PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

STUDI LONGSORAN YANG TERDAPAT DI JALAN TOL SEMARANG SOLO SEGMEN SUSUKAN-PENGGARON

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

PEMETAAN ANCAMAN GERAKAN TANAH DI DESA KANDANGSERANG KECAMATAN KANDANGSERANG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV PETA KERENTANAN LONGSORAN

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang diproduksi di Indonesia merupakan lapangan panas bumi bersuhu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB 3 TAHAPAN ZONASI DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN METODE SINMAP

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB I. PENDAHULUAN...

Oleh: Dewinta Maharani P. ( ) Agusti Nilasari ( ) Bebby Idhiani Nikita ( )

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA ALAM GERAKAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR PENGONTROL DI WILAYAH KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

DAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB IV ANALISIS GEOMORFOLOGI DAN APLIKASINYA UNTUK TATA GUNA LAHAN PERMUKIMAN DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

STUDI POTENSI MENGEMBANG DAN KEKUATAN TANAH EKSPANSIF DI DAERAH KEBUMEN DAN MAJENANG, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III KOMPILASI DATA

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

PEMETAAN BAHAYA AMBLESAN DI DAERAH KARST KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

SKRIPSI. Diajukan oleh : Andhika Eky Saputra NIM

IDENTIFIKASI AIRTANAH DAERAH CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI BERDASARKAN CITRA SATELIT, GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 :

PERILAKU SIFAT FISIK DAN KETEKNIKAN TANAH RESIDUAL BATUAN VOLKANIK KUARTER DI DAERAH CIKIJING, MAJALENGKA, JAWA BARAT

Gambar 2.1. Peta administrasi kota Semarang (Citra Ikonos, 2012)

Aktivitas Tanah Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

PENENTUAN ZONA ANCAMAN GERAKAN TANAH PADA JALAN TOL SEMARANG SOLO RUAS SEMARANG UNGARAN KM 5+600 KM 8+500 MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Devina Trisnawati 1,2*, Wahyu Wilopo 2, Agung Setianto 2 1 Program Studi Teknik Geologi, Universitas Diponegoro 2 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada *corresponding author: tdvina812@gmail.com ABSTRAK Pembangunan infra jalan tol Semarang Solo dimaksudkan untuk membantu peningkatan ekonomi kedua kota besar tersebut. Gerakan tanah menjadi kendala saat proses dan setelah pembangunan. Beberapa titik gerakan tanah dijumpai dekat dengan peyangga jembatan Susukan pada km 6+100 7+150 dan jembatan Penggaron pada km 7+850 8+500. Keberadaan titik gerakan tanah ini menciptakan suatu kondisi yang mengancam bagi jiwa manusia. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ancaman gerakan tanah pada km 5+600 8+500 dengan tujuan mengetahui faktor paling berpengaruh terhadap tingkat ancaman gerakan dan melakukan zonasi wilayah berdasarkan tingkat ancaman gerakan tanah. Penentuan zona ancaman gerakan tanah ditentukan dengan menggunakan metode Analytical Hierachy Process (AHP). Metode AHP memberikan perhitungan subjektif berdasarkan hirarki terhadap komponen ancaman gerakan tanah seperti kemiringan, litologi, jarak terhadap dan kedalaman muka air tanah. Perhitungan subjektif dikombinasikan dengan data-data pendukung yang diambil secara langsung melalui pemetaan dan data sekunder (log bor dan mekanika tanah). Data dan hasil perhitungan AHP disajikan dalam bentuk peta parameter berdasarkan komponen ancaman gerakan tanah. Peta parameter ditumpang susunkan sehingga diperoleh peta ancaman gerakan tanah. Hasil analisa menunjukkan komponen litologi penyusun berupa endapan koluvial merupakan komponen paling berpengaruh terhadap tingkat ancaman gerakan tanah lokasi penelitian. I. PENDAHULUAN Dalam rangka pengembangan ekonomi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan pembangunan infra jalan bebas hambatan yang menggabungkan dua kota besar di Jawa Tengah (Semarang - Solo). Pembangunan jalan bebas hambatan Semarang - Solo dikerjakan pada tahun 2010 dijumpai permasalahan gerakan tanah pada km 2+500 sampai km 9+500. Proses eksogenik yang intensif pada lokasi penelitian menghasilkan kondisi geologi yang rentan terhadap gerakan tanah. Kondisi geologi yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian dan merupakan ancaman bagi lokasi penelitian yakni jalan tol Semarang - Solo ruas Semarang - Ungaran km 5+600 sampai km 8+500. Penyelidikan awal mengindikasikan jalan tol dibangun di atas wilayah dengan kondisi geologi yang tidak stabil mengakibatkan kontruksi jalan dan jembatan yang berada di titik km 5+600 sampai km 8+500 rentan untuk bergerak. Penentuan zona ancaman gerakan tanah diperlukan untuk mengetahui zona tingkat ancaman lokasi penelitian berdasarkan faktor ancaman gerakan tanah yakni jenis litologi penyusun, kemiringan, jarak terhadap dan kedalaman muka air tanah. Penelitian bertujuan menentukan faktor geologi yang paling berpengaruh terhadap ancaman gerakan tanah serta melakukan zonasi ancaman gerakan tanah mengunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). 533

