BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II BAHAN RUJUKAN. uang. Pada tingkat pribadi kita mengenai kredit, maka kredit adalah siap tersedia

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian akuntansi

BAB II BAHAN RUJUKAN

PIUTANG. Slide 4-1. Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

CASH and RECEIVABLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicairkan menjadi kas oleh bank, dijual atau dipakai habis dalam waktu satu

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Pencatatan dan Pelaporan Piutang

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIUTANG. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah

Modul ke: Receivables. Fakultas FASILKOM. Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak. Program Studi Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB 4 PIUTANG. A. Pengertian Piutang

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai

JUMLAH AKTIVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

Akuntansi Piutang Dagang TRADE RECEIVABLE

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Catatan 31 Maret Maret 2010

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR

Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

PENGANGGARAN PIUTANG

1. ACCOUNT RECEIVABLE (PIUTANG DAGANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

ANALISIS MEKANISME & PROSEDUR PEMINJAMAN PIUTANG BISNIS REGULER PADA KANTOR WILAYAH USAHA POS III SUMBAGSEL PT. POS INDONESIA (PERSERO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Selain itu beliau menyoroti manajemen dari sudut pandang sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB XV AKUNTANSI WESEL TAGIH

BAB II URAIAN TEORITIS

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

PIUTANG / TAGIHAN (receivable)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50 AKUTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU PSAK No.50

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pertemuan ke-v AKUNTANSI PIUTANG AKUNTANSI PAJAK. Iwan Efriandy, SE.,M.Si.Ak.CA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi :

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

Piutang (Receivable)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang adalah bagian dari aktiva perusahaan yang bersifat lancar, umumnya berupa kas yang masih akan diterima di masa yang akan datang dan terdapat pada laporan keuangan sebagian besar perusahaan, baik perusahaan dagang, manufaktur dan jasa. Sesuai dengan pernyataan dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2009:01.23), menyatakan bahwa : Aset lancar mencakup aset(seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian dari siklus operasi normalmeskipun aset tersebut tidak diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan. Pada dasarnya piutang timbul dari penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar dapat menjual lebih banyak produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, namun bisa juga terjadi akibat transaksi lainnya seperti pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, pemegang saham, dan perorangan lainnya. Kieso, at all (2008 : 346), menyatakan bahwa piutang adalah : Klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian piutang adalah hak kreditur terhadap debitur sebagai akibat yang timbul dari penyerahan barang atau jasa secara kredit.

6 2.1.2 Klasifikasi Piutang Piutang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa cara, klasifikasi yang paling sering digunakan secara umum dalam praktek adalah klasifikasi piutang menjadi piutang dagang, wesel tagih, dan piutang lain-lain. Secara lebih terperinci Kieso,at all(2008 : 346) mengklasifikasikan piutang dengan dua cara, yaitu sebagai berikut : 1. Pengklasifikasian piutang berdasarkan untuk tujuan dalam laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu : a. Piutang lancar atau piutang jangka pendek (short term receivables) yang diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. b. Piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang (long term receivables) adalah jenis piutang dimana yang masuk kategori ini merupakan seluruh piutang yang tidak termasuk dalam kategori sebelumnya. 2. Pengklasifikasian piutang berdasarkan sebab terjadinya piutang tersebut. Pengklasifikasian piutang berkaitan dengan perbedaan penting antara piutang hasil perdagangan dan yang bukan hasil perdagangan, dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Piutang dagang (trade receivables) merupakan jumlah terutang oleh pelanggan sebagai bagian dari aktivitas normal bisnis perusahaan berupa penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan yang dapat disub-klasifikasikan lagi menjadi piutang usaha (account receivables) dan wesel tagih (notes receivables). b. Piutang usaha (account receivables), adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang dan jasa yang dibeli, biasanya dapat ditagih dalam waktu 30-60 hari. c. Wesel tagih (notes receivables), adalah janji tertulis secara formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu dimasa depan (tanggal jatuh tempo). Wesel tagih ini sendiri ada yang bersifat

