BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun

UPAYA PELESTARIAN SUBAK DI PERKOTAAN

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tri Hita Karana terdiri atas tiga kata yaitu tri, artinya, tiga, hita artinya,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 29 Juni 2012 menetapkan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN. Pulau Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dunia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana

Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan

Tim Editor. Open Journal Systems DEWAN EDITOR. Ketua: Prof. Dr. Ir. I Ketut Budi Susrusa, M.S. Anggota: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan, M.P.

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis di Kabupaten Badung (Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Subak telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III TEMUAN DATA. penelitian ini yaitu umur responden dan luas perubahan peruntukan lahan

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi,

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Tingkat Eksistensi Elemen-Elemen Subak Sebagai Sistem Sosial

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pendahuluan. Bab Satu

ABSTRAK. Kata kunci: Locus of control, Budaya Organisasi, Tri Hita Karana, Kinerja.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2.6.2 Subak sebagai sistem non fisik Kerangka Pemikiran...30 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang sebagai lembaga tradisional wadah berkumpul dan berinteraksi sosialnya para petani. Subak sebagai lembaga berciri agraris dipandang sebagai lembaga yang khusus bergerak dalam pengaturan air irigasi dan usahatani di hamparan sawah, sedangkan sebagai lembaga yang berciri religius artinya subak didasari oleh aturanaturan Agama Hindu. Prinsip-prinsip subak ini dalam keseharian lebih dikenal sebagai aspek pawongan (sebagai lembaga sosial), aspek palemahan (sebagai lembaga di bidang pertanian), dan aspek parhyangan (sebagai lembaga berciri religius). Prinsip-prinsip ini terkristalisasi dalam falsafah Tri Hita Karana. Subak sebagai lembaga tradisional tidak dapat memisahkan diri dari interaksinya dengan dunia luar baik dengan sesama subak, pemerintah, lembaga sosial lainnya, atau terhadap perkembangan zaman. Hal ini akan membuka peluang perubahan baik secara positif maupun negatif bagi keberadaan subak. Perubahan yang merugikan sering menimbulkan masalah bagi kelestarian subak. Kelemahan subak sebagai sistem irigasi yang berlandaskan sosio agraris religius adalah ketidakmampuannya untuk melawan intervensi yang berasal dari eksternal sehingga 1

2 menimbulkan marginalisasi. Sebaliknya, subak memiliki kemampuan untuk menyerap perkembangan teknologi, beradaptasi dengan dinamika budaya, dan menata organisasinya yang bersifat fleksibel sesuai dengan lingkungannya (Windia, 2008: 2-6). Upaya pelestarian subak sudah lama menjadi wacana para pemerhati subak mengingat rentannya subak dari intervensi pihak luar seperti kurangnya ketersediaan air irigasi karena adanya persaingan yang semakin ketat dengan adanya pemanfaatan air oleh sektor non pertanian (air minum atau PDAM, sektor industri, dan sektor pariwisata atau hotel maupun restoran). Padahal, subak mempunyai fungsi dan peran cukup penting dalam menjaga ketahanan pangan. Subak yang berlaku di perkotaan umumnya mengalami berbagai ancaman sebagaimana dikemukakan di atas, eksistensi Subak Padanggalak, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar juga terancam karenanya. Subak Padanggalak bersama Desa Kesiman Kertalangu dan pihak swasta sejak tahun 2007 bersinergi melakukan usaha untuk subak dengan industri pariwisata agar mampu menekan alih fungsi lahan persawahan dalam konsep Desa Budaya Kertalangu (DBK). Pengembangan DBK dibuat oleh masyarakat (kelian adat dan krama subak) bersama pihak swasta dan mendapat dukungan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Tujuan dari adanya pengembangan DBK agar para petani tetap menjalani aktivitasnya sebagai petani dan mendapat nilai lebih dari aktivitas pertaniannya (Pradnyani, 2014).

