Dokter Gigi 266 4 Bidan Mandiri (SIPB) 252 5 SIK Bidan 321 6 SIK Tenaga Teknis Kefarmasian 344 7 SIK Perawat 999 8 SIK Radiografer 73 9 SIK Perawat Gigi 13 10 SIK Refraksinis Optisien 13 11 SIP Terapi Wicara 0 12 SIK Analis 35 13 SIP Apoteker 277 14 SIK Apoteker 88 15 SIP Fisioterapi 16 16 SPTP 88 17 SIPT 2 Sumber: Yankes-Perizinan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Dalam hal Surat Izin Praktik (SIP) tenaga medis dan non medis dari tahun 2013 ke 2014 banyak mengalami peningkatan diantaranya SIK Bidan46 (16.7%), Tenaga Teknis Kefarmasian 114(49.6.%), SIK Perawat 405 (68.2%), SIK Radiografer 45 (160.7%), SIK Perawat Gigi 9 (225%), SIK Analis Refraksi Optisien8(160%), SIK Analis18 (105.9%), SIK Fisioterapi 2 (14.3%). Ini berarti sudah sangat disadari oleh tenaga medis dan non medis untuk membuat SIP dan SIK mereka sebagai safety mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan dimasyarakat. Selain itu untuk SIP dan SIK tenaga medis dan non medis sudah diatur dalam Permenkes RI sesuai profesinya. Disisi lain, selain bertambah jumlah SIK ada juga penurunan di tahun 2014. Adapun jenis SIK yang menurun jumlahnya yaitu: Dokter umum 610(37.6%) dan Dokter Spesialis127 (19.9%),Praktik Dokter gigi 13(4.7%),Bidan Mandiri 582 (69.8%), sedangkan berdasarkan Permenkes RI no 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, setiap tenaga kesehatan harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) belum dikeluarkan sehingga menghambat dalam pengurusan SIK tersebut. Untuk menyikapi permasalahan tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang memberikan kebijakan Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 128

bahwa SIK yang lama untuk diperpanjang selama 6 bulan kedepan dengan diberikan stempel perpanjangan di SIK yangbersangkutan sambil menunggu STR baru keluar. STR sangat penting untuk profesi medis dan non medis sebagai keabsahan kompetensi seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan. STR ini diatur dalam Permenkes RI No 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Tabel.V.6 Jumlah Rekomendasi Yang Dikeluarkan Tahun 2014 No. Sarana/Praktek 2014 Kesehatan 1 Pedagang Besar farmasi 9 2 PenyalurAlat Kesehatan Pest Control 15 11 Sumber: Yankes-Perizinan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Untuk perizinan sarana kesehatan lain seperti Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK), Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang hanya memberikan surat rekomendasi untuk pengurusan izin di tingkat Propinsi dan Pusat, dikarenakan surat izin PBF dan PAK dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Hal ini sudah diatur dalam Permenkes RI No 1148/Menkes/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi dan Permenkes RI No 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Dengan meningkatnya taat aturan oleh para pelaku pelayanan kesehatan dan Institusi kesehatan lain yang ada di Kabupaten Tangerang maka akan memberikan kontribusi untuk keamanan dan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Tangerang. 5.4. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama didalam peningkatan pelayanan kesehatan. Pembiayaan terhadap sektor kesehatan bersumber dana melalui dana APBN dan APBD Kabupaten dan APBD Propinsi, serta sumber lainnya yang dalam pelaksanaannya digunakan baik untuk peningkatan sarana maupun peningkatan mutu pelayanan. Didalam profil kesehatan ini baru dapat memberi gambaran dana yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan RSU Tangerang yang dapat digambarkan sebagai berikut: Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 129

SUMBER Tabel V.7 Jumlah Anggaran Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2013 dan 2014 JUMLAH ANGGARAN TAHUN 2013 TAHUN 2014 1. APBD Kab.Tangerang Rp.182.055.879.000 Rp. 284.632.876.139 2.APBN : A. Dana Alokasi Khusus B. Jamkesmas - Kekurangan pembayaran Jamkesmas/Jampersal Rp. 47.000.000.000 Rp. 977.547.000 C. JKN-BPJS Kesehatan Rp. 72.268.356.000 TOTAL Rp. 229.055.879.000 Rp. 357.878.779.139 Sumber: Perencanaan Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2014 Penyelenggaraan Urusan Kesehatan di Kabupaten Tangerang dilaksanakan oleh SKPD Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Tangerang, Puskesmas, Kecamatan, dan Dinas Cipta Karya. Adapun prioritas pembangunan daerah urusan kesehatan tahun 2014 diarahkan antara lain kepada program pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, upaya kesehatan masyarakat, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan lingkungan sehat, standarisasi pelayanan kesehatan, pengadaan, pelayanan kesehatan penduduk miskin, pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, pustu, dan jaringannya, penambahan sarana dan prasarana RSU, kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan, pengawasan obat makanan, perbaikan gizi masyarakat, serta pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, peningkatan kesehatan anak balita, penyakit tidak menular, peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, pelayanan kesehatan lansia. Sasaran dari prioritas program tersebut diharapkan dapat : 1. Meningkatkan Kunjungan ibu hamil, K1 dan K4 2. Meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, 3. Menaikan cakupan Desa UCI, 4. Menurunkan prevalensi gizi buruk, 5. Meningkatkan cakupan penjaringan kesehatan anak sekolah, 6. Menaikkan penemuan dan penanganan penderita penyakit, 7. Menaikkan cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien, 8. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan rujukan. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 130

BAB VI : PENUTUP Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang disusun berdasarkan hasil kegiatan sepanjang tahun 2014 oleh unit-unit kesehatan serta Instansi terkait yang berada dalam wilayah Kabupaten Tangerang. Berbagai peningkatan telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Tangerang. Gambaran tersebut merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baik kepada para penentu kebijakan, kepada pengelola program kesehatan maupun kepada instansi Lintas Sektor, serta kepada masyarakat umum yang disajikan dalam format buku Profil. Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis dalam pelaksanaan manajemen program kesehatan dan Lintas Sektor maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam hal perencanaan program kesehatan. Di bidang kesehatan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan mempunyai salah satu luaran utama yaitu penyajian data dan informasi dalam format buku Profil Kesehatan. Namun disadari bahwa dalam penyajiannya sampai saat ini belum dapat memenuhi segala kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Hal ini berimplikasi pada kualitas data yang disajikan dalam profil kesehatan ini belum dapat memenuhi harapan semua pihak namun tetap dapat memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang, perlu terus dilakukan suatu terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat dan akurat untuk mengisi ketidaktersediaan data khususnya yang bersumber dari masing masing pengelola program serta dari sektor lain yang terkait. Diharapkan adanya sistem informasi yang berbasis On line yang dapat di terapkan di Puskesmas, agar ketersediaan data dan pengolahan dan distribusinya dapat lebih cepat dan akurat. Profil Kesehatan Kab Tangerang Tahun 2014 Hal 131