TOLERANSI LINIER Basori

dokumen-dokumen yang mirip
Toleransi& Implementasinya

PERTEMUAN 12 TOLERANSI LINIER DAN TOLERANSI SUDUT

TOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini.

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

SUAIAN Basori. Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi (daerah toleransinya), seperti tampak gambar berikut.

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja

dengan toleransi batas suaian* toleransi c. Ukuran d. Ukuran Suaian Suaian Suaian halus sedang Sampai dengann 3 6 kasar ±

INSTRUMEN TES PADA RANAH KOGNITIF PENELITIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DASAR

Gambar Teknik Mesin i

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Menentukan Persyaratan Kerja

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILABUS. Pengalaman Belajar. Materi Pokok

PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

Teknik Gambar Manufaktur 3

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

Program Studi Teknik Mesin S1

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

Gambar 1.1 Tahap-tahap menentukan identitas suaian

Gambar Teknik Mesin i

KELAS XI SEMESTER 3 i

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

BAB VI POROS DAN PASAK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGGAMBAR BAGIAN MESIN SECARA TERPERINCI

METODE PENDEKATAN EVALUASI PRODUK PRATIKAN MENGOPERASIKAN MESIN GERINDA DAN MESIN BUBUT UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan)

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

ATURAN DASAR MEMBERI UKURAN

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

MODUL 2 APROKSIMASI. Disusun oleh: Ani Ismayani S.Pd

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

Pemeriksaan Kesesuaian Antara Komponen Dan Spesifikasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Batang uji tarik untuk bahan logam

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III Mesin Milling I

PERTEMUAN 4 ATURAN PENYAJIAN GAMBAR

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV GAMBAR TEKNIK

FORMULASI EVALUASI PRODUK PRATIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK TEKNOLOGI MEKANIK

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

4. Mahasiswa berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan kemajuan peradaban; (S6, S10);.

EVALUASI PRODUK PRAKTIKAN PADA PENGOPERASIAN MESIN PRODUKSI UNTUK MATA KULIAH PRAKTEK MESIN PERKAKAS POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7)

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Metode Pemeriksaan Mampu Ukur Suatu Rancangan Ditinjau dari Spesifikasi Produk Dengan Bantuan Checklist

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

commit to user BAB II DASAR TEORI

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

PENGUKURAN GEOMETRI TEKNIK PENGUKURAN Y A Y A T

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan kerja

Proses Manufaktur Komponen Dinamis Pada Mesin Pengiris multi hortikultura. Oleh : BENY SANTOSO

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

TRANSMISI RANTAI ROL

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

PERTEMUAN 1 FUNGSI DAN SIFAT GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

Gambar 3D dan 2D Mesin Penyuir Daging

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

STUDI KEMAMPUAN DAN KEANDALAN MESIN FREIS C2TY MELALUI PENGUJIAN KARAKTERISTIK STATIK MENURUT STANDAR ISO Julian Alfijar 1 ), Purnomo 2 )

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Transkripsi:

TOLERANSI LINIER Basori Toleransi adalah suatu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diijinkan. Karena penyimpangan ini, benda yang dibuat dengan memakai toleransi masih dapat dipasang atau diasembling. Bagian-bagian atau peralatan dari suatu mesin dibuat oleh operator atau pekerja dalam suatu perusahaan sudah barang tentu dikerjakan dengan ukuran-ukuran yang bertoleransi. Kadang-kadang seorang pekerja hanya mengerjakan bagian mesin yang tertentu saja. Sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian yang lainnya. Jika kita akan membuat produk/benda kerja, baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit, terlebih dahulu kita harus menggambarkannya dalam bentuk gambar kerja. Untuk mencapai ukuran yang tepat, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, tidaklah mudah karena banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya : faktor alat ( alat potong ) faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan) faktor alat ukur faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran dari benda kerja tersebut. selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. sebaliknya jika penyimpangan ukuran di luar kategori memenuhi syarat, maka produk tersebut tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran yang diminta. Sebagaimana batasan kategori memenuhi syarat kita harus memberikan dua batasan ukuran yang diperbolehkan yaitu : 1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan. 2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan/diizinkan. Job atau gambar kerja yang dibuat harus dicantumkan toleransinya. hal ini untuk memudahkan operator dalam menentukan batasan ukuran minimum dan ukuran maksimum yang diijinkan. poros yang dipasang pada bantalannya (dalam keadaan fungsi longgar), dan blok silinder yang dipasang pada blok mesin dengan jalan dipress (kaku), maka toleransinya berbeda.

