PROSPEK PENGEMBANGAN AYAM BURAS BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
Bidang Tanaman Pangan

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Bab 4 P E T E R N A K A N

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (ANGKA SEMENTARA)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN AYAM BURAS PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DI PROPINSI PAPUA. Balai Pengkajian teknologi Pertanian Papua 2

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AYAM LOKAL DI LAHAN RAWA UNTUK MEMACU EKONOMI PERDESAAN

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jl. Jenderal Soedirman No. 18 Telp. (0536) Fax (0536) Palangka Raya Kalimantan tengah

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

Transkripsi:

PROSPEK PENGEMBANGAN AYAM BURAS BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KALIMANTAN TENGAH SALFINA NURDIN AHMAD dan DEDDY DJAUHARI SISWANSYAH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah ABSTRAK Kalimantan Tengah dengan wilayah lahan kering seluas 114.511 km2 atau hampir 75% dari luas propinsi (153.843 km2) sangat berpotensi untuk pengembangan ternak ayam buras. Ayam buras sebagai salah satu ternak unggulan daerah memiliki populasi lebih tinggi daripada ternak unggas lainnya, baik ayam petelur, ayam pedaging maupun itik. Permintaan akan produk ternak (daging dan telur) di pasar lokal diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita dan pertumbuhan jumlah penduduk. Oleh karena itu, untuk mengembangkan usaha sekaligus meningkatkan daya saing usaha ternak ayam buras di Kalimantan Tengah, dengan mempertimbangkan keragaan biofisik wilayah dan potensi sosial ekonomi, diperlukan pengembangan teknologi spesifik lokasi untuk usaha ternak ayam buras pola intensif yang berorientasi pada permintaan pasar lokal, yang sekaligus juga memfasilitasi usaha ternak unggas lainnya, seperti ayam ras petelur, ayam ayam ras pedaging dan itik. Penerapan model ini di lahan kering yang memiliki bahan pakan lokal berlimpah akan memberikan prospek besar untuk pengembangan ayam buras berwawasan agribisnis di kawasan tersebut Kata kunci: Ayam buras, agribisnis, lahan kering PENDAHULUAN Ayam buras sebagai penghasil daging dan telur mempunyai peluang cukup besar untuk dikembangkan di Kalimantan Tengah. Populasi, pemotongan dan produksi ayam buras di Kalimantan Tengah lebih tinggi dibandingkan dengan ternak unggas lainnya. Berdasarkan data Kalimantan Tengah Dalam Angka (ANON, 2003) populasi ayam buras pada tahun 2003 adalah 4.715.815 ekor, sedangkan ayam petelur, ayam pedaging dan itik masing-masing 26.232 ekor, 1.938.329 ekor dan 171.394 ekor. Ayam buras di Kalimantan Tengah sebagian besar dipelihara di pedesaan sebagai usaha sampingan dan produknya relatif masih rendah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sistem pemeliharaan yang masih tradisional dan kurangnya pengetahuan petani tentang pengendalian dan penanggulangan penyakit. Potensi usaha ternak ayam buras di perdesaan perlu dikembangkan dari pola tradisional menjadi semi intensif sampai intensif. Keberhasilan intensifikasi ayam buras ini sangat tergantung dengan teknologi yang diintroduksikan, baik pengadaan bibit, penyediaan pakan, sistem perkandangan, penanggulangan penyakit maupun pengelolaan hasil. Pemeliharan ternak ayam buras semi intensif atau intensif perlu diarahkan pada tujuan usaha yang jelas, yaitu sebagai penghasil ayam bibit, telur konsumsi atau ayam potong. Selanjutnya dalam mengembangkan usaha ternak menjadi berwawasan agribisnis perlu terciptanya sistem pemasaran yang kondusif dengan melibatkan peran aktif kelembagaan yang ada di pedesaan, antara lain berupa pasar kelompok. Hasil pengkajian sistem usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis di lahan kering Kalimantan Tengah menunjukkan introduksi teknologi pada ayam buras yang dipelihara secara intensif dengan skala rumah tangga (50-100 ekor/kk) dapat meningkatkan pendapatan petani 3,5 kali lebih tinggi daripada pola petani (SALFINA dkk., 2004). Selanjutnya dengan terbentuknya sistem pasar kelompok yang terdiri dari usaha penghasil bibit, telur konsumsi dan ayam potong dapat dipenuhinya kebutuhan bibit, telur dan daging ayam buras secara berkesinambungan, terciptanya lapangan kerja baru dan meningkatnya perekonomian rakyat di pedesaan (SALFINA et al., 2004). 171

