BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PEREKONOMIAN INDONESIA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Perbedaan GDP dan GNP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

Pendapatan Nasional (National Income)

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Katalog BPS :

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Pengertian Produk Domestik Bruto

BAB IV ANALISA WILAYAH (Lanjutan-1)

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB VII Pendapatan Nasional

PENGARUH OUTPUT SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO PROPINSI JAWA TENGAH Margunani 1. Dinamika. Dinamika

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung tiga unsur. (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terusmenerus yang didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan per kapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam waktu jangka panjang. Pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atau GDP dimana kenaikannya disertai oleh perombakan dan modernisasi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income equity). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Produk) tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak (Suryana 2000 : 4-5). Pada umumnya pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Djojohadikusumo (1994 : 1) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan pembangunan ekonomi mengandung pengertian yang lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakatsecara menyeluruh. Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai dengan perubahan strktural yakni perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006 : 9). 1

Menurut Boediono (1985 : 37), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi tiga aspek : 1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomi), suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. 2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting, yaitu: output total dan jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. 3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu, suatu perekonomian dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang cukup lama (lima tahun) mengalami kenaikan output perkapita. B. Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pada umumnya negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah negara agraris. Sektor pertanian mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan negara-negara berkembang, sebagian ahli ekonomi memandang sektor pertanian adalah sektor penunjang yang positif dalam pembangunan ekonomi pada negara itu. Beberapa ahli telah mengemukakan pentingnya sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi. Todaro (2003 : 22), mengemukakan pembangunan pertanian sebagai syarat mutlak bagi pembangunan nasional khususnya di negara dunia ketiga. Todaro melihat sekitar dua pertiga dari bangsa yang miskin menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sebagian kelompok miskin tersebut bertempat tinggal di pedesaan. Jhingan (1990 : 29), menyebutkan bahwa peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah: a). Penyediaan bahan makanan. b). Sumber penghasilan dan pajak. c). Sumber penghasilan devisa yang diperlukan untuk mengimpor modal, bahan baku, dan lain-lain. d). Pasar dalam negeri untuk menampung hasil produksi industri pengolahan dan sektor bahan pertanian lainnya. 2

C. Kontribusi Ekonomi dari Sektor Pertanian Kuznets (1964) dalam Tambunan (2003 : 9), Pertanian di negara-negara sedang berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut : 1. Kontribusi Produk Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. 2. Kontribusi Pasar Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produkproduk dari industri dan sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barangbarang produsen maupun barang-barang konsumen. 3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output-nya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi didalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian. Dalam proses pembangunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektorsektor nonpertanian lainnya (perkotaan). 4. Kontribusi Devisa Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), 3

baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditikomoditi pertanian menggantikan impor (subsitusi impor). D. Perencanaan Pembangunan Regional Richardson (1991 : 10), menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai rill, artinya diukur dalam harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Menurut Richardson (1991 : 31), Ada dua cara pendekatan yang dapat digunakan, Pertama, mengadaptasi modelmodel ekonomi makro yang digunakan dalam teori pertumbuhan agregatif (dan varian-varian regional khusus seperti teori basis ekspor) dan yang kedua menafsirkan pertumbuhan suatu daerah menurut dinamikanya struktur industri. Untuk pendekatan yang pertama terdapat tiga model umum yang digunakan yaitu model Neo-klasik, Basis Ekspor, dan Harrod-Domar. Selanjutnya (Richardson, 1991 : 36-38) menyatakan dalam model Neo-klasik tingkat pertumbuhan terdiri dari tiga sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan residu, yang dapat dinamakan sebagai kemajuan teknik tetapi yang mencakup segala sesuatu yang meningkatkan efisiensi dari sumber-sumber yang stoknya sudah tertentu. Sedangkan menurut model Basis Ekspor, pertumbuhan suatu daerah adalah tergantung pada pertumbuhan industri-industri ekspornya dan kenaikan permintaan yang bersifat ekstern bagi daerah yang bersangkutan adalah penentu pokok dari pertumbuhan regional. Sektor sektor perekonomian suatu daerah dikelompokkan menjadi sektor basis dan non basis. Sektor basis merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif (dibanding dengan daerah lain dalam lingkup wilayah yang lebih luas) dengan sasaran utama untuk diekspor ke daerah lain. 4

