BAB I PENDAHULUAN. Sejak pasca Perang Dunia II fenomena ekonomi politik nasional ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. Penelitian serupa mengenai hubungan antara penyesuaian lintas budaya, keinginan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MSDM INTERNASIONAL. Makalah Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 12 Manajemen Sumber Daya Manusia Kelas A

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pemikiran linier, yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRACT. xvi. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5. 1 KESIMPULAN Faktor-faktor pendukung adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

Berbagai macam bentuk penetrasi pasar luar negeri: Ekspor Lisensi Waralaba Perusahaan multinasional Perusahaan global BAB 12.

DAFTAR PUSTAKA. Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

MSDM INTERNASIONAL. Dosen : Drs. Heru Susilo, M.A. Detha Alfrian Fajri, S.AB., M.M. Disusun oleh : Abiyasa

MANAJEMEN LINTAS BUDAYA EMPLOYEE AND EXPATRIATE ASSIGNMENT

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Bisnis Internasional. Pengaturan SDM pada Perusahaan Multinasional (MNC) Andi Youna Bachtiar, M.Ikom. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PEDAHULUAN. adalah perkembangan politik. Sebagai contoh, dengan terpilihnya Donald

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan ketenagakerjaan disadari bersifat kompleks karena

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

BAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyerap tenaga kerja, menciptakan produk atau jasa baru, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi konvensional seperti dulu. Marketing tidak lagi terpaku pada media

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai individu niscaya hidup dalam suatu masyarakat. Hal ini. merupakan kodrat selama manusia hidup di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ( BURSA EFEK INDONESIA )

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari

Reaksi pasar terhadap pengumuman stock split dengan memperhatikan faktor kelompok industri dan ukuran perusahaan (firm size) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

BAB I PENDAHULUAN. zaman saat ini yang dipengaruhi oleh globalisasi telah. membuat interaksi antar negara semakin meningkat dalam perdagangan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini memberi dampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 68 juta US$. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peluang untuk berkomunikasi dengan pelanggannya. pemasaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam memfasilitasi proses

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

PERATURAN FORMAL DAN INFOMRAL DALAM POLUSI INDUSTRI : PERBANDINGAN FAKTA DARI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan ini untuk mengembangkan usahanya, termasuk negara Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata

BABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak pasca Perang Dunia II fenomena ekonomi politik nasional ditandai dengan munculnya aktor-aktor non-negara yang ikut memainkan peran penting dalam hubungan ekonomi lintas negara. Sejak itu ekonomi lintas negara semakin berkembang pesat mengikuti globalisasi. Salah satu aktor yang menonjol yang menunjukan perkembangan hubungan ekonomi lintas negara adalah perusahaan multinasional (Sumadinata & Mahyudin, 2009). Perusahaan multinasional adalah sebuah perusahaan yang berbasis di satu negara (disebut negara induk) dan memiliki kegiatan produksi dan pemasaran di satu atau lebih negara asing (negara tuan rumah) (W.F. Schoell et al., 1993; dalam Sumadinata & Mahyudin, 2009). Sebagai hasil dari peningkatan jumlah dan pengaruh perusahaan multinasional yang berkembang sejak awal 1990, maka sejak saat itu banyak peminat yang bermunculan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional, yang mencerminkan peningkatan pengakuan bahwa efektivitas Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dalam bisnis internasional (Dowling et al., 1994; Scullion, 1994; Edwards et al., 1996; Scullion & Starkey, 2000; dalam Shien, 2005). Dengan kekuatan modal, teknologi dan sistem manajemen yang baik, perusahaan multinasional mengontrol aliran modal, teknologi dan bahkan distribusi barang melintasi batas-batas negara (Sumadinata & Mahyudin, 2009). 1

