Model Regresi Linier Berganda (Masalah Inferensi)

dokumen-dokumen yang mirip
Model Regresi Linier Berganda Dengan Variabel Kualitatif

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB 2 MODEL REGRESI LINIER

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MASALAH-MASALAH DALAM MODEL REGRESI LINIER

TOPIK LANJUTAN MODEL REGRESI LINIER

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

BAB XI UJI HIPOTESIS

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah kota Tebing Tinggi Tahun (juta rupiah)

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah,

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lampiran 1. Metodologi Penelitian. Regresi Panel Data Bentuk umum data panel, baik yang pooling atau kombinasi, adalah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk membuktikan adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Data Penyerapan Tenaga Kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan Upah Riil Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat tahun

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pola sejumlah data, kemudian menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang

KUISIONER. 2. Berapa besar nilai Modal kerja yang diperlukan untuk produksi setiap bulan?

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

Surat Keterangan Perubahan Judul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LECTURE NOTES #12 ENDOGENITAS

PERSAMAAN SIMULTAN Latihan Pratikum

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun ,

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE REGRESI DATA PANEL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB XII INTERPRETASI HASIL OLAH DATA

LECTURE NOTES #7 MULTIKOLINEARITAS DAN AUTOKORELASI

BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun (dalam jutaan rupiah)

RISET ITU MUDAH. Salah satu contoh pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode sensus.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linier ( Lanjutan )

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Transkripsi:

LECTURE NOTES #4b Model Regresi Linier Berganda (Masalah Inferensi) I. Pendahuluan Pada materi yang lalu kita telah membahas bagaimana mengestimasi parameter-parameter model regresi linier berganda dari suatu sampel. Parameter yang diperoleh ika diasumsikan memenuhi syarat Gauss- Markov adalah bersifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Dalam bahasan kali ini, akan diuraikan signifikansi (dari sudut pandang teori statistik) parameter yang ditemukan. Masalah signifikansi adalah kita mempertanyakan apakah nilai parameter yang diperoleh telah sesuai dengan hipotesa yang diturunkan dari suatu teori ekonomi. Sebagai suatu contoh Teori Konsumsi menyatakan bahwa marginal prospensity of consumption/mpc memiliki nilai lebih besar dari nol. Dari data kita dapat memodelkan suatu pola konsumsi (katakan linier, konsumsi = β 0 + β 1 pendapatan) dan melakukan ui hipotesa apakah benar mpc (yang disini ditunukkan oleh nilai parameter β 1 adalah lebih besar dari nol. Permasalahan yang telah diuraikan diatas merupakan cabang ilmu statistik yang disebut inferensi atau penguian hipotesis. Pada prinsipnya hal ini dapat dilakukan melalui salah satu dari 3 cara (disebut dengan reection rule), yakni a. Melihat apakah statistik hitung adalah lebih besar (dalam artian absolut) dari nilai kritis. b. Apakah calculated level of significance (p value) lebih kecil dari required level of significance (α). ^ c. Apakah nilai parameter yang diestimasi β berada pada selang kepercayaan (hanya untuk two side test). Jika statistik hitung atau p value dari suatu parameter telah memenuhi salah satu dari 2 syarat diatas maka dapat dikatakan bahwa parameter tersebut secara statistik adalah konsisten dengan hipotesa. Perhatikan disini digunakan istilah konsisten, karena kita menggunakan kerangka berpikir penguian hipotesa klasik. Dalam kerangka ini, suatu statistik hitung yang menunukkan bahwa suatu parameter adalah signifikan dapat diartikan sebagai pada penyampelan berulang maka nilai ekspektasi (dari sample) parameter terkait akan berada dalam selang yang ditentukan (oleh α). Pembaca diharapkan meruuk pada buku teks statistik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, lihat misalnya Anderson, Sweeney dan Williams (2005). Dalam bahasan kali ini akan dibahas persyaratan teoritis dan teknik yang digunakan untuk melaksanakan tuuan dimaksud. Secara sistematis pembahasan akan meliputi: a. Penguian Hipotesis Individual: The t test 1