Model Harrod-Domar, memfokuskan peranan kunci kepada investasi dalam proses pertumbuhan ekonomi, lebih diutamakan tentang watak ganda yang dimiliki investasi. Dia menciptakan pendapatan (dampak permintaan) dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (dampak penawaran). Selama investasi neto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output akan semakin membesar. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan regional dengan cara memperhitungkan perpindahan modal dan tenaga kerja inter-regional (Richardson, 1991 : 33). Semakin tinggi hasrat masyarakat di suatu daerah untuk menabung dan apabila rasio modaloutput mereka semakin rendah, dengan demikian daerah tersebut akan bertumbuh semakin cepat. Impor neto adalah tambahan kepada tabungan total suatu daerah, maka daerah yang memiliki surplus impor dapat tumbuh lebih cepat dari daerah lainnya. E. Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator ekonomi makro yang berperan dalam membuat perencanaan kebijaksanaan dalam pembangunan, menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto. PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah tergantung oleh besarnya sumberdaya alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumberdaya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis serta tersedianya sarana dan prasarana di wilayah tersebut. Menurut Dumairy (1996 : 37) terdapat beberapa ukuran pendapatan nasional, diantaranya: Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Neto (PNN), dan National Income (NI) atau Pendapatan Nasional (PN). Menurut Gillis et all (1992 : 15) Produk Nasional Bruto (PNB) adalah penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat 5

selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) tanpa menghitung nilai produk antara. Produk Domestik Bruto (PDB) sama dengan PNB tetapi dalam perhitungannya mengeluarkan pendapatan warga negara yang berada di luar negeri tapi memasukkan seluruh produksi dalam negeri termasuk pendapatan yang diterima warga negara asing. Selanjutnya Dumairy (1996 : 38) menjelaskan bahwa PDB untuk tingkat wilayah regional pada sebuah negara dikenal dengan sebutan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode antara lain : 1. Metode Langsung Dalam menghitung PDRB dengan metode langsung, perhitungan diserahkan sepenuhnya pada kepada data daerah yang terpisah dari data nasional, sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan yaitu: i. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor (dapat juga dibagi menjadi 9 sektor) yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas, dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9) sewa rumah, (10) pemerintahan, dan (11) jasa-jasa. ii. Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, modal, dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini mencakup juga penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto 6

sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha. iii. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah, serta (4) ekspor neto (yaitu ekspor dikurang impor) dalam jangka waktu setahun. 2. Metode Tidak Langsung / Alokasi Menghitung nilai tambah suatu kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling mendukung satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan mutu atau kualitas data daerah. Dilihat dari penjelasan diatas PDRB dari suatu daerah/wilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk sekitar yang bersangkutan. Walaupun demikian, PDRB merupakan data yang paling representatif dalam menunjukkan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya. F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan sektor pertanian diantaranya adalah penelitian Sukanto (2010), Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Pendekatan Analisis Input-Output). Penelitian ini menggunakan data sekunder. Metode yang digunakan adalah dokumentasi atau metode studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Dampak keterkaitan ke belakang dan depan. Angka keterkaitan ke belakang 7

(Backward Linkages) baik langsung, total maupun tidak langsung dari sektor pertanian menunjukkan bahwa subsektor bahan makanan lainnya memiliki angka keterkaitan yang tinggi dibanding sektor-sektor lain yaitu masing-masing sebesar 1,46018, 52,76845, 51,30827, sedangkan angka keterkaitan ke depan (Forward Linkages) baik langsung, total maupun tidak langsung menunjukkan bahwa subsektor tebu memiliki angka yang paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 38,06591, 82,77757, 44,71166. 2) Dampak multiplier pendapatan. Angka output multiplier terbesar adalah sektor bahan makanan lainnya sebesar 52,76845, sementara nilai pengganda pendapatan dari seluruh sektor perekonomian terbesar adalah sektor bahan makanan lainnya sebesar 28,3598. 3) Dampak peningkatan input primer pada anggaran subsidi pupuk sebesar 14,1 miliar akan meningkatkan output perekonomian sebesar 2.912 miliar rupiah. Penelitian selanjutnya oleh Naufal (2010), dengan judul Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah dan dalam Pertumbuhan Ekonomi di Pemerintah Aceh. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode Indeks Williamson untuk menghitung ketimpangan di Pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup besar dalam perekonomian daerah Pemerintah Aceh yaitu menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun terhadap PDRB. Sumbangan terbesar dari sektor ini terjadi pada tahun 2001 sebesar 23,53 persen, sumbangan terkecil terjadi pada tahun 2003 yaitu 18,73 persen. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian rata-rata hanya sebesar 1,52 persen per tahun, akan tetapi mampu menyerap tenaga kerja 56,31 persen pada tahun 2006 dan 49,62 persen pada tahun 2007. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa telah tejadi trend ketimpangan pendapatan daerah di Pemerintah Aceh yang semakin menurun selama periode analisis 2000-2007. Ketimpangan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 0,42 sedangkan ketimpangan terrendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,20. Wibowo (2009), meneliti tentang Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur (Analisis Input- Output). Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa Tabel Input-Output 8

