Diterima 15 Agustus 2014 / Disetujui 22 Agustus 2014

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

I. PENDAHULUAN. genom sel tanaman adalah kloning gen. Proses ini dilakukan dengan

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

II. TINJAUAN PUSTAKA...

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Transformasi genetik Oryza sativa L. dengan gen MaMt2

Studi Agronomis Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Hasil Ko-Kultivasi Beberapa Strain Agrobacterium tumefaciens

TRANSFORMASI GEN NPTII VEKTOR pcl4 DENGAN Agrobacterium tumefaciens PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik Artemisia Annua L.

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

K092 ABSTRAK. Kata Kunci: protokorm, Phalaenopsis amabilis, inokulum, transformasi genetik, Agrobacterium tumefaciens.

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

Transformasi T-DNA Agrobacterium sebagai Model Integrasi Gen pada Tanaman. Lili Sugiyarto. Jurdik Biologi FMIPA UNY.

DASAR REKAYASA GENETIKA

PEMANFAATAN AGROBACTERIUM UNTUK TRANSFORMASI GENETIK TANAMAN DAN JAMUR. Penulis :Enung Sri Mulyaningsih

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

PLANT TRANSGENESIS. *: Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2014

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

TRANSFORMASI GENETIK JATROPHA CURCAS DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a PADI

Peranan Vitamin C dan Acetosyringone pada Transformasi genetik anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis melalui Agrobacterium tumefaciens

TRANSFORMASI ANGGREK DENDROBIUM DENGAN GEN gus-a MELALUI PERANTARAAN Agrobacterium tumefaciens

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

Transformasi Genetik Gen Pembungaan Hd3a (Heading date 3a) Pada Empat Kultivar Padi Hitam (Oryza sativa L.)

Regenerasi Empat Genotipe Gandum (Triticum aestivum L.) L.) Pasca Transformasi Melalui Agrobacterium tumefaciens.

BIOTEKNOLOGI PANGAN Program Studi Bioteknologi. Oleh: Seprianto, S.Pi, M.Si

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

PERANAN VITAMIN C DAN ACETOSYRINGONE PADA TRANSFORMASI GENETIK ANGGREK Vanda tricolor Lindl. var. suavis MELALUI Agrobacterium tumefaciens ABSTRAK

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Oleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani

Analisis Molekuler Lanjutan Tanaman Putatif Transgenik Padi Gen CryIA Generasi T0, T1, T2, dan T3

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE. Gambar 7 Peta linier pbd80. B11. BamHI. SalI. pflap amp r GOI. pbd80 ColE oriv NPTIII LB NPTII Pro GOI Term RB pbd80

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

ABSTRACT. Key words : transformation, A. tumefaciens, LBA4404::pKYS, GV3101::pCL4, rice.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

Tentang Kultur Jaringan

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

II. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

STUDI PERBANDINGAN METODE TRANSFORMASI DNA MENGGUNAKAN VEKTOR Agrobacterium tumefaciens PADA TANAMAN TEBU (Sacharum hybrid)

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

OPTIMASI TRANSFORMASI GENETIKA MELALUI AGROBACTERIUM PADA TANAMAN PADI [ OPTIMIZATION OF AGROBACTERIUM-MEDIATED GENETIC TRANSFORMATION IN RICE ]

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

III. METODE PENELITIAN A.

Transkripsi:

Media Ilmiah Teknologi Pangan Vol. 1, No. 1, 24 30, 2014 2014, PS Ilmu dan Teknologi Pangan Prog. Pasca Sarjana, Univ. Udayana Identifikasi Transgene pada Tanaman Padi (oryza sativa var. koshihikari) yang Ditransformasi dengan Bantuan Agrobacterium tumefaciens, Menggunakan Metode Tanpa Teknik Kultur Jaringan. Transgene Identification in Rice (oryza sativa var. koshihikari) which Transformed Using Agrobacterium tumefaciens without Tissue Culture Technic. I Putu Suparthana 1*, Masahiro Nogawa 2 dan Mineo Kojima 2 Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana 1 dan Department of Applied Biology, Faculty of Textile Science and Technology, Shinshu University, 3-15-1 Tokida, Ueda, Nagano 386-8567, Japan 2. Diterima 15 Agustus 2014 / Disetujui 22 Agustus 2014 ABSTRAK Metode transformasi tanaman dengan bantuan Agrobacterium tumefaciens biasa dilakukan dengan melibatkan teknik kultur jaringan, akan tetapi teknik kultur jaringan memiliki beberapa kelemahan yaitu memerlukan suatu kondisi steril, memakan banyak waktu, sering terjadi mutasi dalam proses kultur in vitro dan sejumlah tanaman bersifat rekalsitran pada tahap regenerasi. Disisi lain metode baru (in planta transformation system) yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Penelitian dilakukan pada tanaman padi dengan bantuan A. tumefaciens sebagai inokulum namun tidak melibatkan teknik kultur jaringan pada masa regenerasinya. Biji padi (Oryza sativa L. var. Koshihikari) direndam dalam air selama 2 hari, dengan demikian embrionya yang mengandung sel apikal meristem dapat diinokulasi dengan cara menusukkan jarum yang telah dicelupkan dalam inokulum. Biji padi yang telah diinokulasi selanjutnya ditumbuhkan dilapangan selayaknya pembenihan biasa tanpa perlakuan steril. Untuk menentukan keberhasilan teknik ini, dua jenis strain mutan A. tumefaciens (M-21 dan LBA4404) digunakan dalam transformasi. Mutan M-21 mengandung Tn5 tersisip dalam gen iaam dan mutan LBA4404 membawa binari plasmid vektor. Transgen dari mutan M-21 dapat diidentifikasi dari perubahan fenotipe pada tanaman padi transgenik sedangkan dari mutan LBA4404 dapat diidentifikasi dengan uji histokimia dan ketahanan terhadap antibitik (hygromycin B). Kata kunci: in planta transformation, A. tumefaciens, transformation method *Korespondensi Penulis: Email: ipsuparthana@gmail.com 24

Suparthana dkk.. Media Teknologi Pangan PENDAHULUAN Agrobacterium-mediated transfor mation adalah suatu metode pengubahan genetik (transformasi genetik) pada tanaman yang dilakukan dengan menggunakan bantuan dari Agrobacterium tumefaciens. Metode ini telah berkembang menjadi sebuah metode baku dan diterapkan di laboratoriumlaboratorium di seluruh dunia. A. tumefaciens pada habitat aslinya merupakan bakteri penyebab penyakit tumor crown gall pada tanaman dikotil. A. tumefaciens secara alami memiliki kemampuan mengubah susunan genetik inangnya dengan cara memindahkan (transfer) suatu materi genetik dari plasmidnya ke dalam genom tanaman inangnya. Rekayasa genetik yang dilakukan pada plasmid A. tumefaciens tetap dapat ditransfer ke dalam genom dan dapat diekspresi di dalam sel tanaman inangnya. Penemuan inilah yang kemudian mengantarkan bioteknologi tanaman berkembang dengan pesat dan diaplikasi oleh peneliti-peneliti di seluruh dunia. Diawal tahun 1990an Hiei (1994) melakukan suatu terobasan besar dengan keberhasilannya melakukan transformasi genetik pada tanaman padi dengan bantuan A. tumefaciens. Sejak itu kemudian Agrobacterium-mediated transformation pada tanaman padi menjadi sebuah metode yang rutin dilakukan di berbagai laboratorium di seluruh dunia. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode yang telah umum dilakukan pada tanaman dikotil. Pada metode ini, pertama-tama A. tumefaciens diinokulasi pada jaringan tanaman yang mengandung sel-sel embrio yang sedang aktif membelah, seperti misalnya kalus, yang dilakukan di dalam sistem kultur jaringan. Selanjutnya, A. tumefaciens dihilangkan dengan menggunakan antibiotik dan sel-sel embrio yang telah ditransformasi diseleksi dengan menggunakan media yang sesuai. Pada tahap akhir embrio yang mulai tumbuh menjadi tanaman baru diregenerasi dengan berbagai medium yang sesuai. Walaupun Agrobacterium-mediated transformation di dalam sistem kultur jaringan telah digunakan secara luas oleh para peneliti, namun metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu memerlukan suatu kondisi steril, memakan banyak waktu, sering terjadi mutasi dalam proses kultur in vitro dan sejumlah tanaman bersifat rekalsitran pada tahap regenerasi. Disisi lain, berbeda halnya dengan transformasi tanaman di dalam sistem kultur jaringan, suatu metode transformasi tanaman yang tidak menggunakan kultur jaringan (in planta transformation system) dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang disebutkan diatas. In planta transformation system tidak menggunakan kultur in vitro, yang menjadi keunggulan dari metode ini. Sejauh ini transformasi pada tanaman padi dengan bantuan A. tumefaciens menggunakan sistem in planta baru pertama kali dilakukan dalam penelitian ini dan penelitian sejenis belum pernah dilaporkan oleh peneliti lain. 25

