96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
Boks Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Perbankan Kalsel

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden

QUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Boks 1 SURVEI : DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

TINGKAT KEYAKINAN KONSUMEN PANGKALPINANG MASIH PESIMIS

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI PERSEPSI PASAR

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

Statistik KATA PENGANTAR

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI KREDIT PERBANKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

SURVEI KREDIT PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SURVEI KREDIT PERBANKAN

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. tahan yang kuat dalam kondisi krisis. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

SURVEI KREDIT PERBANKAN

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

1. Tinjauan Umum

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Transkripsi:

BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif terhadap kondisi ekonomi dan prospeknya di berbagai negara termasuk Indonesia. Provinsi Bengkulu juga terkena imbas dari krisis ini yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I tahun 2009 dari 4,98% di triwulan sebelumnya (yoy) menjadi 4,06%. Selain itu, krisis ini juga berdampak pada menurunnya harga komoditas primer seperti kelapa sawit dan karet. Menurunnya harga jual komoditas perkebunan yang merupakan komoditas andalan daerah tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan produktivitas sektor UMKM. Sementara peran UMKM cukup penting kontribusinya dalam perekonomian. Menurut data BPS (2007), secara nasional peran UMKM dari sisi penciptaan PDB memberikan kontribusi sebesar 53,60% dan dari sisi penyerapan tenaga kerja memberikan kontribusi mencapai 92,46%. Atas dasar itulah maka Bank Indonesia melakukan quick survey untuk mengetahui bagaimana dampak krisis ekonomi global yang sedang terjadi terhadap kinerja UMKM. Survei dilakukan dengan metode purposive random sampling kepada 25 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang terdapat di Kota Bengkulu, Kab. Bengkulu Utara, Kab. Rejang Lebong dan Kab. Bengkulu Selatan. Responden terbagi atas 4 sektor yaitu (1) pertanian termasuk subsektor perkebunan, peternakan, perikanan; (2) industri pengolahan; (3) perdagangan, hotel dan restoran; serta (4) pengangkutan dan komunikasi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai profil responden, berikut ini adalah karakteristik dari UMKM yang menjadi responden : 96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun. Responden sebagian besar tidak berbadan hukum (84%) atau merupakan perusahaan perseorangan, 8% merupakan koperasi dan sisanya 4% berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan CV. Omzet responden sebagian besar (56%) beromzet kurang atau sama dengan Rp300 juta pertahun. Berikutnya 32% respoden memiliki omzet lebih besar dari Rp300 juta

hingga Rp2,5 miliar dan sisanya beromzet Rp2,5 miliar hingga Rp50 miliar pertahunnya. 52% responden melakukan penjualan kepada konsumen langsung, 36% responden melakukan penjualan produknya ke perusahaan lainnya dan 8% responden mengirimkan produknya untuk di ekspor ke luar negeri melalui pengumpul. Hanya 4% responden menjual produknya ke konsumen lainnya seperti koperasi. Dalam melakukan pembiayaan usaha, 37% responden memperoleh pembiayaan dari modal sendiri dan dalam persentase yang sama melakukan pinjaman ke lembaga nonbank. Sebanyak 21% responden mendapatkan pembiayaan dari pinjaman bank, berikutnya 3% responden mendapatkan pembiayaan dari pinjaman saudara/teman/rentenir, dan sisanya mendapatkan pembiayaan dari sumber lainnya seperti dari PUAP Hibah Departemen Pertanian. A. Persepsi Terhadap Krisis Ekonomi Global Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa hampir seluruh responden mengetahui adanya krisis ekonomi global. Dari responden yang telah mengetahui adanya krisis, 49% menyatakan bahwa krisis telah dimulai sejak 4-6 bulan yang lalu, 38% menyatakan krisis dimulai sejak 7-12 bulan yang lalu, dan sisanya menyatakan krisis telah dimulai lebih dari satu tahun yang lalu. Grafik 1. Periode Dimulainya Krisis Grafik 2. Rentang Waktu Krisis > 1 Tahun Lalu 13% 4-6 Bulan Lalu 49% 1-2 Tahun 25% > 2 Tahun 8% 7-12 Bulan Lalu 38% 7-12 Bulan 21% 1-6 Bulan 46% Sebagian besar responden juga menunjukkan optimisme yang cukup tinggi bahwa krisis akan segera berakhir. Hal ini terlihat dari besarnya responden (46%) yang menyatakan bahwa krisis akan berakhir dalam 1-6 bulan kedepan. Sementara responden

