PERANAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DALAM MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

dokumen-dokumen yang mirip
Mewujudkan Wilayah Sumatera, sebagai Sentra Supply Chain Industri Perkebunan Kelas Dunia

Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tantangan dan Hambatan Di Masa Depan. Oleh : Asmar Arsjad APKASINDO

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Evaluasi Pembangunan Perkebunan 2016 dan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Perkebunan 2017

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL UNTUK PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

KUTUKAN FISKAL DARI NEGERI KANGGURU Oleh: Rendra Wasita, S.P. Abstrak

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun Tahun Luas lahan (Juta Ha)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Transkripsi:

PERANAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DALAM MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura KEDEPUTIAN BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN RI TRANSFORMASI EKONOMI - Transformasi ekonomi adalah proses perubahan struktur ekonomi, ditandai dengan pergeseran dari satu sektor ekonomi kepada sektor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) pada suatu negara atau suatu daerah. - Dilakukan melalui : peningkatan daya saing dan peningkatan nilai tambah /pengembangan rantai nilai RANCANGAN TRANSFORMASI EKONOMI KALTIM DARI SEKTOR PERKEBUNAN Dalam RPJMD Kaltim telah dituangkan sasaran program sejuta hektar tahap kedua yang ingin diwujudkan pada tahun 2018. Keberhasilan program ini diyakini akan membawa ekonomi Kaltim semakin kuat, stabil dan berkeadilan menuju ekonomi hijau. Sasaran luasareal dan produksi kelapasawit yang ingindicapaipada tahun 2018 adalahdua juta hektaredengan produksi18 juta ton tandanbuah segar (TBS). Di sampingkelapasawit, komoditiunggulanperkebunanlainnyayang mempunyaipotensidan prospek yang sangatbaik untukditumbuhkembangkandi Kaltimadalahkaret, kakao, lada, kelapadan aneka tanamanperkebunanlainnyabaiksebagaisumber bahanpangan maupununtuk energibaru terbarukan. Dalam RTRW Provinsi Kaltim 2016-2036 peruntukan dan pemanfaatan lahan lebih banyak untuk subsektor perkebunan lebih kurang 3,267 juta hektare. Di Kaltim yang mempunyai potensi perkebunan terbesar adalah Kabupaten Kutai Timur Paser, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Berau dan Kabupaten Mahakam Ulu. 2 1

DAYA SAING KOMODITAS PERKEBUNAN Sumber: BKF 2014 KONTRIBUSI KELAPA SAWIT INDONESIA 1,6% GDP Indonesia. Membuka 16 juta tenaga kerja tidak langsung. Ekspor produk sawit sd. Nov 2015 USD15,4 Milyar. Share 13% terhadap total ekspor non-migas USD121 Milyar. Penggerak pembangunan daerah. Memunculkan pertumbuhan ekonomi baru. Mempercepat kemajuan daerah terpencil. Menghijaukan areal bekas hutan. Berperan menyerap CO2 dan mengurangi emisi karbon, berfungsi memperbaiki lingkungan. 2

POTENSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA 11,3 juta ha 0,75 juta ha (PBN) 6,6% 0,922 juta ha (plasma) 4,58 juta ha (PR) 40,5% 5,97 juta ha (PBS) 52,8% 3,657 juta ha (swadaya) Produktivitas : 2,5 ton CPO/ha/th (swadaya) dan 5 ton CPO/ha/th (perusahaan) Produksi palm oil 37 juta ton : 33,4 juta ton CPO & 3,6 juta ton CPKO Data 2015, diolah dari Kementan dan Kemendag Ekspor CPO, CPKO dan produk turunannya 28,4 juta ton senilai US$16,95 Milyar, setara Rp.228,8 Trilyun Menyumbang ekspor hingga US$19 miliar pada 2015, lebih tinggi dari devisa ekspor migas yang bernilai sekitar US$12 miliar. KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT INDONESIA Indonesia pengekspor sawit terbesar di dunia dan telah memanfaatkannya untuk produk pangan, kosmetik, bioplastik hingga bioenergi. Kebijakan mandatory BBN untuk produk biodoesel yang saat ini mencapai 20% guna mengurangi impor BBM sekaligus meningkatkan nilai tambah sawit dan pengembangan energi hijau. Kampaye negatif sawit harus dilihat dari sisi geopolitik dan persaingan perdagangan global. Kelapa sawit Indonesia telah melaksanakan praktik pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan (sustainability). Per hektar pohon sawit mampu menyerap sekitar 12 ton CO2 equivalent per tahun. Seluruh perkebunan sawit telah menyerap sekitar 136,8 juta ton CO2 equivalent serta menyumbangkan 438 juta ton oksigen. 3

