HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah. Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

ASPEK FINANSIAL Skenario I

VIII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

IV METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODOLOGI PENELITIAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTARISI. BAB I Pendahuluan Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian...

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

Biaya Investasi No Uraian Unit

ANALISIS KELAYAKAN INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI REFUSE DERIVED FUEL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

Imah Gede. Alun-alun

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lampiran 1. Pedoman mutu kulit kayu manis secara visual

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

BAB VI ASPEK KEUANGAN

Lampiran 1. Asumsi No Variabel Asumsi Satuan Nilai 1 Umur proyek Tahun 10 2 Hari kerja per bulan Hari 30 3 Bulan kerja per tahun Bulan 12 4 Jumlah

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

KUISIONER PENELITIAN MI JAGUNG Pengrajin Mi

Lampiran 7. Aktor/Pelaku Pasar Arang Tempurung Kelapa (ATK) di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan. Petani Kelapa. Pelaku Pengolah Kopra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Lutfirrahman AM

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. METODE PENELITIAN

2013, No.217 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Analisa Luasan Area Parkir

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (1) terdapat UPS pada lokasi

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

BAB II...3 PEMBAHASAN...3

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN KAPASITAS PERBAIKAN TABUNG GAS 3 KG DARI MENJADI PER BULAN DI PT. PATRA DINAMIKA

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Kelayakan Unit Pengelolaan Sampah 6.1.1 Identifikasi Biaya Usaha pengelolaan sampah ini membutuhkan sarana-sarana seperti tempat pengelolaan sampah, kantor, kendaraan operasional dan mesin-mesin. Saranasarana tersebut memerlukan biaya yang harus dikeluarkan agar proyek pengelolaan sampah tersebut dapat berlangsung. Biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi : biaya investasi dan biaya operasional. i) Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama yang digunakan untuk mempersiapkan sarana-sarana pendukung pengolahan sampah. Biaya investasi meliputi biaya pembangunan tempat pengelolaan sampah, biaya investasi kantor dan biaya investasi mesin-mesin. Pada tempat pengolahan sampah, sampah dikeringkan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam sampah sehingga meringankan beban mesin pencacah, kemudian sampah masuk ke dalam mesin pencacah (crusher machine). Hasil sampah yang telah melalui proses pencacahan kemudian dipadatkan menggunakan mesin press. Sampah-sampah yang telah dipadatkan kemudian dikemas ke dalam karung-karung dan siap dikirim untuk proses pembakaran PT. Indocement. Mesin-mesin yang dibeli untuk pengelolaan sampah ini merupakan mesin-mesin produk Mitrand yang merupakan perusahaan penyedia alat-alat berat untuk PT. Indocement. Mesin-mesin yang dibeli dari Mitrand diantaranya satu unit mesin pencacah, dua unit mesin press manual dan satu unit mesin penjahit karung. Kantor yang digunakan untuk mengatur administrasi pengelolaan sampah

berukuran 15 meter persegi. Keseluruhan peralatan yang digunakan untuk keperluan kantor dan keperluan administrasi kantor dibebankan pada biaya investasi. Pengambilan sampah dan pengangkutan hasil pengelolaan ditunjang oleh satu unit truk pengangkut dan dua unit gerobak motor. Truk pengangkut dibeli dari PT. Indocement seharga Rp. 100.000.000 dan dibantu subsidi dari PT. Indocement sendiri. Untuk biaya investasi pabrik dan kantor, didapat total Rp. 149.190.600. Nilai tersebut didapat dari pengeluaran dalam pembangunan area pengolahan sampah, ruang kantor dan gudang, kamar kecil dan pemasangan instalasi listrik. Harga tanah tidak dimasukkan ke dalam pengeluaran karena tanah tersebut mendapatkan pinjaman dari kecamatan Citeureup untuk jangka waktu 10 tahun. Biaya investasi mesin didapat total Rp. 218.309.000 untuk pembelian mesin crusher, mesin saring, mesin press, mesin penjahit karung, truk pengangkut dan sepeda motor pengangkut. Biaya alat dan invetaris kecil sebesar Rp. 930.000, sehingga total keseluruhan biaya investasi untuk UPK Citeureup sebesar Rp. 283.429.600. Tabel 1. Biaya Investasi Biaya Investasi Pabrik dan Kantor Pengeluaran Area pengolahan sampah Ruang kantor dan gudang Kamar kecil Instalasi listrik dan air TOTAL 51.615.600 Pengatapan Tambahan 21.800.000 Pembuatan Saluran 20.700.000 Betonisasi Lantai UPK 18.000.000 Peningkatan daya listrik 20.275.000 Pembuatan dinding penyekat pengolahan plastik 16.800.000 SUB TOTAL 149.190.600

