KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Poltracking LAPORAN SURVEI NASIONAL MENAKAR PETA POLITIK 2014: PENGARUH FIGUR TERHADAP KONFIGURASI POLITIK 2014 TEMUAN SURVEI NASIONAL JANUARI 2014

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

EVALUASI 4 TAHUN SBY-BOEDIONO: STAGNASI KEPUASAN PUBLIK TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAN DPR

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

MENAKAR KANDIDAT CAPRES & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU PRESIDEN 2014

LAPORAN SURVEI NASIONAL & MEDIA MONITORING RESAERCH PREDIKSI ELEKTABILITAS PARTAI PADA PEMILU 2014

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

MEDIA SURVEI NASIONAL

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

RILIS SURVEI NASIONAL 2012 STAGNASI PERILAKU PEMILIH: FENOMENA PARTAI POLITIK MATI SURI

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

PENDAHULUAN. LAPORAN SURVEI PILKADA KAB. Sumedang Temuan Survei : Agustus 2017

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

Press Release HASIL SURVEI

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Publik Terhadap Pilkada DKI Jakarta OKTOBER 2016

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Metodologi Quick Count

PKB 4,5%, PPP 3,4%, PAN 3,3%, NASDEM 3,3%, PERINDO

BAB III DATA RESPONDEN

Kenaikan Elektoral & Kepuasan Publik

LAPORAN SURVEI NASIONAL Persepsi Publik Terhadap Kepala Daerah Berprestasi 29 SEPTEMBER 2016

Kenaikan Elektoral & Kepuasan Publik

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Rilis Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur 2018

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA BARAT PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA BARAT 2018

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

LAPORAN EKSEKUTIF SURVEI NASIONAL MEI 2014

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

LAPORAN SURVEI PROVINSI JAWA TIMUR PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PILKADA PROVINSI JAWA TIMUR 2018

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

HASIL JAJAK PENDAPAT PUBLIK SEPUTAR PEMILUKADA DKI JAKARTA 2012

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

Dampak Diterapkannya Aturan Suara Terbanyak terhadap Keterwakilan Perempuan dan Gerakan Perempuan

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

LAPORAN SURVEI DKI JAKARTA Persepsi Masyarakat Terhadap Program Kerja Cagub-Cawagub DKI Jakarta TEMUAN SURVEI 14 Desember 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA UTARA 2016

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

Transkripsi:

1 PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU SURVEI NASIONAL PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 TEMUAN SURVEI NASIONAL OKTOBER 2013 Poltracking Jl. Pangrango 3A, Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan-12980 Telp. +6221-83701545, +6221-83794995, Faks.+6221-83795016 Website: www.poltracking.com, Email: contact@poltracking.com

2 TEMA PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU

Latar Belakang 3 Sistem pemilihan langsung di Indonesia saat ini memberikan kebebasan sepenuhnya bagi masyarakat pemilih untuk menentukan partai dan calon legislatif yang akan mereka pilih. Di sisi lain, ketatnya kualifikasi kepesertaan pemilu menyebabkan tingginya derajat kompetisi (competitiveness) partai peserta pemilu 2014 yang hanya diikuti 12 partai. Partai politik memegang peran krusial dalam demokrasi elektoral di Indonesia saat ini. Sebagai contoh adalah hak kandidasi presiden tetap berada dan dipegang oleh partai politik sebagai satu-satunya lembaga yang diakui konstitusi (UUD pasal 6A). Skema konstitusi Indonesia menempatkan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan hingga memegang kendali penuh proses kebijakan politik di dalamnya. Selain itu, konstitusi menempatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) sebagai lembaga legislatif yang anggotanya berasal dari partai politik berperan untuk mengawasi kinerja eksekutif dalam menjalankan proses pemerintahannya.di titik ini prospek calon anggota DPR RI, dan partai politik peserta pemilu 2014 menjadi penting untuk dibaca melalui kacamata publik. Akhirnya, membaca pergerakan perilaku pemilih menggunakan metode survei menjadi penting untuk dilakukan, dan disampaikan kepada khalayak. Hasil survei tersebut dapat menjadi masukan amat penting bagi partai politik sebagai organisasi