b. Interval Keyakinan c. Penguian Hipotesis Berganda: The F test II. Penguian Hipotesis Individual (t test) Suatu bentuk penguian hipotesis yang paling sederhana adalah ui hipotesis individual (t test). Perhatikan model regresi linier berganda dengan k variabel berikut y = β + β x + β x + + β x + u 0 1 1 2 2... k k 1) Dalam penguian hipotesis individual, kita ingin mengetahui apakah nilai β 0 dan β ; = 1 s/d k telah sesuai dengan yang dihipotesakan oleh teori. Beberapa teori memberikan hipotesa atas nilai β 0 dan β pada suatu angka yang spesifik (misalnya 2). Namun demikian umumnya teori dan hipotesa tidaklah demikian spesifik. Sering kita menemukan bahwa hipotesa yang ada hanya mensyaratkan nilai β 0 dan β adalah lebih kecil atau lebih besar dari suatu nilai tertentu. Kerangka berpikir penguian hipotesis secara statistik adalah menggunakan sepasang hipotesis, disebut hipotesis null (H 0 ) adan hipotesis alternatif (H 1 ). Kita dapat meletakkan hipotesa yang diinginkan pada H 0 atau H 1 tetapi tidak pada keduanya. Selanutnya kita dapat menghitung statistik hitung (ui) dan melihat apakah ia melebihi (secara absolut) nilai kritis yang diinginkan (reection rule a). Kita akan membahas reection rule b pada tempat terpisah. Terdapat suatu asumsi yang diperlukan agar kita dapat menggunakan statistik hitung sebagai sarana ui yang valid, yakni: Asumsi 1: Normalitas Residual populasi u adalah independen terhadap variabel bebas dan terdistribusi secara normal dengan rata-rata nol dan varians yang konstan, atau 2 u Normal(0, σ ) 2) Model regresi yang memenuhi asumsi ini dan 5 asumsi Gauss-Markov disebut dengan Classical Linear Model (CLM). Model dengan asumsi CLM selanutnya memungkinkan kita menyatakan teori berikut Teori 1: Distribusi t untuk standardized estimator Dengan asumsi CLM, maka 2

t ht = ^ β β ^ se( β ) t n k 1 3) Dimana n adalah umlah sample, k+1 adalah umlah parameter pada model ^ populasi persamaan 1. β adalah parameter yang diperoleh dari hasil estimasi sedangkan β adalah dugaan parameter populasi (yang merupakan ^ hipotesis null). Sedangkan se( β adalah standar error dari parameter. ) Disini tidak akan diuraikan bagaimana ia diperoleh, karena kompleksitas perhitungan yang dilakukan. Pembaca dapat melihat appendiks untuk derivasi. Berdasarkan teori 1, maka reection rule a dapat dilakukan dengan menghitung t ht dan membandingkannya dengan t tabel pada deraat kebebasan (degree of freedom: df) sebesar n-k-1 dan α yang diinginkan. Selanutnya berdasarkan prosedur reection rule, maka penguian signifikansi individual dapat dibagi menadi a. One Side Test Disini reection rule hanya focus pada salah satu sisi, misalnya lebih besar atau lebih kecil dari angka tertentu (misalnya d). Secara formal H : β = d atau H : β d 0 0 H : β > d H : β > d 1 1 4) Jika kita menghipotesakan bahwa nilai parameter β adalah lebih besar dari d. H : β = d atau H : β d 0 0 H : β < d H : β < d 1 1 5) Jika kita menghipotesakan bahwa nilai parameter β adalah kecil besar dari d. Penggunaan reection rule a dilakukan dengan menghitung t ht dan membandingkannya dengan nilai kritis (c) tabel t untuk deraat kebebasan dan level signifikansi:α yang relevan. Sebagai contoh ika kita memiliki sampel (n) sebanyak 30 dan mengestimasi suatu model regresi 1 variabel dengan intersep pada α=5%. Untuk hipotesa 1 arah positif, β >0, maka nilai kritis yang relevan adalah 1.701. 3