Pada umumnya toleransi yang harus diberikan/dicantumkan pada gambar kerja ada dua macam : Toleransi untuk poros, yang meliputi benda-benda padat bulat, segiempat, dan bentuk-bentuk prisma lainnya. Toleransi untuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada bantalan, alat pasak, rongga-rongga pada blok mesin, celah antara dua bidang (alur pasak), dan semacamnya. A. Istilah-istilah pada Toleransi Sebagaimana tadi dijelaskan bahwa toleransi merupakan perbedaan dua ukuran yang diperbolehkan, yaitu perbedaan antara ukuran maksimum dan ukuran minimum yang diperbolehkan. Toleransi meliputi toleransi poros dan toleransi lubang. Keterangan gambar : 1. Ukuran Nominal (uk.nom) Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas-batas ukuran yang diizinkan. ukuran nominal adalah ukuran yang tertulis pada gambar kerja.

2. Ukuran Minimum (terkecil) (uk.min.) Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 3. Ukuran maksimum (uk.maks.) Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 4. Penyimpangan Membesar Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran maksimumnya yang diizinkannya (baik untuk poros maupun untuk lubang) 5. Penyimpangan Mengecil Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran minimum yang diizinkannya (baik untuk poros maupun untuk lubang) 6. Toleransi Umum Untuk gambar-gambar dengan ukuran tanpa persyaratan ketelitian khusus, atau ukuran tanpa keterangan dan kita dapat memberikan catatan secara umum, nilai-nilai penyimpangan yang diizinkannya disebut toleransi umum. Sesuai dengan ISO 2768, ukuran-ukuran tanpa keterangan terikat oleh toleransi umum. A. Toleransi Khusus dan Toleransi Umum 1. Toleransi Khusus Untuk gambar-gambar yang memerlukan ketelitian khusus, dalam pencantuman ukurannya harus diberi toleransi khusus sesuai dengan standar ISO/R286 (ISO System of Limits and Fits-Sitem ISO untuk Limits dan Suaian). Toleransi ini disebut juga toleransi Standar Internasional (IT). a. Simbol Kualitas Toleransi Standar Dalam sistem Toleransi Standar Internasional (IT), kualitas toleransi dibagi menjadi 18 macam kualitas, yaitu: IT 1;IT ;IT 1;IT 2;IT 3;.;.;IT 16. Kualitas toleransi tersebut meliputi toleransi untuk pekerjaan yang sangat teliti, misalnya pekerjaanpekerjaan pada instrumen, alat ukur, optik, dan semacamnya, pada pekerjaan seperti ini dipakai kualitas IT 1, sampai dengan IT 4. untuk IT 5 sampai dengan IT 11 adalah kualitas toleransi untuk pekerjaan-pekerjaan pemesinan yang sangat teliti, teliti, dan biasa

serta untuk pekerjaan-pekerjaan mampu tukar, dipasang satu sama lain (dirakit). Sedangkan IT 12 sampai dengan IT 16 diperuntukkan bagi pekerjaan-pekerjaan yang kasar seperti pekerjaan pengecoran, pemotongan dengan gas, dan pekerjaan kasar sejenisnya. b. Simbol Toleransi Lubang dan Poros Sebagaimana telah dijelaskan pada pasal yang terdahulu bahwa toleransi ada dua macam, yaitu toleransi untuk lubang dan toleransi untuk poros. untuk membedakan, kedua macam toleransi tersebut diberi simbol masing-masing dengan huruf besar untuk lubang dan huruf kecil untuk poros. Angka nominal diikuti huruf besar beserta angka kualitasnya ini menunjukkan besarnya lubang dengan toleransinya, sedangkan angka nominal yang diikuti huruf kecil beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan toleransinya. Contoh : ф 4 H7, artinya suatu lubang (H-nya huruf besar) dengan daerah toleransi H dan kualitasnya 7 ф 4 h7, artinya suatu poros (h-nya huruf kecil) dengan daerah toleransi h dan kualitasnya 7 c. Nilai Toleransi Khusus Untuk nilai ini dibuat suatu standar secara internasional (IT). besarnya nilai IT tersebut ditetapkan dengan ISO 286. besarnya nilai toleransi disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran, baik lubang maupun poros seperi terlihat pada tabel berikut. Sifat/penggunaan toleransi Untuk alat ukur Optik TABEL 2.6 Nilai Toleransi KW. Besarnya toleransi (micron) IT IT 1,3 +,8. D IT,5 +,12. D IT 1,8 +,2. D