Vol.1, No.1, 2014 Identifikasi Transgen pada in planta transformation system Pada penelitian ini apical meristem pada biji padi yang telah direndam beberapa hari diinokulasi dengan A. tumefaciens, selanjutnya ditumbuhkan selayaknya menanam padi di lapangan. Agar dapat diverifikasi terjadinya transformasi genetik pada tanaman padi tersebut, kami menggunakan strain A. tumefaciens. M-21 dan LBA4404. Strain M-21 adalah strain mutan yang bersifat avirulen karena Gen iaam yang terlibat dalam biosintesa indoleacetic acid (IAA) termutasi oleh penyisipan Tn5, sementara gen-gen lainnya pada T-DNA region termasuk gen yang terlibat dalam sintesa sitokinin (ipt) masih tetap utuh. Adapun konsekuensi penggunaan strain M-21 adalah dihasilkannya tanaman padi yang memproduksi lebih banyak sitokinin sehingga menampakkan perubahan fenotip yang cukup dramatis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam sel tanaman tersebut. Ini merupakan indikasi yang diharapkan sebagai petunjuk keberhasilan metode transformasi dengan in planta transformation system. Sementara itu pada strain LBA4404 terkandung plasmid binary yaitu pig121-hm yang dapat diditeksi dengan system histokimia dan seleksi ketahanan terhadap hygromycin B karena dalam plasmid ini terdapat gen GUS (ß-glucuronidase) dan gen ketahanan terhadap hygromycin B. BAHAN DAN METODE Strain A. tumefaciens dan binary vector A.tumefaciens yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain mutan M-21 dan LBA4404. Strain M-21 dibuat dengan cara memutasi A. tumefaciens virulen A208 menggunakan transposon 5 (Tn5). Tn5 menyisipi gen yang terlibat dalam biosintesa IAA yaitu gen tryptophan monooxygenase (iaam) yang terdapat di dalam T-DNA region pada Ti-plasmid. Strain ini menjadi avirulen karena gagal mengintegrasikan T-DNA nya ke dalam genom sel inang. Strain LBA4404 mengandung plasmid binary pig121-hm yang dikonstruksi oleh Ohta et.al. Di dalam plasmid binary ini terkandung gen ketahanan terhadap kanamycin (nptii), gen ketahanan terhadap hygromycin (hpt) dan gen ß- glucuronidase (GUS) yang diekspresi di dalam sel tanaman inang. Transformasi Strain-strain A. tumefaciens ditumbuhkan pada media LB mengandung antibiotika kanamycin (50 µg/ml) dan rifampicin (10 µg/ml) untuk M-21, dan streptomycin (50 µg/ml), kanamycin (50 µg/ml) dan rifampicin (10 µg/ml) untuk LBA4404 pada suhu 28 o C selama 2 hari. Bakteri ini diambil dengan menggunakan loop dan disuspensi dalam air steril dengan kepekatan 1,0 x 10 9 sel /ml. Biji padi disterilisasi dengan menggunakan ethanol dan sodium hypochlorite lalu direndam dalam air steril selama 2 hari pada suhu 20 o C. Air diganti sekali selama proses perendaman. Setelah 2 hari perendaman, bagian embrio akan berubah menjadi putih. A. tumefaciens diinokulasikan ke dalam embrio dengan menusukkan jarum steril (kedalaman 1-1,5 mm) yang telah dicelupkan ke dalam inokulum A. tumefa- 26