Pengukuran 4 Pengukuran pendapat dan sikap publik dalam survei ini mencakup hal-hal berikut: Tingkat partisipasi publik dalam pemilu legislatif Preferensi dan Pilihan publik terhadap partai politik peserta pemilu 2014 Latar belakang pilihan publik terhadap partai politik peserta pemilu 2014 Preferensi dan Pilihan publik terhadap calon anggota legislatif Latar belakang pilihan publik terhadap calon anggota legislatif

Metodologi 5 Populasi Survei ini adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak pilih berdasarkan peraturan yang berlaku, yaitu warga yang minimal berusia 17 tahun atau sudah menikah pada saat wawancara, serta bukan anggota TNI/POLRI. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 2010 responden dengan margin error +/- 2,19% pada tingkat kepercayaan 95%. Metode pengumpulan data adalah responden terpilih diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih. Setiap pewawancara bertugas mewawancarai 10 responden untuk setiap satu desa atau kelurahan. Wawancara dikontrol secara sistematis oleh peneliti/supervisor pusat dan koordinator wilayah dengan melakukan cek ulang di lapangan (spot check) sekitar 20-30% dari total data masuk, untuk menjamin akurasi data yang diperlukan. Dalam proses penjaminan metodologi dan akurasi data tidak ditemukan kesalahan berarti.

Metodologi 6 Kendali mutu survei adalah pewawancara lapangan minimal mahasiswa atau sederajat dan mendapatkan pelatihan (workshop) di setiap pelaksanaan survei. Seluruh kegiatan tahapan survei dilaksanakan pada 13 September 2013 hingga 11 Oktober 2013. Pengambilan data dilakukan secara serentak dan nasional di 33 provinsi. Validasi data dilakukan dengan membandingkan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh melalui data sensus (BPS) terakhir

Prosedur Penarikan Sample 7 Metode penarikan sampel adalah multi-stage random sampling dengan stratifikasi dan tingkatan cluster sebagai berikut: Stratifikasi pertama: populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi. Stratifikasi kedua: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan. Stratifikasi ketiga: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang bertempat tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%). Cluster 1: Di masing-masing provinsi (33 provinsi dengan data BPS terakhir) ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit.

Lanjutan 8 Jumlah desa/kelurahan tergantung persentase jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Proporsi jumlah desa di setiap provinsi terlihat di dalam peta survei dalam laporan presentasi ini. Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masingmasing RT akan dipilih secara random dua keluarga. Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga. Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.

Flowchart Penarikan Sampel 9 Provinsi 1 1 1 2 3 n 1 2 1 2 RW 2 3 4 5 Provinsi X KK Desa/Kel. RT/Lingkungan Menggunakan Teknik Multistage Random Sampling: Populasi desa/kelurahan tingkat nasional. Desa/kelurahan di tingkat provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional. Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random. Di masing-masing RT/lingkungan dipilih secara random dua KK. Di KK terpilih dipilih secara random satu orang dewasa lakilaki/perempuan yang berhak memilih L P Responden

PETA SURVEI 10

11 TEMUAN SURVEI

PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN (%) (Validasi Sampel) 12

Proporsi Gender dan Penduduk (%) 13 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 GENDER LAKI-LAKI 50.0 50.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 DESA - KOTA DESA 60.00 59.4 KOTA 40.00 40.6