Tabel 1. Distribusi t Dengan demikian reection rule adalah tolak H o ika t ht adalah lebih besar dari 1.701. Catatan: Jika kita menghipotesakan one side negatif, maka t ht harus lebih kecil dari nilai kritis. Grafik 1. Reection Rule, α=5%, One Side test 4

b. Two Side Test Disini reection rule digunakan untuk mengui apakah suatu parameter bernilai tepat sama dengan d, sedangkan alternatifnya bukan d (bisa lebih besar atau lebih kecil). Secara formal H H 0 1 : β = d : β d 6) Reection rule untuk two side test dilakukan dengan menghitung t ht dan membandingkannya dengan nilai kritis. Penolakan hipotesis null dapat dilakukan ika t ht lebih besar (secara absolut) dari nilai kritis (dengan kata lain lebih besar ika positif dan lebih kecil ika ia negatif). Perhatikan disini bahwa pada two side test, kita membagi α dengan 2 (penolakan teradi pada daerah α/2). Sebagai contoh untuk hipotesis β =0, df=25 dan α=5% diperoleh nilai kritis yang relevan pada =/-2.06. Grafik 2. Reection Rule, α=5%, Two Side test Kita uga dapat menggunakan kriteria p value sebagai reection rule. Hal ini dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu t ht. Selanutnya berdasarkan t ht tersebut serta df yang relevan maka dari tabel t dapat dihitung calculated level of significance (p value). Sebagai contoh ika kita menemukan t ht =1.85 dan df=40, maka dari tabel t p value untuk two side test berada diantara 0.05 dan 0.10. Kita dapat menggunakan cara yang adhoc untuk menghitung p value misalnya extrapolasi. Namun demikian umumnya software statistik (termasuk Eviews) telah menghitungnya, pada contoh ini nilai p value adalah 0.0718. Secara grafis hal ini ditunukkan sbb: 5

Grafik 3. Perhitungan p value untuk t ht =1.85 dan df=40. Perhatikan bahwa 0.0718 adalah 2 kali area penolakan (=0.0359). Apakah intrepretasi dari p value? Secara formal, p value adalah PT ( t) > 7) p value memberikan probabilitas menemui t ht apabila hipotesis null adalah benar. Secara intuitif bahwa probabilitas kita akan memperoleh nilai random variabel t dari parameter yang kita amati dalam penyampelan berulang lainnya yang melewati nilai t yang ditemukan saat ini (=1.85) sebesar p. Dengan demikian reection rule yang digunakan adalah p value α 8) Pada contoh diatas ika kita menggunakan α=5% (=0.05) dan ini lebih besar dari pada p/2 (two side test), maka hipotesis null bahwa β =0 adalah ditolak. Dengan kata lain probabilitas kita akan mengobservasi nilai t 1.85 ika hipotesis null berlaku hanya sebesar 0.0359, yang lebih kecil dari α yang digunakan. Ingat kembali bahwa α (level of significance) adalah deraat kesalahan yang kita toleransi untuk melakukan kesalahan statistik tipe 1 (menolak Ho yang benar). Penggunaan p value sebagai suatu alat penguian hipotesa adalah lebih popular. Hal ini disebabkan fleksibilitas yang dimiliki. Dengan p value kita dapat menentukan sendiri level of significance yang dapat digunakan pada suatu aplikasi empiris tertentu. Wooldridge (2005) mengatakan bahwa tidak terdapat suatu level of significance yang benar, ia sangat tergantung dengan kasus yang dihadapi. Pada penelitian yang menggunakan sample yang kecil suatu p value yang besar mungkin dapat ditoleransi, dan sebaliknya ika sampelnya sudah sangat besar maka kita menginginkan p 6