Suparthana dkk.. Media Teknologi Pangan ciens. Biji padi yang telah diinokulasi diletakkan diatas kertas saring di dalam cawan petri (dibungkus alumunium foil) yang telah diisi tanah steril. Biji padi didalam cawan petri ini selanjutnya diinkubasi dalam ruang tertutup pada suhu 23 o C selama 9 hari. Pada masa inkubasi ini 70-75% biji padi akan berkecambah yang selanjutnya kecambah-kecambah padi tersebut di rendam dalam larutan mengandung cefotaxime (1000 ppm) selama 1 jam pada suhu ruang. Pada bagian akhir, kecambah-kecambah padi ini kemudian ditanam dalam pot selayaknya menanam padi di lapangan. Tanaman padi transgenik ini ditumbuhkan dan dirawat seperti biasa hingga didapatkan biji-biji padi sebagai T1 nya. Untuk tanaman kontrol, saat inokulasi biji padi, jarum hanya dicelupkan pada air steril sebelum ditusukkan pada bagian embrionya. Penentuan Resistensi Terhadap Hygromycin pada Tanaman Padi Transgenik Kecambah tanaman padi dibersihkan kulitnya lalu disterilisasi dengan ethanol dan sodium hypocloride (1%). Bibit tanaman padi ini kemudian dibilas tiga kali dengan air lalu ditumbuhkan pada kondisi steril dalam air (kedalaman 2-3 mm) mengandung hygromycin B (20µg/ml) pada suhu 28 o C selama 16 jam dengan sinar dan 8 jam tanpa sinar. Ketahanan terhadap hygromycin B dinilai setelah 6 hari kemudian. Uji Histokimia Aktifitas ß- glucuronidase (GUS) Ekspresi gen GUS dalam sel tanaman padi diuji dengan metode yang kenalkan oleh Kapila et.al. Seluruh bagian tanaman yang berumur 4 hari di rendam dalam larutan pewarnaan histokimia. HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi menggunakan A. tumefaciens strain mutan M-21. Tanaman transgenik yang ditransformasi dengan A. tumefaciens strain mutan M-21 diharapkan dapat menunjukkan adanya suatu perubahan fenotipe yang disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi hormon pertumbuhan di dalam selnya. Dengan dasar pertimbangan tersebut dalam penelitian ini pertama-tama kami mentransformasi tanaman padi dengan menggunakan A. tumefaciens strain mutan M-21 dan menentukan apakah terjadi perubahan fenotipe pada tanaman transgenik dan apakah perubahan ini dibawa pada keturunan T1 nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman transgenik (T 0 ) yang ditransformasi dengan A. tumefaciens strain mutan M-21 menampakkan adanya perubahan fenotipe sebagaimanan ditunjukkan pada gambar 1, panel A. Tanaman transgenik mempunyai ketinggian melebihi tanaman kontrolnya. Perubahan fenotipe yang ditunjukkan oleh tanaman transgenik (T 0 ) ini belum dapat dipastikan apakah memang benar disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hormon di dalam selnya. Akan tetapi yang dapat dipastikan 27