7 jangka pendek maupun jangka panjang yang terdiri atas dua jenis, yaitu : (1) Wesel tagih tidak berbunga (non-interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (nilai yang tertera dalam lembar wesel) sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. (2) Wesel tagih berbunga (interest bearing note) Jenis wesel tagih dimana nilai nominal wesel (nilai yang tertera pada lembar wesel) tidak sama besarnya dengan nilai jatuh tempo. Nilai jatuh tempo terdiri dari nilai nominal ditambah dengan bunga yang diperoleh selama masa periode tertentu. d. Piutang non-dagang (non-trade receivables), merupakan piutang yang bukan dari hasil perdagangan atau sering disebut juga meliputi semua jenis piutang lainnya yang muncul dari berbagai transaksi (yang bukan transaksi normal perusahaan) yang dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu, contohnya antara lain : (1) Uang muka kepada karyawan dan staf. (2) Uang muka kepada anak perusahaan. (3) Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian atau kerusakan. (4) Piutang dividen dan bunga. (5) Piutang pajak yang lebih disetor. (6) Klaim, antara lain terhadap perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan, terdakwa dalam suatu perkara hukum, perusahaan pengangkutan untuk barang yang rusak atau hilang dan lain sebagainya. 2.1.3 Pengelolaan Piutang Usaha Menurut Soemarso (1986 : 338) dalam hubungannya dengan piutang, hal penting yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan adalah memastikan agar piutang dapat ditagih begitu waktunya telah tiba. Apabila pimpinan perusahaan sudah dapat mengusahakan hal yang demikian, maka kerugian yang

8 disebabkan oleh karena tidak tertagihnya piutang akan dapat dikurangi sesedikit mungkin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan agar tujuan pengelolaan piutang seperti yang disebutkan diatas dapat tercapai adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit kepada langganan. Adanya kebijakan dan prosedur ini, berarti debitur sudah diseleksi terlebih dahulu sebelum penjualan kredit diberikan. Dengan cara ini kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang dapat diperkecil. 2. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan syarat kredit yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Penetapan syarat kredit ini akan berhubungan dengan : (a) jangka waktu lamanya kredit dan (b) potongan yang diberikan untuk menarik debitur agar membayar lebih cepat dari jangka waktu kredit. 3. Pimpinan perusahaan perlu menetapkan prosedur yang baik untuk penagihan piutang, Peralatan yang dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk memonitor apakah pengelolaannya terhadap piutang sudah cukup baik adalah : (1) analisa umur piutang, (2) angka perputaran piutang, dan (3) angka rata-rata jangka waktu penagihan. 1. Analisa umur piutang adalah mengelompokkan saldo piutang pada suatu saat tertentu berdasarkan golongan umurnya. Dari analisa ini pimpinan perusahaan akan dapat melihat berapa dari saldo piutang yang dimilikinya, jumlah-jumlah yang telah lewat jatuh tempo dan sampai berapa lama lewat jatuh temponya. Dari analisa umur piutang ini, pimpinan perusahaan akan dapat mengambil beberapa tindakan yang perlu dilakukan, misalnya menentukan kerugian yang mungkin timbul oleh karena tidak tertagihnya piutang. 2. Perputaran piutang (receivables turnover), angka ini menunjukka berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam suatu periode tertentu.

9 Makin tinggi angka perputaran piutang yang diperoleh, makin baik pengelolaan piutang yang dilakukan perusahaan. 3. Rata-rata jangka waktu penagihan (average collection period), angka ini menunjukkan rata-rata jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutangnya. Makin pendek jangka waktu ini, makin baik bagi perusahaan. Apabila angka rata-rata jangka waktu penagihan ini dibandingkan dengan syarat kredit yang diberikan, maka perusahaan akan dapat menilai efektivitas kegiatan penagihan piutang yang dilakukannya. 2.1.4 Masalah Dasar Piutang Usaha Sebelum Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dikonvergensi ke IFRS yang menjadi masalah dasar dalam akuntansi untuk piutang usaha dan wesel tagih adalah pengakuan, penilaian, dan disposisi. Tetapi setelah dikonvergensi masalah dalam piutang usaha bertambah yaitu harus melakukan proses penilaian penurunan nilai (Impairment Evaluation Process). Masalah dasar ini akan dibahas dalam urutan sebagai berikut : 2.1.4.1 Pengakuan Piutang Usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchage price) adalah jumlah yang terhutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur (invoice). Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah (1) ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon tunai) dan (2) lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (elemen bunga). Pada saat proses awal pengelolaan piutang, ada beberapa unsur dari piutang yang harus diketahui, diantaranya : 1. Diskon dagang (Trade Discount) Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang atau kuantitas. diskon dagang (trade discount) semacam itu digunakan untuk menghindari