value yang sangat kecil untuk menyatakan bahwa suatu parameter adalah signifikan secara statistik. Contoh 1: Dengan menggunakan data 401k.raw akan diestimasi regresi tingkat partisipasi suatu program pensiun (prate) sebagai fungsi linier dari konstanta, persentase kontribusi perusahaan terhadap program pensiun (match rate:mrate), usia kepesertaan rata-rata (age) dan total pegawai perusahaan. Sampel adalah 1534 perusahaan. Output software Eviews memberikan hasil sbb: Dependent Variable: PRATE Method: Least Squares Date: 06/03/08 Time: 10:14 Sample: 1 1534 Included observations: 1534 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 80.29405 0.777727 103.2419 0.0000 MRATE 5.442221 0.524419 10.37762 0.0000 AGE 0.269198 0.045145 5.962976 0.0000 TOTEMP -0.000129 3.67E-05-3.520881 0.0004 R-squared 0.099542 Mean dependent var 87.36291 Adusted R-squared 0.097777 S.D. dependent var 16.71654 S.E. of regression 15.87827 Akaike info criterion 8.370385 Sum squared resid 385743.0 Schwarz criterion 8.384298 Log likelihood -6416.085 F-statistic 56.37871 Durbin-Watson stat 1.906081 Prob(F-statistic) 0.000000 Tabel2. Print Output OLS 401k Dapat dilihat disini semua variabel adalah signifikan karena baik t statistik maupun p value (kolom prob) adalah memenuhi reection rule, baik dengan hipotesis one side apalagi two side. III. Konstruksi Interval Keyakinan Seperti yang diuraikan didepan khususnya untuk two side test, kita dapat menggunakan reection rule melalui selang keyakinan (confidence interval). Suatu selang keyakinan dapat diperoleh dengan mengembangkan formula persamaan 3 dengan menggantikan t ht dengan nilai kritis (c, melalui α yang telah ditentukan), atau ^ ^ ^ ^ β c se( β ) β β + c se( β ) 9) α/2 α/2 7

Perhatikan disini kita menggunakan c α/2 karena c adalah nilai kritis yang diperoleh pada tabel t untuk suatu α dan df tertentu pada two side test. Selang keyakinan adalah interval dimana nilai parameter sebenarnya (populasi) diharapkan ada pada (1-α)% sample berulang. Dengan kata lain ika kita mengestimasi β melalui 100 sampel, maka diharapkan (1-α)% konstruksi selang interval akan mengandung β populasi. Dengan demikian penguian hipotesis melalui cara ini adalah dengan membandingkan apakah nilai β (hipotesis null atas nilai parameter populasi) berada didalam selang atau tidak. Jika ia berada didalam selang maka hipotesis null tidak dapat ditolak, dan sebaliknya ika berada diluar selang. Contoh 2. Masih dengan menggunakan contoh 1, selang kepercayaan bagi parameter mrate dengan α=5% adalah 5.44 1.96 0.52 β 5.44 + 1.96x0.52 4.42 β 6.46 Disini kita menggunakan distribusi normal sebagai aproksimasi nilai kritis distribusi t, karena umlah sample adalah besar (>120). Dapat dilihat disini karena angka nol (H0: β 1 = 0) tidak merupakan bagian dari interval maka hipotesis null adalah ditolak. Hal ini sealan dengan kesimpulan yang telah diperoleh melalui dua reection rule yang telah diuraikan sebelumnya. IV. Penguian Hipotesis Berganda Pada bagian ini kita akan mengui apakah sekelompok variabel tidak memiliki dampak terhadap variabel bebas (disebut dengan exclusion restriction), dengan mengontrol dampak set variabel bebas yang lain (non exclusion restriction). Penguian seperti ini disebut dengan penguian hipotesis berganda (oint hypotheses test). Misalnya kita memiliki suatu model regresi linier k variabel sbb y = β + β x + β x + + β x + u 0 1 1 2 2... k k 10) 11) Persamaan 11 disebut dengan unrestricted model. Kemudian katakanlah kita ingin melakukan exclusion restriction terhadap q variabel (dengan kata lain hipotesis null koefisien dari q variabel ini adalah sama dengan nol). Tanpa kehilangan generalisasi asumsikan lebih lanut bahwa variabel yang direstriksi ini adalah q variabel terakhir atau H : β = β = β = 0 12) 0 k q+ 1 k q+ 2 k 8