II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL Lokasi penelitian masuk kedalam wilayah Kota Semarang bagian selatan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Berdasarkan pembagian bentuklahan oleh Rachwibowo (2010) bentuklahan lokasi penelitian merupakan perpaduan bentuklahan vulkanik dan bentuklahan al. Berdasarkan sistem umur yang ditentukan oleh penyusun batuan stratigrafi regional menurut Thanden, dkk (1996), lokasi penelitian tersusun oleh 2 (dua) Formasi batuan, yakni: Formasi Kaligetas yang menumpang tidak selaras di atas Formasi Kerek (Gambar 1). Struktur geologi berupa sesar normal berarah barat - timur yang memotong Formasi Kaligetas dan Formasi Kerek. Beberapa pola kelurusan berarah utara selatan berpotensi menjadi bidang lemah pengontrol gerakan tanah. III. METODE PENELITIAN Analisa diawali dengan pembuatan citra DEM dari peta kontur, besar kemiringan di analisa menggunakan bantuan perangkat lunak Arc GIS. Pembuatan peta parameter ancaman gerakan tanah didasarkan pada hasil pemetaan dikombinasikan dengan data sekunder log bor dan uji mekanika tanah. Pembobotan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan pada faktor utama ancaman gerakan tanah (jenis tanah penyusun, kemiringan, jarak terhadap dan kedalaman muka airtanah). Bobot faktor ancaman gerakan tanah dikalikan dengan nilai sub faktor ancaman gerakan tanah menggunkan fitur weigthed overlay pada Arc GIS sehingga dihasilkan zona ancaman gerakan tanah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lereng Pembagian kelas kemiringan (Gambar 2) lokasi penelitian didasarkan pada karakteristik geologi dan sudut lokasi 534 penelitian. Kelas kemiringan terbagi atas tiga kelas yakni : landai ( 0-10 ); curam (10-30 ) dan sangat curam (> 30 ). Semakin besar sudut nya maka semakin besar pula potensi untuk bergerak. Jenis Tanah Penyusun Lereng Litologi lokasi penelitian terdiri atas tiga satuan. Urutan satuan litologi dari muda ke tua, yakni : Satuan Endapan koluvial, Satuan Breksi Vulkanik dan Satuan Batulempung sisipan batupasir. Litologi pada lokasi penelitian umumnya dijumpai dalam kondisi segar hingga lapuk sempurna. Kemantapan dipengaruhi oleh dua komponen sifat mekanik tanah yakni komponen yang bersifat kohesi (kohesi) dan komponen yang bersifat gesekan (sudut geser dalam). Semakin besar kohesi dan sudut geser dalam maka semakin kekuatan batuan semakin besar pula (Gambar 3). Berdasarkan sifat fisik dan mekanik tanah pada Tabel 1, lokasi penelitian dibedakan menjadi 4 (empat) satuan jenis tanah penyusun, yakni : lanau lempungan, lanau pasiran, lempung pasiran dan lempung lanauan. Lanau lempungan merupakan hasil pelapukan dari batuan induk berupa breksi vulkanik memiliki nilai kohesi 0,220 dan sudut geser dalam sebesar 25,5. Lanau pasiran dan lempung pasiran merupakan endapan koluvial, memiliki nilai sudut geser dalam yang sama yakni 6 dan nilai kohesi 1,2 dan 0,36. Lempung lanauan merupakan hasil residu dari batuan induk batulempung sisipan batupasir memiliki nilai kohesi sebesar 0,000 dan susut geser dalam sebesar 42. Jarak Lereng Terhadap Struktur Struktur geologi yang berkembang pada lokasi penelitian berupa bidang perlapisan berarah N 120 E/ 54 dan kekar. Berdasarkan nterpretasi citra DEM terdapat sesar turun dengan arah utara selatan di bagian utara lokasi penelitian dan berarah barat timur di selatan lokasi penelitian. Keterdapan berpengaruh terhadap kondisi lokasi penelitian. Semakin dekat dengan