Biaya Mesin Operasional Pengeluaran TOTAL Mesin crusher Mesin saring bermotor 83.000.000 Mesin press Truk pengangkut sampah 100.000.000 Sepeda motor pengangkut 34.000.000 Modifikasi blade dan bearing mesin crusher 609.000 Mesin Jahit Karung 700.000 SUB TOTAL 218.309.000 ii) Biaya Operasional Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran yang setiap bulannya tidak dipengaruhi oleh besarnya volume produksi masuk ke dalam biaya tetap, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Biaya yang masuk ke dalam biaya tetap diantaranya biaya gaji pegawai staff, pajak bumi dan bangunan, dan biaya perawatan kendaraan. Biaya bahan baku, biaya listrik, biaya bahan bakar, gaji pegawai pengolah dan kenek, serta biaya pembelian aset-aset yang berumur kurang dari satu tahun masuk ke dalam biaya variabel. Setiap tahunnya dikeluarkan pengeluaran rutin untuk aset-aset yang memiliki umur ekonomis satu tahun, tetapi untuk timbangan, dilakukan pembelian setiap lima tahun sekali. Air minum dan suplemen dibutuhkan setiap bulan sebesar Rp. 190.000 untuk seluruh pengolah sampah yang ada. 1. Biaya gaji pegawai Terdapat dua kelompok pegawai dalam pengelolaan sampah ini, yaitu pegawai staf dan pegawai harian. Pegawai harian terdiri dari pengolah dan kenek. Semuanya mendapatkan upah yang sama setiap bulannya. Pegawai staf terdiri dari pegawai administrasi, pengawas dan pemimpin. Hanya pegawai harian yang

dimasukkan ke dalam biaya tetap. Gaji pegawai staff setiap bulannya sebesar Rp. 1.250.000 untuk pemimpin UPK dan Rp. 800.000 untuk pengawas dan bagian administrasi, sedangkan untuk pengolah sebesar Rp. 600.000 dan kenek sebesar Rp. 450.000. 2. Biaya pajak bumi dan bangunan Besarnya pajak bumi dan bangunan (PBB) yang dikeluarkan oleh UPK Citeureup sebesar Rp. 432.600 6. Pada analisis finansial, PBB dimasukkan kedalam biaya, namun pada analisis ekonomi, PBB tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya. 3. Biaya perawatan mesin dan kendaraan Setiap tahunnya mesin, kendaraan dan lokasi pengelolaan sampah dilakukan perawatan. Mesin crusher, truk dan sepeda motor mengganti olinya setahun dua kali dan diservice dengan memanfaatkan fasilitas dari PT Indocement, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak begitu besar, selain itu, mesin crusher juga perlu diservice bagian pisau pemotong dan dynamo starternya. Apabila pisau pemotong sudah tidak bisa diservice lagi, maka dilakukan pembelian melalui PT Indocement. Mesin jahit karung hanya dirawat bagian motornya di tempat service dynamo bersamaan dengan perawatan dynamo starter mesin crusher. 4. Biaya bahan baku Bahan baku dalam pengelolaan sampah ini adalah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, atau industri. Sampah tidak memiliki nilai di 6 Data Sekunder, wawancara dengan pengawas UPK Citeureup.