Instrumen IT 2 Antara IT 1 sampai dengan IT 5 (Untuk pekerjaan-pekerjaan IT 3 (lihat Tabel 2.7!) sangat teliti) IT 4 Untuk pekerjaan pemesinan IT 5 Pekerjaan sangat teliti, teliti, dan biasa Untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya pemotongan, pengecoran, dan semacamnya. IT 5 7.i Harga I dapat di hitung IT 6 1.i dengan rumus: IT 7 16.i IT 8 25.i i = IT 9 4.i IT 1 64.i i dalam mikron IT 11 1.i D dalam mm IT 12 16.i IT 13 25.i IT 14 4.i IT 15 64.i IT 16 1.i Contoh : Suatu pekerjaan instrumen dikerjakan dengan kualitas IT 1. berapakah toleransinya jika D = 1 mm? Jawab: Untuk IT =,8 +,2. D (lihat tabel ) =,8 +,2. 1 = 1 micron jadi, toleransinya = 1 micron =,1 mm. TABEL 2.7 Nilai toleransi IT 2, IT 3 dan IT 4 Kualitas Toleransi IT 2 IT 3 IT 4 3 s/d 6 1,2 2 3 3 1,5 2,5 4

6 1 1,5 2,5 4 1 18 2 3 5 18 3 2,5 4 6 3 5 2,5 4 7 5 8 3 5 8 8 12 4 6 1 12-18 5 8 12 18 25 7 1 14 25 315 8 12 16 315 4 9 13 18 4 5 1 15 2 2. Toleransi Umum Jika ukuran tanpa keterangan maka ukuran tersebut terikat oleh toleransi umum. besarnya toleransi umum ini merupakan tanggung jawab perencanaan dan dapat kita pilih salah satu macam variasi dari tabel dibawah ini. Toleransi khususnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini. TABEL 2.8 Variasi Penyimpangan Umum (dalam mm) Ukuran nominal dalam satuan Jenis pekerjaan mm Teliti Sedang Kasar 5 sampai dengan 3 ±,5 ±,1-3 sampai dengan 6 ±,5 ±,1 ±,2 6 sampai dengan 3 ±,1 ±,2 ±,5 3 sampai dengan 12 ±,15 ±,3 ±,8 12 sampai dengan 315 ±,2 ±,5 ± 1,2 315 sampai dengan 1 ±,3 ±,8 ± 2 1 sampai dengan 2 ±,5 ± 1,2 ± 3 TABEL 2.9