10 perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas yang berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing. Diskon dagang biasanya dikutip sebagai suatu persentase. 2. Diskon Tunai (Diskon Penjualan) Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran lebih cepat. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari), atau 2/10, E.O.M. net 30, E.O.M. (diskon 2% jika dibayarkan 10 hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya). Keuntungan yang diperoleh dengan cara memberikan diskon tunai, adalah: a. Penerimaan kas dari pelanggan yang lebih cepat untuk mengurangi kebutuhan meminjam kas dalam memenuhi kebutuhan operasi. b. Mengingat pelanggan memiliki kecenderungan untuk mendahulukan membayar tagihan yang menawarkan potongan, maka potongan penjualan akan menurunkan peluang pelanggan kehabisan kas pada saat tagihan jatuh tempo. Beberapa akuntan memandang bahwa diskon penjualan yang tidak diambil mencerminkan penalti atau denda yang ditambahkan pada harga yang ditetapkan untuk merangsang pembayaran secepatnya. Yaitu, penjual menawarkan penjualan kerdit pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada penjualan tunai, dan kenaikkannya dioffset oleh diskon tunai yang ditawarkan. Dengan kata lain mereka yang membayar setelah berakhirnya periode diskon akan didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi harga tunai. Jika penalaran ini yang digunakan, maka penjualan dan piutang dicatat pada harga bersih, dan setiap diskon yang tidak diambil kemudian di debet ke piutang usaha dan di kredit ke diskon penjualan yang hilang (sales discount forfeited).

11 Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencatat diskon tunai, yaitu metode kotor dan metode bersih. Ayat jurnal untuk mencatat diskon tunai menurut metode kotor dan metode bersih adalah : Tabel 2.1 Jurnal Metode Kotor danmetode Bersih Metode Kotor Metode Bersih Penjualan senilai $10.000, syarat 2/10, n/30 dr. Piutang usaha 10.000 dr. Piutang usaha 10.000 cr. Penjualan 10.000 cr. Penjualan 10.000 Pembayaran sebesar $4.000 diterima dalam periode diskon dr. Kas 3.920 dr. Kas 3.920 dr. Diskon penjualan 80 cr. Piutang usaha 3.920 cr. Piutang usaha 4.000 Pembayaran sebesar $6.000 diterima setelah periode diskon : dr. Kas 6.000 dr. Piutang usaha 120 cr. Piutang usaha 6.000 cr. Diskon penjualan yang hilang 120 dr. Kas 6.000 cr. Piutang usaha 6.000 Sumber : Kieso, at all Akuntansi Intermediate (2008 : 348) Jika yang digunakan adalah metode kotor, maka diskon penjualan harus dilaporkan sebagai pengurangan atas penjualan dalam laporan laba-rugi. Dan jika metode bersih yang digunakan, maka diskon penjualan yang hilang diperlakukan sebagai pos pendapatan lain-lain. Namun dari segi praktis metode bersih jarang digunakan karena memerlukan analisis dan pembukuan tambahan.