CADANGAN ENERGI OVERVIEW TAHUN 2015 Produksi CPO dan turunannya, biodiesel dan oleochemical, mencapai 32,5 juta ton. Meningkat 3% dibandingkan 2014 dengan 31,5 juta ton. Pertumbuhan ekspor CPO dan produk turunannya mencapai 26,4 juta ton, naik 21% dibandingkan 2014 sebanyak 21,76 juta ton. Ekspor minyak sawit membukukan angka US$18,64 miliar, menyusut 11,67% dibandingkan 2014 senilai US$21,1 miliar. Volume ekspor ke : (1) INDIA 5,8 juta ton, naik 15% dibanding 2014 sebanyak 5,1 juta ton, (2) UNI EROPA 4,23 juta ton, naik 2,6% dibandingkan 2014, (3) CHINA bertambah 64%, penjualan mencapai 3,99 juta ton. 4

DATA BPDP SAWIT PRODUK TURUNAN PERCEPATAN HILIRISASI 05/12/2016 KELAPA SAWIT DAN IKLIM Berdasarkan data Kementerian ESDM, bahwa sawit penyebab perubahan iklim itu merupakan black campaign, karena untuk penyerapan B20 pemerintah tidak meminta membuka lahan baru tapi meningkatkan produktifitasnya. Limbah cair dan cangkang dimanfaatkan sebagai energi listrik. Pelaku industri sawit tertarik memanfaatkannya karena kebijakan tarif yang menguntungkan. Tidak ada lagi sampah yang dihasilkan dari sawit yang menjadi penyebab perubahan iklim. Peningkatan produktifitas yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan konsep intensifikasi ekologi (penggunaan bibit unggul dan perbaikan tata kelola perkebunan, serta pupuk yang baik dan tepat waktu). HILIRISASI KELAPA SAWIT Ekspor hilir sawit Juli s/d Desember 2015 mencapai 2 kali lebih besar dibandingkan produk CPO. Produk hilir sawit dari 54 jenis tahun 2011, menjadi 149 jenis pada awal tahun 2014. Diperkirakan meningkat menjadi 169 jenis pada Tahun 2015. Target Indonesia kelak hanya ekspor produk hilir dalam negeri. Tahun 2012 komposisi 56% produk turunan CPO dan 44% CPO, pada 2011 sekitar 65% adalah CPO dan sisanya produk turunannya. Pada 2013 persentase produk turunan sekitar 68% sementara CPO hanya 32%. Percepatan Hilirisasi Nasional Kelapa Sawit Indonesia sekaligus penerapan B-20 dan B-30 tahun 2020 serta terciptanya petani kelapa sawit yang sejahtera menjadi tujuan utama pembangunan nasional kelapa sawit Indonesia. 5

PROGRAM B20 Indonesia menjadi negara pertama yang mengimplementasikan kelapa sawit untuk bahan bakar biodiesel. 20% minyak sawit akan dicampur dengan solar untuk menciptakan energi terbarukan (B20). Keuntungan progran B20 dapat menghemat impor BBM hingga 6,9 juta KL per tahun. Kementerian ESDM sebagai regulator menegakkan kebijakan mandatori B20 bersama Pertamina dan BPDP Sawit, baik untuk peningkatan konsumsi dalam negeri maupun promosi ke luar negeri. Tahun 2015 tidak ada subsidi APBN untuk biodeiesel, dan realisasi penyerapan biodiesel mencapai 863 ribu KL, dengan rata-rata 72 ribu KL per bulan. Mulai Agustus 2015 dimulai dukungan dana sawit, dan dalam 3 bulan terakhir 2015 rata-rata serapan biodiesel mencapai 117 ribu KL. PENINGKATAN DAYA SAING KELAPA SAWIT MELALUI DIPLOMASI DAN PROMOSI Diplomasi Sawit Promosi Sawit Proaktif: Merespon secara aktif rumor/isu di negara tujuan yang akan berdampak terhadap produk ekspor Indonesia melalui upaya diplomasi perdagangan dan penggalangan pressure group. Ofensif: Aktif membawa kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard serta kebijakan yang berpotensi menghambat ekspor sawit ke DSB-WTO. Promotif: Mempromosikan produk Indonesia yang sudah memenuhi ketentuan/standar Internasional terkait dengan isu lingkungan maupun kesehatan untuk mendapatkan premium price (isu sustainability Produk sawit) dengan berperan serta pada Paris COP21 yang memfokuskan pada kesiapan melakukan ekspor sustainable palm oil. Pemanfaatan peluang dalam misi dagang Pemanfaatan Group on Promotion of Trade and Investment (WGTI) 6

PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PENGUATAN ISPO Isu eksternal Isu internal ISPO diperkuat 1. Minyak kelapa sawit tidak sehat 2. Merusak lingkungan 3. Terjadinya deforestasi 4. Penyebab kekeringan 5. Penyebab terpinggirkannya indegeneous people 6. Penurunan keanekaragaman hayati 7. Pemanasan global dan terjadinya perubahan iklim 8. Kebakaran hutan dan lahan Perbaikan tata kelola / peningkatan daya saing Kredibilitas Akseptabilitas Kepemilikan 13 FOKUS AREA PENGUATAN PERAN ISPO Kelembagaan ISPO seharusnya menjadi bagian dari Indonesian Sustainable Agriculture Sertification (ISAS) Substansi keberlanjutan ISPO dilakukan dengan pendekatan sustainable agriculture, baik landscape maupun lifescape approaches Pengembangan sistem yang transparan dan kredibel Diplomasi internasional yang memastikan adanya market position untuk Indonesia di pasar internasional 7

LANGKAH STRATEGIS PENGUATAN PERAN ISPO Telaah ulang kebijakan ISPO Melibatkan para pihak terkait dalam melakukan re-design Mencari champions dari setiap komponen para pihak Membangun knowledge management dan strategi komunikasi kepada publik atas proses yang sedang dilakukan Membenahi kebijakan dan membangun License Information Unit Menyiapkan high call kepada dunia internasional atau buyer countries untuk mendorong pembenahan ISPO sebagai sistem yang mandatory RUANG LINGKUP PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGUATAN ISPO Pemahaman dan Kebijakan terkait Konsep Sustainability (keberlanjutan) di Indonesia. Mekanisme kelembagaan penyelenggaraan sertifikasi ISPO Peningkatan Daya Saing Global Substansi prinsip, kriteria dan indikator dari ISPO. Legalitas dan pembiayaan sertifikasi ISPO 8

KELEMBAGAAN ISPO Pengembangan kelembagaan ini bertujuan agar sertifikasi ISPO menjadi lebih kredibel dan lebih mudah meningkatkan daya saing CPO-bersertifikat ISPO di pasar internasional. Prinsip-prinsip kelembagaan yang penting dan diadopsi terutama yang berkaitan dengan keterbukaan ruang untuk partisipasi publik, standard ISPO yang ditetapkan oleh BSN menjadi SNI, akreditasi lembaga sertifikasi oleh KAN, penilaian atau audit dan pengambilan keputusan sertifikasi oleh pihak ketiga, dan mekanisme check and balance oleh pemantau independen. PERKEMBANGAN PENGUATAN ISPO Tim Pengarah dan Tim Kerja Penguatan ISPO, sesuai Kepsesmenko Nomor 54 Tahun 2016. Pertemuan mingguan Tim Kerja Penguatan ISPO untuk membahas agenda serta update kegiatan yang telah dilakukan. Telah dilakukan FGD series yang melibatkan para pihak terkait (Pemerintah Pusat, Pemda, Pengusaha, Asosiasi, perguruan tinggi, CSO/NGO, dan petani sawit). 1. Policy brief Perpres Penguatan ISPO 2. Draft Rancangan Perpres ISPO 3. Skema Kelembagaan ISPO 4. Sosialisasi, diseminasi, dan diplomasi internasional ISPO 9

PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN PEREMAJAAN Peremajaan kelapa sawit bagi tanaman yang lebih dari umur ekonomis atau sekitar 25 tahun, dengan produktivitas rendah atau dibawah 13 ton TBS/ha/tahun. Peremajaan dapat dilakukan secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua menjadi beberapa wilayah pengerjaan. KEGIATAN YANG DAPAT DIBIAYAI KERJA SAMA DENGAN Pembiayaan sebagian investasi peremajaan kebun Bantuan bunga kredit Pembayaran premi penjaminan pinjaman kredit Jasa konsultan / kontraktor independen Kegiatan lain yang ditetapkan pemerintah sebagai bagian kegiatan peremajaan 10