Hipotesa alternatif adalah H 0 tidak benar, dengan kata lain paling tidak ada satu koefisien yang secara statistik adalah signifikan. Dengan demikian ketika kita mengimplementasikan restriksi ini, maka variabel pada persamaan 11 akan tereduksi sebesar q, atau y = β0 + β1x1 +... + βk qxk q+ u 13) Persamaan 13 disebut restricted model. Perhatikan bahwa umlah kuadrat residual (Sum Square Residual/SSR) model yang terestriksi akan selalu lebih besar dari model tanpa restriksi. Bahwa penambahan variabel akan memiliki dampak non positif (sangat mungkin negatif) terhadap SSR. Dengan demikian penguian terhadap signifikan/tidaknya restriksi dapat dilakukan dengan mengevaluasi apakah peningkatan SSR dari model tanpa restriksi ke model restriksi adalah substansial/signifikan. Jika ia signifikan maka berarti kita telah membuang suatu informasi yang berharga dengan mengeluarkan kelompok variabel dimaksud. Teori matematika statistik menunukkan bahwa formula berikut F ht ( SSRr SSRur)/ q = SSR /( n k 1) ur 2 2 ( ur r )/ 2 R ur n k R R q = (1 ) /( 1) 14) Memiliki distribusi F dengan deraat bebas pada numerator sebesar q dan n- k-1 pada denominator, atau F F 15) ht q, n k 1 Indeks dibawah SSR menunukkan model unrestricted (ur, persamaan 11) dan restricted (r, persamaan 13). Bagian kedua formula 14, menunukkan bahwa kita dapat menghitung Fht dengan menggunakan koefisien korelasi dengan menggunakan fakta bahwa SSR ur = SST (1-R 2 ur). Disini terdapat dua reection rule, yakni nilai F ht yang melebihi nilai kritis (c) dan p value. Penggunaan p value tidak pernah dilakukan secara manual karena sifat distribusi F yang tidak simetris. Kita membutuhkan bantuan software untuk menghitungnya. Dengan demikian disini akan diilustrasikan penggunaan reection rule dengan nilai kritis. 9

Misalnya kita menggunakan α=5%, q=3 dan n-k-1 = 60, maka dari tabel F dapat diketahui nilai kritis sebesar 2.76 (lihat tabel 3) Tabel 3. Distribusi F pada α = 5%. Catatan: Ui F selalu bersifat 2 arah (hipotesis null versus bukan hipotesis null) dengan demikian apakah ia bersifat positif atau negatif adalah tidak relevan. Jika F ht > 2.76, maka kita dapat mengatakan bahwa hipotesis null ditolak. Dengan kata lain restriksi tidak sealan dengan data, variabel-variabel dimaksud mungkin memiliki nilai penelas terhadap variabel tergantung (ointly statistically significant). Mengeluarkan exclusion restriction adalah tindakan yang tidak tepat. Sebaliknya ika F ht <2.76, maka restriksi tersebut adalah valid, dengan kata lain model menadi lebih baik ika exclusion restriction dilakukan. Salah satu varian ui hipotesis berganda yang sering digunakan (dan merupakan output rutin dari OLS pada berbagai software) adalah overall significance of a regression. Ini adalah suatu kasus khusus dari ui hipotesis berganda dimana sebagai hipotesis null adalah seluruh variabel. Ui ini bertuuan untuk melihat apakah secara kolektif seluruh variabel bebas yang ada pada model regresi memberikan dampak penelas yang 10

