2.6.2 Subak sebagai sistem non fisik Kerangka Pemikiran...30 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
|
|
- Liana Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i PERNYATAAN KEASLIAAN PENELITIAN...ii ABSTRACT...iii ABSTRAK...iv RINGKASAN...v HALAMAN PERSETUJUAN...vii TIM PENGUJI...viii RIWAYAT HIDUP...ix KATA PENGANTAR...x DAFTAR ISI...xii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR GAMBAR...xv DAFTAR LAMPIRAN...xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian...5 II. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Subak Pengertian Subak Manajemen Irigasi Subak Awig-Awig Sistem Tektek dan Sistem Bumbung Subak Sebagai Sistem Irigasi Tradisional Subak sebagai sistem fisik...22
2 2.6.2 Subak sebagai sistem non fisik Kerangka Pemikiran...30 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Metode Pengumpulan Data Data Metode pengumpulan data Penentuan Informan Kunci Keabsahan Data dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Analisis Data...37 IV. GAMBARAN UMUM SUBAK UMAYA Lokasi dan Topografi Subak Umaya Sejarah Subak Umaya...44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Organisasi Subak Umaya Sistem Irigasi Subak Umaya Pencarian dan pendistribusian air irigasi Manajemen konflik Operasi dan pemeliharaan saluran irigasi Upacara ritual keagamaan Mobilisasi sumber daya Pengaturan Pembagian Air...70 VI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran...82 DAFTAR PUSTAKA...84 LAMPIRAN...88
3 ABSTRAK Wahyuni Yusmita. NIM Manajemen Irigasi Tradisional pada Sistem Subak Umaya Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem. Dibimbing oleh: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra,SP.,M.Si dan Dr. I Wayan Budiasa,SP.,MP. Subak Umaya memiliki sistem pembagian air irigasi tradisional yang disebut sistem bumbung. Subak umumnya menghadapi permasalahan alih fungsi lahan, hilangnya unsur THK dan keterbatasan air. Menarik meneliti kondisi sistem bumbung ditengah permasalahan subak. Saat, observasi awal di Subak Umaya ternyata tidak semua anggota menggunakan bumbung. Tujuan penelitian untuk mengetahui sistem irigasi tradisional dan pembagian air irigasi ke setiap anggota di Subak Umaya. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengindikasikan pembagian air di subak menggunakan alat berupa bumbung dan cakangan. Hak atas air didasarkan pada luas lahan. Kebutuhan air berdasarkan pola tanam padi-palawija-palawija. Sistem penanaman ngulu-ngasep. Subak menerapkan sistem continues flow dan intermitten flow untuk memberikan air pada tanaman. Konflik akibat air belum pernah terjadi. Saluran yang menjadi tanggung jawab subak dimulai dari trowongan setelah Sungai Yeh Masin sampai ke saluran tersier. Upacara ritual dilaksanakan secara kolektif dan individu. Sumber dana berasal dari anggota aktif dan pemerintah. Struktur subak: pekaseh, wakil pekaseh, sekretaris, bendahara, kelian tempek, dan pembantu kelian tempek. Anggota yang memakai bumbung 18%, dan 82% memakai cakangan. Banyak anggota menggunakan cakangan karena adanya kelonggaran aturan. Keistimewaan bumbung adalah mencegah terjadinya banjir, karena memiliki lubang yang terukur. Subak Umaya diharapkan dapat menyisihkan dana untuk memperbaiki saluran yang rusak. Subak memberikan air secara intermittent flow dan menerapkan kembali sistem bumbung agar dapat menanam padi secara serentak. Serta subak dapat membuat aturan yang tegas mengenai penggunaan langki dan cakangan. Kata kunci: sistem irigasi subak, fungsi subak, struktur subak, sistem pembagian air, sistem bumbung