Vol.1, No.1, 2014 Identifikasi Transgen pada in planta transformation system A B Kontrol (T0) Transgenik (T0) Kontrol (T1) Transgenik (T1) Gambar 1. Panel A adalah tanaman transgenik (T0) yang menunjukkan perubahan fenotipe (tinggi tanaman) yang dihasilkan dari transformasi in planta menggunakan strain M-21. Panel B, perubahan fenotipe tanaman transgenik diwariskan pada turunannya (T1). adalah perubahan fenotipe ini dapat diwariskan pada keturunannya (T1) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1, panel B. Adanya pewarisan sifat berupa perubahan fenotipe (tinggi tanaman) dari tanaman padi transgenik T 0 diturunkan pada tanaman padi transgenik T1 menunjukkan suatu indikasi keberhasilan transformasi yang dilakukan dengan metode transformasi tanaman yang tidak menggunakan kultur jaringan (in planta transformation system). Transformasi menggunakan A. tumefaciens strain LBA4404 yang mengandung binari plasmid pig121- Hm. Binari plasmid vektor pig121-hm mengandung gen GUS yang disisipi intron dan gen ketahanan terhadap hygromycin di dalam T-DNAnya sehingga pengujian dengan metode pewarnaan secara histokimia dan ketahanan terhadap hygromycin dapat dilakukan terhadap tanaman transgenik yang dihasilkan dari transformasi dengan strain ini. Sebanyak 30 biji tanaman padi (T1) yang dihasilkan dari tanaman transgenik induk (T0) dipilih secara acak untuk dianalisa dengan metode pewarnaan histokimia. Sementara itu sebagai pembanding, sebanyak 30 biji padi (T1) yang dihasilkan dari tanaman yang ditransformasi dengan air dianalisa dengan metode yang sama. Gambar 2, panel A menunjukkan bahwa dari 30 biji tanaman padi yang dites, 13 diantaranya bereaksi positif terhadap uji gen GUS. Sementara itu seluruh biji tanaman padi hasil transformasi menggunakan air berekasi negatif terhadap uji gen GUS (Gambar 2, panel B). Ketahanan tanaman padi transgenik terhadap hygromycin di uji dengan cara perkecambhan biji padi pada media air yang mengandung hygromycin B (20 ppm). Dari 17 biji padi (T1) yang berasal dari induk (T0) tanaman padi transgenik yang dikecambahkan pada media air yang mengandung hygromycin B, 12 diantaranya dapat berkecambah dengan 28

Suparthana dkk.. Media Teknologi Pangan Panel A, transgenik Panel B, kontrol Panel A, transgenik 1 Panel B, kontrol 3 2 4 Gambar 2. Panel A, expresi transgen (GUS) dapat dideteksi dengan uji histokimia pada perkecambahan tanaman transgenik (T1). Panel B, expresi transgen berupa gen GUS tidak ditemukan pada perkecambahan tanaman kontrol (T1). baik (Gambar 3, panel A-1), sebagaimana biji padi transgenik yang dikecambahkan pada media air (.Gambar 3, panel A-2). Sementara itu 15 biji padi (T1) yang berasal dari induk (T0) tanaman kontrol tidak dapat berkecambah dengan baik pada media air yang mengandung hygromycin B (Gambar 3, panel B-3), sedangkan 16 biji padi (T1) lainnya yang dikecambahkan pada media air tanpa antibiotik dapat tumbuh dengan baik (Gambar 3, panel B-4). Dari keseluruhan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, empat jenis pembuktian dapat memverifikasi keberhasilan metode transformasi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pertama, transformasi menggunakan strain M-21 dapat menghasilkan tanaman transgenik yang mengalami perubahan fenotipe berupa tinggi tanaman. Kedua, perubahan fenotipe ini dapat diwariskan pada keturunannya (T1). Ketiga, transgene berupa gen GUS dapat dideteksi dengan metode histokimia pada perkecambahan biji padi transgenik (T1). Keempat, biji padi transgenik (T1) Gambar 3. Panel A, biji padi transgenik (T1).tetap mampu berkecambah pada media mengandung hygromycin B (1), sebagaiman perkecambahan pada media air (2). Panel B, biji padi kontrol (T1).sangat terganggu perkecambahannya pada media mengandung hygromycin B (3), sementara pada media air dapat berkecambah dengan baik (4). memiliki ketahanan terhadap antibiotik hygromycin B sehingga dapat berkecambah dengan baik pada media air mengandung hygromycin B. Efisiensi metode transformasi yang dikembangkan dalam penelitian ini mencapai 43% pada analisis transgen (gen GUS) dengan uji histokimia. Nilai efisiensi ini tampak jauh lebih besar dibandingkan hasil-hasil penelitian yang telah dilaporkan oleh Hiei et.al., 1997; Park et.al., 1996 dan Cheng et.al., 2004 yang menggunakan metode in vitro. Walaupun demikian kenyataan ini cukup beralasan mengingat A. tumefaciens di alam adalah bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit tumor melalui kemampuannya mentransfer materi genetik kedalam genom tanaman inangnya yang tidak lain adalah merupakan proses trasformasi secara alami. Ketika A. tumefaciens strain A208 yang merupakan 29