Etnis (Suku) 14 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 Jawa Sunda Melayu Bugis Minangkabau Batak 5.33 3.36 3.26 3.06 39.11 17.19 Suku Bangsa Responden JAWA 39.11 40.22 SUNDA 17.19 15.5 MELAYU 5.33 2.27 BUGIS 3.36 2.69 MINANGKABAU 3.26 2.73 Madura 2.67 BATAK 3.06 3.58 Banjar 2.02 MADURA 2.67 3.03 Bali 1.48 BANJAR 2.02 1.74 Dayak Sasak Papua Aceh Tionghoa Minahasa 1.43 0.99 0.89 0.69 0.35 0.25 BALI 1.48 1.67 DAYAK 1.43 1.27 SASAK 0.99 1.34 PAPUA 0.89 1.14 ACEH 0.69 1.73 Lainnya 17.92 TIONGHOA 0.35 1.2 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 MINAHASA 0.25% 0.52 LAINNYA 17.19 19.37

Agama 15 Agama Responden AGAMA SAMPEL BPS ISLAM 89.14 87.18 89.14 5.58 2.57 1.38 1.33 0.15 0.04 1.14 Islam Protestan Katolik Hindu Budha Konghuchu Lainnya PROTESTAN 5.58 6.96 KATOLIK 2.57 2.90 HINDU 1.38 1.69 BUDHA 0.15 0.72 KONG HU CU 0.04 0.05 LAINNYA 1.14 0.51

Perbandingan Demografi Sampel dan Penduduk Per Provinsi 16 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 Aceh 1.99 1.90 Bali 1.49 1.65 Banten 4.48 4.52 Bengkulu 1.00 0.73 Kalimantan Selatan 1.49 1.54 Kalimantan Tengah 1.00 0.94 Kalimantan Timur 1.49 1.51 Kep. Bangka Belitung 0.50 0.52 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.49 1.47 Kepulauan Riau 0.50 0.72 DKI Jakarta 2.99 3.20 Gorontalo 0.50 0.44 Jambi 1.49 1.31 Jawa Barat 18.41 18.26 Jawa Tengah 13.93 13.75 Lampung 2.99 3.22 Maluku 0.50 0.65 Maluku Utara 0.50 0.44 Nusa Tenggara Barat 1.99 1.91 Nusa Tenggara Timur 1.99 1.99 Jawa Timur 15.92 15.91 Papua 1.00 1.21 Kalimantan Barat 1.99 1.86 Papua Barat 0.50 0.32

Lanjutan 17 KATEGORI SAMPEL BPS 2010 Riau 2.49 2.38 Sulawesi Barat 0.50 0.49 Sulawesi Selatan 3.48 3.41 Sulawesi Tengah 1.00 1.12 Sulawesi Tenggara 1.00 0.95 Sulawesi Utara 1.00 0.96 Sumatera Barat 1.99 2.06 Sumatera Selatan 2.99 3.16 Sumatera Utara 5.47 5.51

18 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTAI PESERTA PEMILU 2014

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN ANGGOTA 19 Apakah anda berminat untuk mengikuti pemilu legislatif pada tahun 2014 nanti? 5% 16% Tidak Tahu/Tidak Jawab Tidak Berminat Berminat 79% Sebanyak 79% atau hampir 80% pemilih di Indonesia menyatakan berminat untuk berpartisipasi (memberikan suara) dalam pemilu legislatif 2014. Artinya, ada 21% pemilih yang berpotensi golput. Jika angka ini konstan, maka pemilu 2014 akan mencetak sejarah partisipasi politik sejak 1999. Karena trend partisipasi sejak 1999 hingga 2009 mengalami penurunan antara 10-20 persen. Namun demikian, angka partisipasi ini masih bisa berubah baik naik maupun turun, tentu di luar persoalan teknis apakah mereka terdaftar di Daftar Pemilih tetap (DPT) atau tidak.

MOTIF MASYARAKAT MEMILIH CALON ANGGOTA LEGISLATIF 20 Diantara faktor Figur calon anggota legislatif dan partai politik pengusungnya manakah yang menurut anda paling mempengaruhi seorang caleg untuk dipilih? 19% 12% Figur calon legislatifnya pribadi Parpol pengusungnya Tidak tahu/tidak Jawab 69% Tingginya motif publik untuk memilih figur caleg (69%) dibandingkan partai (12%) mengkonfirmasi bahwa Figur ID jauh lebih besar dibandingkan Party ID. Pilihan publik terhadap figur cenderung lebih solid dibandingkan pilihan publik terhadap partai yang cenderung fluktuatif.