4 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subak sebagai kelompok petani tradisional sudah ada di Bali sejak masa silam atau jaman dahulu kala. Berdasarkan hasil penelitian, pertanian dengan sistem persawahan dan tegalan yang teratur telah ada di Bali pada tahun 882 Masehi. Hal ini dapat diketahui dari prasasti Sukawana Al tahun 882 Masehi. Hal ini disebutkan kata huma yang berarti sawah dan kata parlak yang berarti tegalan. Kenyataan ini diperkuat lagi oleh adanya prasasti Bebetin Al tahun 896 Masehi. Dalam prasasti ini di antaranya disebutkan kata-kata: undagi lancing (tukang membuat perahu), undagi batu (tukang membelah batu), dan undagi pengarung (tukang membuat trowongan air). Pada masa itu sudah ada ukuran pembagian air irigasi untuk persawahan yang disebut kilan, yang sekarang disebut tektekan, yakni ukuran irigasi untuk persawahan (Purwita dan Cantika dalam Sudarta, 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut, subak merupakan organisasi tradisional dan telah ada sebelum era globalisasi dan modernisasi. Subak tetap mampu mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Bahkan subak masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam menjalankan aktifitas bertani dan berorganisasi. Fokus utama subak adalah sistem irigasi, dimana organisasi ini memiliki keunikan dan ciri khas dalam pendistribusian air irigasi pada setiap anggotanya agar adil, efektif dan tidak menyebabkan konflik antar anggota subak. Sistem irigasi secara tradisional ini masih diterapkan oleh subak karena terbukti masih relevan digunakan bahkan di era modernisasi seperti saat ini. 1
5 2 Ada dua jenis sistem pembagian air yang diterapkan subak di bali, yaitu sistem tektek dan sistem bumbung. Sistem tektek sudah umum diterapkan oleh subak dibali. Namun, sistem bumbung hanya diterapkan di subak tertentu seperti: Subak Umaya (Karangasem) pipa yang digunakan dari bambu, jadi merupakan bumbung bambu, akan tetapi salah satu ujung ruasnya utuh. Pemberian air bagi petak sawah dengan jalan melobangi dinding yang ujungnya tetap utuh dengan lobang persegi empat. Besarnya lobang itu ada dua macam, yaitu: 3 nyari/jari (kira-kira 5 x 5 cm) bagi sawah dengan luas 1 bit tenah dan 2 nyari/jari (kira-kira 3 x 3 cm) bagi sawah dengan luas bit sibak (1/2 bit tenah). Di Subak ini 1 bit tenah untuk sawah dengan satuan luas rata-rata 0,25-0,30 ha. Keadaan tanah di tempat ini sangat berpasir (Shusila, 1987). Patokan yang lebih terperinci dari penggunaan sistem bumbung (pipa), dijumpai di Subak Gombang Kelod (Klungkung), dimana pipa yang digunakan dengan pembakuan sebagi berikut: 1) Sawah yang menggunakan bibit satu bit tenah (luasnya kira-kira 0,30-0,40 ha) dengan pipa bambu yang biasa digunakan usuk (igaiga bale gede) yang diameternya 8 cm; 2) Sawah dengan bibit satu bitsibak (luasnya kira-kira 0,20-0,30 ha) dengan pipa bambu yang biasa digunakan usuk (iga-iga bale meten) yang diameternya 6 cm; 3) Sawah dengan bibit satu bitdepuk (luasnya kirakira 0,10-0,20 ha) dengan pipa bambu yang biasa digunakan usuk (iga-iga bale piasan) yang diameternya 4 cm; dan 4) Sawah dengan bibit satu bitseping (luasnya kira-kira 0,05-0,10 ha) dengan pipa bambu yang biasa digunakan usuk (iga-iga bale jineng) yang diameternya 2-3 cm (Shusila, 1987).