Provinsi Jawa Timur tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan nilai keterkaitan ke depan terbesar ada pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sedangkan nilai keterkaitan ke depan sektor pertanian berada diurutan ketujuh dari sembilan sektor. Nilai keterkaitan ke belakang terbesar ada pada sektor listrik, gas, dan air minum, sedangkan nilai keterkaitan ke belakang sektor pertanian berada diurutan terakhir. Penelitian selanjutnya oleh Setyowati (2012), dengan judul Analisis Peran Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten Sukoharjo dimana sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan lokal dan surplus produksinya dapat di ekspor keluar wilayah Sukoharjo. Jumlah dan laju serapan tenaga kerja sektor pertanian di Sukoharjo cenderung berfluktuasi antara tahun 2005-2009. Angka pengganda sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo cenderung menurun yang mengindikasikan peran sektor pertanian dalam perluasan kesempatan kerja baik dibidang pertanian maupun dibidang/sektor lain semakin menurun. Upaya sinergis antara pemerintah daerah, rumah tangga petani dan pihak swasta diperlukan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian sebagai upaya mempertahankan sektor pertanian sebagai sektor basis di Kabupaten Sukoharjo. Masyithoh (2004), meneliti tentang Sumbangan Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda. Jenis data yang digunakan data sekunder. Metode yang digunakan analisa data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh Kota Samarinda, sesungguhnya peranan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi masih bisa ditingkatkan lagi. Hanya saja harus diakui bahwa peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Struktur Ekonomi Kota Samarinda tidak akan meningkat dengan pesat seperti sektor lainnya. Penyebab utamanya, semakin berkembang suatu kota/daerah/negara maka peranan sektor pertanian akan semakin kecil. Selain itu kecilnya peranan sektor pertanian juga terkait dengan visi Pemerintah Kota Samarinda yang ingin menjadikan Samarinda 9

sebagai Kota Jasa, Industri, Perdagangan, dan Pemukiman yang berwawasan lingkungan bukan kota yang berbasiskan pertanian. G. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat disusun suatu kerangka pikir dalam penelitian ini seperti disajikan dalam Gambar 1 dibawah ini. Ekonomi Wilayah Perekonomian Bone Bolango Sektor Ekonomi Lain Sektor Pertanian Kehutanan Tanaman Perkebunan Peternakan Perikanan Pangan Ekonomi Rumah Tangga Petani Gambar 1. Kerangka Pikir Teoritis Penelitian Kontribusi Sektor Pertanian pada Perekonomian Kabupaten Bone Bolango Aspek ekonomi adalah salah satu aspek terpenting dalam menetukan indikator pembangunan wilayah. Ekonomi wilayah berperan penting untuk mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien baik dalam perspektif jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, perekonomian di Kabupaten Bone Bolango akan mengalami Pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan 10

ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perekonomian Kabupaten Bone Bolango akan dilihat dari sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya, dimana keduanya memiliki keterkaitan. Sektor pertanian terdiri dari lima subsektor yaitu : 1. Subsektor kehutanan, 2. subsektor tanaman pangan, 3. Subsektor perkebunan, 4. Subsektor peternakan dan 5. Subsektor perikanan. Sedangkan sektor ekonomi lainnya salah satunya adalah sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone Bolango yang cukup tinggi dialami oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 8,80 persen sedangkan pertumbuhan terendah dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,72 persen (BPS Bone Bolango : 19). Dari penjelasan tersebut dapat diduga bahwa sektor pertanian akan cenderung menurun dari tahun ke tahun, hal ini dapat mempengaruhi ekonomi rumah tangga petani. H. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, dan manfaat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan hipotesis bahwa kontribusi sektor pertanian pada ekonomi daerah Kabupaten Bone Bolango akan cenderung menurun dari tahun ke tahun. 11