(MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN FILTRAT FUSARIUM OXYSPORUM UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM

dokumen-dokumen yang mirip
Pengujian Planlet Abaka Hasil Seleksi terhadap Fusarium oxysporum

Seleksi Silang Tunas Abaka dengan Asam Fusarat atau Filtrat F. oxysporum dan Regenerasinya Membentuk Planlet

Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

VARIASI SOMAKLONAL TANAMAN KANTONG SEMAR (NEPENTHES MIRABILIS DAN N. GRACILIS) SECARA IN VITRO DENGAN MUTAGEN KIMIA KOLKISIN

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

Endang G Lestari H, I Mariska, I Roostika dan M Kosmiatin BB-Biogen Jl. Tentara Pelajar 3 A Bogor ABSTRACT

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

INDUKSI KERAGAMAN SOMAKLONAL PADA TUNAS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA SECARA IN VITRO

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

Seleksi In Vitro Tanaman Lada untuk Ketahanan terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang

Seleksi In Vitro dan Pengujian Mutan Tanaman Pisang Ambon Kuning untuk Ketahanan terhadap Penyakit Layu Fusarium

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

KETAHANAN BEBERAPA GALUR KACANG TANAH HASIL KULTUR IN VITRO TERHADAP PENYAKIT LAYU CENDAWAN Fusarium sp

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

PERBAIKAN KETAHANAN TANAMAN PANILI TERHADAP PENYAKIT LAYU MELALUI KULTUR IN VITRO. Endang G. Lestari, D. Sukmadjaja, dan I.

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

VARIASI SOMAKLONAL DAN SELEKSI IN VITRO ABAKA (Musa textilis Nee) UNTUK KETAHANAN TERHADAP LAYU FUSARIUM RULLY DYAH PURWATI

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

Biosaintifika 4 (1) (2012) Biosantifika. Berkala Ilmiah Biologi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

PERKEMBANGAN PISANG RAJA NANGKA (Musa sp.) SECARA KULTUR JARINGAN DARI EKSPLAN ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

VARIASI SOMAKLONAL DAN SELEKSI IN VITRO ABAKA (Musa textilis Nee) UNTUK KETAHANAN TERHADAP LAYU FUSARIUM RULLY DYAH PURWATI

EFEKTIVITAS FILTRAT KULTUR DAN IDENTIFIKASI EMBRIO SOMATIK DAN KECAMBAH KACANG TANAH KULTIVAR LOKAL BIMA PADA FILTRAT KULTUR CENDAWAN Fusarium sp

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Biotika Vol. 5 No. 2 Desember 2006 hlm 7-12

KETAHANAN SEJUMLAH GALUR KACANG TANAH HASIL REGENERASI EMBRIO SOMATIK TERHADAP INFEKSI

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (2): ISSN eissn Online

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

Transkripsi:

BIOSCIENTIAE Volume 1, Nomor 2, Juli 2004 Halaman 11-22 Versi online: http://bioscientiae.tripod.com SELEKSI IN VITRO TANAMAN ABAKA ( (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN FILTRAT FUSARIUM OXYSPORUM UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM Fitri Damayanti Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua, Samarinda ABSTRAK Permasalahan dalam usaha pertanaman abaka adalah serangan penyakit layu Fusarium akibat jamur Fusarium oxysporum. Varietas yang tahan penyakit tersebut sampai saat ini belum ada. Perbaikan tanaman terutama sifat ketahanan terhadap penyakit dapat dilakukan melalui peningkatan keragaman somaklonal yang diikuti dengan seleksi in vitro. Peningkatan keragaman somaklonal tanaman abaka dilakukan dengan menggunakan mutagen fisik yaitu radiasi sinar gamma dengan dosis radiasi 0, 0,5; 1, 1,5; 2, dan 3 Krad yang dilakukan pada kalus embriogenik. Semakin tinggi dosis radiasi maka semakin rendah kemampuan kalus untuk beregenerasi. Pada dosis radiasi 3 Krad kalus tidak dapat beregenerasi dan mengalami kematian. LD 50 diperoleh pada kisaran dosis 1-1.5 Krad. Seleksi in vitro dilakukan dengan menggunakan filtrat yang diisolasi dari F. oxysporum melalui dua tahap berurutan, dimana pada seleksi tahap II konsentrasi filtrat dinaikkan satu tingkat dari seleksi tahap I. Konsentrasi filtrat yang dicobakan adalah 0, 10, 30, dan 50%. Seleksi tahap I pada tunas yang dihasilkan dari kalus yang telah diradiasi dalam media yang mengandung filtrat menunjukkan semakin tinggi konsentrasi filtrat semakin rendah daya hidup tunas. Pada seleksi tahap II dimana konsentrasi filtrat ditingkatkan, tunas dari kalus hasil radiasi dapat hidup pada media seleksi. Pada media seleksi silang yang mengandung 75 ppm asam fusarat, tunas yang tahan filtrat F. oxysporum tahan juga terhadap asam fusarat. Perlakuan radiasi dapat meningkatkan persentase daya tahan tunas dalam media seleksi. Kata kunci: Abaka ((Musa textiles Nee), filtrat F. oxysporum, radiasi sinar gamma, penyakit layu Fusarium 2004 Program Studi Biologi FMIPA Unlam 11

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 PENDAHULUAN Abaka (Musa textilis, Nee) merupakan salah satu jenis tanaman pisang penghasil serat. Kebutuhan dunia terhadap serat abaka masih tinggi dan tidak dapat dipenuhi oleh negara produsen seperti Filipina dan Equador (Wardiyati, 1999). Hal ini memberi peluang untuk pengembangan abaka di Indonesia. Dengan dukungan lahan dan iklim tropis yang sesuai bagi komoditas pisang-pisangan, abaka merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan. Masalah utama dalam pengembangan tanaman abaka adalah penyakit layu Fusarium akibat jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense. Pertanaman abaka secara besar-besaran dikhawatirkan menghadapi masalah penyebaran penyakit yang sangat cepat karena varietas yang ada tidak tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Untuk mengatasi masalah di atas dapat digunakan varietas yang tahan terhadap penyakit layu. Perakitan varietas yang tahan penyakit memerlukan keragaman genetik yang besar, padahal keragaman genetik abaka relatif rendah terutama untuk sifat yang berhubungan dengan ketahanan terhadap penyakit. Hal tersebut dapat diatasi dengan radiasi sinar gamma yang menghasilkan mutan dan meningkatkan keragaman genetik. Selama ini radiasi sinar gamma telah digunakan untuk merakit berbagai varietas. Telah banyak dilaporkan bahwa perlakuan radiasi yang dikombinasi dengan seleksi in vitro dapat memperbesar peluang mendapatkan varietas tanaman yang tahan penyakit. Seleksi ketahanan tanaman terhadap penyakit layu Fusarium umumnya dilakukan secara in vitro pada massa sel atau jaringan yang dikulturkan pada media berisi komponen seleksi berupa filtrat dari patogen bervirulensi tinggi. Toksin dan filtrat Fusarium digunakan sebagai komponen seleksi karena ada korelasi antara ketahanan terhadap toksin dengan ketahanan terhadap penyakit (Arai dan Takeuchi, 1993). Melalui metode ini telah diperoleh tanaman yang tahan penyakit Fusarium seperti pada carnation (Arai dan Takeuchi 1993), gandum (Fadel dan Wenzel 1993; Ahmed et al. 1996), dan pisang (Morpurgo et al. 1994; Matsumoto et al. 1995; Matsumoto et al. 2000a,b). Melihat keberhasilan tadi, agaknya metode ini juga dapat diterapkan untuk abaka. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan metode seleksi 12