Tabel 1. Populasi, pemotongan dan produksi ternak unggas di Kalimantan Tengah tahun 2003 Jenis unggas No Parameter Ayam buras Petelur Ayam ras Pedaging Itik 1. Populasi (ekor) 4.715.815 26.232 1.938.329 171.394 2. Pemotongan (ekor) 3.326.480 7.273 1.663.601 94.088 3. Produksi (kg) : a. Daging 3.261.098 2.322 3.707.343 82.348 (berat karkas digunakan) (1,00) (0,90) (1,35) (0,80) b. Telur 2.910.611 228.573 -- 591.546 Sumber: Kalimantan Tengah Dalam Angka 2003 Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya Tabel 2. Populasi ternak unggas di empat belas kabupaten/kota di Kalimantan Tengah pada tahun 2003 (ekor) Populasi per jenis unggas (ekor) Kabupaten/Kota Ayam buras Petelur Ayam ras Pedaging Itik 1. Kotawaringin Barat 436.213 4.373 197.105 78.602 2. Kotawaringin Timur 417.131 3.982 235.500 9.684 3. Kapuas 1.276.541 12.930 285.931 12.182 4. Barito Selatan 410.818 1.210 161.500 28.800 5. Barito Utara 519.215 - - 5.176 6. Sukamara 104.402-132.000 4.732 7. Lamandau 96.106 - - 2.803 8. Seruyan 158.108-3.523 5.538 9. Katingan 230.108 - - 2.623 10. Pulang Pisau 428.122 - - 2.925 11. Gunung Mas 185.220 - - 388 12. Barito Timur 148.280 3.737 8.610 13.428 13. Murung Raya 98.739 - - 1.878 14. Palangkaray 206.812-914.160 2.635 Jumlah 4.715.815 26.232 1.938.329 171.394 Sumber: Kalimantan Tengah dalam angka 2003 Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya 172

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang : (1) Potensi Peternakan Unggas di Kalimantan Tengah; (2) Perkembangan Ternak Ayam Buras di Kalimantan Tengah; dan (3) Prospek Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras Berwawasan Agribisnis di Lahan Kering Kalimantan Tengah. POTENSI PETERNAKAN UNGGAS DI KALIMANTAN TENGAH Ternak unggas di Kalimantan Tengah tersebar di empat belas kabupaten/ kota dengan populasi yang bervariasi, tergantung pada kondisi biofisik dan sosial ekonomi di wilayah bersangkutan. Pada Tabel 1 menunjukkan populasi jenis unggas di Kalimantan Tengah. Demikian pula pada Tabel 2 ditunjukkan ayam buras dan itik terdapat di seluruh kabupaten/kota dengan populasi masingmasing 4.715.815 dan 171.394 ekor, sedangkan ayam ras hanya di beberapa kabupaten/kota dengan populasi 1.964.561 ekor. Berdasarkan zona agroekosistem (AEZ), Kalimantan Tengah terdiri dari lahan basah (pasang surut; rawa; gambut) dan lahan kering (Lampiran 1), dengan persentase luas lahan kering dan lahan basah berbeda-beda pada setiap kabupaten/kota (Lampiran 2). Penyebaran ternak unggas banyak terdapat di kabupaten/kota yang memiliki lahan basah lebih luas daripada lahan keringnya. Pada kabupaten/kota yang wilayahnya didominasi oleh lahan basah seperti Pulang Pisau (96%), Palangka Raya (88%), Barito Selatan (78%), Kapuas (69%) dan Sukamara (52%) terdapat ternak unggas sebanyak 3.985.700 ekor, yaitu terdiri dari ayam buras sebanyak 2.426.695 ekor, ayam ras 1.507.731 ekor dan itik 51.274 ekor. Sedangkan pada kabupaten/kota yang didominasi lahan kering seperti Lamandau (100%), Murung Raya (99%), Gunung Mas (96%), Barito Utara (90%), Kotawaringin Timur (71%), Barito Timur (61%), Seruyan (58%), Katingan (57%) dan Kotawaringin Barat (56%) terdapat ternak unggas sebanyak 2.866.070 ekor, yang terdiri dari ayam buras sebanyak 2.289.120 ekor, ayam ras 456.830 ekor dan itik 120.120 ekor (Tabel 3). Total persentase populasi unggas di lahan basah (58,2%) relatif lebih tinggi daripada di lahan kering (41,8%). Tabel 3. Populasi ternak unggas di lahan basah dan lahan kering Kalimantan Tengah pada tahun 2003 (ekor) Tipe lahan Populasi per jenis unggas (ekor) Total populasi Ayam buras Ayam ras Itik (ekor) % Lahan basah 2.426.695 1.507.731 51.274 3.985.700 58,2 Lahan kering 2.289.120 456.830 120.120 2.866.070 41,8 Total 4.715.815 1.964.561 171.394 6.851.770 100,0 Sumber: Kalimantan Tengah dalam angka 2003 Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya Permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar peternak unggas adalah mahalnya harga pakan. Hal ini wajar karena hampir 70% biaya produksi ternak unggas digunakan untuk membeli pakan. Dalam upaya menekan biaya pakan perlu adanya sumber bahan pakan lokal yang harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, tersedia secara berkesinambungan sepanjang tahun dan ramah lingkungan. Faktor yang mendukung tingginya populasi ternak unggas di lahan basah terutama tersedianya sumber bahan pakan lokal yang berlimpah, seperti dedak padi, sagu (pohon rumbia) dan ubi kayu. Walaupun demikian, lahan kering di Kalimantan Tengah yang luasnya 114.511 km2 atau ± 75% dari total propinsi (153.843 km2) memiliki prospek yang cukup besar untuk pengembangan ternak unggas di masa-masa mendatang. Hal ini mengingat di lahan kering Kalimantan Tengah seperti di kabupaten Barito Utara, Barito Timur, Kotawaringin Barat dan 173

