PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA

A. ALIRAN KONVENSIONAL

KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN, SERTA BATASAN PENDIDIKAN. Ismail Hasan

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

Psikologi Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB II PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK MENURUT ALIRAN KONVERGENSI

Interaksi Manusia dengan Dunia sekitar

Abstrak. Kata kunci : Tujuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

Makalah Psikologi Pendidikan tentang Pengembangan Bakat dan Minat

Urgensi Memahami Hakekat Manusia

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Konsep Manusia Diajukan untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan (KDK)

Individu, Keluarga dan Masyarakat

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat 3

RESUME MATA KULIAH DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

Hukum Perkembangan. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator. tempo perkembangan. masa peka.

Manusia Sebagai animal educandum

PERKEMBANGAN INDIVIDU I. Dra. Aas Saomah, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

Assalamu alaikum. Wr. Wb.

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

OLEH : NANDANG BUDIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 6 PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah sesuatu bentuk budaya manusia. Sastra secara etimologis

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB III TEORI KONVERGENSI

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Oleh: Allvanialista Ikalor NIM: E1A012004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP DASAR KOPERASI

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disekolah terjadi suatu bentuk interaksi antara guru. H.C. Witherington (1952:43) mengemukakan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS

KEHIDUPAN PSIKOLOSOSIAL BUDAYA TAWURAN. Oleh : Ibnu Fat Khan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL DRS. M. KHALIS PURWANTO, MM

PENGURANGAN JAM KERJA BAGI PEREMPUAN: PROBLEM ATAU SOLUSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN OLEH NURLENA RIFAI

Judul BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

Sejarah sebagai Kisah, Peristiwa, Ilmu, dan Seni


Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial. Oleh: NAMA : VIYANK WIDYA ISWARA NPM : KELAS : III.

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB II INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pendidikan Agama Islam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

Transkripsi:

PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok 1 Pengantar Ilmu Pendidikan Oleh : 1. Abdul Karim K 5410001 2. Bhian Rangga JR K 5410012 3. Hendri Sulistiawan K 5410023 4. Laily Nuruljanah K 5410034 5. Nasrudin K 5410045 Pendidikan Geografi Jurusan P. IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Manusia Dan Pendidikan Masalah pendidikan merupakan masalah yang muncul sejak adanya manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya bila dibandingkan dengan makhluk makhluk lain yang ada di dunia atau di alam semesta ini. Dalam diri manusia terdapat potensi potensi yang dapat berkembang melalui pengaruh pengaruh dari luar. Perkembangan potensi ini pada umumnya menuju kearah seribu satu arah, artinya arah yang menuju kebaikan dan arah menuju kejelekan. Pendidikan pada dasarnya memberikan kesempatan kepada potensi potensi itu untuk berkembang kearah kesempurnaan serta mencegah atau mengendalikan kemungkinan - kemungkinan terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan. Menurut paham filsafat Existensialisme, manusia adalah sesuatu yang ada penuh potensi untuk berkembang terus, merealisasikan diri, menyempurnakan ujud adanya sebagai manusia. Dalam menyempurnakan diri sendiri disamping dipengaruhi unsur unsur yang datang dari luar juga daya daya yang datang dari individu ( daya eksogin dan endogen ). Diantara sekian banyak pengaruh atau daya dari luar diri manusia yang disengaja dan menguntungkan itu tidak lain adalah pendidikan. Pendidikan dikatakan menguntungkan karena pendidikan akan memberikan arah perkembangan yang tepat, lagi pula meningkatkan kelancaran perkembangan. Hanya manusialah yang memerlukan pendidikan sedangkan selain manusia tidak memerlukan pendidikan. Pada binatang ada tindakan yang mirip merupakan tindakan pendidikan. Tindakan yang mirip pendidikan disebut dressur. B. Dressur dan Pendidikan Tindakan tindakan, menjinakkan, mendressur dan melatih binatang. Dressur tidak dapat disamakan dengan pendidikan. Dengan kata lain pendidikan yang dilakukan terhadap binatang berlainan dengan pendidikan yang dilakukan terhadap manusia. Dalam beberapa hal memang ada persamaannya. Persamaan itu umumnya terletak pada pertumbuhan biologis saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan jasmaniah. Sedangkan pada manusia haruslah diperhitungkan pula perkembangan hidup psikisnya. Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi daripada binatang. Dengan demikian maka