Damayanti - Seleksi in vitro tanaman abaka yang tepat dan untuk mendapatkan tunas tanaman abaka yang tahan penyakit layu Fusarium hasil regenerasi kalus yang diradiasi dan diseleksi dengan filtrat F. oxysporum. BAHAN DAN METODE Tanaman dan Filtrat Dalam penelitian ini digunakan tanaman abaka (Musa textilis Nee) varietas Tangongon. Sebagai komponen seleksi digunakan filtrat F. oxysporum, yang diisolasi dari tanaman pisang barangan, yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Filtrat disterilkan dengan filter millipore agar diperoleh tingkat virulensi atau toksisitas yang tinggi. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma terhadap Daya Regenerasi dari Kalus Untuk radiasi digunakan Irradiator Gammacell 220 (sumber Co 60) dengan dosis 0; 0,5; 1; 1,5; 2, dan 3 Krad. Eksplan yang diradiasi adalah kalus embriogenik abaka berukuran 5 mm. Setelah radiasi eksplan dikultur dalam media regenerasi Murashige dan Skoog (1962) yang diperkaya dengan sukrosa dan zat pengatur tumbuh yaitu 5 mg/l BAP + 0.4 mg/l thidiazuron + 100 mg/l asam askorbat selama delapan minggu. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak lengkap, menggunakan sepuluh kalus tiap perlakuan dengan empat kali ulangan. Parameter yang diamati adalah daya regenerasi kalus, LD 50, serta jumlah dan tinggi tunas pada umur delapan minggu setelah tanam. Seleksi in Vitro Tunas untuk Ketahanan terhadap Filtrat F. oxysporum Seleksi dilakukan dalam dua tahap berurutan dalam media yang mengandung filtrat F. oxysporum. Seleksi tahap I dilakukan pada tunas hasil radiasi dalam media seleksi pada beberapa konsentrasi yaitu 0, 10, 30 dan 50%. Inkubasi pada media seleksi dilakukan selama delapan minggu. Tunas yang tahan disubkultur pada media bebas filtrat (MS + 5 mg/l BAP + 0.4 mg/l thidiazuron + 100 mg/l asam askorbat) selama delapan minggu untuk proses pemulihan dan 13

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 multiplikasi. Selanjutnya dilakukan seleksi tahap II pada media yang mengandung filtrat F. oxysporum dengan konsentrasi dinaikan satu tingkat dari seleksi tahap I. Setelah delapan minggu tunas yang tahan diregenerasikan kembali. Tunas yang tetap hidup kemudian diseleksi dalam media yang mengandung 75 ppm toksin murni asam fusarat selama delapan minggu. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak lengkap. Untuk tiap perlakuan digunakan sepuluh tunas sebagai ulangan. Parameter yang diamati pada tiap tahapan seleksi adalah persentase hidup tunas, jumlah dan tinggi tunas. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Radiasi Sinar Gamma terhadap Daya Regenerasi Kalus Radiasi berpengaruh terhadap daya regenerasi kalus. Setelah delapan minggu di media tanam, semua kalus yang tidak diradiasi dapat beregenerasi. Semakin tinggi dosis radiasi, semakin rendah kemampuan kalus untuk melakukan regenerasi membentuk tunas adventif. Pada radiasi 3 Krad kalus tidak dapat beregenerasi dan mengalami kematian. LD 50 diperoleh pada kisaran radiasi 1 1,5 Krad (Tabel 1). Ini lebih rendah dari pisang cavendish (Smith et al., 1997) dan pisang raja sere (Imelda et al., 1997). Menurut Nagatomi (1996), dosis terbaik untuk menghasilkan mutan terletak di bawah LD 50, walaupun pada dosis tersebut lebih banyak kerusakan pada stadia awal. Perlakuan radiasi yang diberikan berpengaruh terhadap jumlah dan tinggi tunas yang dihasilkan (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Novak et al. (1990) pada tunas pucuk pisang dari klon SH 3142, Grand Nain, Highate, SH 3436, AVP 67, SABA dan Pelipita yang diradiasi dengan sinar gamma 1.5, 3, 4.5, dan 6 Krad memperlihatkan jumlah tunas dan berat segar semakin menurun seiring dengan peningkatan dosis radiasi yang diberikan. Pada radiasi 3 Krad tidak satupun kalus menghasilkan tunas. Proses regenerasi yang terhambat karena radiasi dapat menyebabkan rusaknya DNA sehingga proses sintesis protein atau enzim terganggu. Akibatnya metabolisme terganggu sehingga proses morfogenesis pada kalus embriogenik terganggu yang 14