3 Tantangan yang diakibatkan lokasinya di perkotaan berkaitan dengan alih fungsi lahan, kompetisi pemanfaatan dan pencemaran air irigasi, dan tranformasi pekerjaan ke non pertanian. Sedangkan tantangan yang diakibatkan oleh masuknya industri pariwisata menurut Pitana (2005: 259) yaitu adanya benturan antara nilainilai budaya pertanian sebagai representasi budaya tradisional dengan budaya pariwisata sebagai representasi budaya modern yang sangat mementingkan aspek ketepatan waktu, standarisasi kualitas dan kontinuitas produk pertanian. Seringkali hal ini tidak mampu dipenuhi oleh subak yang mengusahakan pertanian dalam skala rumah tangga berskala kecil, penerapan teknologi seadanya dan orientasi pasar yang rendah (Pitana, 2005). Bagi subak yang berada di perkotaan dan terintegrasi dengan kepariwisataan memiliki tantangan besar. Upaya pelestarian subak sangat tergantung kepada sejauh mana subak masih mampu menerapkan falsafah Tri Hita Karana dalam aktifitas fungsi dan tugasnya, mengingat punahnya falsafah Tri Hita Karana berarti mengancam kelestarian subak. Kelestarian subak juga perlu dukungan eksternal utamanya dari pemerintah dan swasta sehingga perlu dikaji upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dan swasta dalam turut serta mendukung pelestarian subak. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Bali tahun 2006, Luas areal sawah di Bali telah berkurang dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1997, memiliki sawah seluas 100.221,53 hektar, tahun 1998 seluas 98.117 hektar, dan pada tahun 1999 seluas 95.338 hektar (Windia, 2006). Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Provinsi Bali

4 tahun 2006, selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 luas lahan dari 85.776 hektar menjadi 81.210 hektar sehingga mengalami penurunan sekitar 4.566 hektar dengan rata-rata konversi lahan seluas 913,20 hektar/tahun (Nggauk, 2011 dalam Pradnyani, 2014). Pentingnya upaya pelestarian subak mengingat subak memiliki peran jamak (multi-functional roles) diantaranya: (1) fungsi produksi dan ekonomi guna menjamin ketahanan pangan, (2) fungsi lingkungan yang mencakup pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengisian kembali air tanah, pemurnian udara dan air, (3) fungsi ekologi yaitu menjadi habitat bagi berbagai spesies sebagai pemberi sumber protein bagi petani dan pemeliharaan keanekaragaman hayati, (4) fungsi sosial budaya yaitu penyangga tradisi dan nilai-nilai sosial budaya pedesaan, (5) fungsi pembangunan pedesaan yaitu sebagai sumber air minum untuk ternak, cuci dan mandi bagi masyarakat pedesaan, menyediakan kesempatan kerja bagi penduduk desa, serta (6) fungsi ekowisata dan agrowisata mengingat subak ada yang memiliki daya tarik keindahan pemandangan berupa terasering dan alam pedesaaan serta kehidupan masyarakat pedesaan ataupun pertanian dengan kekayaan tradisinya termasuk keanekaragaman produksi pertaniannya (Sutawan, 2005: 10-11). Upaya pelestarian subak sangat relevan untuk dilaksanakan karena subak memiliki fungsi jamak (banyak) baik secara internal maupun eksternal. Fungsi subak secara internal berorientasi pada keperluan subak itu sendiri seperti pelaksanaan kegiatan ritual, pendistribusian air irigasi, pemeliharaan jaringan irigasi dan bangunan fisik lainnya, pengerahan sumber daya, penanganan konflik, dan pengadopsian

5 inovasi. Lebih lanjut, fungsi subak secara eksternal yaitu fungsi subak yang bermanfaat bagi keperluan masyarakat luas, di samping juga untuk keperluan subak dan anggotanya yang diantaranya mencakup sebagai penyangga atau pendukung ketahanan pangan, pelestari lingkungan alam, penunjang pembangunan pertanian dan perdesaan, pelestari kebudayaan bali dan agraris, penyangga nilai-nilai tradisional, pendukung pembangunan agrowisata, objek wisata alam, penghasil oksigen, dan penunjang pembangunan koperasi unit desa (KUD) (Sudarta dan Dharma, 2013). Upaya pelestarian Subak Padanggalak yang berlokasi di perkotaan umumnya akan mengalami tantangan lebih besar mengingat laju alih fungsi lahan pertanian (sawah) menjadi peruntukan non pertanian peluangnya semakin besar. Alih pekerjaan (transformasi pekerjaan) petani dan keluarganya juga peluangnya semakin besar mengingat beragamnya jenis pekerjaan yang tersedia sepanjang tahun di luar sektor pertanian. Persaingan subak di daerah perkotaan dalam mendapatkan air irigasi bahkan semakin berat akibat subak sudah dikepung perumahan, industri dan fasilitas pariwisata. Berkaitan dengan upaya pelestarian subak di daerah perkotaan, terlibatnya Subak Padanggalak dalam usaha integrasi pertanian dan pariwisata dalam konsep Desa Budaya Kertalangu (DBK) sangatlah menarik diteliti. Mengingat subak dibangun atas falsafah utama yaitu Tri Hita Karana (THK). THK merupakan tiga hal yang menyebabkan keselamatan dan kesejahteraan, terdiri atas parhyangan yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, pawongan yaitu hubungan manusia dengan manusia, dan palemahan yaitu hubungan manusia dengan alam