Penyimpangan Lubang (dalam mm) Ukuran Diameter dalam mm 6 1 1 18 +22 +15 B C D E F G H B1 C9 C1 D8 D9 D1 E7 E8 E9 F6 F7 F8 G6 G7 H6 H7 H8 H9 H1 +23 +116 +138 +15 + 8 + 8 +138 +165 +95 +95 18 3 +244 +162 +194 +16 +11 +11 +62 +4 +77 +5 +98 +65 +76 +4 +5 +98 +4 +5 +4 +25 +93 +12 +5 +65 +65 +32 +117 +149 +61 +4 +47 +25 +59 +32 +73 +4 +61 +25 +75 +32 +92 +4 +22 +13 +27 +16 +33 +2 +28 +35 +14 +2 +9 +15 +22 +36 +13 +13 +34 +16 +41 +2 +16 +5 +16 +5 +6 +43 +17 +24 +11 +18 +27 +43 +2 +7 +7 +53 +2 +28 +13 +21 +33 +52 3 4 +27 +182 +22 +119 +142 +18 +75 +89 +112 +41 +5 +64 +25 +34 +16 +25 +39 +62 +1 +17 +12 +12 +8 +6 +8 +5 +5 +5 +25 +25 +25 +9 +9 4 5 +28 +192 +23 +18 +13 +13 5 65 +31 +214 +26 +146 +174 +22 +9 +16 +134 +49 +6 +76 +29 +4 +19 +3 +46 +74 +12 +19 +14 +14 +1 +1 +1 +6 +6 +6 +3 +3 +3 +1 +1 65 8 +32 +224 +27 +2 +15 +15 8 1 +36 +257 +31 +174 +27 +26 +17 +126 +159 +58 +71 +9 +34 +47 +22 +35 +54 +87 +14 +22 +17 +17 +12 +12 +12 +72 +72 +72 +36 +36 +36 +12 +12 1 12 +38 +267 +32 +2 +18 +18 12 14 +42 +3 +36 +28 +245 +35 +125 +146 +185 +68 +83 +16 +39 +54 +25 +4 +63 +1 +16 +26 +2 +2 +145 +145 +145 +85 +85 +85 +43 +43 +43 +14 +14 14 16 +44 +31 +37 +28 +21 +21 16 18 +47 +33 +39 +31 +23 +23 18 2 +525 +355 +425 +242 +285 +355 +146 +172 +215 +79 +96 +122 +44 +61 +29 +46 +72 +15 +185 +34 +24 +24 +17 +17 +17 +1 +1 +1 +5 +5 +5 +15 +15 2 225 +565 +375 +445 +38 +26 +26 225-25 +65 +395 +465 +42 +28 +28 +58 +7 +84

TABEL 2.1 Penyimpangan Lubang (dalam mm) Ukuran JS K M N P R S T U X Diameter dalam JS5 JS6 JS7 K5 K6 K7 M5 M6 M7 N6 N7 P6 P7 R7 S7 T7 U7 X7 mm +1 +2 +5-4 - 3-7 - 4-12 - 9-13 - 17 - - 32-28 6 1 ±3 ±4,5 ±7,5-5 - 7-1 - 1-12 - 15-16 -19-21 - 24-28 - 32-37 - 43 +2 +2 +6-4 -4-9 -5-15 -11-16 -21-26 -33 1 18 ±4 ±5,5 ±9 - - 6-9 -12-12 -15-18 -2-23 -26-29 -34-39 -44-51 +1 +2 +6-5 -4-11 -7-18 -14-2 -27-33 -46 18 3 ±4,5 ±6,5 ±1,5 - - 8-11 -15-14 -17-21 -24-28 -31-35 -41-48 -54-67 +2 +3 +7-5 -4 +12-8 -21-17 -25-34 -39-51 3 4 ±5,5 ±8 ±12,5 - -9-13 -18-16 -2-25 -28-33 -37-42 -5-59 -64-76 -45-61 4 5 - -7-68 +3 +4 +9-6 -5 +14-9 -26-21 -3-42 -55-76 5 65 ±6,5 ±9,5 ±15 - -1-15 -21-19 -24-3 -33-39 -45-51 -6-72 -85-16 -32-48 -64-91 65 8 - -62-78 -94-121 +2 +4 +1-8 -6 +16-1 -3-24 -38-58 -78-111 8 1 ±7,5 ±11 ±17,5 - -13-18 -25-23 -28-35 -38-45 -52-59 -73-93 -113-146 -41-66 -91-131 1 12 - -76-11 -126-166 12 14 ±9 ±12,5 ±2 +3 +4 +12-9 -8-2 -12-36 -28-48 -15-21 -28-27 -33-4 -45-52 -61-67 -88 14 16-5 -9 16 18-53 -93-77 -17 - -117-147 -85-119 - -125-159 -93-131 - -133-173 +2 +5 +13-11 -8 +22-14 -41-33 -6-15 18 2 ±1 ±14,5 ±23 - -18-24 -33-31 -37-46 -51-6 -72-79 -16-151 -63-113 2 225 - -19-159