Vol.1, No.1, 2014 Identifikasi Transgen pada in planta transformation system induk dari mutan M-21 yang digunakan dalam penelitian ini, diinokulasikan pada daun tanaman cocor bebek (Kalanchoe daigremontiana) yang ditanam dalam pot dengan cara menggoreskan tusuk gigi yang telah dilumuri inokulum pada permukaan daunnya, gall tumor dapat terbentuk (100%) pada luka-luka bekas goresan tersebut setelah 6 minggu (Majumder et.al., 2001). Efisiensi infeksi semacam ini, dalam hal ini adalah transformasi, pada tanaman yang diinokulasi mungkin dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti auxin, sitokinin dan sejumlah faktor lain yang belum dapat diidentifikasi, yang dibutuhkan untuk pembentukan gall pada waktu yang tepat, konsentrasi yang optimal dan kombinasi yang tepat. Hal lainnya adalah sel-sel atau jaringan dari tanaman utuh yang digunakan dalam in planta transformation system tentunya memiliki ketahan yang cukup kuat terhadap patogen dan stres, kapasitas diferensiasi, regenerasi dan lainnya yang cukup tinggi dibandingkan sel-sel atau jaringan sel yang digunakan pada sistem kultur jaringan. Infeksi A. tumefaciens pada tanaman utuh menyerupai metode transformasi yang dikembangkan dalam penelitian ini; kami menginokulasi A. tumefaciens pada biji yang telah direndam selama 2 hari, kemudian menumbuhkannya dalam pot tanpa perlakuan steril selayaknya menumbuhkan tanaman biasanya. Oleh karena itu in planta transformation system yang dikembangkan dalam penelitian ini menyerupai proses infeksi yang dilakukan A. tumefaciens secara alami. Hal inilah yang mendukung tingginya efisiensi transformasi yang dikembangkan dalam penelitian ini. KESIMPULAN Kami telah mentransformasi tanaman padi melalui bijinya dengan metode in planta sebagaimana dilaporkan dalam hasil penelitian ini dan telah pula melakukan beberapa kali pengulangan. Hasil yang kami dapat dari seluruh ualangan tersebut adalah sama seperti hasil dalam laporan (artikel) ini. Hal ini menunjukkan keberhasilan in planta transformation sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Hiei, Y., Ohta, S., Komari. T. and Kumashiro T. (1994). Efficient transformation of rice (Oryza sativa L.) mediated by Agrobacterium and sequence analysis of the boundaries of the T-DNA. Plant J., 6, 271-282. Majumder, P., Shioiri, H., Nozue, M. and Kojima, M. (2001). Isolation and characterization of a new virulence gene (abva) of Agrobacterium tumefaciens. J. Gen. Plant Phathol., 67, 124-133. Cheng, M., Lowe, B. A. Spencer, T. M., Ye, X. and Armstrong, C. L. (2004): Factors influencing Agrobacterium-mediated transformation of monocotyledonous species. In vitro Cell Dev. Biol. - Plant 40, 31-45. Kapila, J., Ryke, R. D., Montagu, M, V. and Angenon, G. (1977). An Agrobacteriummediated transient gene expression system for intact leaves. Plant Science. 122, 101-108. 30