keberadaan maka akan semakin rentan untuk bergerak (Gambar 4). Muka Airtanah Lokasi Penelitian Berdasarkan data pemboran dari beberapa titik di lokasi penelitian, kedalaman muka air tanah bervariasi dari 3 m hingga > 40m. Sifat akuifer mengalirkan air melalui celah dibuktikan dengan dijumpainya beberapa mata air dan rembesan pada lokasi penelitian. Keberadaan air mempengaruhi kestabilan, hal ini dikarenakan air akan menambah beban pada. Kondisi tanah/ batuan yang jenuh air akan meningkatkan tekanan air pori yang besar serta membuat berat isi meningkat. Peningkatan tekanan air pori akan menurunkan nilai kuat geser batuan, sedangkan peningkatan berat isi akan meningkatkan gaya yang bekerja pada juga meningkat. Bobot Parameter Ancaman Gerakan Tanah Lokasi Penelitian Bobot diberikan pada faktor pengontrol gerakan tanah yang menjadi parameter ancaman gerakan tanah. Pembobotan dilakukan dengan perhitungan dengan menggunakan metode AHP. Parameter ancaman gerakan tanah dibandingkan satu dengan yang lain berdasarkan skala prioritas, kemudian di hitung eigen vektor normalisasi. Tahapan perhitungan tersaji dalam Tabel 2,3 dan 4. Uji konsistensi indeks menunjukkan besaran nilai kosistensi indeks sebesar 5,9%, maka matriks pembobotan AHP untuk parameter ancaman gerakan tanah dapat diterima dengan konsitensi rasio sebesar 6,7%. Nilai Sub Parameter Ancaman Gerakan Tanah Lokasi Penelitian Nilai diberikan pada sub parameter ancaman gerkan tanah dengan skala 1 hingga 4. Penilaian relatif terhadap sub parameter dibandingkan dengan sub parameter lainnya dalam satu parameter dalam hal pengaruh sub parameter terhadap ancaman gerakan tanah. Sub parameter yang dianggap tidak memiliki pengaruh di berikan nilai 1, nilai 2 diberikan pada sub parameter dengan sedikit 535 berpengaruh, nilai 3 diberikan pada sub parameter yang berpengaruh dan nilai 4 diberikan pada sub parameter yang sangat berpengaruh. Berdasarkan perhitungan AHP yang dilakukan pada parameter ancaman gerakan tanah pada lokasi penelitian dan penilaian sub parameter maka diperoleh hasil pembobotan dan penilaian pada Tabel 5. Masing-masing niali sub parameter dikalikan dengan bobot parameter sehingga diperoleh zona ancaman gerakan tanah. Zona Ancaman Gerakan Tanah Lokasi Penelitian Penentuan tingkat ancaman gerakan tanah dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Arc GIS. Menggunakan ekstensi weighted overlay bobot parameter ancaman gerakan tanah dikalikan dengan nilai sub parameter ancaman gerakan tanah. Hasil dari tumpang susun peta parameter diperoleh 3 (tiga) zona ancaman gerakan tanah pada lokasi penelitian, yakni : zona ancaman gerakan tanah rendah, zona ancaman gerakan tanah menengah dan zona ancaman gerakan tanah tinggi. Gambar 6 menunjukkan zona ancaman gerakan pada lokasi penelitian. Hasil zonasi ancaman gerakan tanah menunjukkan perbandingan lurus dengan keterdapatan gerakan tanah pada lokasi penelitian. Pada zona ancaman gerakan tanah rendah tidak terdapat gerakan tanah, zona ancaman gerakan tanah menengah terdapat 5 titik gerakan tanah dan 10 titik gerakan tanah pada zona gerakan tanah tinggi. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa litologi berupa endapan koluvial (pasir lanauan dan lempung pasiran) merupakan faktor paling berpengaruh terhadap ancaman gerakan tanah di lokasi penelitian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kejadian gerakan tanah pada dengan litologi ini.