Damayanti - Seleksi in vitro tanaman abaka menyebabkan proses regenerasinya terganggu. Pemberian radiasi yang diharapkan adalah yang mempunyai pengaruh fisiologis rendah namun berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sifat tanaman ke arah yang diinginkan terutama sifat ketahanan terhadap penyakit. Tabel 1. Pengaruh radiasi sinar gamma pada kalus embriogenik terhadap jumlah, tinggi tunas (cm) dan daya regenerasi kalus (%) yang dihasilkan pada umur delapan minggu setelah tanam Dosis Radiasi (Krad) Rerata Jumlah Tunas Rerata Tinggi Tunas (cm) Daya Regenerasi Kalus (%) 0.0 3.61 a 2.32 a 100 0.5 3.46 a 2.10 a 85.00 1.0 3.70 a 2.13 a 64.36 1.5 3.31 a 1.88 a 43.64 2.0 1.00 b 0.58 b 12.50 3.0 0.00 b 0.00 b 0.00 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan Penampakan warna tunas yang terbentuk dari perlakuan radiasi bervariasi antara putih kehijauan dan putih kekuningan, sedangkan pada kontrol tunas yang dihasilkan berwarna hijau. Tunas yang diperoleh dari perlakuan radiasi digunakan untuk seleksi in vitro ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium dengan menggunakan filtrat F. oxysporum. Dalam hal ini tunas yang diambil adalah dari dosis radiasi 0-1,5 Krad. Tunas dari dosis 2 Krad tidak disertakan karena jumlahnya tidak memadai untuk perlakuan selanjutnya, sedangkan tunas dari dosis 3 Krad semuanya mati. 15

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 Seleksi in Vitro Tunas untuk Ketahanan terhadap Filtrat F. oxysporum Seleksi i tahap I Setelah delapan minggu terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi filtrat F. oxysporum yang digunakan, semakin rendah persentase hidup tunas (Tabel 2). Pada kontrol semuanya tetap hidup. Hal ini diduga karena adanya daya hambat filtrat yang menunjukkan bahwa filtrat mengandung komponen organik yang bersifat toksik terhadap jaringan tanaman dan menghambat regenerasi tunas. Pada konsentrasi filtrat 10% semua tunas hasil radiasi dapat beregenerasi, kecuali pada perlakuan tanpa radiasi dan radiasi 1,5 Krad. Persentase tertinggi tunas yang hidup pada konsentrasi 30% dan 50% filtrat diperoleh dari perlakuan dosis radiasi 0.5 Krad kemudian diikuti pada dosis radiasi 1 Krad dan yang terendah adalah pada perlakuan tanpa radiasi. Ketahanan tunas hasil regenerasi dari kalus yang diradiasi terhadap filtrat yang diisolasi dari F. oxysporum, diduga karena tunas tersebut telah mengalami mutasi. Dosis radiasi yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan. Dari Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan radiasi dapat meningkatkan jumlah dan tinggi tunas yang dihasilkan. Hal ini diduga telah terjadi perubahan aktifitas metabolisme yang berdampak positif. Tunas yang berasal dari perlakuan dosis radiasi 1 Krad menghasilkan tunas yang paling banyak demikian juga untuk tinggi tunas. Sedangkan pada perlakuan radiasi 1.5 Krad menghasilkan jumlah dan tinggi tunas yang rendah, hal ini diduga karena perlakuan radiasi dosis tinggi mengakibatkan kerusakan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bahkan mengakibatkan kematian sel. Secara umum radiasi meningkatkan daya tahan tunas dari kalus dalam media seleksi. Diduga radiasi menyebabkan mutasi sel somatik sehingga sel lebih adatif terhadap stres. Tunas yang mati pada awalnya menunjukkan gejala busuk di pangkal batang yang menjalar ke bagian atas dan berwarna coklat kehitaman. Gejala itu menyerupai gejala penyakit layu Fusarium di lapangan. 16