signifikan pada variabel tergantung. Dengan demikian kita membandingkan model tanpa restriksi persamaan 11 dengan model regresi hanya dengan konstanta, atau y = β + u 16) 0 Pada penguian ini, F ht dihitung dengan formula sbb F ht = R 2 / k 2 (1 R ) /( n k 1) Kita kembali menggunakan salah satu reection rule yang telah diuraikan diatas. Contoh 3. Disini kita akan mengstimasi model regresi linier yang menghubungkan berat badan bayi yang baru lahir (bwght) dengan umlah rokok yang dikonsumsi sang ibu selama hamil (cigs), urutan kelahiran (parity), penghasilan pertahun keluarga (faminc), pendidikan ibu (motheduc) dan pendidikan ayah (fatheduc). Data berasal dari BWGHT.raw dengan 1388 observasi. Perhatikan disini bahwa terdapat 197 observasi yang tidak memiliki salah satu nilai variabel (missing data). Dengan demikian kita hanya bekera pada sample berumlah 1191. Hasil pengolahan oleh Eviews ver 5.10 memberikan hasil sbb (untuk unrestricted model): Dependent Variable: BWGHT Method: Least Squares Date: 06/03/08 Time: 11:54 Sample: 1 1388 Included observations: 1191 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 114.5243 3.728453 30.71631 0.0000 CIGS -0.595936 0.110348-5.400524 0.0000 PARITY 1.787603 0.659406 2.710932 0.0068 FAMINC 0.056041 0.036562 1.532794 0.1256 MOTHEDUC -0.370450 0.319855-1.158182 0.2470 FATHEDUC 0.472394 0.282643 1.671345 0.0949 R-squared 0.038748 Mean dependent var 119.5298 Adusted R-squared 0.034692 S.D. dependent var 20.14124 S.E. of regression 19.78878 Akaike info criterion 8.813133 11

Sum squared resid 464041.1 Schwarz criterion 8.838737 Log likelihood -5242.220 F-statistic 9.553500 Durbin-Watson stat 1.911657 Prob(F-statistic) 0.000000 Tabel 4. Model Unrestricted Seperti yang dapat dilihat pada tabel, F statistic bernilai 9.55 yang lebih besar nilai kritis (k = 5 dan n-k-1 = ), yakni 2.21. Dengan demikian hipotesis null dimana secara bersama seluruh variabel bebas tidak memiliki kontribusi terhadap variabel tergantung dapat ditolak. Kesimpulan serupa uga ditemukan ika menggunakan p-value=0.00 (lebih kecil bahkan dari 1%). Ui restriksi dilakukan dengan melihat apakah variabel fatheduc dan motheduc tidak memiliki dampak terhadap bwght ketika faminc, parity dan cigs telah dikontrol. Eviews memiliki routine sendiri untuk menangani hal ini yang bisa diakses pada sub menu view, coefficient test, wald restriction test yang ada pada output OLS. Dengan mengisikan restriksi C(5)=0 dan C(6)=0, koefisien fatheduc dan motheduc maka akan diperoleh hasil sbb: Wald Test: Equation: Untitled Test Statistic Value df Probability F-statistic 1.437269 (2, 1185) 0.2380 Chi-square 2.874537 2 0.2376 Null Hypothesis Summary: Normalized Restriction (= 0) Value Std. Err. C(5) -0.370450 0.319855 C(6) 0.472394 0.282643 Restrictions are linear in coefficients. Tabel 5. Wald Test Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5, baik melalui nilai kritis F maupun p value tampaknya hipotesis null: ointly insignificant parameters tidak dapat ditolak. 12