Sifat Mekanik Unconsolidated Undarined Consolidated Undarined Sifat Fisik PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Hasil zonasi ancaman gerakan tanah lokasi penelitian dengan menggunakan perhitungan AHP terdapat tiga zona ancaman gerakan tanah, yakni : zona ancaman gerakan tanah rendah terdapat pada km 6+850 hingga km 8+025 dan di sisi barat pada km 5+875 hingga km 6+400 dengan litologi penyusun lanau lempungan dan lempung lanauan; zona ancaman gerakan tanah menengah pada km 5+600 hingga 6+400, di tengah lokasi penelitian pada km 6+750 hingga km 6+850 dan di sisi selatan lokasi penelitian pada km 8+025 km 8+175 serta km 8+425 km 8+500 dengan litologi penyusun berupa lanau lempungan dan lanau pasiran; zona ancaman gerakan tanah tinggi pada km km 6+400 hingga km 6+750 dan km 8+175 km 8+425 dengan litologi penyusun berupa lempung pasiran dan lanau pasiran. DAFTAR PUSTAKA Cruden, D.M. dan Varnes, D.J. 1996. Landslide Investigation and Mitigation : Landslide Types and Proceesses. Edt. A.K. Turner dan R.L. Schuster. Special Report 247. Transportation Research Board. Amerika Serikat. Karnawati, D. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No :1452 K/ 10/ MEM/ 2000 Tentang Pedoman Teknis Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Rachwibowo, P. 2010. Analisis Geomorfologi Untuk Deteksi Gerakantanah Di Semarang,Jawa Tengah. PROCEEDINGS PIT IAGI ke 39. Lombok. Saaty, T.L. 1990. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory. 2nd ed. Pittsburg. PA : RWS Publication. Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., dan Amin, T.C., 1996, Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, Skala 1:100000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. TABEL SIFAT KETEKNIKAN BATUAN Spesific Gravity (ASTM D-854-83) Natural Moisture Water Content Saturation Water Content Natural Porosity Liquid Limit Plastic Limit Plasticity Index Tabel 1. Sifat keteknikan tanah SATUAN LITOLOGI Simbol Satuan Lanau lempungan Lanau pasiran Lempung pasiran Lempung lanauan Gs - 2,547 2,550 2,610 2,680 Wn % 55,790 22,000 39,000 32,000 Wsat % 57,502 25,335 39,339 34,426 n % 0,594 0,392 0,507 0,480 LL % 108,607 45,000 40,000 66,000 PL % 39,630 37,000 31,000 28,000 PI % 69,040 8,000 9,000 38,000 Cohession (Effective Stresses) c' kg/cm2 0,220 X X 0,000 Angle of internal friction (Effective Stresses) ϕ' deg 25,500 X X 42,000 Cohession (Total Stresses) c kg/cm2 X 1,200 0,150 X Angle of internal friction (Total Stresses) Keterangan X tidak dilaksanakan ϕ deg X 6,0 7,0 X 536

Tabel 2. Matriks perbandingan komponen ancaman gerakan tanah. Parameter Litologi 1 1 2 2 Litologi 1 1 3 3 0,5 0,333 1 0,333 0,5 0,333 3 1 Jumlah 3 3 9 6,333 Parameter Tabel 3. Perhitung nilai eigen vektor normalisasi. Litologi Eigen vektor normalisasi 0,333 0,375 0,222 0,316 0,312 Litologi 0,333 0,375 0,333 0,474 0,379 0,167 0,125 0,111 0,053 0,114 0,167 0,125 0,333 0,158 0,196 Jumlah 1 1 1 1 1 Tabel 4. Matriks perbandingan pasangan komponen ancaman gerakan tanah ternormalisasi. PARAMETER Litologi Σ Bobot % 0,312 0,379 0,228 0,391 1,31 31,11 Litologi 0,312 0,379 0,341 0,587 1,619 38,47 0,156 0,126 0,114 0,065 0,461 10,95 0,156 0,126 0,341 0,196 0,891 19,47 537

muka airtanah Jarak terhadap Jenis tanah penyusun PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Tabel 5. Hasil penilaian sub parameter dan pembobotan parameter ancaman gerakan tanah lokasi penelitian Parameter Sub Parameter Nilai klas Bobot (%) Lanau lempungan 1 Lempung lanauan 2 Lanau pasiran 3 39 Lempung pasiran 4 Landai 1 Curam 2 31 Sangat curam 3 > 300 meter 1 100-300 meter 2 19 <100 meter 3 10-15 meter 1 5-10 meter 2 11 0-5 meter 3 GAMBAR Gambar 1. Peta Geologi Lokasi penelitian dan sekitarnya (Thanden dkk, 1996). 538

Gambar 2. Peta parameter kemiringan lokasi penelitian. Gambar 3. Peta parameter tanah penyusun lokasi penelitian. Gambar 4. Peta parameter jarak terhadap lokasi penelitian. Gambar 5. Peta parameter kedalaman muka airtanah lokasi penelitian. 539

Gambar 6. Zona tingkat ancaman gerakan tanah lokasi penelitian. 540