6 3 Subak Sangkaragung (Jembrana) pemberian air pada petak sawah menggunakan pipa yang mempunyai keliling lobang 25 Cm bagi 1 (satu) kesit sawah, dimana satu kesit itu luasnya kurang lebih 0,40-0,50 ha. Pipa yang digunakan dengan lobang menerus, dan pipanya dari jenis paralon, pipa beton (keluwung) dan bagi yang tidak mampu masih menggunakan pipa bambu (Sushila, 1987). Seperti itulah sistem irigasi yang secara umum diterapkan subak ataupun secara khusus yang diterapkan oleh beberapa subak dalam catatan Sushila (1987). Sudah 29 tahun berlalu dan selama periode tersebut banyak tantangan yang dihadapi subak dalam mempertahankan eksistensinya. Budiasa et al. (2015) menyatakan berdasarkan data statistik tahun 2012, provinsi Bali (terdiri lebih dari ha) meliputi ha (14,5 %) sawah yang di atur langsung oleh sistem subak, ha (48,55 %) lahan pertanian lain, dan ha (36,95%) bukan lahan pertanian. Selama periode 15 tahun ( ), konversi pertahun diperkirakan 436,3 ha (0,5 %). Tiga urutan teratas dari sembilan kabupaten yang mengalami konversi lahan di Bali adalah Denpasar, Klungkung dan Buleleng dengan rata-rata konversi pertahun berturut-turut adalah 1,33% (35 ha), 0,8% (31 ha), dan 0,45% (50 ha). Area yang tersisa pada tahun 2013 adalah ha, masih dipergunakan untuk menanam padi di Bali. Sutawan (2001) menyatakan tantangan-tantangan yang dihadapi subak adalah persaingan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian yang semakin tajam, meciutnya areal persawahan beririgasi akibat alih fungsi, ketersediaan air semakin terbatas, kerusakan lingkungan khususnya pencemaran sumberdaya air, penyerahan kembali
7 4 tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi kepada petani, dan berkurangnya minat pemuda untuk bekerja sebagai petani. Melihat begitu banyak dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh subak saat ini, maka menarik untuk dilihat bagaimana kondisi subak yang memiliki ciri khas bangunan atau alat bagi air berupa bumbung yang pernah diamati oleh Sushila. Setelah dilaksanakan pengecekan lokasi, penelitian difokuskan pada satu subak yaitu, Subak Umaya Kabupaten Karangasem. Subak Umaya Kabupaten Karangasem dipilih menjadi lokasi penelitian karena disana masih terdapat sistem bumbung. Pada saat pengecekan lokasi di Subak Umaya memang ditemukan bumbung. Namun, ternyata tidak semua anggota subak menggunakan sistem bumbung. Hal tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut. Terutama mengenai manajemen irigasi tradisional dan pembagian air irigasi yang diterapkan di subak Umaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka, dirumusakanlah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem irigasi tradisional di Subak Umaya? 2. Bagaimana sistem pengaturan pembagian air kepada setiap anggota Subak Umaya?
8 5 1.3 Tujuan Penelitian Dilihat dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem irigasi tradisional di Subak Umaya dan sistem pengaturan pembagian air kepada setiap anggota Subak Umaya. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah, khususnya Dinas Pertanian dalam menentukan kebijakan dan regulasi yang terarah dan fokus dalam kemajuan pertanian. Khususnya pengembangan lembaga subak agar tetap bertahan dan dapat berkembang. 2. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana dalam mempraktekkan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan sebagai ajang menggali ilmu pengetahuan baru serta potensi diri. 3. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang subak. 4. Bagi subak, penelitian ini bisa dijadikan masukan dalam menjaga eksistensinya dan dapat mengembangkan potensi yang ada pada subak. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai sistem irigasi tradisional dan pengaturan pemberian air ke setiap anggota di Subak Umaya. Adapun hal yang dibahas dalam
9 6 sistem irigasi tradisional adalah fungsi dan struktur subak. Fungsi Subak yaitu : pencarian dan pendistribusian air irigasi, manajemen konflik, operasi dan pemeliharaan saluran, upacara ritual dan mobilisasi sumber daya. Pengaturan pembagian air irigasi di Subak Umaya fokus pada alat yang digunakan untuk pembagian air dan penerapan aturan pembagian air. dan jaringan sosial. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Manajemen Irigasi Tradisional pada Sistem Subak Umaya di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem
Manajemen Irigasi Tradisional pada Sistem Subak Umaya di Desa Talibeng Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem WAHYUNI YUSMITA, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA, I WAYAN BUDIASA Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun
Lebih terperinciImplementasi Enam Fungsi Subak di Perkotaan (Kasus Subak Padanggalak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar)
Implementasi Enam Fungsi Subak di Perkotaan (Kasus Subak Padanggalak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar) SILFIA MARETA MAHMUDAH, I WAYAN WINDIA, WAYAN SUDARTA Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dan penekanan cara pandang para peneliti tentang subak Sutawan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Karakteristik Subak Pengertian tentang subak relatif beragam. Hal ini akibat dari perbedaan pemahaman dan penekanan cara pandang para peneliti tentang subak Sutawan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.
ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi
Lebih terperinciJARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI. Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI
JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI Komunikasi 1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
Lebih terperinciPERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN
ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 6 No.2 September 2012 PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN KETUT MUDITA Universitas Dwijendra Denpasar Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN
LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian muncul sejak manusia mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu kelompok manusia untuk bergantung dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik bertani di Indonesia saat ini masih serupa dengan praktik bertani saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik usahatani yang mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alih Fungsi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian
Lebih terperinciMANAJEMEN SUBAK: PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA
MANAJEMEN SUBAK: PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA I Nyoman Norken Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email:inorken@yahoo.co.uk ABSTRAK Subak adalah sistem irigasi di Bali yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI
LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 Tahun 1974 23 Februari 1974 No. 02/PD./DPRD/1972. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah dan sistem irigasi yang dibangun atas swadaya masyarakat itu sendiri
Lebih terperinciKOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak
KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi
Lebih terperinciEKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI
EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Bali merupakan sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berdasarkan data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi tradisional petani yang mengelola air irigasi dapat ditemui di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah sistem irigasi subak di Bali. Subak merupakan
Lebih terperinciKONSEP PERMATA PERLINDUNGAN MATA AIR. Wawan Sujarwo Ida Bagus Ketut Arinasa
KONSEP PERMATA PERLINDUNGAN MATA AIR Wawan Sujarwo Ida Bagus Ketut Arinasa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012 Latar Belakang 1. BAMBU TANAMAN SERBAGUNA a. peradaban manusia di Bali dari jaman dahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah bercocok tanam. Potensi pertanian Indonesia yang tinggi salah satunya disebabkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik responden Unit analisis dalam penelitian ini adalah subak. Oleh karena itu, karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada
Lebih terperinciSOSIOLOGI PERTANIAN: Irigasi Subak di Bali
SOSIOLOGI PERTANIAN: Irigasi Subak di Bali I.B.Teken dan kawan-kawan Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : dl@ub.ac.id Tujuan Pemebelajaran 1. Pendahuluan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada bagian ini diperlukan teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel yang akan dianalisis. Untuk itu teori yang dimaksud meliputi teori
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciKONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK
1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been
Lebih terperinciI. Sejarah, Fungsi dan Perundangan Irigasi
I. Sejarah, Fungsi dan Perundangan Irigasi Dalam pokok bahasan Sejarah, Fungsi dan Perundangan Irigasi akan dibahas mengenai: Sejarah irigasi di dunia dan Indonesia Fungsi irigasi dalam pertanian Perundangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama penduduknya sebagai petani. Bertani adalah salah satu profesi yang ditekuni oleh banyak penduduk
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy
Ni Made Ayu Adi Suartiani. 1211305025. 2017. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi pada Sistem Subak di Kawasan Warisan Budaya Dunia Catur Angga Batukau. Dibawah bimbingan Dr. Sumiyati, S.TP.MP sebagai pembimbing
Lebih terperincidari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam bentuk sebuah organisasi masyarakat yang bernama Subak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali secara historis sudah memiliki tradisi, budaya dan komitmen religius tersendiri dalam bentuk sebuah organisasi masyarakat yang bernama Subak. Subak merupakan
Lebih terperinciEKSISTENSI SUBAK DI BALI: MAMPUKAH BERTAHAN MENGHADAPAI BERBAGAI TANTANGAN
EKSISTENSI SUBAK DI BALI: MAMPUKAH BERTAHAN MENGHADAPAI BERBAGAI TANTANGAN NYOMAN SUTAWAN Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Rektor Universitas Warmadewa ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
Lebih terperinciPeranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi
Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun
Lebih terperinciPeranan Subak dalam Aktivitas Pertanian Padi Sawah (Kasus di Subak Dalem, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan)
Peranan Subak dalam Aktivitas Pertanian Padi Sawah (Kasus di Subak Dalem, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan) I PUTU SONY ARYAWAN WAYAN WINDIA*) PUTU UDAYANI WIJAYANTI Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinciRC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER
RC14-1361 TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER SEJARAH IRIGASI Keberadaan sistem irigasi di Indonesia telah dikenal sejak zaman Hindu, pada zaman tersebut telah dilakukan usaha pembangunan prasarana irigasi sederhana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai pada kegiatan industri sekalipun. Didalam
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22.A TAHUN TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL 2013 TENTANG UNTUK MUSIM TANAM PENGHUJAN TAHUN 2013/2014 DAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2014 DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.7. Irigasi Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang masyarakat.lebih dari 80% produksi beras nasional dihasilkan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting dalam peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan beras. Produksi padi dunia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehutanan. Sementara itu, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan nasional merupakan pondasi utama pembangunan nasional lima tahun ke depan. Kondisi ketahanan pangan nasional yang akan dicapai adalah terpenuhinya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian,
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Struktural Fungsional Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada latar belakang dipaparkan secara singkat mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya
Lebih terperinciPengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana
Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Oleh Putu Gede Wira Kusuma Made Suryadi, I Nyoman Suditha *) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yakni hujan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Bakas adalah salah satu dari 13 (tiga belas) Desa di kecamatan Banjarangkan. Desa sebagai subsistem kabupaten/kota merupakan pelaksana pemerintahan, pembangunan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.
ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tukad Yeh Ho merupakan salah satu wilayah sungai yang mengalir di
62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Tukad Yeh Ho merupakan salah satu wilayah sungai yang mengalir di Kabupaten Tabanan. Daerah aliran sungai ini termasuk dalam sub Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan lindung sesuai fungsinya ditujukan untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.
Lebih terperinciREHABILITAS MANGROVE PADA TAPAK-TAPAK YANG KHUSUS. Oleh : Cecep Kusmana 1 dan Samsuri 2
1 REHABILITAS MANGROVE PADA TAPAK-TAPAK YANG KHUSUS Oleh : Cecep Kusmana 1 dan Samsuri 2 1 Guru Besar Ekologi Hutan pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor, 2 Staf Pengajar pada Program
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan
Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Nani Heryani, telp.0251-8312760, hp 08129918252, heryani_nani@yahoo.com ABSTRAK Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN SUBAK DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : STUDI KASUS SUBAK BASANGALAS
Laporan Penelitian PEMBERDAYAAN SUBAK DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : STUDI KASUS SUBAK BASANGALAS Oleh : Ir. I Nengah Artha,SU. PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem transportasi merupakan prasarana dan sarana yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sistem transportasi merupakan prasarana dan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
Lebih terperinciPRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)
No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM II) DIPERKIRAKAN TURUN 0,81 PERSEN DIBANDINGKAN PRODUKSI TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)
Lebih terperinciPENGARUH ASPEK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT TERHADAP SISTEM JARINGAN IRIGASI i
PENGARUH ASPEK SOSIO KULTURAL MASYARAKAT TERHADAP SISTEM JARINGAN IRIGASI i Dwi Priyo Ariyanto Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Di dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan tata ruang sebagai sebuah hasil akulturasi antara budaya dan logika tercermin dalam proses penempatan posisi-posisi bangunan. Dasar budaya adalah faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG
1 WALIKOTA TEGAL TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM UNTUK MUSIM TANAM PENGHUJAN TAHUN 2009 / 2010 DAN KEMARAU TAHUN 2010 DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang
Lebih terperinciJARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
Definisi Irigasi Irigasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (Dalam Jaringan/Online) Edisi III, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori komoditi strategis di Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ribuan hektar areal persawahan masyarakat di Desa Paya Lombang dan Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam gagal panen karena jebolnya bronjong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata yang dipandang sebagai industri multidimensi, memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Pariwisata yang dipandang sebagai industri multidimensi, memiliki karakteristik fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik, merupakan industri terbesar dan tumbuh paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang besar. Negara yang terdiri dari banyaknya pulau ini tentunya juga memiliki jumlah daratan yang banyak. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air
Lebih terperinciEvaluasi Sistem Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Sistem Subak di Kawasan Warisan Budaya Dunia Catur Angga Batukau
JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta Volume 5, Nomor 2, September, 2017 Evaluasi
Lebih terperinci*Mengalirkan Air Sampai Jauh di Pulau Sumbawa*
*Rilis PUPR #1* *26 November 2017* *SP.BIRKOM/XI/2017/581* *Mengalirkan Air Sampai Jauh di Pulau Sumbawa* Sumbawa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menyelesaikan 3
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Pulau Bali Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia 1. Sebelum dimekarkan menjadi Provinsi tersendiri, Pulau Bali merupakan wilayah dari Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG DAN KARANGASEM
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI- SPAM) KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH JAGUNG MULTI FUNGSI BAGI MASYARAKAT SINGOROJO KENDAL
PERANCANGAN ALAT PENANAM BENIH JAGUNG MULTI FUNGSI BAGI MASYARAKAT SINGOROJO KENDAL Imam Syafa at *1, Renan Subantoro 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Jln. Menoreh Tengah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional
Lebih terperinci