Kotawaringin Timur banyak terdapat bahan pakan lokal, baik berupa hasil pertanian, limbah pertanian maupun hasil ikutan industri pertanian. Jagung sebagai salah satu bahan pakan unggas banyak diusahakan oleh petani di lahan kering Kalimantan Tengah,. Hasil pengkajian SURIANSYAH dkk. (1999) menunjukkan jagung varietas Arjuna yang ditanam di lahan sela pohon karet belum berproduksi di kabupaten Barito Utara dapat menghasilkan jagung muda sebanyak 6.825 tongkol/ha. Jagung varietas Sukmaraga yang ditanam dalam bentuk hamparan di lahan kering kabupaten Barito Timur dihasilkan jagung pipilan kering 4,5 ton/ha (UTOMO dkk., 2004). Pemasaran jagung di lahan kering umumnya dijual dalam bentuk jagung muda (sayuran), karena pada saat ini belum terdapat usaha pembuatan pakan ternak, sehingga penjualan dalam bentuk pipilan tidak ekonomis. Sumber pakan lain yang banyak terdapat di lahan kering Kalimantan Tengah adalah limbah atau hasil ikutan dari industri pertanian, seperti bungkil kelapa yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa dan limbah solid dari pabrik minyak kelapa sawit. Industri perkebunan tersebut banyak terdapat di lahan kering, terutama di kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Hasil pengkajian UTOMO (2003) menunjukkan penambahan solid pada ransum ayam pedaging diperoleh nilai konsumsi pakan 2.473,2 gram dan konversi pakan 1,84 yang lebih rendah daripada ransum komersial dengan nilai kosumsi 3.642,16 gram dan konversi pakan 2,22. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan solid sebagai bahan pakan alternatif dapat memberikan keuntungan bagi peternak. Pada pengkajian sistem usaha ternak ayam buras di lahan kering Kotawaringin Timur menunjukkan bahwa penambahan bungkil kelapa pada ransum produksi telur dari 3,0 butir/minggu menjadi 5,8 butir/minggu dan berat telur meningkat dari 40,58 gram menjadi 47,56 gram (SALFINA, 2004). Dari aspek sosial ekonomi menunjukkan penyebaran ternak unggas terkait dengan penyebaran penduduk di suatu wilayah. Penyebaran penduduk di Kalimantan Tengah banyak terdapat di sepanjang aliran sungai, karena sungai merupakan jalur penting untuk perdagangan dan perpindahan penduduk antar kabupaten/kota. Sampai saat ini masih terdapat kabupaten yang hanya bisa ditempuh melalui sungai, yaitu Gunung Mas, Seruyan, Sukamara dan Lamandau. Berdasarkan data Kalimantan Tengah Dalam Angka (ANON, 2003), jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 1.872.152 jiwa dengan kepadatan antara 3,65-62,89 jiwa/km2 (Lampiran 3). Penyebaran penduduk lebih banyak terdapat di lahan basah daripada di lahan kering, dengan rata-rata kepadatan penduduk pada masing-masing zona tersebut 19, 3 dan 9,7 jiwa/km 2 (Lampiran 4). PERKEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN TENGAH Ayam buras merupakan salah satu komoditas unggulan daerah yang tersebar di empat belas kabupaten/kota di Kalimantan Tengah. Berdasarkan data Kalimantan Tengah Dalam Angka (ANON, 2003) tingkat populasi dan jumlah ayam buras yang dipotong pada tahun 2003 masing-masing sebanyak 4.715.815 ekor dan 3.326.480 ekor, dengan produksi daging dan telur masing-masing sebanyak 3.261.098 kg dan 2.910.611 kg (Lampiran 5). Populasi ternak ayam buras di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 mengalami peningkatan 87,6% (Gambar 1) lebih tinggi daripada ayam petelur (36,9%), ayam pedaging (19,9%) dan itik (14,0%). Sedangkan jumlah ayam buras dipotong pada tahun 2000-2003 meningkat 8,0% (Gambar 2) lebih rendah daripada ayam petelur (73,7%) dan ayam pedaging (27,7%), tetapi lebih tinggi daripada itik (-0,2%). 174