TEMPAT YANG AKAN DICOBLOS OLEH PEMILIH PADA SAAT PEMILIHAN ANGGOTA 21 Pada pemilu legislatif 2014, Bagian Kertas suara apa yang akan anda coblos? Nama caleg 34.3 Gambar parpol 28.7 No urut caleg 16.8 No urut parpol 6.2 Tidak Tahu/Tidak Jawab 14.0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Tingginya faktor figur calon anggota dewan yang mempengaruhi perilaku memilih dalam bilik suara menjadikan nama caleg 34% dan nomor urut caleg 16,8% yang mempengaruhi pilihan politik pada pemilu legislatif menjadi penting untuk diperhatikan. Pengenalan figur akhirnya harus dilakukan secara massif, terstruktur, dan komprehensif. Publik tidak hanya diberitahu gambar dan nama, tetapi juga karakter dan visi caleg.

KEDEKATAN MASYARAKAT DENGAN PARTAI POLITIK TERTENTU 22 Apakah anda merasa dekat dengan partai politik? 17% 19% TT/TJ YA TIDAK 64% Angka kedekatan parpol menunjukkan potensi suara paling potensial atau target suara yang paling realistis dicapai partai. Artinya, hanya ada 19% pemilih yang solid dimiliki oleh 12 partai peserta pemilu 2014. Partai dengan caleg sebagai street level politician yang berpapasan langsung dengan pemilih perlu untuk menjaga angka potensial ini.

ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 23 Jika Pemilu dilakukan hari ini, Partai politik apa yang akan anda pilih? PDIP Golkar 16.90 18.50 Demokrat 8.80 Gerindra 6.60 PKB Hanura PPP PKS Nasdem PAN PBB PKPI 4.60 3.50 3.40 2.90 2.10 2.00 0.70 0.10 Tidak Tahu/ Tidak Jawab 29.90 0 10 20 30 Jika angka elektabilitas di atas kita bandingkan dengan perolehan partai politik pada pemilu 2009 kecuali untuk Nasdem yang baru mengikuti pemilu pada 2014, maka kita akan menemukan PDIP 18,5% dan Golkar 16,9% stabil dua digit atau bahkan meningkat dari sekitar 14%. Di sisi lain, PD menurun drastis dari 20,8% pada 2009 menjadi 8,8%, dan PKS dari 7,9 % menjadi 2,9%.

ALASAN PILIHAN PARTAI POLITIK 24 Apa alasan anda memilih Partai Politik tersebut? Visi/misi dan program Kerja yang baik (sesuai) 34.2 Ada tokoh yg diidolakan 17.8 Memiliki keluarga/kerabat yg menjadi simpatisan partai 11.8 Sesuai dgn keyakinan 10.0 TT/TJ 10.5 lainnya 15.8 0 10 20 30 40 Sekalipun visi/misi program partai (34,2%) merupakan alasan tertinggi publik memilih partai, dibandingkan tokoh yang diidolakan (17,8%), publik-pemilih dalam beberapa kasus cenderung menjawab pertanyaan ini dengan jawaban normatif apa yang benar/baik. Di sisi lain, kesesuain antara keyakinan dengan asas atau ideologi partai (10%) adalah variabel terendah bagi publik dalam memilih partai.

LATAR BELAKANG CALEG PARTAI 25 Caleg dari kalangan apa yang anda setujui? 14.52 14.67 17.88 15.85 14.17 16.25 16.05 27.80 23.56 17.38 21.83 19.16 36.44 Tidak tahu/tidak menjawab 65.48 Tdk setuju Setuju 57.68 61.78 45.68 68.44 61.93 64.79 18.67 Pengusaha Purnawirawan militer Putra Daerah Artis Figur baru dan muda Pejabat pemerintah Politisi Data di atas menunjukkan bahwa latar belakang caleg sebagai pemimpin baru dan muda disetujui oleh pemilih sedikit lebih banyak dibandingkan caleg berlatar belakang politis/pengurus partai (64,8%), purnawirawan (61,8%), atau pejabat/birokrat (61,9%). Namun, caleg dengan latar belakang artis yang cenderung lebih populer dari latar belakang lainnya tidak banyak diminati pemilih (18,7%).