225 25-67 -123-113 -169 - TABEL 2.11 Penyimpangan Poros (dalam mm) Ukuran Diameter dalam mm 6 1 1 18 18 3 3 4 4 5 5 65 65 8 b c d e f g h b9 c9 d8 d9 e7 e8 e9 f6 f7 f8 g4 g5 g6 h4 h5 h6 h7 h8 h9-15 -8-4 -4-186 -116-62 -76-15 -95-5 -5-193 -138-77 -93-16 -11-65 -65-25 -47-32 -5-4 -212-162 -98-117 -6-17 -12-8 -8-5 -232-182 -119-142 -7-18 -13-242 -192-19 -14-1 -1-6 -261-214 -146-174 -9-2 -15-274 -224-25 -61-32 -59-4 -71-5 -89-25 -76-32 -75-4 -92-5 -13-22 -16-27 -2-33 -25-13 -28-16 -34-2 -41-25 -112-41 -5-13 -35-16 -43-2 -53-25 -64-5 -9-6 -11-7 -13-9 -16-6 -6-3 -3-16 -134-49 -6-3 -76-1 -18-22 -17-12 -12-72 -72-72 -36-36 8 1-37 -257-174 -27-17 -126-159 -58-71 1 12-24 -18-327 -267-36 -9-12 -22 12 14-26 -2-145 -145-85 -85-85 -43-43 -43-14 -14-14 -36-3 -28-245 -125-148 -185-68 -83-16 -26-32 -39-12 -18-5 -11-6 -14-7 -16-9 -2-1 -23-12 -27-5 -14-6 -17-7 -2-9 -25-1 -29-12 -34-4 -5-6 -7-8 -1-6 -8-9 -11-13 -15-9 -11-13 -16-19 -22-25 -15-18 -21-25 -3-35 -4-22 -27-33 -39-46 -54-36 -43-52 -62-74 -87 - -63 1

14 16-28 -21-39 -31 16 18-31 -23-41 -31 18 2-34 -24-17 -17-1 -1-1 -5-5 -5-15 -15-15 -455-335 -242-285 -146-17 -215-79 -96-122 -29-35 -44-14 -2 2 225-38 -26-495 -375 225 25-42 -28-535 -395-29 -46-72 155 TABEL 2.12 Penyimpangan Poros (dalam mm) Ukuran js k m n p r s t u x Diameter dalam js4 js5 js6 js7 k4 k5 k6 m4 m5 m6 n6 p6 r6 s6 t6 u6 x6 mm 6 1 ±2 ±3 ±4,5 1 18 ±2,5 ±4 ±5,5 18 3 ±3 ±4,5 ±6,5 3 4 ±3,5 ±5,5 ±8 ±7,5 +5 +7 +1 +1 +12 +15 +19 +24 +1 +1 +1 +6 +6 +6 +15 +15 +6 +9 +12 +12 +15 +18 +23 +29 ±9 +1 +1 +1 +7 +7 +7 +12 +18 ±1,5 +8 +2 ±12,5 +9 +2 +11 +15 +14 +17 +21 +28 +35 +2 +2 +8 +8 +8 +15 +22 +13 +18 +16 +2 +25 +33 +42 +2 +2 +9 +9 +9 +17 +26 +28 +19 +34 +23 +41 +28 +5 +34 +32 +37 +43 +23 +28 +34 +39 +44 +51 +28 +33 +4 +48 +54 +67 +35 +41 +54 +59 +64 +76 +43 +48 +6 +7 +86 4 5 +54 +7 +12 +15 +21 +19 +24 +3 +39 +51 +6 +72 +85 +16 5 65 ±4 ±6,5 ±9,5 ±12 +2 +2 +2 +11 +11 +11 +2 +32 +41 +53 +66 +87