BAB I Pendahuluan 2 Berbeda dengan perusahaan domestik, perusahaan multinasional harus memikirkan karyawan yang tepat untuk bekerja sebagai ekspatriat. Ekspatriat didefinisikan sebagai orang yang tinggal dan bekerja jauh dari negara induk mereka, dan merupakan warga negara di mana markas perusahaan multinasional berada (Hodgett & Luthans, 2003; dalam Andersson, Johansson & Petterson, 2004). Pentingnya para ekspatriat dalam bisnis internasional dapat dilihat dari peran mereka sebagai pengontrol, koordinator, pentransfer pengetahuan, dan agen sosialisasi di antara perusahaan multinasional. Penempatan ekspatriat yang tepat di luar negeri merupakan salah satu strategi global perusahaan multinasional. Keberhasilan implementasi strategi tersebut tergantung pada orang yang tepat dengan keterampilan yang tepat, di lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Para ekspatriat yang bekerja di luar negeri tentunya harus dapat menyesuaikan diri dengan budaya baru yang mungkin tidak dikenal dan tidak dapat diprediksi di hampir semua cara yang dapat dipikirkan. Penyesuaian secara umum didefinisikan sebagai tingkat kenyamanan atau tidak mengalami stres ketika menjadi seorang ekspatriat (Bhaskar-Shrinivas, Harrison & Luk, 2005; dalam Manson, 2007). Kesulitan yang terjadi dalam proses penyesuaian lintas budaya dapat disorot melewati konsep culture shock. Culture shock didefinisikan sebagai reaksi stres karena ketidakpastian, kehilangan perasaan familiar, kebingungan, kekagetan dan ketidakmampuan yang dirasakan ketika seseorang menghadapi budaya asing (Furham, 1990; dalam Manson, 2007). Culture shock, stres, dan pengalaman diasingkan ketika menghadapi lingkungan sekitar yang tidak dikenal (Oberg, 1960; dalam Caligiuri, 1997),

BAB I Pendahuluan 3 merupakan penyebab utama ketidakefektifan atau ketidakberhasilan penugasan ekspatriat. Oleh karena itu, literatur pengelolaan ekspatriat memberikan perhatian yang besar pada pengelolaan penyesuaian lintas budaya (Berry, Kim & Boski, 1988; Black & Gregersen, 1991; Harris & Moran, 1989; dalam _, 2004). Keberhasilan penyesuaian ekspatriat dengan lingkungan budaya lokal merupakan faktor yang menentukan kinerja ekspatriat. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat memahami faktor-faktor berpengaruh yang membantu ekspatriat untuk menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Ketika ekspatriat merasa mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan budaya lokal, maka ada kemungkinan muncul suatu keinginan untuk meninggalkan penugasan internasional sebelum waktunya. Hal ini merupakan salah satu penyebab kegagalan ekspatriat. Istilah kegagalan ekspatriat didefinisikan sebagai kembalinya seorang ekspatriat ke negara asalnya sebelum menyelesaikan masalah penugasan (Sirait, 2007). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ekspariat adalah: kesulitan menyesuaikan dengan budaya baru, masalah yang berhubungan dengan keluarga, kemampuan teknis, dan kurangnya motivasi bekerja di luar negeri. Untuk para ekspatriat dan keluarga mereka, menyesuaikan hidup di luar negeri dapat dipandang sebagai rintangan utama (Black & Gregersen, 1991; Tung, 1988; dalam Kim, 2003). Literatur penyesuaian (Black, 1988; Nicholson & Imaizumi, 1993; Shaffer & Harrison, 1998; dalam Olsen & Martins, 2009) mengatakan bahwa ekspatriat yang tidak menyesuaikan diri, akan mengakibatkan penugasan internasional mereka tidak berfungsi dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kegagalan ekspatriat. Meskipun early return rates (tingkat kembali lebih awal) berbeda-beda dalam setiap

BAB I Pendahuluan 4 perusahaan, jenis industri, penelitian, dan negara (Briscoe & Schuler, 2004; dalam Hellqvist, 2007), kebanyakan literatur manajemen ekspatriat menemukan tingkat kegagalan ekspatriat yang tidak dapat diterima. Literatur menemukan antara 16 sampai 40 persen pekerja Amerika yang dikirim ke negara yang telah berkembang kembali dari penugasan internasional mereka lebih awal dan hampir 70 persen pekerja Amerika yang dikirim ke negara yang sedang berkembang kembali dari penugasan internasional mereka lebih awal (Black, 1999; Hill, 2003; dalam Chew & Zhu, 2002). Naumann, Widmier & Jackson (2000; dalam Liu, Norcio & Tu, 2009) menambahkan dimensi lain pada tingkat kegagalan ekspatriat yang tinggi, dengan mengindikasikan bahwa dari 25 persen para ekspatriat yang telah kembali ke perusahaan induk, meninggalkan perusahaan induk hanya dalam jangka waktu 1 tahun dari masa repatriasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan multinasional untuk dapat mencari cara untuk mengurangi tingkat kembali lebih awal para ekspatriat. Perusahaan multinasional menginginkan pekerja ekspatriat melakukan penugasan mereka di luar negeri berhasil dengan baik. Sayangnya, sedikit sekali studi empiris tentang penilaian kinerja ekspatriat yang digunakan sebagai standar keberhasilan suatu penugasan internasional. Hal ini membuktikan kurangnya penelitian dalam bidang pengelolaan ekspatriat, khususnya penelitian sebelumnya memperkirakan kira-kira setengah dari ekspatriat yang tidak dapat menyesuaikan diri akan berkinerja buruk dalam penugasan internasional mereka (Black & Gregersen, 1991; Copeland & Griggs, 1995; dalam Caligiuri, 1997). Sejak tidak semua ekspatriat yang tidak dapat menyesuaikan diri meninggalkan penugasan mereka, kira-kira dari