manusia adalah makhluk yang berbudi, berpikir dan manusia adalah anggota dari persekutuan masyarakat. Dengan adanya budi dan pikiran itu, manusia dapat menimbang nimbang, memilih mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak. Ia dapat memilih, menentukan, dan lebih bebas dalam melakukan sesuatu, tetapi pertanggungjawaban lebih besar pula. Sedangkan pada binatang tidak demikian. Perbuatan binatang terikat oleh alam, oleh instinknya, dan binatang tidak mengenal tanggung jawab. C. Hakekat Manusia Menurut Prof. Noto Nagoro bahwa manusia adalah monodualisme karena manusia terdiri dari : raga dan jiwa, individu, dan sosial, pribadi dan makhluk Tuhan 1. Manusia sebagai makhluk yang memiliki raga dan jiwa Manusia mempunyai unsur raga dan jiwa yang merupakan kesatuan. Dengan adanya unsur raga ini, manusia mempunyai sifat-sifat sebagaimana halnya makhluk yang lain dan benda-benda yang lain pula yang mempunyai raga. Perbedaan hewan dan manusia disebabkan manusia memiliki jiwa yang terdiri dari unsur-unsur cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat membedakan yang benar dan salah. Rasa adalah unsur kejiwaan manusia yang dpaat membedakan antara yang indah dan yang tidak indah, susah dan senang, enak dan tidak enak dan sebagainya. Sedangkan karsa adalah unsur kejiwaan manusia yang dapat membedakan antara baik dan buruk. 2. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial Manusia sebagai makhluk individu dan sosial artinya bahwa manusia tidak pernah hidup sendiri sendiri, melainkan juga hidup berkelompok. Manusia hendaknya saling menghargai dan menghormati kelompok, sebaliknya kelompok harus menghargai dan menghormati individu. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mengandung arti bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri namun pasti akan selalu berhubungan dengan orang lain. 3. Manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan. Hal ini mengandung arti bahwa manusia memiliki kemampuan kemampuan yang dapat berkembang untuk selanjutnya dapat merencanakan sesuatu, membudayakan alam semesta / mengolah alam lingkungan untuk kepentingan manusia. Segala usaha manusia tidak akan berhasil dari kekuatan manusia sendiri akan tetapi ada susuatu

kekuatan di atas manusia yang ikut menentukan keberhasilan usaha manusia yaitu kekuatan Tuhan. Oleh karena itu manusia berusaha dan memohon kepada Tuhan. D. Konsekuensi Pendidikan Terhadap Manusia 1. Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang 2. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling menghargai dan menghormati, dan saling memenuhi kebutuhannya. Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. 3. Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa-apa yang direncanakan ataupun yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut menentukannya. Dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan dari tujuh unsur / dimensi yang merupakan kesatuan yang saling terkait dan bekerja sama dalam mencapai tujuan hidup. Secara singkat tujuh unsur tersebut adalah : 1. Pertama: manusia sebagai makhluk yang berdimensi raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan karsa. 2. Kedua, manusia sebagai makhluk yang berdimensi individu dan berdimensi sosial. 3. Ketiga: manusia sebagai makhluk yang berdimensi pribadi dan makhluk Tuhan. E. Pengembangan Dimensi Hakekat manusia Mengembangkan dimensi manusia secara utuh dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan terhadap ke tujuh dimensi manusia secara merata dan proporsional. 1. Manusia sebagai makhluk Tuhan. Hal ini berarti bahwa manusia mengakui Keesaan Tuhan, menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-nya.

2. Manusia sebagai makhluk berdimensi cipta. Hal ini berhubungan antara dimensi manusia dengan aspek berpikir. 3. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi. Hal ini berkenaan dengan keindahan. 4. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi karsa. Hal ini berarti kemampuan manusia untuk menghidupi, minimal menghidupi dirinya sendiri. 5. Manusia berdimensi fisik. Hal ini dimaksudkan agar manusia sehat secara fisik 6. Manusia berdimensi individu. Individu diartikan sebagai pengakuan seseorang akan eksistensinya dirinya sendiri. 7. Manusia berdimensi sosial. Hal ini berarti bahwa manisia merupakan bagian dari anggota masyarakat. Pengembangan dimensi manusia secara tidak utuh berarti mengutamakan satu atau beberapa dimensi manusia dan mengabaikan yang lainnya. Hal ini akan berakibat tidak harmonisnya pengembangan dimensi manusia tersebut. F. Pembawaan Istilah pembawaan sering juga disebut sebagai heredity / hereditas. Pembawaan merupakan seluruh kemungkinan atau kesanggupan ( potensi ) yang terdapat pada individu dan yang selama masa perkembangannya benar benar diwujudkan ( direalisasikan ) Hubungan antara pembawaan dan lingkungan, keturunan, dan bakat adalah sebagai berikut: 1. Pembawaan dan lingkungan a. Aliran nativism Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan pribadi manusia sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan. Aliran ini disebut pedagogis pesimism. Teori ini dipelopori oleh Schopenhouer ( 1788 1860 ). Inti dari pendapatnya adalah bahwa faktor faktor pembawaan yang telah dibawa sejak lahir tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan, termasuk pendidikan. b. Aliran empirisme Dalam perkembangan anak menjadi dewasa sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterima sejak kecil. Manusia dapat dididik menjadi apa saja menurut kehendak lingkungan atau pendidik pendidiknya.

