BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai kondisi sehat maka kebersihan diri harus kita perhatikan. Jika kebiasaan bersih sudah ditanamkan sejak dini, ketika dewasa akan bertingkah laku sesuai dengan norma kebersihan. Dan bahkan kualitas hidup juga akan sangat dipengaruhi oleh aspek kesehatan gigi dan mulut seseorang. Terminologi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut atau Oral Health Related Quality of Life adalah presepsi dari individu itu sendiri tentang kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya terhadap pengalaman nyeri, fungsi system stomatognathic, serta bagaimana kesehatan gigi dan mulut tersebut mempengaruhi aspek psiokososial berdasarkan konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya.¹ Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan segera sebelum terlambat dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Masyarakat di Indonesia, belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat cenderung mengabaikan sakit gigi yang ditimbulkan padahal ketika sudah menjadi sakit, penyakit gigi merupakan jenis penyakit pada urutan pertama yang dikeluhkan masyarakat dan anak-anak.² 1
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 membuktikan terdapat 76,2 persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang. Sedangkan SKRT tahun 2004 yang dilakukan oleh Depkes menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah berkisar 85-99%. Hal ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup serius yaitu minimnya kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi di masyarakat. Walapun tidak menimbulkan kematian, sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung gigi dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang, karena dari aspek biologi akan dirasakan rasa sakit. Penyakit gigi dan mulut juga dapat menjadi salah satu sumber infeksi yang dapat mengakibatkan adanya beberapa penyakit sistemik.² Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme, yang dapat mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi. Bakteri berperan penting dalam proses terjadinya karies gigi karena tanpa adanya bakteri maka karies gigi tidak akan terjadi. Terdapat berbagai spesies bakteri yang berkoloni didalam rongga mulut khususnya pada plak gigi dan bakteri tersebut mampu menghasilkan asam sehingga terjadi proses demineralisasi jaringan keras gigi.³ Salah satu spesies bakteri yang dominan dalam mulut yaitu bakteri Streptococcus mutans. Jenis bakteri ini diketahui sebagai pengasil asam yang kuat dimana lingkungan asam dalam rongga mulut ini dapat menyebabkan gigi berlubang. Telah banyak penelitian yang telah membuktikan adanya korelasi 2
positif antara jumlah bakteri Streptococcus mutans pada plak gigi dengan prevalensi karies gigi.³ Patogen Streptococcus mutans dapat memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam organik terutama asam laktat sehingga mengakibatkan penurunan ph. Streptococcus mutans memiliki kemampuan membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler dan berbagai jenis karbohidrat. Polisakarida tersebut dapat dipecah kembali oleh bakteri tersebut bila masukan karbohidrat dari luar berkurang, sehingga produksi asamnya menjadi kuat. Asam yang dihasilkan bakteri ini mampu membentuk polisakarida ektraseluler yang memberikan sifat ahdesif dan kohesif pada plak. 4 Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya semangat back to nature serta krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Kecenderungan peningkatan penggunaan obat herbal untuk pengobatan tidak lagi didasarkan atas pengalaman turun-menurun tetapi dengan dukungan dasar ilmiah. Sementara ini banyak orang yang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat herbal relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. 5 Satu hal yang perlu diperhatikan mengenai obat herbal ini adalah kualitas pada obat-obatan herbal itu sendiri. Untuk menghasilkan obat herbal berkualitas baik diperlukan proses pembuatan yang baik pula. Salah satu proses terpenting dalam penggunaan herbal adalah pemilihan bahan baku yang tepat yang ditunjang 3
oleh penelitian serius. Selain itu, proses ekstraksi, pemurnian dan pengemasan harus higienis. 5 Kaktus ( Mammillaria myriacantha) merupakan salah satu produk bahan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Kaktus saat ini tak hanya dikenal sebagai tanaman hias tapi juga sebagai salah satu sumber antioksidan. Tidak sembarang kaktus melainkan kaktus berjenis Kaktus Pir Berduri ( Opuntia ficusindica). 6 Kaktus Pir berduri ( Opuntia ficus-indica) ini juga mengandung zat aktif yang mampu mengubah reaksi tubuh terhadap allergen. Penelitian Universitas Arizona, kandungan pectin yang terdapat dalam buah kaktus ternyata efetktif dalam penurunan tingkat kolestrol LDL dan juga membantu tubuh dalam menstabilkan glukosa darah. Selain itu dalam publikasi terakhir pada Journal Of Ethnopharmacology and Diabetes Care menjelaskan bahwa pada bagian pipih kaktus tersebut sangat efektif terhadap diabetes tipe II. 7 Gel pada kaktus pir buah (Opuntia ficus-indica) mengandung berbagai zat aktif yang berguna untuk mengubah reaksi tubuh terhadap allergen. Kandungan zat aktif yang terdapat pada kaktus tersebut yaitu berupa flavonoid yang dikenal sebagai zat antioksidan dalam tubuh. Dalam studi analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat unsur pokok berupa antioksidan pada kaktus tersebut. Hal ini juga berasal dari Spanyol ( Opuntia ficus-indica, Opuntia undulate, dan Opuntia stricta) yang dilakukan secara in vitro. Ekstrak kaktus pir buah ( Opuntia ficus-indica) tersebut dianalisis dengan menentukan kandungan- 4
kandungannya: ascorbic acid, total carotenoids dan total phenolics. Pada hasil analisis tersebut, didapatkan informasi adanya senyawa bioaktif dan unsur antioksidan pada ketiga sampel tersebut. Pada buah kaktus pir berduri ( Opuntia ficus-indica) memiliki tingkat antioksidan dan unsur taurine yang tinggi. 8 Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak memiliki sisitem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih, tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Flavonoid merupakan salah satu senyawa fenol alami yang tersebar luas pada tumbuhan, yang disentesis dalam jumlah sedikit (0,5-1,5%) dan dapat ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegah kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. 3,9 Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang dilakukan secara in vitro. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 5
a. Apakah ekstrak buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) mempunyai efek menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans? b. Apakah konsentrasi ekstrak pir berduri ( Opuntia ficus-indica) mempengaruhi daya hambat bakteri Streptococcus mutans? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah kaktus pir berduri ( Opuntia ficus-indica) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus Adapun tujuan khusus dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Mengetahui adanya efek antibakteri dari ekstrak buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) terhadap bakteri Streptococcus mutans. b. Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) esktrak buah kaktus pir berduri ( Opuntia ficus-indica) terhadap bakteri Streptococcus mutans c. Untuk mengetahui perbandingan efek daya hambat ekstrak buah kaktus ( Opuntia ficus-indica) pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri Streptococcus mutans. 6
1.4 HIPOTESIS PENELITIAN 1. Ekstrak buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 2. Besar konsentrasi ekstrak buah kaktus pir berduri ( Opuntia ficusindica) mempengaruhi daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1.5.1 Manfaat Umum Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk menguji potensi buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) secara in vivo. 1.5.2 Manfaat Khusus Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan ekstrak buah kaktus pir berduri (Opuntia ficus-indica) sebagai pengobatan alternative untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans di masa mendatang. 7