BAB I Pendahuluan 5 setengah ekspatriat yang tetap tinggal tidak efektif dalam pekerjaan mereka, dan kurangnya penelitian dalam bidang ini, menjadikan penelitian standar kinerja ekspatriat menjadi beharga. Hubungan antara penyesuaian lintas budaya, keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional, dan kinerja ekspatriat, diperkuat oleh beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan di luar Indonesia, seperti yang ditunjukan dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

BAB I Pendahuluan 6 Tabel 1.1 Hasil Penelitian Hubungan antara Penyesuaian Lintas Budaya, Keinginan Ekspatriat untuk Meninggalkan Penugasan Internasional, dan Kinerja Ekspatriat No Peneliti Hubungan Antar Variabel Sampel Penelitian Hasil Penelitian 1 Caligiuri (1997) PLB-KMPI KE-KMPI KE-PLB (+) ekspatriat yang bekerja pada perusahaan multinasional yang berbasis di Amerika (+) 2 Pricewaterhouse (1998; dalam Glanz et al., 2001) KE-PLB (+) perusahaanperusahaan multinasional Eropa (meliputi cabang-cabang Amerika Serikat) (+) 3 Tung (1981; dalam Caligiuri, 1997) PLB-KMPI perusahaanperusahaan multinasional di Amerika 4 Andreason (2003; dalam McGinley, 2008) PLB-KMPI KE-PLB (+) perusahaanperusahaan multinasional di Amerika (+) Sumber: Berbagai jurnal, artikel, dan tesis (hasil penulisan ilmiah) Keterangan: PLB = Penyesuaian Lintas Budaya KMPI = Keinginan Ekspatriat untuk Meninggalkan Penugasan Internasional KE = Kinerja Ekspatriat

BAB I Pendahuluan 7 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan antara penyesuaian lintas budaya, keinginan ekspatriat meninggalkan penugasan internasional, dan kinerja ekspatriat, mengindikasikan bahwa: 1. Terdapat hubungan negatif antara penyesuaian lintas budaya dengan keinginan ekspatriat meninggalkan penugasan internasional. Apabila penyesuaian lintas budaya meningkat, maka keinginan ekspatriat meninggalkan penugasan internasional justru akan menurun; hal ini berlaku untuk kebalikannya. 2. Terdapat hubungan negatif antara kinerja ekspatriat dengan keinginan ekspatriat meninggalkan penugasan internasional. Apabila kinerja ekspatriat meningkat, maka keinginan ekspatriat meninggalkan penugasan internasional justru akan menurun; hal ini berlaku untuk kebalikannya. 3. Terdapat hubungan positif (+) antara penyesuaian lintas budaya dengan kinerja ekspatriat. Apabila penyesuaian lintas budaya meningkat, maka kinerja para ekspatriat meningkat pula; hal ini berlaku untuk kebalikannya. Peningkatan dalam jumlah perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia selama dua dekade terakhir membawa dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan multinasional di Indonesia, maka jumlah ekspatriat yang bekerja di Indonesia pun makin bertambah. Dari informasi yang