+62 65 8 +43 8 1 ±5 ±7,5 ±11 ±17,5 +13 +18 +25 +23 +28 +35 +45 +59 +73 +3 +3 +3 +13 +13 +13 +23 +37 +51 +73 1 12 +54 +5 12 14 ±6 ±9 ±12,5 ±2 +3 +21 +28 +27 +33 +4 +52 +68 +88 +3 +3 +15 +15 +15 +27 +43 +3 14 16 +9 +65 16 18 +93 +68 +18 +24 +33 +31 +37 +46 +6 +79 +16 18 2 ±7 ±1 ±14,5 ±23 +4 +4 +4 +17 +17 +17 +61 +5 +77 2 225 225 25 +78 +59 +93 +71 +11 +75 +117 +92 +125 +1 +133 +18 +151 +122 +19 +8 +113 +84 +94 +121 +75 +12 +113 +146 +191 +124 +126 +166 +14 +144 +147 +122 +159 +134 +171 +146 +159 +13 +169 +14 TABEL 2.13 NILAI TOLERANSI STANDAR (METRIK) Ukuran Kualitas Toleransi 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 -,3,5,8 1,2 2 3 4 6 1 14 25 4 6 1 14 25 4 6 3 s/d 6,4,6 1 1,5 2,5 4 5 8 12 18 3 48 75 12 18 3 48 75 6 s/d 1,4,6 1 1,5 2,5 4 6 9 15 22 36 58 9 15 22 36 58 9 1 s/d 18,5,8 1,2 2 3 5 8 11 18 27 43 7 11 18 27 43 7 11 18 s/d 3,6 1, 1,5 2,5 4 6 9 13 21 33 52 84 13 21 33 52 84 13 3 s/d 5,6 1 1,5 2,5 7 11 16 25 39 62 1 16 25 39 62 1 16 5 s/d 8,8 1,2 2 3 5 8 13 19 3 46 74 12 19 3 46 74 12 19 8 s/d 12 1 1,5 2,5 4 6 1 15 22 35 54 87 14 22 35 54 87 14 22 12 s/d 18 1,2 2 3,5 5 8 12 18 25,4 4 63 1 16 25 4 63 1 16 25 18 s/d 25 2 3 4,5 7 1 14 2 29 46 72 115 185 29 46 72 115 185 29 25 s/d 315 2,5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 13 21 32 52 81 13 21 32

315 s/d 4 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 14 23 36 57 89 14 23 36 4 s/d 5 4 6 8 1 15 2 27 4 63 97 155 25 4 63 97 155 25 4 3. Diagram Daerah Toleransi Daerah kedudukan toleransi lubang dan poros dapat dilihat pada gambar berikut. 1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E, dan G, maka daerah toleransi berada di atas ukuran nominalnya dan toleransinya adalah positif (+) Contoh. Φ 4 D 9, artinya: Φ 4 = ukuran nominal lubang 4 mm D 9 = Daerah toleransi lubang pada kualitas 9. +,142 Lihat tabel 2.11!Untuk Φ 4 D 9, besar penyimpangannya adalah:4 Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar berikut. +,142

2. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H, maka ukuran minimum lubang adalah sama dengan ukuran nominalnya, dan toleransinya bertanda () dan (+). Contoh. Φ 4 H 9, artinya: Φ 4 = ukuran nominal lubang 4 mm H 9 = daerah toleransi lubang H pada kualitas 9 Lihat tabel 2.11! Untuk 4 H 9 penyimpangannya adalah : +,62 4 + Daerah toleransinya dapat kita lihat pada gambar berikut.

3. Jika daerah toleransi berada pada daerah toleransi JS maka daerah toleransinya simetris (penyimpangan atas sama dengan penyimpangan bawahnya), dan toleransinya bertanda (±). Contoh. Φ 4 JS 7, artinya: Φ 4 = diameter lubang nominal 4 mm JS 7 = daerah toleransinya lubang JS dengan kualitas 7. Lihat tabel 2.11!Untuk ukuran Φ 4 JS 7,penyimpangannya adalah : 4 ±,125 Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar. 4. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi K, maka penyimpangan atasnya bertanda (+) dan penyimpangan bawahnya bertanda (-). Misalnya Φ 6 K 5 mempunyai penyimpangan atas dan penyimpangan bawahnya 5 micron; sedangkan untuk 4 K 5, penyimpangan atas bertanda (+) yaitu +2 micron dan penyimpangan bawahnya bertanda (-) yaitu 9 micron. lihat tabel 2.1! kedudukan daerah toleransi lubang K adalah berada di antara (+) dan (-). 5. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi M, N, P, R, S, T, U, V, X, Y, Z, maka daerah toleransinya berada dibawah ukuran nominalnya. Oleh karena itu, penyimpangannya bertanda negatif (-). Contoh.