masyarakat, sehingga Unit Pelayanan Kebersihan tidak membutuhkan biaya untuk mendapatkan bahan baku. 5. Biaya listrik Listrik yang digunakan berasal dari mesin pencacah dan mesin jahit karung. Penggunaan listrik untuk kantor digunakan hanya untuk penerangan. Setiap bulannya UPK mengalokasikan biaya untuk listrik sebesar Rp. 1.500.000. 6. Biaya bahan bakar kendaraan dan mesin Bahan bakar dimasukkan ke dalam biaya tetap karena setiap bulannya bahan bakar telah ditetapkan jumlah solar dan bensin yang digunakan. Nilai solar (yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan mesin) ditentukan atas dasar harga pasar. Analisis finansial menggunakan harga pasar yang ada di Indonesia, sehingga menggunakan harga pasar yang sudah dikenakan subsidi oleh pemerintah yaitu sebesar Rp. 4500, sedangkan untuk analisis ekonomi harga yang digunakan adalah harga pasar dunia 7 yaitu sebesar Rp. 8650 untuk solar dan Rp. 7910 untuk premium. Tabel 2.Biaya Tetap Pengeluaran Keterangan Biaya Setiap Bulan Finansial Ekonomi Gaji Pegawai Pemimpin Staff 1.250.000 15.000.000 15.000.000 Pengawas dan Adm. 800.000 19.200.000 19.200.000 Pajak Bumi Bangunan 432.600 0 V Belt 180.000 180.000 Pemeliharaan Ganti Oli Crusher 150.000 150.000 Mesin Crusher Service dinamo 50.000 50.000 7 http://www.detikfinance.com/read/2010/04/08/171157/1634974/4/apbn-2010-bisa-jebol-ladeniharga-minyak-dunia (diakses April 2010)

starter Service mata crusher 800.000 800.000 Pemeliharaan Service 750.000 750.000 Truk Ganti Oli Truck 200.000 200.000 Pemeliharaan Service 90.000 90.000 Motor Oli Motor Kaisar 60.000 60.000 Pemeliharaan Mesin Jahit Service Karung 150.000 150.000 Pemeliharaan Tempat Kuli Cabut Rumput pengelolaan 300.000 300.000 TOTAL Biaya Tetap 37.362.600 36.930.600 Tabel 3. Biaya Variabel Pengeluaran Keterangan Finansial Ekonomi Listrik 18.000.000 18.000.000 Bahan Bakar Truk 5.400.000 10.380.000 Motor 432.000 759.360 Mesin Crusher 18.090.000 34.773.000 Gaji Pengolah 14.400.000 14.400.000 Gaji Kenek 21.600.000 21.600.000 Sekop 300,000 300,000 Serok 150,000 150,000 Sarung tangan 110,000 110,000 Sepatu bot 180,000 180,000 Timbangan 180,000 180,000 Jarum jahit 100,000 100,000 Benang 1,500,000 1,500,000 Karung 625,000 625,000 Air minum (suplemen) 2,280,000 2,280,000 TOTAL Biaya Variabel 83.347.000 105.637.360 6.1.2 Identifikasi Manfaat Setiap bulannya UPK Citeureup mempunyai kapasitas produksi 40 ton RDF yang dihargai sebesar Rp. 225.000 setiap tonnya oleh PT Indocement. PT. Indocement merupakan satu-satunya konsumen yang membeli RDF tersebut. Pada tahun pertama dan kedua, produksi RDF masih 50 dan 75 persen, untuk tahuntahun berikutnya UPK sudah bisa produksi maksimal. Selain penjualan RDF,