FAKTOR KESUKSESAN PARTAI POLITIK PADA PEMILU 26 Menurut anda faktor apa yang menyebabkan partai politik sukses pada pemilu? Citra parpol 24.00 Kinerja parpol 23.70 Tokoh partai 11.90 Pemberitaan positif media massa 8.10 Soliditas 6.27 Lainnya 1.23 Tidak tahu / tidak jawab 24.79 0 10 20 30 40 Citra partai politik (24%) dan kinerja partai (23,7%) dianggap oleh publik sebagai faktor kesuksesan partai dalam pemilu, baru kemudian tokoh partai (11,9%) menjadi variabel ketiga. Artinya, citra partai politik menjadi poin paling penting karena berpengaruh pada persepsi publik, sekalipun citra partai tak bisa dibentuk dalam waktu singkat.

FAKTOR KEGAGALAN PARTAI POLITIK PADA PEMILU 27 Menurut anda faktor apa yang menyebabkan partai politik gagal pada pemilu? Korupsi 49.04 Menurunnya kepuasan masyarakat 15.41 Pemberitaan negatif media massa 5.33 Perilaku kader 3.80 Konflik internal 3.11 Lainnya 1.78 TT/TJ 21.53 0 10 15 20 25 30 40 50 60 Korupsi (49%) adalah faktor paling berpengaruh terhadap kegagalan partai pada pemilu, dibandingkan faktor lainnya. Sehingga persepsi publik terhadap partai sebagai lembaga berintegritas, transparan, dan akuntabel menjadi krusial bagi partai yang ingin memperbaiki diri dengan perolehan suara lebih besar.

PERBAIKAN YANG HARUS DILAKUKAN OLEH PARTAI POLITIK 28 Menurut anda perbaikan apa yang harus dilakukan oleh partai politik? Dua hal paling krusial yang harus dilakukan partai politik bagi pemilih adalah kepedulian partai terhadap masyarakat (46%) dan partai yang bersih (33%). Artinya, jika dua hal ini bisa ditunjukkan partai baik dengan program kegiatan maupun integritas partai, maka partai akan mendapatkan simpati publik

KAMPANYE YANG PERNAH DIKUTI 29 Kampanye apa yang pernah anda ikuti? 1.38 1.48 1.58 Tidak Menjawab 72.20 75.80 83.21 Tidak pernah Pernah 26.42 22.72 15.21 Kampanye partai politik Kampanye kepala daerah Kampanye calon anggota DPR Data ini menunjukkan bahwa rata-rata publik jarang mengikuti kampanye baik yang diselenggarakan oleh partai (26,4%), caleg (15,2%), dan calon kepala daerah (22,7%). Artinya, ada kecenderungan publik tidak lagi tertarik dengan kampanye tatap muka secara kolosal atau pengerahan massa.

IKLAN KAMPANYE PARTAI POLITIK 30 Apakah anda pernah melihat iklan kampanye partai politik? 8.54 6.57 Pernah Tidak pernah TT/TJ Diagram di atas menunjukkan bahwa mayoritas publik (84,9%) menyatakan pernah melihat iklan kampanye partai politik. Artinya, kampanye partai melalui iklan dilihat publik namun apakah iklan tersebut berpengaruh atau tidak adalah soal lain. Data ini paling tidak menunjukkan bahwa iklan membantu partai untuk mengenalkan program atau membangun citra, tapi belum tentu membantu partai untuk dipilih. 84.89

