BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Wahit,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit

BAB II TINJAUAN TEORI. Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wabah yang disebabkan beberapa serotip dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

Untuk menjamin makanan aman

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Praktik Kebersihan Gigi Mulut pada Lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB II TINJAUAN TEORI

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Kebersihan Kulit pada Lansia 1. Definisi Praktik adalah stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, prses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003). 2. Tujuan perawatan kebersihan kulit a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang b. Memelihara kebersihan diri seseorang c. Memperbaiki kebersihan diri yang kurang d. Pencegahan penyakit e. Meningkatkan percaya diri seseorang f. Menciptakan keindahan Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni: 1) Praktik sehubungan dengan penyakit tindakan atau perilaku ini mencakup: a) pencegahan penyakit, mengimunisasi anak, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu, dan sebagainya, dan b) penyembuhan penyakit misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat kefasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya. 7

8 2) Praktik pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, dan sebagainya. 3) Praktek kesehatan lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak, dan sebagainya. 3. Tahap praktik Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni: a). Praktik terpimpin (guided response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau trindakan terpimpin. b). Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan tanpa disuruh oleh ibunya. c). Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan dengan teknik-teknik yang besar.

9 Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut mahal harganya. 4. Lanjut usia a. Definisi Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Ana Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). b. Degenerasi pada kulit lansia Secara umum menjadi tua atau menua (aging process) ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain: 1) Kulit mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garis-garis menetap. 2) Rambut kepala mulai memutih atau beruban. 3) Gigi mulai lepas atau ompong. 4) Penglihatan dan pendengaran kurang 5) Mudah lelah dan mudah jatuh 6) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah Disamping itu kemunduran kognitif sebagai berikut: a) Suka lupa ingatan tidak berfungsi baik b) Ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru saja terjadi c) Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal d) Sulit menerima ide-ide baru 5. Kebersihan kulit pada lansia a. Struktur kulit Struktur kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan terluar, dan aksesori-

10 aksesorinya(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat) berasal dari lapisan ektoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm (Graham-brown, 2005). Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama: epidermis, dermis, dan subkutan (Potter, 2005) 1) Epidermis Epidermis merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut keratinosit. Kelengkapan (aksesori) epidermis: (a) Kelenjar keringat ekrin Kelenjar keringat ekrin penting dalam pengaturan suhu tubuh. (b) Kelenjar keringat apokrin Kelenjar keringat apokrin terutama banyak ditemukan di daerah aksila dan anogenital. (c) Rambut Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada epidermis yang disebut folikel, dan folikel rambut beserta kelenjarsebasea disebut sebagai unit pilosebasea. (d) Kelenjar sebasea Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit mulai dari tangan sampai kaki. (e) Kuku Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari invaginasi epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari. 2) Dermis Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis, dan merupakan bagian terbesar dari kulit.

11 Dermis dan epidermis saling mengikat melalui penonjolanpenonjolan epidermis kebawah (rete ridge) dan penonjolanpenonjolan ke atas (dermal papillae). 3) Dermatoglifik Sidik jari, yaitu pola guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia, bersifat unik bagi setiap individu. Jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki,dipenuhi oleh guratan-guratan tersebut. b. Fungsi kulit Dari struktur kulit yang sedemikian rumit, jelas bahwa mempertahankan seluruh bagian tubuh bukanlah satu-satunya fungsi kulit. Beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut: (1) Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang essensial. (2) Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme. (3) Fungsi-fungsi imunologis melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV. (4) Mengatur suhu tubuh (5) Sintesis vitamin D (6) Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik higiene Setiap seseorang melakukan higiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang sam, dan perawat dapat memberikan perawatan secara individual setelah mengetahui praktik higiene klien yang unik (Potter, 2005). a). Citra tubuh Penampilan umum klien dapat dapat menggambarkan pentingnys higiene pada seseorang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara

12 mempertahankan higiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan perawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawatan higienis. Klien yang kelihatan tidak rapi atau keliatan tidak tertarik pada higiene membutuhkan pendidikan tentang pentingnya higiene. Perawat harus sensitif dalam mempertimbangkan status ekonomi klien dapat mempengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan higiene secara teratur. Perawat tidak harus menyampaikan perasaan tentang penolakan atau perubahan ketika merawat klien yang praktik higienis berbeda dari perawat (Potter, 2005). b). Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. Selama masa kanakkanak, anak-anak mendapatkan praktik higiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan/atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan. Praktik higiene lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, jika mereka tinggal dalam rumah perawatan, mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru, privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk, untuk masuk dalam maupun keluar bak mandi kecuali kamar mandi telah dibentuk untuk mengakomodasi keterbatasan fisik mereka (Potter, 2005). c). Status sosioekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Dalam lingkungan rumah ada kebutuhan untuk menambah alat-alat yang membantu klien dalam memelihara higiene dalam keadaan yang aman (Potter, 2005).