penerimaan juga didapat dari pemberian subsidi oleh PT. Indocement sebesar Rp. 5.000.000 setiap bulannya, serta penerimaan dari iuran warga yang sampahnya telah diangkut oleh UPK yang setiap bulannya sebesar Rp. 4.000.000. 6.1.3 Kelayakan Investasi Pengelolaan Sampah dan Tingkat Pengembalian Investasi Dari hasil perhitungan kelayakan investasi yang dilakukan pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh NPV, IRR, dan Nett B/C. Pada analisis finansial dengan tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 365.469.343, nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha pengelolaan sampah yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu sebesar 365.469.343, karena NPV memiliki nilai yang lebih besar dari nol. Nilai Nett B/C didapat sebesar 1,994 yang berarti setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih akan didapat manfaat bersih sebesar 1,994. IRR didapat nilai sebesar 30,387 persen, yang didapat lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan. Dengan melihat perolehan NPV > 0, NBCR > 1, dan IRR > 12 persen menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tersebut layak dilaksanakan secara finansial pada tingkat diskonto 12 persen. Penggunaan tingkat diskonto yang sama pada analisis ekonomi, diperoleh nilai NPV negatif sebesar Rp. -154.008.176 yang menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tersebut merugikan dari sisi ekonomi. Nilai NBCR didapat sebesar 0,581 yang berarti setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih akan didapat manfaat bersih sebesar 0,581. IRR didapat nilai sebesar 3,720 persen, yang nilainya lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan. Dengan melihat perolehan NPV < 0, NBCR < 1, dan IRR < 12 persen menunjukkan bahwa

pengelolaan sampah tersebut tidak layak untuk dilaksanakan secara ekonomi pada tingkat diskonto 12 persen. Melihat nilai yang dihasilkan dari perhitungan analisis finansial, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah tersebut layak untuk dilaksanakan dari sisi pelaksana kegiatan, namun dari sisi masyarakat UPK tersebut tidak layak dijalankan. Hal ini terlihat dari terpenuhinya syarat-syarat kelayakan investasi secara finansial, yaitu NPV>0, Nett B/C>1, dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan, sedangkan pada perhitungan analisis ekonomi, proyek tidak layak dilanjutkan karena tidak memenuhi syarat kelayakan. Didapat NPV<0, Nett B/C<1 dan IRR yang lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan. Dari penghitungan nilai NPV yang dihasilkan dari analisis finansial maupun ekonomi, dapat diketahui tingkat pengembalian investasi untuk proyek UPK tersebut. Lamanya pengembalian investasi proyek tersebut yaitu 4,260 tahun dilihat dari analisis finansial, sedangkan untuk analisis ekonomi pengembalian investasi lebih panjang dari umur proyek 10 tahun, yaitu 28, 810 tahun sehingga UPK ini juga tidak layak dilanjutkan menurut analisis ekonomi. 6.2 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Hasil pembahasan arus manfaat-biaya (cash flow) membutuhkan analisis perubahan nilai dari komponen input atau output. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pada harga jual atau perubahan pada harga bahan bakar yang digunakan. Analisis perubahan nilai akan menunjukkan besarnya perubahan yang terjadi pada kelayakan proyek, sekaligus melihat sejauh mana kelayakan proyek tersebut ketika ada perubahan harga input maupun output.

1. Switching Value pada cash flow finansial Hasil analisis perubahan nilai pada arus manfaat biaya secara finansial menunjukkan bahwa perubahan harga output sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek. Perubahan harga jual RDF yang masih bisa diterima sehingga proyek masih layak dijalankan sebesar 45,507 persen. Dengan penurunan harga jual output sebesar 45,507 persen, maka NPV yang diterima sebesar Rp. 74.915 dengan IRR sebesar 12,005 persen. Melihat hasil NPV dan IRR, maka proyek masih layak dijalankan karena NPV masih lebih besar dari nol dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan. Skenario nilai pengganti berikutnya dilakukan dengan merubah nilai pada harga solar yang berlaku. Perubahan yang dilakukan tidak begitu berpengaruh terhadap kelayakan proyek, sehingga proyek ini tidak bepengaruh besar ketika terjadi peningkatan harga solar. Terbukti dengan peningkatan harga solar sebesar 90 persen, NPV yang dihasilkan masih Rp. 246.021.368 dan IRR sebesar 24,657 persen. 2. Switching Value pada cash flow ekonomi Pada cash flow ekonomi, tidak dilakukan analisis nilai pengganti karena hasil analisis ekonomi telah terlihat bahwa UPK Kecamatan Citeurep tidak layak untuk dilanjutkan Tabel 4. Switching Value Cash Flow Finansial Skenario Tingkat Perubahan NPV (Rupiah) IRR (%) Penurunan Harga RDF 45,507 % 74.915 12,005 Peningkatan Harga Solar 90 % 246.021.368 24,657