SUMBER INFORMASI PUBLIK TERKAIT PARTAI POLITIK 31 Darimana anda mendapatkan informasi partai politik? Pemberitaan media masa 46.91 Iklan media masa 23.01 Lingkungan tempat tinggal 9.14 Keluarga Sosialisasi parpol Tokoh parpol Lainnya 2.86 2.77 1.78 2.96 TT/TJ 10.57 Pemberitaan media massa (46,9%) menjadi sumber informasi publik paling tinggi dibandingkan variabel lain seperti Iklan 23%, lingkungan tempat tinggal 9%, keluarga, dan lain-lain. Artinya, publisitas partai di media menjadi krusial pembentuk persepsi publik. Apa yang diberitakan media massa terkait partai cukup menentukan sebagai sumber informasi publik.

KESIMPULAN 32 Angka keterpilihan PDIP (18,5%) dan Golkar (16,9%) mempunyai tingkat keterpilihannya (elektabilitas) cenderung stabil dua digit. PDIP yang gagal menjadi pemenang pada pemilu 2004 (18,5%%) dan pemilu 2009 (14%), adalah partai pemenang pada pemilu 1999 (32%). Sementara itu, Golkar adalah partai yang cenderung mempunyai elektabilitas stabil dua digit jika dibandingkan dengan hasil pemilu 1999, 2004, dan 2009. Sementara itu, Partai Demokrat dan PKS adalah partai yang paling tidak stabil jika memperhatikan hasil pemilu 2009. Partai Demokrat dalam survei ini hanya mendapat 8,8 % sedangkan pada pemilu 2009 PD mendapatkan suara 20,85%. PKS bahkan dalam survei ini terancam tidak lolos parliamentary threshold 3,5% jika tingkat elektabilitasnya yang dalam survei ini adalah 2,9% tidak mengalami peningkatan. PKS pada pemilu 2009 adalah partai terbesar keempat dengan perolehan suara sebesar 7,88%. Perbandingan data partisipasi pemilu legislatif ini juga mengkonfirmasi bahwa perilaku memilih publik cenderung ditentukan oleh figur atau tokoh caleg/partai. Sebagaimana juga, ketika publik lebih memilih (mencoblos) caleg (69%) dibandingkan partai politik peserta pemilu (12%). Artinya, caleg berperan penting sebagai street level politicians yang menampilkan perwajahan partainya.

KESIMPULAN 33 Latar belakang caleg sebagai figur baru dan muda (68,4%) lebih disetujui oleh pemilih dibandingkan caleg berlatar belakang politis/pengurus partai (64,8%), purnawirawan (61,8%), atau pejabat/birokrat (61,9%). Namun, caleg dengan latar belakang artis yang pada dasarnya cenderung lebih populer dari latar belakang lainnya tidak banyak diminati pemilih (18,7%). Sedangkan dalam motif pilihan terhadap partai, visi/misi program partai (34,2%) merupakan alasan tertinggi publik memilih partai, dibandingkan tokoh yang diidolakan (17,8%), publik-pemilih dalam beberapa kasus cenderung menjawab pertanyaan ini dengan jawaban normatif apa yang benar/baik. Di sisi lain, kesesuain antara keyakinan dengan asas atau ideologi partai (10%) adalah variabel terendah bagi publik dalam memilih partai. Korupsi (49%) adalah faktor paling berpengaruh terhadap kegagalan partai pada pemilu, dibandingkan faktor lainnya. Sementara itu, citra partai politik (24%) dan kinerja partai (23,7%) dianggap oleh publik sebagai faktor kesuksesan partai dalam pemilu, baru kemudian tokoh partai (11,9%) menjadi variabel ketiga. Alhasil, dua hal paling krusial yang harus dilakukan partai politik bagi pemilih adalah kepedulian partai terhadap masyarakat (46%) dan partai yang bersih (33%). Artinya, jika dua hal ini bisa ditunjukkan partai baik dengan program kegiatan maupun integritas partai, maka partai akan mendapatkan simpati publik

34 TERIMA KASIH