13 d). Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya higiene dam implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan higiene. Misalnya, ketika klien diabetes sadar akan efek diabetes pada sirkulasi di kaki, mereka jauh lebih menyukai belajar teknik perawatan kaki yang tepat. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi risiko kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu (Potter, 2005). e). Variabel kebudayaan Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higienis. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di Asia misalnya kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di negara-negara Eropa, bagaimanapun hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu. Dalam merawat klien dengan praktik higienis yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya (Potter, 2005). f). Pilihan pribadi Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan mandi. Klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan higiene. Pilihan klien harus membantu perawat mengembangkan rencana keperawatan yang lebih individu. Perawat tidak mencoba untuk mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien (Potter, 2005).

14 g). Kondisi fisik Orang yang menderita penyakit tertentu (misalnya kanker tahap lanjut) atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan melakukan higiene pribadi. Seorang klien yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan klien tidak mampu dan memerlukan perawat untuk melakukan perawatan higienis total. Disamping itu kemunduran kognitif sebagai berikut suka lupa ingatan tidak berfungsi baik, ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada hal-hal yang baru saja terjadi, sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal, sulit menerima ide-ide baru (Potter, 2005). 7. Perawatan kulit seluruh tubuh pada lansia Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar. Kulit merupakan pintu masuk kedalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang terhadap pentingnya arti kebersihan.kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan agar penampilan mereka tetap segar. Upaya membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi setiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari (Bandiyah, 2009). Manfaat mandi ialah menhilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, dan memberi kesegaran pada tubuh. Pengawasan yang perlu diperhatikan selama perawatan kulit adalah: 1. Memeriksa ada tidaknya lecet 2. Mengoleskan minyak, pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit tidak terlalu kering atau keriput.

15 3. Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan. 4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang kering dan keriput. B. Pengetahuan Tentang Kebersihan Kulit pada Lansia 1. Definisi dan tahap pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indar pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang

16 diketahui tersebut. Misalnya orang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya, tempat-tempat penampungan air tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja, orang yang telah paham metodelogi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian. d. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. e. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

17 2. Perubahan lansia yang berpengaruh pada pengetahuan Pada lanjut usia terjadi penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar. Keadaan ini menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Adanya penurunan fungsi sensorik maka terjadi penurunan kemampuan untuk menerima, memproses dan merespon stimulus sehingga terkadang muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada ( Maryam, 2008 ). Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Pada lansia fungsi fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi, seperti simpanan informasi lansia, kemampuan memberi alasan secara abstrak, dan melakukan penghitungan ( Nugroho, 2008 ). Memori merupakan kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian/peristiwa baik jangka panjang maupun jangka pendek. Memori terdiri dari ingatan yang paling singkat dan segera, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang ( Maryam, 2008 ). Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena penurunan fungsi otak, selain itu kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga ( Maryam, 2008 ). C. Sikap Tentang Kebersihan Kulit pada Lansia Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sederhana, yakni:

18 An individual s is syndrome of response consistency with regard to objek. Jadi jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap melibatkan pikiran,perasaan, perhayian, dan gejala kejiwaanyang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predis posisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: 1. Menerima (receiving): Menerima diartikan bahwa suatu orang atau objek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil yang diberikan (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarka penyuluhan tentang ante natal care dilingkungannya. 2. Menanggapi (responding) Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh kemudian ia menjawab atau menanggapinya. 3. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir a tersebut, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan penyuluhan ante natal care.

19 4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang telah mengambil sikap tentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko lain. Contoh tersebut, ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah, dan sebagainya. Seperti telah di sebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil tahu kalu periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu, atau puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Komponen pokok sikap: Menurut Allport (1954) dalam (Notoatmodjo, 2010) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yakni: 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaiman pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

20 terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang apabila ia menderita penyakit kusta. Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sam membentuk sikap yang utuh (total attitude. Dalam membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan, pkiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah. D. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kebersihan Kulit pada Lansia Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi oleh faktor2 baik dalam maupun maupun dari luar subjek. Perilaku terdiri dari 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Faktor yang membentuk perilaku ini disebut determinan (Notoatmodjo, 2010). Banyak teori tentang determain perilaku adalah determinan perilaku menurut Lawren Green. Menganalisis bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposition factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi. 2. Faktor-faktor pemungkin (enablings factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang

21 dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor pendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Seperti adanya teladan dari tokoh masyarakat. E. Kerangka Teori Faktor predisposisi - Pengetahuan - Sikap Faktor pemungkin - Fasilitas atau sarana prasarana Tindakan Kebersihan kulit Faktor penguat - Contoh dari petugas panti atau pengasuh Bagan 2.2 Bagan Kerangka Teori Green dalam Notoatmojo (2010)

22 F. Kerangka Konsep Variabel independen : Pengetahuan Variabel dependen : Tindakan Variabel independen: Sikap Bagan 2.3 Bagan Kerangka Konsep G. Variabel penelitian Variabel penelitian meliputi : 1. Vaiabel dependen : tindakan kebersihan diri (kebersihan kulit) 2. Variabel independen : pengetahuan, sikap H. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan tindakan kebersihan 2. Terdapat hubungan antara sikap lansia dengan tindakan kebersihan