6 lingkungan sangatlah tepat untuk dikaji bagaimanakah penerapan THK di Subak Padanggalak dan bagaimanakah upaya Subak Padanggalak dalam melestarikan subaknya dalam koridor THK. Selain itu, Subak Padanggalak memiliki dua tantangan sekaligus yaitu lokasinya di perkotaan dan masuknya industri pariwisata. Oleh karena itu, perlu diketahui peran pemerintah dan swasta dalam upayanya ikut mendorong pelestarian subak, baik dengan bantuan material maupun non material. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut. 1. Apa upaya yang dilakukan oleh Subak Padanggalak dalam melestarikan subaknya dilihat dari konsep Tri Hita Karana? 2. Apa peran pemerintah dan kalangan swasta dalam upaya mendukung pelestarian Subak Padanggalak? 1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Subak Padanggalak dalam melestarikan subaknya dilihat dari konsep Tri Hita Karana. 2. Untuk mengetahui peran pemerintah dan kalangan swasta dalam upaya mendukung pelestarian Subak Padanggalak.

7 1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya pelestarian subak khususnya yang berlokasi di perkotaan dan mempunyai interaksi langsung dengan pariwisata. Penelitian ini juga menjadi referensi mengenai reaksi subak terhadap pembangunan atau pengembangan sektor lain yang bersentuhan dengan sektor pertanian sehingga menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitianpenelitian selanjutnya. 2. Bagi petani, penelitian ini dapat menjadi refleksi sebagai anggota Subak Padanggalak dalam merespon upaya pelestarian terhadap subaknya sehingga memiliki pijakan dalam mengantisipasi perkembangan interaksi pertanian dan pariwisata agar menguntungkan mereka sebagai petani dan subak sebagai lembaga adat di sektor pertanian tempat mereka bernaung. Atau, setidaknya agar dampak pariwisata tidak merugikan keberlanjutan aktifitas usahatani yang telah turun-temurun mereka praktekkan serta menjamin keberlanjutan atau kelestarian Subak Padanggalak. 3. Bagi subak dan pemerintah desa, dapat merancang pengembangan upaya pelestarian Subak Padanggalak berbasis pertanian subak yang lebih adil terhadap petani dan subak serta menjamin pengembangan pariwisata yang tidak akan mengancam eksistensi subak.

8 4. Bagi pemerintah daerah, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam merancang pembangunan pertanian dan pariwisata yang lebih harmonis, saling menguntungkan dan menguatkan melalui sinergitas positif diantara kedua sektor dengan tumpuan pada petani selaku pelaku utama yang menjamin kelestarian subak. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dikaji melalui upaya pelestarian Subak Padanggalak dilihat dari seberapa jauh penerapan THK (parhyangan, pawongan dan palemahan (Sudarta dan Dharma, 2013) dalam menjalankan fungsi subak baik secara internal maupun eksternal ditambah dengan awig-awig dan pararem subak. Fungsi subak secara internal terbatas pada pelaksanaan kegiatan ritual, pendistribusian air irigasi, pemeliharaan jaringan irigasi dan bangunan fisik lainnya, pengerahan sumber daya, penanganan konflik, dan pengadopsian inovasi. Fungsi subak secara eksternal terbatas pada fungsi sebagai penyangga atau pendukung ketahanan pangan, pelestari lingkungan alam, penunjang pembangunan pertanian dan perdesaan, pelestari kebudayaan Bali dan agraris, penyangga nilai-nilai tradisional, pendukung pembangunan agrowisata, dan penunjang pembangunan koperasi unit desa (KUD) (Sudarta dan Dharma, 2013). Penelitian ini juga dikaji melalui peran maupun bantuan dari pemerintah dan swasta untuk mendukung pelestarian Subak Padanggalak baik secara material maupun non material.