Φ 4 N 7, artinya; Φ 4 = ukuran nominal lubang 4 mm N 7 = daerah toleransi lubang N, dengan kualitas 7. -,8 Lihat tabel 2.11! Untuk 4 N 7, penyimpangannya adalah 4 -,33 Daerah toleransinya dapat dilihat pada gambar berikut. 6. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g, maka daerah toleransinya berada di bawah ukuran nominalnya dan penyimpangannya bertanda negatif (-). 7. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi h maka ukuran maksimumnya sama dengan ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan atas bertanda () dan penyimpangan bawah bertanda (-). 8. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi js maka daerah toleransinya adalah simetris, sehingga tanda penyimpangannya bertanda (±). 9. Jika toleransi poros berada pada daerah toleransi k, m, n, p, r, s, t, u, v, x dan z, maka daerah toleransinya berada di atas ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan bertanda positif (+). Contoh. Diketahui ukuran-ukuran poros sebagai berikut. Φ 4 d 8; Φ 4 h 7; Φ 4 js 7; dan Φ 4 p 6. Lihat tabel 2.11! Untuk ukuran-ukuran tersebut di atas, penyimpangannya adalah :

- Φ 4 d 8 = Φ 4 -,119 Φ 4 h 7 = Φ 4 -,25 Φ 4 js 7 = Φ 4 ±,125 - +,42 Φ 4 p 6 = Φ 4 +,26 Daerah toleransi dari keempat ukuran diatas dapat dilihat pada gambar berikut. 4. Menghitung Ukuran Maksimum, Minimum, dan Toleransi Ukuran maksimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan penyimpangan atas (baik untuk poros maupun untuk lubang). Ukuran minimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan penyimpangan bawah (baik untuk poros maupun untuk lubang). Contoh. Φ 4 H 9 = Φ 4 + +,62

Ukuran maksimum 4 +,62 = 4,62 mm Ukuran minimum 4 + = 4 mm Toleransinya adalah =,62 mm 5. Penulisan Toleransi pada gambar kerja Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi adalah komponen yang mempunyai funsi dan kualitas tertentu, lihat gambar berikut (penulisan dengan sistem ISO)! Komponen yang diberi ukuran Φ 4 h 7 adalah: ukuran nominal poros 4 mm, berada pada daerah toleransi h dengan kualitas 7. Lihat tabel 2.13! a. Penulisan toleransi dengan simbol ISO Hal yang perlu diperhatikan untuk mencantumkan atau menuliskan toleransi pada gambar kerja dengan simbol ISO, antara lain: Ukuran dasar (nominal) Lambang (poros atau lubang) dan daerah toleransi. kualitas toleransi. Lihat gambar berikut! Φ 6 g 6 Φ 6 F 7 l l l l Penulisan toleransi dapat pula diikuti dengan besar penyimpangannya, lihat gambar dibawah ini.

-,1 -,76 Φ 6g6 -,29 Φ 6 F 7 -,3 l l l l ini! Toleransi ditulis pada ukuran nominal dan penyimpangannya, lihat gambar dibawah -,1 -,76 Φ 6 -,29 Φ 6 -,3 l l l Penulisan toleransi simetris, lihat gambar dibawah ini! Φ 6 JS 4 Φ 6 ±,4 l l l Penulisan toleransi dengan mencantumkan ukuran maksimum dan ukuran minimum, dapat dilihat pada gambar berikut. 59,99 6,76 59,971 6,3 l l l b. Satuan dan urutan penyimpangan Satuan penyimpangan harus sama dengan satuan ukuran nominal (dasar)-nya. jika satuan nominal dalam mm maka penyimpangannya harus dalam mm. Penyimpangan atas dan penyimpangan bawah harus mempunyai desimal yang sama, kecuali salah satu penyimpangan mempunyai nilai (nol). Penyimpangan atas mempunyai nilai lebih besar

daripada penyimpangan bawahnya, dan diurutkan dari nilai penyimpangan atas kemudian (di bawahnya) penyimpangan bawah. 2. Penulisan Toleransi pada gambar Susunan Untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan dapat dilaksanakan sebagai berikut. Hal yang perlu diperhatikan untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan, antara lain lambang toleransi lubang ditempatkan di depan atau di atas lambang toleransi poros.