Aliran ini disebut juga tabularasa atau meja lilin. Anak dipandang sebagai kertas putih yang dapat ditulisi oleh orang dewasa, termasuk pendidik. Tokoh aliran ini adalah John Locke dari Inggris. Aliran empiris dikenal dengan nama pedagogis optimism. Umumnya orang sekarang mengakui adanya pengaruh dari keduanya, yaitu pengaruh pembawaan dan adanya pengaruh lingkungan. Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak dipengaruhi oleh lingkungan. c. Aliran konvergensi Aliran ini berasal dari ahli jiwa bangsa Jerman William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua duanya menentukan perkembangan manusia Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun, yang oleh aktifitas dan pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor faktor lingkungan yang tertentu, berkembang menjadi sifat sifat. Seorang anak dapat berkata kata karena ia mempunyai pembawaan untuk berkata kata, tetapi juga karena ia mempunyai kesempatan melatih diri untuk berkata kata ( lingkungan). Tiap tiap sifat dan ciri ciri manusia dalam perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh lingkungannya. 2. Pembawaan dan keturunan Pembawaan ( yang dibawa si anak sejak lahirnya ) adalah potensi potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sebaliknya semua yang diperoleh karena keturunan dapat dikatakan pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan. Keturunan adalah sifat sifat yang ada pada seseorang yang diwariskan, ( jadi ada persamaannya dengan orang yang mewariskannya ) dengan melalui sel sel kelamin dari generasi yang satu kepada generasi yang lain berikutnya. 3. Pembawaan Dan Bakat Dengan contoh berikut agaknya menjadi lebih jelas : Si A berpembawaan penyanyi, dapat juga dikatakan : Si A berbakat penyanyi. Si X berpembawaan seni lukis, dapat juga dikatakan : Si X berbakat seni lukis.

Akan tetapi : Si B berpembawaan rambut ikal; janggal dikatakan : Si B berbakat rambut ikal. Si Y berpembawaan badan tinggi, janggal jika dikatakan Si B berbakat badan tinggi. Kata bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan pembawaan yaitu yang mengenai kesanggupan kesanggupan ( potensi potensi tertentu ). Sedangkan kata pembawaan mengandung arti yang lebih luas yaitu semua sifat, ciri, dan kesanggupan yang dibawa sejak lahir, jadi termasuk juga pembawaan keturunan. 4. Lingkungan ( environment ) Macam macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya a) Pengertian dan macam lingkungan Sartain ( ahli psikolog Amerika ) mengatakan bahwa apa yang dimaksud lingkungan ( environment ) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali bakat yang dibawa sejak lahir, gen - gen. Di dalam lingkungan kita atau disekitar kita tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat, melainkan terdapat pula faktor faktor lain yang banyak sekali. Sartain membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian sebagai berikut ; 1). Lingkungan alam atau luar ( external of physical environment ) Adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. 2). Lingkungan dalam ( internal environment ) Adalah segala sesuatu yang telah termasuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita. 3). Lingkungan sosial ( sosial environment ) Adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung misalnya dalam pergaulan sehari hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman teman kita, kawan sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak

langsung, melalui radio, televisi, dengan membaca buku buku, majalah majalah, surat surat kabar, dan sebagainya. Demikian jika kita hubungkan kembali antara pembawaan dan keturunan ( heredity ) dan lingkungan ( environment ) dalam hal pengaruhnya terhadap pertumbuhan manusia bahwa sifat sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan pembawaan dan lingkungan kita. b). Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan Allport merumuskan kepribadian manusia sebagai berikut : Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara caranya yang unik ( khas ) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan Dari rumusan tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas individu saja tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Menurut Woodworh, cara cara individu berhungan dengan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu individu menentang lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya, individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu individu harus senantias berusaha untuk menyesuaikan diri ( dalam arti luas ) dengan lingkungannya. Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti : 1). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungannya ( penyesuaian diri autopolastis ) 2). Mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak atau keinginan diri pribadinya ( penyesuaian diri alloplastis ) Pada umumnya, tiap tiap individu di dalam kehidupannya menggunakan kedua cara penyesuaian diri tersebut dalam usaha mengembangkan dirinya dalam interaksinya dengan lingkungannya.