12 3. Tidak Ada Pengakuan Atas Unsur Bunga Idealnya, piutang harus diukur dalam istilah nilai sekarang, yaitu nilai diskonto dari kas yang akan diterima di masa depan. Jika ekspektasi penerimaan kas memerlukan periode tunggu (waiting period), maka jumlah nominal (face amount) piutang tidak sama nilainya dengan jumlah yang akan diterima kemudian. Dalam praktis, pendapatan bunga yang berhubungan dengan piutang usaha diabaikan karena jumlah diskon biasanya tidak material dibandingkan dengan laba bersih periode bersangkutan. Profesi akuntansi secara khusus mengeluarkannya dari pertimbangan nilai sekarang untuk piutang yang berasal dari transaksi dengan pelanggan dalam kegiatan bisnis normal yang jatuh tempo dalam jangka waktu perdagangan umum yang tidak melampaui sekitar satu tahun. 2.1.4.2 Penilaian Piutang Usaha Setelah mencatat piutang usaha pada nilai nominalnya (jumlah yang akan jatuh tempo), maka seorang staf akuntansi akan menghadapi masalah mengenai penyajian laporan keuangan, yaitu pelaporan piutang yang melibatkan mengenai :(1) klasifikasi (melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar), dan (2) penilaian didalam laporan posisi keuangan. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang diklasifikasikan sebagai lancar. Sementara semua piutang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas, yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan nilai realisasi bersih ini memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan. 2.1.4.3 Disposisi Piutang Usaha Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha kepada perusahaan lainnya secara tunai. Ada beberapa

13 alasan untuk transfer semacam ini, yaitu pertama untuk alasan kompetitif, penyediaan pembiayaan penjualan kepada pelanggan bisa dikatakan wajib dalam banyak industri. Dalam penjualan barang yang tahan lama, sebagian penjualan berdasarkan atas kontrak angsuran oleh karena itu perusahaan besar memiliki anak perusahaan yang berspesialisasi dalam pembiayaan piutang. Kedua, pemilik piutang (holder) mungkin menjual piutang karena memerlukan kas dan akses ke kredit normal tidak tersedia atau sangat mahal. Selain itu, sebuah perusahaan menjual piutang, bukan meminjam, untuk menghindari pelanggaran terhadap kesepakatan peminjaman yang sudah ada. Ketiga, penagihan piutang sering kali memerlukan banyak waktu dan mahal. Sebaliknya, beberapa pembeli (purchasers) piutang mungkin membelinya untuk mendapatkan perlindungan hukum atas hak kepemilikan yang diterima pembeli aktiva versus hak yang diterima penjual yang dijamin kreditur. Selain itu, bank dan institusi pemberi pinjaman lainnya mungkin juga terpaksa membeli piutang karena adanya batasan legal, yaitu : mereka tidak dapat lagi memberikan pinjaman tambahan tetapi bisa membeli piutang dan menarik biaya untuk jasa ini. Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : peminjaman yang dijamin dan penjualan piutang. 1. Peminjaman Yang Dijamin Piutang sering kali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitur menunjuk (menetapkan) atau menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman tidak dibayar pada saat jatuh tempo, maka kreditur memiliki hak untuk mengkonversi jaminan itu menjadi kas, yaitu untuk menagih piutang. 2. Penjualan Piutang Penjualan piutang semakin sering terjadi. Jenis penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor. Factor adalah perusahaan pembiayaan atau bank yang membeli piutang dari perusahaan untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang secara langsung dari pelanggan.

14 Salah satu fenomena baru dalam penjualan (transfer) piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi (securitization) dapat berupa pool aktiva seperti piutang kartu kredit, piutang hipotik, atau piutang pinjaman mobil dan menjual sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool tersebut. Perbedaan antara factoring dan sekuritisasi adalah bahwa factoring biasanya melibatkan penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas piutang rendah, dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Sedangkan dalam sekuritisasi, banyak investor terlibat, marjinnya sedikit, kaulitas piutang tinggi, dan penjual biasanya terus menagih piutang. Baik dalam transaksi factoring maupun sekuritisasi, piutang dapat dijual atas dasar tanpa tanggung rentang atau dengan tanggung rentang. (6) Melakukan Pembayaran FACTOR (2) Penelaahan Kredit (3) Menyetujui (4) serahkan kas PELANGGAN (1) Menyampaikan pesanan (5) Mengirimkan barang PERUSAHAAN Gambar 2.1Ilustrasi mengenai ketentuan factoring Sumber : Kieso, at all Akuntansi Intermediate (2008 : 363) a. Penjualan Tanpa Tanggung Renteng Jika piutang dijual tanpa tanggung renteng (without recourse), maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Transfer piutang usaha dalam transaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan

15 penjualan piutang usaha secara langsung baik dalam bentuk (transfer kepemilikan) maupun dalam substansinya (transfer pengendalian). b. Penjualan Dengan Tanggung Renteng Jika piutang dijual dengan tanggung renteng (with recourse), maka penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitur tidak mampu membayar. Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen keuangan (financial components approach), karena penjual akan terus terlibat dengan piutang. 2.1.4.4 Penurunan Nilai Piutang Usaha (Impairments Receivable) Bagi banyak perusahaan, membuat toleransi yang sesuai untuk kredit macet relatif mudah. Oleh karena itu IASB, memberikan panduan rinci yang akan digunakan untuk menilai apakah piutang harus dianggap tidak tertagih (sering disebut sebagai gangguan). Perusahaan menilai piutang mereka untuk penurunan setiap periode pelaporan. Menurut PSAK No. 48, menyatakan bahwa : Suatu aset turun nilainya jika nilai tercatatnya melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali, penurunan nilai aset tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan keuangan. Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset, perusahaan harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut. Dalam mengindikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset, perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini : 1. Informasi dari luar perusahaan : a. Selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi (amortisasi). b. Telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan dalam teknologi pasar,

16 kondisi ekonomi atau hukum tempat perusahaan beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan dari aset tersebut. c. Selama periode tertentu, tarif diskonto pasar (tingkat kembalian investasi pasar) talah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aset yang dapat diperolah kembali secara material. 2. Informasi dari dalam perusahaan. a. Terdapat bukti mengenai kecurangan atau kerusakan fisik aset. b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan penggunaan aset. c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diharapkan. 3. Aset yang pada tahun terakhir sebelumnya digunakan sebesar nilai pakainya : a. Arus kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari arus kas taksiran sebelum diperhitungkan diskonto. Kieso, at all (2011 : 355) menyatakan bahwa: Companies assess their receivables for impairment each reporting period and star the impairment assessment by considering whether objective evidence indicates that one or more loss events have occurred. Contoh kerugian-kerugian yang terjadi, yaitu : 1. masalah keuangan pelanggan yang signifikan sehingga belum dapat melunasi piutangnya sampai melewati waktu jatuh tempo (overdue). 2. gagalnya pembayaran. 3. negosiasi ulang persyaratan dalam piutang karena kesulitan keuangan pelanggan.

17 4. terukur penurunan taksiran aliran kas masa depan dari sekelompok piutang sejak pengakuan awal, meskipun penurunan tersebut belum bisa diidentifikasi dengan aset individu dalam kelompok. IASB mengharuskan penilaian penurunan nilai harus dilakukan sebagai berikut : 1. Piutang yang signifikan secara individual harus dipertimbangkan untuk penurunan secara terpisah. 2. piutang yang dinilai secara individual yang tidak dianggap terganggu harus disertakan dengan kelompok aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan penurunan nilai kolektif yang dinilai. 3. piutang yang tidak dinilai secara individual harus kolektif dinilai untuk penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai dicatat pada Laba Rugi sebesar selisih antara nilai tercatat dengan nilai piutang yang dapat terealisasi. Nilai piutang yang dapat terealisasi dihitung dari nilai kini estimasi arus kas masa depan, yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal yang dihitung pada saat pencatatan awal piutang. Perlakuan akuntansi untuk pengukuran nilai piutang termasuk dalam PSAK No. 55 (Revisi 2011) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang berlaku secara prospektif sejak 1 Januari 2012. Piutang termasuk kategori aset keuangan yang diatur di PSAK No. 55 dan termasuk ke dalam klasifikasi "Pinjaman yang diberikan dan Piutang". Menurut PSAK No. 55, yang termasuk ke dalam klasifikasi "Pinjaman yang diberikan dan piutang" adalah : aset keuangan yang bukan derivatif, dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak diperdagangkan di pasar aktif. 2.1.4.5 Pengukuran Pada saat pengakuan awal, piutang jangka pendek yang tidak memiliki suku bunga yang ditetapkan, seperti piutang dagang atau piutang usaha, dapat diukur sesuai dengan jumlah yang tertera pada faktur. Namun demikian, tidak