Populasi (ekor) 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000-2000 2001 2002 2003 Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Petelur Itik Gambar 1. Grafik perkembangan populasi ternak unggas di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 Jumlah dipotong (ekor) 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000-2000 2001 2002 2003 Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Petelur Itik Gambar 2. Grafik perkembangan jumlah ternak unggas dipotong di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 Produksi daging ayam buras di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 mengalami peningkatan rata-rata 27,1% (Gambar 3) lebih tinggi daripada ayam petelur (-51,1%) dan itik (7,2 %), tetapi lebih rendah dari pedaging (161,7%) Produksi telur ayam buras pada tahun 2000-2003 meningkat 149,8.% (Gambar 4) lebih tinggi daripada ayam petelur (127,7%) dan itik (19,7%). Pesatnya perkembangan ayam buras di berbagai kabupaten/kota ini disebabkan oleh petani lebih menyukai memelihara ayam buras daripada ayam ras. Ditinjau dari aspek biofisik ayam buras lebih mudah dipelihara karena relatif tahan terhadap penyakit infeksius dan cukup adatif terhadap berbagai bahan pakan yang diberikan. Sedangkan dari aspek sosial ekonomi, daging ayam buras lebih disukai konsumen dan telurnya mudah dijual dengan harga relatif lebih mahal. 175

Produksi daging (kg) 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000-2000 2001 2002 2003 Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Petelur Itik Gambar 3. Grafik perkembangan produksi daging unggas di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 Produksi telur (kg) 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000-2000 2001 2002 2003 Ayam Buras Ayam Petelur Itik Gambar 4. Grafik perkembangan produksi telur unggas di Kalimantan Tengah pada tahun 2000-2003 PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK AYAM BURAS BERWAWASAN AGRIBISNIS DI LAHAN KERING Berdasarkan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG VI) tahun 1998 tingkat konsumsi protein hewani adalah 6 gram/kapita/hari atau setara dengan daging 10,3 kg, telur 6,5 kg dan susu 7,2 kg/kapita/tahun. Sesuai dengan rekomendasi tersebut, Dinas Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan sasaran konsumsi daging dan telur per kapita pada tahun 2005 di Kalimantan Tengah seperti pada Tabel 5. 176