lainnya cukup pesimis dimana 25% responden menyatakan krisis akan berakhir dalam 1-2 tahun kedepan. Selain itu dalam memandang krisis yang terjadi saat ini, 67% menyatakan bahwa krisis yang terjadi saat ini memiliki dampak yang lebih kecil dibanding krisis yang terjadi di tahun 1997. Sebanyak 29% responden menyatakan bahwa krisis saat ini lebih berdampak dibanding krisis tahun 1997, dan sisanya menyatakan tidak tahu. B. Dampak Krisis Ekonomi Global Responden survei umumnya menyatakan telah terkena dampak krisis keuangan global yang sedang terjadi. Hal ini terlihat dari 68% responden yang menyatakan terkena dampak krisis. Responden yang tidak mengalami dampak krisis umumnya beralasan bahwa harga produk mereka relatif masih stabil dan tidak mengalami penurunan yang berarti. Selain itu, meskipun daya beli konsumen mereka mulai menurun namun penjualan mereka masih ditolong dengan bertambahnya jumlah konsumen. Bagi responden yang mengalami dampak krisis, besaran dampak krisis yang mereka rasakan umumnya bersifat sedang dimana 65% responden yang terkena dampak menyatakan hal tersebut. Sementara 20% responden mengalami dampak yang cukup berat dan sisanya hanya berdampak ringan terhadap usaha responden. Grafik 3. Terkena Dampak Krisis Grafik 4. Besarnya Dampak Krisis Tidak 32% Ya 68% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 15% 65% 20% Ringan Sedang Berat Dalam hal pembiayaan, akses responden dalam melakukan pinjaman ke perbankan saat ini dibanding dengan saat dimulainya krisis (Agustus 2008) relatif tetap. Sebanyak 52% responden menyatakan hal tersebut sedangkan 43% responden justru menyatakan lebih mudah dan hanya 5% responden yang menyatakan sulit. Sebagian

besar responden yang saat ini telah menjadi debitur menyatakan bahwa pada saat krisis ini mereka belum mengalami kesulitan dalam melakukan pembayaran kredit. Hanya 29% responden yang menyatakan mengalami kendala pembayaran kredit. Pengaruh krisis keuangan atas perolehan omzet dan keuntungan responden umumnya berbeda. Terdapat responden yang melaporkan terjadinya kenaikan omzet dan keuntungan pasca krisis namun tidak sedikit yang menyatakan adanya penurunan. Namun jika dirata-ratakan, sebagaimana tabel di bawah, omzet dan keuntungan responden mengalami penurunan. Omzet menurun 4% dari rata-rata Rp374.486.544 menjadi Rp359.498.544 sedangkan keuntungan menurun 18% dari rata-rata Rp63.728.202 menjadi Rp52.267.162. Hal ini dikonfirmasi oleh uji Wilcoxon yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara omzet dan keuntungan UMKM pada masa sebelum dan sesudah krisis. Penurunan omzet dan keuntungan umumnya dialami oleh pengusaha yang bergerak di subsektor perkebunan yang disebabkan oleh menurunnya harga komoditas kelapa sawit dan karet di saat krisis terjadi. No. Tabel 1. Ringkasan Kondisi Keuangan, Kapasitas Produksi dan Tenaga Kerja Responden Sebelum dan Setelah Krisis Keterangan Sebelum Krisis Rata-Rata Setelah Krisis 1. Omzet perbulan (Rp) 374.486.544 359.498.544 2. Keuntungan perbulan (Rp) 63.728.202 52.267.162 3. Kapasitas Produksi (%) 97 97 4. Jumlah Tenaga Kerja (orang) 16 19 Sebaliknya, rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan responden pasca krisis justru mengalami kenaikan. Jika sebelum krisis rata-rata tenaga kerja yang digunakan berjumlah 16 orang maka setelah krisis meningkat menjadi 19 orang. Tercatat hanya satu responden yang mengalami pengurangan tenaga kerja dikarenakan kontrak karyawan yang tidak diperpanjang, sedangkan responden lainnya umumnya meningkat maupun tetap. Adapun rata-rata kapasitas produksi responden sebelum maupun setelah krisis adalah tetap yaitu sebesar 97%. Pasca krisis, kondisi keuangan responden saat ini terbilang tetap. Sebanyak 48% responden menyatakan bahwa kondisi keuangannya saat ini relatif tetap. Sedangkan 32% responden mengungkapkan bahwa kondisi keuangan usaha mereka saat ini

semakin ketat setelah terjadinya krisis ini. Selanjutnya 20% responden yang mengatakan kondisi keuangan mereka saat ini justru semakin longgar. C. Respon dan Ekspektasi Respon yang dilakukan pelaku UMKM dalam menghadapi krisis keuangan yang mereka hadapi umumnya adalah melakukan efisiensi dan mencari segmen pasar baru. 38% responden melakukan efisiensi usaha dan 28% responden berusaha meningkatkan penjualan melalui pencarian pasar baru. Selain itu, para pelaku UMKM berusaha untuk memaksimalkan produk yang dihasilkan dan meningkatkan servis penunjang. Responden umumnya tidak mengambil respon pengurangan tenaga kerja sebagaimana terlihat bahwa hanya 8% responden yang merencanakan pengurangan tenaga kerja dan selebihnya tidak memilih opsi tersebut.

Halaman ini sengaja dikosongkan