18 berlaku halnya dengan piutang jangka panjang. Piutang jangka panjang (periode jatuh tempo lebih dari 1 tahun) dicatat pada awal pengakuan, sebesar nilai kini dari nilai jatuh temponya. Nilai kini (present value) dihitung dengan mendiskontokan arus kas yang akan diterima pada saat jatuh tempo dengan menggunakan suku bunga efektif. Selisih nilai kini dengan nilai jatuh tempo, yaitu diskonto, mencerminkan pendapatan bunga tangguhan yang harus diakui sebagai pendapatan bunga selama periode pengakuan piutang tersebut. Pengukuran selanjutnya pada setiap tanggal laporan keuangan, piutang diukur menggunakan biaya perolehan diamortisasi. Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan seperti piutang, adalah nilai piutang yang dicatat di awal, dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif atas diskonto yang muncul di awal pengakuan. Untuk piutang jangka pendek, maka dampak diskonto tidak material, sehingga nilai tercatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi tidak akan berbeda signifikan dengan nilai faktur. Jika pada periode berikutnya jumlah penurunan nilai berkurang, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan. Keuntungan pemulihan diakui di laba rugi dan jumlahnya tidak dapat menyebabkan nilai tercatat piutang melebihi nilai tercatat sebelum adanya pengakuan penurunan nilai piutang 2.1.4.6 Implikasi Implikasi dari pengukuran nilai piutang ini, perusahaan belum tentu selalu dapat menggunakan matrik penyisihan kerugian piutang yang menetapkan tingkat penyisihan tertentu untuk jumlah hari tunggakan, misal 0% jika kurang dari 90 hari, 20% jika antara 90? 180 hari, 50% jika antara 181? 365 hari dan 100% jika lebih dari 365 hari, karena persentase piutang tak tertagih harus berdasarkan kerugian historis. Selain itu, untuk piutang yang signifikan secara individual, penurunan nilainya dihitung sebagai selisih antara nilai tercatat dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal.

19 Implikasi lain, evaluasi penurunan nilai piutang secara individual melibatkan estimasi terbaik manajemen atas kemungkinan pelunasan yang dilakukan oleh pelanggan. Dengan demikian perusahaan harus terus melakukan pengawasan atas penagihan piutang dan mengetahui perkembangan kondisi pelanggan agar dapat melakukan penilaian dan menentukan estimasi terbaik arus kas masa depan yang berasal dari kemungkinan pelunasan piutang. 2.2 Piutang Usaha Yang Tak Tertagih (Uncollectible Accounts Receivable) Penjualan atas dasar selain penjualan tunai memang memiliki resiko karena dapat menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba dan ekuitas pemegang saham. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (beban piuang tak tertagih). Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih, yaitu : 1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method) Metode penghapusan langsung mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana diputuskan bahwa suatu piutang tertentu tidak akan dapat ditagih. Dalam metode ini tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Pendukung metode penghapusan langsung berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta, bukan estimasi. Metode ini mengasumsikan bahwa dari setiap penjualan akan dihasilkan piutang usaha yang baik, dan kejadian selanjutnya membuktikan bahwa piutang tertentu ternyata tidak tertagih serta mnejadi tidak bernilai. Metode pengehapusan langsung secara teoritis memiliki kelemahan karena biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan, atau menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat direalisasi di neraca. Karenanya, pemakaian metode penghapusan langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih tidak material.