Tabel 4. Sasaran konsumsi daging dan telur per kapita di Kalimantan Tengah pada tahun 2005 No. Komoditas Volume (Kg) 1. Konsumsi daging 1.811.150,00 2. Konsumsi telur 613.800,00 3. Konsumsi daging/kapita/tahun 8,80 4. Konsumsi telur/kapita/tahun 3,78 Sumber : DINAS KEHEWANAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH. 2004. Program Pembangunan Pertanian di Kalimantan Tengah Tahun 2005 Sub Sektor Peternakan/Kehewanan Dalam rangka penyediaan konsumsi untuk masyarakat di Kalimantan Tengah, dengan berdasarkan faktor pertumbuhan penduduk sebesar 3,09% per tahun dan faktor daya beli serta elastisitas permintaan, DINAS KEHEWANAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH (2004) telah menetapkan sasaran konsumsi daging dan telur ayam buras untuk tahun 2005 masing-masing 4.525.528 kg dan 3.308.185 kg yang jauh lebih tinggi dari pada ternak lainnya (Lampiran 6). Dalam upaya pencapaian sasaran produksi tersebut perlu diciptakannya sistem usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis, dengan berbagai masukan teknologi. Dengan demikian selain dapat meningkatkan pendapatan petani dan perekonomi di pedesaan, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging daerah dan pendapatan asli daerah (PAD). Berdasarkan hasil pengkajian SALFINA dkk. (2004) di lahan kering kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menunjukan bahwa introduksi pada kelompok usaha pembibitan berupa penetasan dengan menggunakan mesin tetas dapat memenuhi kebutuhan bibit ayam buras di pedesaan secara mandiri. Introduksi teknologi pada fase pembesaran anak dengan menggunakan kandang litter dan kandang umbaran yang diikuti dengan pemberian pakan berkualitas dan vaksinasi serta pengobatan secara teratur sesuai umur ayam telah dihasilkan bibit ayam buras berkualitas dengan potensi berproduksi tinggi dan relatif tahan terhadap penyakit. Penjualan bibit ayam berupa induk siap bertelur kepada kelompok usaha penghasil telur konsumsi dan penjualan anak ayam jantan umur 2 bulan kepada usaha penghasil ayam potong telah menciptakan sistem pasar kelompok, seperti model pada Lampiran 7. Melalui pemberdayaan kelembagaan yang ada di pedesaan diharapkan dapat diperluasnya sistem pasar kelompok, yang pada akhirnya terciptanya model usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis berbasis ayam buras. Keberhasilan pengembangan model intensifikasi ayam buras dengan sistem pasar ini sangat tergantung pada dukungan dan peran aktif instansi pemerintah/dinas teknis terkait, baik berupa peningkatan program penyuluhan maupun kemudahan dalam proses penyaluran pinjaman modal usaha kepada petani/pengguna. KESIMPULAN Kalimantan Tengah dengan luas wilayah lahan kering 114.511 km2 atau hampir 75% dari luas propinsi (153.843 km2) memiliki prospek yang sangat baik untuk pengembangan usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis. Pada saat ini permintaan konsumen akan produk ayam buras berupa daging dan telur sangat tinggi, sementara sistem usaha ternak yang ada umumnya masih berisifat tradisonal dengan tingkat produksi rendah. Program intensifikasi ayam buras sudah berlangsung lebih dari satu dasawarsa, tetapi belum menunjukkan keberhasilan yang berarti. Hal ini disebabkan pemeliharaan ayam buras umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan dipelihara dengan tujuan ganda, yaitu sebagai penghasil bibit, telur konsumsi dan sekaligus juga ayam potong. Selain itu belum diterapkannya teknologi tepat guna spesifik lokasi oleh petani. Keberhasilan usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu secara biofsiik dapat disediakannya bibit berkualitas dan pakan lokal secara berkesinambungan serta meningkatnya pengetahuan petani mengenai sistem perkandangan, penanggulangan penyakit dan 177