BAB I Pendahuluan 8 telah diperoleh dari penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa tingkat kembali lebih awal dari para ekspatriat yang bekerja di Indonesia sangat tinggi, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri secara lintas budaya, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja ekspatriat dan kinerja perusahaan multinasional. Selain itu, penelitian tentang ekspatriat yang bekerja di Indonesia pun masih sangat terbatas apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan pada ekspatriat di negara lainnya. Perusahaan multinasional di Indonesia bergerak di berbagai sektor ekonomi. Sektor manufaktur dan sektor perdagangan merupakan sebagian sektor yang digeluti oleh perusahaan multinasional. Kadin (2010) berpendapat bahwa sektor industri manufaktur dapat menjadi pendongkrak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2010. Perkembangan pesat dalam ilmu biomedis pun telah mendorong industri manufaktur, dan industri ini bersiap menikmati pertumbuhan yang mantap sejalan dengan langkah perusahaan farmasi, bioteknologi, dan piranti medis untuk terus memantapkan operasi dan mengembangkan jangkauan aktivitasnya di Indonesia. Munjin (2010) menyatakan peranan sektor perdagangan terhadap PBB mencapai 13,4 % dan neraca perdagangan Januari sampai November 2009 mengalami surplus US$ 16,6 miliar atau 57,2% lebih tinggi dari surplus yang sama periode 2008. Selain itu, industri manufaktur merupakan penyumbang terbesar dalam produk domestik bruto Indonesia, yaitu 27,9 % pada tahun 2008, dan industri perdagangan menyumbang sebesar 14 %. Berdasarkan Sensus Ekonomi 2006, industri manufaktur merupakan penyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah sektor perdagangan, masing-masing sebesar 24 dan 34 % dari keseluruhan

BAB I Pendahuluan 9 penyerapan tenaga kerja. Namun, hampir bisa dipastikan, industri manufaktur menjadi tumpuan utama dalam hal penyerapan tenaga kerja formal, mengingat aktivitas perdagangan lebih didominasi oleh sektor informal (Basri, 2009). Hal ini menjelaskan adanya peningkatan dalam sektor manufaktur dan perdagangan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dan peran kedua sektor tersebut pada perekonomian Indonesia. Beberapa keterangan tersebut, dijadikan alasan oleh penulis untuk melakukan penelitian tentang ekspatriat di Indonesia, khususnya di Jakarta, karena Jakarta merupakan kota yang memiliki paling banyak cabang perusahaan multinasional dibandingkan dengan kota lainnya yang berada di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan penyesuaian lintas budaya, keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional, dan kinerja ekspatriat; namun dengan sampel yang berbeda, yaitu ekspatriat yang bekerja pada perusahaan multinasional di Jakarta. Adapun judul penelitian yang penulis lakukan adalah: Hubungan Antara Penyesuaian Lintas Budaya, Keinginan Ekspatriat untuk Meninggalkan Penugasan Internasional, dan Kinerja Ekspatriat: Studi Empiris pada Ekspatriat di Dua Perusahaan Multinasional di Jakarta 1.2 Identifikasi Masalah Atas dasar uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan 10 1. Bagaimana hubungan antara penyesuaian lintas budaya dengan keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta? 2. Bagaimana hubungan antara kinerja ekspatriat dengan keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta? 3. Bagaimana hubungan antara kinerja ekspatriat dengan penyesuaian lintas budaya pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan mengolahnya menjadi informasi yang bermanfaat, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh badan-badan usaha yang mempekerjakan ekspatriat. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penyesuaian lintas budaya dengan keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional dengan kinerja ekspatriat pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta.

BAB I Pendahuluan 11 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kinerja ekspatriat dengan penyesuaian lintas budaya pada ekspatriat di dua perusahaan multinasional di Jakarta. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari pelaksanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai penyesuaian lintas budaya, keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional, dan kinerja para ekspatriat; sehingga dapat dibandingkan dengan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan realitas yang terjadi pada perusahaan. 2. Bagi Perusahaan Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi masukan yang membangun dan sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan program-program untuk meningkatkan penyesuaian lintas budaya yang dapat mempengaruhi keinginan ekspatriat untuk meninggalkan penugasan internasional dan meningkatkan kinerja para ekspatriat di tempat kerja mereka. 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat tentang Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

BAB I Pendahuluan 12 1.5 Sistematika dalam penulisan ini terdiri dari lima bab. Secara terperinci, sistematika isi setiap bab adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan yang terdiri atas; latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka yang terdiri atas; konstruk-konstruk penelitian dan sifat hubungan antar konstruk, bagan kerangka pemikiran, serta hipotesis yang diajukan berdasarkan literatur sebelumnya. Bab 3 Metode Penelitian yang terdiri atas; desain riset, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, metode analisis, serta lokasi dan penelitian. Bab 4 Analisis Data yang terdiri atas; hasil pengumpulan data, hasil uji validitas dan reliabilitas, hasil uji outliers, hasil pengujian hipotesis, serta berbagai pembahasan hasil-hasil tersebut. Bab 5 Penutup yang terdiri atas; simpulan, implikasi dan saran bagi perusahaan, serta keterbatasan dan saran bagi penelitian mendatang.