20 Jurnal pada saat penghapusan piutang usaha atas kerugian yang diperoleh, yaitu : dr. Beban Piutang Tak Tertagih xx cr. Piutang Usaha xx 2. Metode Penyisihan (Allowance Method) Metode penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi, dalam periode akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan. Dua langkah dalam metode penyisihan, yaitu : a. Membuat jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mencatat estimasi piutang tak tertagih. b. Menghapus piutang tertentu yang telah terbukti tidak tertagih dalam suatu periode. Walaupun melibatkan estimasi, namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan, dan analisis atas saldo yang beredar. Metode ini mengurangi piutang dalam laporan posisi keuangan dengan jumlahpiutang tak tertagih yang diestimasi. IFRS memerlukan metode penyisihan untuk tujuan pelaporan keuangan pada saat kredit macet adalah dalam jumlah yang material. Metode ini memiliki tiga fitur penting: a. Perusahaan mengestimasi piutang usaha yang tak tertagih. b. Perusahaan mendebit beban piutang tak tertagih (Bad Debt Expense) dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih (Allowance for Doubtful Account) melalui jurnal penyesuaian pada akhir periode. c. Ketika perusahaan mencatat di akun khusus, perusahaan mendebit piutang yang tak tertagih pada penyisihan kerugian piutang (Allowance for Doubtful Accounts) dan mengkredit jumlah tersebut pada piutang usaha (Account Receivable). FASB memandang ketertagihan piutang sebagai kontijensi kerugian. Metode penyisihan hanya tepat dalam situasi dimana terdapat kemungkinan

21 bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan (kerugian) dapat diestimasi secara layak. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar persentase penjualan atau piutang yang beredar. Adapun jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut : 1. Pada saat timbulnya piutang. dr. Piutang xx cr. Penjualan xx 2. Pada saat mengestimasi piutang tak tertagih dr. Beban Piutang Tak Tertagih xx cr. Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih xx 3. Pada saat terjadi kerugian piutang (penghapusan) dr. Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih xx cr. Piutang xx (a) Pendekatan Persentase-Penjualan (Percentage of sales approach) Pendekatan ini menandingkan biaya dengan pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada periode dimana penjualan dicatat. Ayat jurnal untuk mencatat estimasi piutang tak tertagih dengan menggunakan metode persentasepenjualan adalah sebagai berikut : dr. Beban Piutang Tak Tertagih xx cr. Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih xx (b) Pendekatan Persentase Piutang (Percentage of Receivable or Balance Sheet Approach) Pendekatan persentase piutang dapat diaplikasikan dengan menggunakan : Satu tarif gabungan(composite rate) yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih. Menetapkan skedul umur piutang (aging schedule) dan menerapkan persentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur. Skedul ini

22 mengindikasikan akun mana yang memerlukan perhatian khusus dengan memperlihatkan umur piutang usaha. Tujuan utama dari metode persentase piutang yang beredar untuk tujuan pelaporan keuangan adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang di laporan posisi keuangan. Akan tetapi, metode ini memiliki kelemahan karena mungkin tidak menandingkan beban piutang tak tertagih dalam periode terjadinya penjualan. 2.3 Penagihan Piutang Usaha Yang Telah Dihapus Apabila piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance for Doubtful Account) dan mengkrerdit Piutang Usaha (Account Receivable). Jika penagihan atas piutang usaha yang telah dihapus sebelumnya dilakukan, maka perusahaan terlebih dahulu harus memunculkan kembali piutang usaha itu dengan mendebit Piutang Usaha dan mengkredit Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Kemudian, perusahaan juga harus membuat ayat jurnal untuk mendebit kas dan mengkredit akun pelanggan sebesar jumlah yang diterima. Jika yang dipakai adalah metode penghapusan langsung, maka jumlah yang ditagih didebet ke kas dan dikredit ke akun pendapatan yang berjudul Jumlah tak tertagih yang dipulihkan, dengan penjelasan atau catatan yang sesuai pada akun pelanggan yang bersangkutan. Bila terjadi penghapusan piutang dr. Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih xx cr. Piutang Usaha xx Bila akan diterima kembali piutang yang telah dihapus dr. Piutang Usaha xx cr. Penyisihan Untuk Piutang Tak Tertagih xx Mencatat penerimaan kas dari piutang dr. Kas xx cr. Piutang Usaha xx