pengelolaan hasil. Sedangkan dari aspek sosek adalah terjaminnya sistem pemasaran yang kondusif. Potensi lahan kering di Kalimantan Tengah belum dimanfaat secara optimal, terutama bahan pakan dari sumberdaya lokal yang berlimpah. Dengan demikian sistem usaha ternak ayam buras berwawasan agribisnis dengan sistem pasar kelompok memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan di wilayah ini. DAFTAR PUSTAKA ANON. 2003. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2003. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. ANON. 2002. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2002. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. ANON. 2001. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2001. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. BHERMANA, A. 2005. Peta Zona Agroekosistem Wilayah Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya. DINAS KEHEWANAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH. 2004. Program Pembangunan Pertanian di Kalimantan Tengah Tahun 2005 Sub Sektor Peternakan/Kehewanan. Makalah Rakorbangtan Propinsi Kalimantan Tengah, Tanggal 4-5 Oktober 2004, Palangkaraya. SALFINA, N. A., B. N. UTOMO, R. RAMLI dan D. D. SISWANSYAH. 2004. Sistem Usaha Ternak Ayam Buras di Kalimantan Tengah. Laporan Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya. SURIANSYAH, SUNARDI, M. S. MOKHTAR dan A. HARTONO. 1999. Hasil Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Berbasis Karet Berwawasan Agribisnis di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Prosiding Lokakarya Nasional Hasil Litkaji Teknologi Pertanian. Palangkaraya, 26-27 Agustus 1998. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya, Palangkaraya. Hal 65-72. UTOMO, B. N., A. KRISMAWATI, SURIANSYAH, R. RAMLI dan ARDIANSYAH. 2004. Integrasi Ternak Sapi-Padi/Jagung Di Lahan Kering Kalimantan Tengah. Laporan Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya. UTOMO, B.N. dan E. WIDJAYA. 2004. Pemanfaatan Solid Sebagai Pakan Ayam. Laporan Gelar Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Palangkaraya. 178

Lampiran 1. Peta penyebaran lahan kering di Wilayah Kalimantan Tengah Sumber : BHERMANA, A. 2005. Peta Zona Agroekosistem Wilayah Kalimantan Tengah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah 179

Lampiran 2. Perbandingan luas penyebaran lahan kering dan lahan basah di Kalimantan Tengah No. Kabupaten/Kota Perbandingan tipe lahan (%) Kering Basah 1. Kotawaringin Barat 56 44 2. Kotawaringin Timur 71 29 3. Kapuas 31 69 4. Barito Selatan 22 78 5. Barito Utara 90 10 6. Sukamara 48 52 7. Lamandau 100-8. Seruyan 58 42 9. Katingan 57 43 10. Pulang Pisau 4 96 11. Gunung Mas 96 4 12. Barito Timur 61 39 13. Murung Raya 99 1 14. Palangka Raya 12 88 Sumber: Hasil analisis GIS berdasarkan peta sistem lahan dan peta zona agroekologi (AEZ) skala tinjau (BHERMANA, 2005). Lampiran 3. Luas wilayah dan jumlah penduduk Propinsi Kalimantan Tengah menurut kabupaten pada tahun 2003 No Kabupaten/Kota Luas (Km2) % terhadap Propinsi Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Kotawaringin Barat 10.759 6,99 188.544 17,52 2. Kotawaringin Timur 16.496 10,72 287.161 17,41 3. Kapuas 14.999 9,75 329.480 21,97 4. Barito Selatan 8.830 5,74 115.609 13,09 5. Barito Utara 8.300 5,40 110.982 13,37 6. Sukamara 3.827 2,49 33.417 8,73 7. Lamandau 6.414 4,17 48.489 7,56 8. Seruyan 16.404 10,66 102.944 6,28 9. Katingan 17.800 11,57 125.828 7,07 10. Pulang Pisau 8.997 5,85 113.772 12,65 11. Gunung Mas 10.804 7,02 83.215 7,70 12. Barito Timur 3.834 2,49 77.757 20,28 13. Murung Raya 23.700 15,41 86.505 3,65 14. Palangka Raya 2.679 1,74 168.449 62,89 Total 153.843 100,00 1.872.152 12,17 Sumber: Rekapitulasi data dari Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah dalam angka tahun 2003, Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota 180