Damayanti - Seleksi in vitro tanaman abaka Tabel 2. Jumlah, tinggi tunas (cm) dan persentase hidup tunas (%) pada media seleksi yang mengandung filtrat F. oxysporum 8 minggu setelah tanam Dosis Radiasi (Krad) Konsentrasi Filtrat (%) Tunas Hidup (%) Jumlah Tunas Tinggi Tunas (cm) 0 0 100 1.50 a 1.57 a 10 60.00 1.40 a 1.06 a 30 50.00 0.50 a 0.34 a 50 40.00 1.20 a 0.58 a 0.5 0 100 3.90 ab 3.06 a 10 100 4.70 a 4.05 a 30 92.31 2.50 b 1.57 b 50 76.92 2.70 b 1.73 b 1 0 100 6.60 a 4.90 a 10 100 4.50 b 3.96 a 30 81.25 3.90 b 2.66 b 50 66.67 3.50 b 2.33 b 1.5 0 100 2.86 a 1.86 a 10 85.71 2.00 ab 1.47 ab 30 57.14 1.30 ab 0.76 ab 50 42.80 0.60 b 0.39 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom dan dosis radiasi tertentu menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan Setelah seleksi tahap I dilakukan perbanyakan tunas pada media bebas toksin untuk proses pemulihan sebelum memasuki seleksi tahap selanjutnya. Periode kultur yang terus menerus dalam media yang mengandung toksin dapat menurunkan kemampuan sel untuk beregenerasi (Van den Bulk, 1991). Brazolot et al. (1994) melaporkan bahwa subkultur yang berulang pada media bebas toksin dapat meningkatkan ketahanan tanaman alfafa terhadap toksin. 17

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 Seleksi tahap II Tunas yang tahan hasil seleksi tahap I setelah proses pemulihan diseleksi kembali dengan komponen seleksi yang sama tetapi konsentrasinya ditingkatkan satu tingkat. Seleksi secara bertahap dilakukan untuk mendeteksi dini dan penyaringan konsitensi sifat ketahanan yang diperoleh. Tabel 3. Jumlah, tinggi tunas (cm) dan persentase hidup tunas (%) yang dihasilkan pada media seleksi tahap II yang mengandung filtrat F. oxysporum delapan minggu setelah tanam Dosis Radiasi Konsentrasi Filtrat (%) Tunas Hidup Jumlah Tunas Tinggi Tunas (Krad) Tahap I Tahap II (%) (cm) 0 0 10 100 2.80 a 1.67 ab 10 30 21.74 3.20 a 2.22 a 30 50 20.00 1.00 b 0.54 b 50 70 4.17 1.20 b 0.53 b 0.5 0 10 100 3.70 a 4.25 a 10 30 65.02 3.60 a 3.76 a 30 50 34.21 2.60 a 1.94 b 50 70 25.00 1.50 a 1.39 b 1 0 10 100 6.20 a 6.29 a 10 30 61.00 2.40 b 2.16 b 30 50 30.28 1.20 c 1.35 b 50 70 36.54 1.20 c 1.10 b 1.5 0 10 100 3.80 a 2.99 a 10 30 46.67 1.90 b 1.23 b 30 50 26.09 1.50 b 1.08 b 50 70 20.00 1.00 b 0.53 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom dan dosis radiasi tertentu menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan 18