Lampiran 4. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di lahan basah dan lahan kering di Kalimantan Tengah tahun 2003 No. Tipe Lahan Luas Wilayah (km 2 ) (%) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2) 1. Lahan Basah 39.332 25,6 760.727 19,3 2. Lahan Kering 114.511 74,4 1.111.425 9,7 Jumlah 153.843 100,0 1.872.152 12,2 Sumber: Rekapitulasi data dari Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah dalam angka tahun 2003, Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota Lampiran 5. Populasi, jumlah dipotong dan produksi ayam buras di empat belas kabupaten/kota di Kalimantan Tengah pada tahun 2003 No. Kabupaten/Kota Populasi (ekor) Pemotongan (ekor) Produksi (kg) Daging Telur 1. Kotawaringin Barat 436.213 357.165 350.464 370.781 2. Kotawaringin Timur 417.131 318.729 312.430 354.562 3. Kapuas 1.276.541 944.302 925.640 916.837 4. Barito Selatan 410.818 354.500 347.494 26.559 5. Barito Utara 519.215 392.744 384.982 289.263 6. Sukamara 104.402 720 706 191.226 7. Lamandau 96.106 878 861 72.892 8. Seruyan 158.108 86.951 85.233 22.388 9. Katingan 230.108 118.216 115.880 138.281 10. Pulang Pisau 428.122 376.805 369.358 307.486 11. Gunung Mas 185.220 96.134 94.234 133.029 12. Barito Timur 148.280 16.875 16.542 19.671 13. Murung Raya 98.739 84.814 83.138 17.706 14. Palangka Raya 206.812 177.647 174.136 49.930 Jumlah 4.715.815 3.326.480 3.261.098 2.910.611 Sumber: Kalimantan Tengah dalam angka 2003, Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya 181

Lampiran 6. Produksi daging dan telur ternak dan unggas di Kalimantan Tengah tahun 2000-2003 serta sasaran produksi tahun 2005 Jenis ternak A. Daging: Produksi (kg) 2000 2001 2002 2003 Sasaran produksi 2005 1. Sapi 2.472.901 1.857.985 2.977.822 3.536.320 3.588.120 2. Kerbau 129.327 112.802 84.106 98.875 99.226 3. Kambing 67.430 118.649 213.495 237.612 261.375 4. Domba 8.244 9.187 29.996 34.000 37.400 5. Babi 1.003.318 1.034.043 1.248.928 1.592.370 2.070.016 6. Unggas: a. Ayam buras 2.566.526 1.245.364 2.336.778 3.261.098 4.525.528 b. Ayam petelur 4.752 5.779 1.824 2.322 2.635 c. Ayam pedaging 1.416.814 1.995.021 2.903.351 3.707.343 4.065.922 d. Itik 76.828 74.881 76.508 82.348 102.936 B. Telur: 1. Ayam buras 1.165.236 1.424.657 2.034.808 2.910.611 3.308.185 2. Ayam petelur 100.376 96.135 211.407 228.573 297.330 3. Itik 494.284 508.752 520.442 591.546 715.783 Sumber: - Kalimantan Tengah dalam angka 2001; 2002; 2003. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya - Dinas Kehewanan Propinsi Kalimantan Tengah 2004. Program Pembangunan Pertanian di Kalimantan Tengah Tahun 2005 Sub Sektor Peternakan/Kehewanan 182

Lampiran 7. Bagan model sistem usaha ternak ayam buras dengan pasar kelompok Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal Lembaga Penelitian dan Instansi Terkait Anak Utk ay pot Ayam Bibit Telur Tetas l - Pakan - Obat/Vak - Modal PENGHASIL TELUR TETAS/AYAM BIBIT (Kandang Umbaran) Uk 15 m 2 /unit ; Kap 60 ekor/unit Umur 4 bulan s/d 2,5 tahun Telur Tetas Mesin Tetas DOC Ayam Bibit Sex Ratio Jtn : Btn 1:9 - Ayam Afkir - Pupuk kdg - Karung bks Telur konsumsi, telur tetas, DOC, ayam pedaging, ayam petelur, ayam afkir, pupuk kandang, karung bekas dsb. - Anggota Baru - Konsumen/Umum - Peternak Luar Desa PENGHASIL TELUR KONSUMSI (Kandang Battery Uk : 8 m 2 /unit Kap : 120 e/unit Ayam Petelur Umur 4 bulan s/d 2,5 tahun Telur Konsumsi - Ayam afkir - Pupuk kdg - Karung bks - Ayam Petelur - Pakan - Obat - Modal Pulet KELOMPOK Anak - Ayam afkir - Pupuk kdg - Karung bks Ayam Pedaging - Anak - Pakan - Obt/Vak - Modal Uk : 15 m 2 /unit Kap : 60 e/unit Anak Jantan 2 bulan Dipelihara s/d 4 bulan PENGHASIL AYAM POTONG (Kandang Litter) Rumbia (Sagu) --------------------------- Lahan Usaha Dedak Padi ------------------------------------- Penggilingan Padi Konsentrat, obat-obatan/vaksin ------------------------------------------ Poultry Shop 183

184