Damayanti - Seleksi in vitro tanaman abaka Tabel 3 memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi filtrat F. oxysporum semakin rendah persentase tunas yang hidup. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi filtrat semakin tinggi pula konsentrasi toksisitasnya. Menurut Waggoner dan Dimond (1955) Fusarium dapat memproduksi enzim pektinmetilesterase, poligalakturonase dan enzim-enzim penghancur yang dapat menyebabkan kerusakan dinding sel dan menyebabkan gangguan pertumbuhan. Untuk parameter pertumbuhan terjadi interaksi nyata antara dosis radiasi dengan konsentrasi filtrat (Tabel 3). Tunas terbanyak dihasilkan dari radiasi 0,5 Krad dengan konsentrasi 10% filtrat; begitu pula untuk tinggi tunas. Secara visual terlihat adanya bentukan-bentukan baru akibat radiasi. Pada dosis 0.5 Krad dihasilkan tunas hijau muda. Radiasi 1 Krad menghasilkan tunas yang lebih gemuk dan vigor dengan daun hijau tua dan lebih lebar, sedangkan dari radiasi 1.5 Krad dihasilkan tunas kecil dan pendek (Gambar 1). Gambar 1. Tunas dari kalus yang diradiasi pada media seleksi mengandung 30% filtrat F. oxysporum. a = 0,5 Krad, b = 1 Krad dan c = 1,5 Krad Meningkatnya pembentukan tunas dan dihasilkannya bentukan baru akibat radiasi diduga karena perubahan metabolisme akibat perubahan komposisi basa untai DNA. Ada ion radikal yang masuk ke dalam jaringan dan menyebabkan perubahan susunan asam amino pada protein tertentu sehingga terjadi perubahan aktivitas enzim sesuai dengan protein yang terbentuk. 19

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 Seleksi Silang dengan Toksin Murni Asam Fusarat Seleksi silang dengan toksin murni asam fusarat dilakukan untuk mengetahui ketahanan tunas terhadap filtrat yang diisolasi dari F. oxysporum dan asam fusarat. Tanaman yang tahan toksin tidak dijamin sepenuhnya tahan penyakit. Metode seleksi silang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kepastian hasil yang tinggi dari metode seleksi yang digunakan. c Tabel 4. Pengaruh radiasi sinar gamma dan filtrat F. oxysporum terhadap persentase hidup tunas pada seleksi silang umur delapan minggu setelah tanam Dosis Radiasi (Krad) Seleksi Awal Filtrat F. oxysporum (%) Seleksi Silang AsamFusarat (ppm) Persentase Hidup Tunas (%) 0 0-0 75 3.48 10-30 75 6.19 30-50 75 18.18 50-70 75 13.79 0.5 0-0 75 48.52 10-30 75 42.13 30-50 75 46.34 50-70 75 58.33 1 0-0 75 41.44 10-30 75 37.80 30-50 75 54.55 50-70 75 63.64 1.5 0-0 75 16.67 10-30 75 15.79 30-50 75 * 50-70 75 * Keterangan : * jumlah eksplan tidak mencukupi dari seleksi tahap II 20

Damayanti - Seleksi in vitro tanaman abaka Hasil seleksi silang menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi filtrat pada seleksi awal, semakin meningkat persentase hidup biakan (Tabel 4). Tunas yang tahan filtrat F. oxysporum tahan juga terhadap toksin murni asam fusarat. Radiasi pada kalus meningkatkan daya tahan tunas dalam media seleksi yang mengandung 75 ppm asam fusarat dibandingkan kontrol. Diduga terjadi mutasi selsel somatik akibat radiasi sehingga sel tersebut tahan terhadap stes. KESIMPULAN Radiasi dapat meningkatkan ketahanan tunas. Semakin tinggi konsentrasi filtrat F. oxysporum semakin menurun daya hidup tunas hasil radiasi. Tunas yang tahan terhadap filtrat F. oxysporum tahan juga terhadap toksin murni asam fusarat. Radiasi 1 krad yang diikuti seleksi in vitro dalam media seleksi awal yang mengandung 50% filtrat F. oxysporum kemudian diseleksi kembali dalam media yang mengandung 70% filtrat F. oxysporum dan selanjutnya diseleksi silang dengan 75 ppm asam fusarat menghasilkan tanaman abaka yang tahan terhadap Fusarium. SARAN Perlu dilakukan pengujian terhadap tunas-tunas abaka yang tahan terhadap filtrat F. oxysporum di rumah kaca dengan menggunakan konidia dari F. oxysporum dan perlu dilakukan analisa keragaman genetik terhadap tunas-tunas yang tahan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, KZ., A. Mesterhazy., A. Bartok and F. Sagi. 1996. In vitro techniques for selecting wheat (Triticum aestivum L.) for Fusarium-resistance. II. Culture filtrate technique and inheritance of Fusarium-resistance in the somaclones. Euphytica 91:341-349. Arai, M. and M. Takeuchi. 1993. Influence of Fusarium wilt toxin(s) on carnation cells. Plant Cell Tissue and Organ Culture 34:287-293. 21

BIOSCIENTIAE: Vol. 1, No. 1, 2004: 11-22 Brazolot, J., K. Fu yu and K.P. Pauls. 1994. In vitro selection for disease/toxin resistance, hlm. 87-97. In: R.A. Dixon. and R.A. Gonzales (ed.), Plant Cell Culture A Practical Approach. Ed ke-2. New York: Oxford University Press. Fadel, F. and G. Wenzel. 1993. In vitro selection for tolerance to Fusarium in F 1 microspore populations of wheat. Plant Breeding 110:89-95. Imelda, M., P. Deswina. and Hendratno. 1997. Development of banana cv raja sere resistant to bunch top virus through gamma irradiation. Proceedings of the Indonesian Biotechnology Conference: 455-461. Matsumoto, K., M.L. Barbosa and L.A.C. Souza. 1995. Race 1 fusarium wilt tolerance on banana plants selected by fusaric acid. Euphytica 84:67-71. Matsumoto, K., M.L. Barbosa and J.B. Teixeira. 2000a. In vitro selection for Fusarium wilt resistance in banana. 1. Resistance to culture filtrate of race 1 Fusarium oxysporum f. sp. cubense, abstr. hlm 6054. Musarama 13:19. Matsumoto, K., C. Souza and M.L. Barbosa. 2000b. In vitro selection for Fusarium wilt resistance in banana. I. Co-culture technique to produce culture filtrate of race 1 Fusarium oxysporum f. sp. cubense, abstr. hlm. 6055. Musarama 13:19. Morpurgo, R., S.V. Lopato., R. Afza and F.J. Novak. 1994. Selection parameters for resistance to Fusarium oxysporum f. sp. cubense race 1 and race 4 on diploid banana (Musa acuminata Colla). Euphytica 75:121-129. Murasshige, T. and F. Skoogh. 1962. A revised medium for rapid growth and bioassay with tobacco tissue culture. Physiol Plant 15:473-497. Nagatomi, S. 1996. A new approach of radiation breeding toward improvement of disease resistance in crops, hlm 16-24. Proceedings Integrated Control of Main Diseases of Industrial Crops; Bogor; 13-14 March 1996. Novak, F. J., R. Afza., M. Van Duren. and M. S. Omar. 1990. Mutation induction by gamma irradiation of in vitro cultured shoot-tips of banana and plantains (Musa cvs). Trop Agric 67: 21-89. Philippine Council for Agriculture, Forestry and Natural Resources Research and Development. 1977. The Philippines Recommends for Abaca. Los banos, Laguna: PCARRD. Philippine Council for Agriculture, Forestry and Natural Resources Research and Development. 1988. Commodity Industry Analysis. Los banos, Laguna: PCARRD. Smith, M. K., S. D. Hamili., P. W. Langdon. and K. G. Pegg. 1997. In vitro mutation breeding for the development of bananas with resistance to race 4, Fusarium wilt. Musarama 9: 19. Abstr 4207. Van den Bulk, R.W. 1991. Application of cell and tissue culture and in vitro selection for disease resistance breeding a review. Euphytica 56:269-285. Waggoner, P.E & A.E. Dimond. 1955. Production and role extracellular pectin enzymes of Fusarium oxysporum F. lycopersici. Phytopath 45:79-87. Wardiyati,T. 1999. Abaka (Musa textilis Nee). Jakarta: PT Nandinusa Abaka Mera. 22