BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Kota Surabaya berdasarkan astronomi terletak antara Lintang

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

Persentase guru SD adalah perbandingan antara jumlah

TENTANG WALIKOTA SURABAYA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BINA PENGELOLAAN SEKOLAH PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

2009/ / /2012 (1) (2) (3) (4) 01. Sekolah/ Schools. 02. Kelas/ Classes

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ruang Jenis & Status/ Sekolah/ Belajar/ Kelas/ Guru/ Murid/ Levels and Status Schools Classrooms Class Teachers Pupils (1) (2) (3) (4) (5) (6)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Rendra Suprobo aji

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II GAMBARAN UMUM. merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. II-1

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEMUNGUTAN PAJAK PADA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB 4 METODE PENELITIAN. Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

SIDANG TUGAS AKHIR. Oleh : Herry Purnama Sandy ( )

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Identifikasi Panjang Perjalanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

Jenis Industri/Type of Industries Sub-District

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Surabaya Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

POLA SPATIAL PERSEBARAN PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI SURABAYA BERDASARKAN PROBABILITAS KUNJUNGAN

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

Tabel : Banyaknya Industri dan Pekerja menurut Sub Sektor Number of Industries and Workers by Sub Sectors (1) (2) (3)

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

1 SD NEGERI KEBONSARI I SDN ALON-ALON CONTONG I/ SDN Asemrowo SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Keterangan Tinggal Sementara dengan menggunakan model End User Computing. 1. Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2017 sampai dengan Triwulan II. Realisasi Kinerja Pada Triwulan. Target Kinerja dan Anggaran RKPD Tahun 2017

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TIM PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

1,526 1, ,024 Sumber : Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya Source : Scout Associations, Branch of Surabaya City

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006

BAB 6 PEMBAHASAN. yang telah diajukan dalam disertasi untuk selanjutnya berdasarkan hasil uji

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Banyaknya Gugus Depan dan Anggota Pramuka per Kecamatan Number of Local Scout Organization and Scout Members by Sub District ###

BAB III HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI SUBYEK DAN LOKASI PENELITIAN

BAB III SETTING PENELITIAN

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

STUDI DEMAND AND SUPPLY BUS SEKOLAH RUTE DUKUH MENANGGAL - SMA KOMPLEKS SURABAYA

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

8, ,403 Sumber : Kantor BAPEMAS dan KB Kota Surabaya Source : National Family Planning Coordinating Board Office of Surabaya City

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Jumlah Rekapitulasi Keluhan Masyarakat Bulan Januari s/d Desember 2012

Tabel V.1 Program dan Kegiatan Perangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2018

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SURABAYA TAHUN 2014 WALIKOTA SURABAYA

Wanita Tuna Susila Number of Localized Prostitution Complex, Pimpsand Prostitutes Localized Mucikari/ Wanita Tunasusila

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

STUDI PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR dan PROTEKSINYA di GARDU INDUK 150 kv/120 MVA BUDURAN II/SEDATI. Arif Kurniadhi ( )

BAB III PRAKTIK JUAL BELI ROTI SEMI KEDALUWARSA DI CV. SURYA GLOBAL SURABAYA. berikut akan dipaparkan profil CV. Surya Global sebagai berikut:

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bulak, di sebelah Barat

KONSEP COMPACT CITY SEBAGAI SALAH SATU KONSEP INOVATIF PERENCANAAN TATA RUANG DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA DI SURABAYA

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya

BAGIAN ORGANISASI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA TENTANG

Transkripsi:

123 BAB ANALISIS HASIL PENELITIAN.1. Deskripsi Obyek Penelitian.1.1. Kondisi Geografis Kota Surabaya Kota Surabaya berdasarkan astronomi terletak antara 07 1 21 0 Lintang selatan dan 112 1 36 0 sampai dengan 112 1 4 0 Bujur Timur. Sebagian besar wilayah kota Surabaya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 3 sampai dengan 6 meter dari permukaan laut, kecuali wilayah kota bagian selatan ketinggiannya mencapai 2 sampai dengan 0 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah Kota Surabaya sebelah Utara adalah Selat Madura, sebelah Timur Selat Madura, sebelah Selatan Kabupaten Sidoarjo dan sebelah Barat adalah Kabupaten Gresik. Secara administratif, melalui PP no.28 20 September Tahun 1982, wilayah Kota Surabaya dibagi ke dalam 3 Wilayah Pembantu Walikota yang terdiri atas 19 wilayah Kecamatan dengan 163 Kalurahan. Pada Tahun 1990 melalui Kep. Mendagri 20 Juni Tahun 1990 wilayah Kota Surabaya berubah menjadi Wilayah Pembantu Walikota terdiri dari 19 wilayah Kecamatan. Selanjutnya pada Tahun 1992 melalui PP.No.26. 20 Mei Tahun 1992 jumlah wilayah Kecamatan berubah menjadi 24 Kecamatan, dan kemudian berubah menjadi 28 wilayah Kecamatan melalui PP.No.9. 19 September Tahun 1992. Terakhir pada Tahun 2001 jumlah wilayah Kecamatan berubah menjadi 31 melalui Perda No.. Mei Tahun 2001. Sementara itu jumlah Wilayah Pembantu Walikota tetap yaitu wilayah dan jumlah Kalurahan tetap yaitu 163. Secara rinci perkembangan wilayah 1 dapat dilihat pada TABEL.1 pada halaman 124

124 Tabel.1. BANYAKNYA WILAYAH KERJA SESUAI DENGAN WILAYAH KERJA PEMBANTU WALIKOTA DI WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN 1990, TAHUN 1992 DAN TAHUN 2001 Wilayah Pembantu Walikota Surabaya Utara Surabaya Timur Surabaya Selatan Surabaya Barat Surabaya Pusat Setelah 20 September th.1982 PP.No.28 P.Cantikan Semampir Krembangan Tandes Bubutan Benowo Tambaksari Gubeng Rungkut Sukolilo Kenjeran Sawahan Wonokromo Wonocolo Karangpilang Lakarsantri Genteng Tegalsari Setelah 20 Juni 1990 Kep.Mend agri No. P.Cantikan Semampir Krembangan Kenjeran Tambaksari Gubeng Rungkut Sukolilo Sawahan Wonokromo Wonocolo Karangpilang Benowo Lakarsantri Tandes Bubutan Simokerto Genteng Tegalsari Sumber : Surabaya Dalam Angka 2003 Setelah 20 Mei Th.1992 PP.No.26 P.Cantikan Semampir Krembangan Kenjeran Tambaksari Gubeng Rungkut Sukolilo Mulyorejo T.Mejoyo Gununganyar Sawahan Wonokromo Wonocolo Karangpilang Benowo Lakarsantri Tandes Asemrowo S.Manunggal Bubutan Simokerto Genteng Tegalsari Setelah 19 September Th.1992 PP.No.9 P.Cantikan Semampir Krembangan Kenjeran Tambaksari Gubeng Rungkut Sukolilo Mulyorejo T.Mejoyo Gunung Anyar Sawahan Wonokromo Wonocolo Karangpilang Jambangan Gayungan Wiyung Dukuh Pakis Benowo Lakarsantri Tandes Asemrowo S.Manunggal Bubutan Simokerto Genteng Tegalsari Setelah Mei Th.2001 Perda No. P.Cantikan Semampir Krembangan Kenjeran Bulak Tambaksari Gubeng Rungkut Sukolilo Mulyorejo T.Mejoyo Gununganyar Sawahan Wonokromo Wonocolo Karangpilang Jambangan Gayungan Wiyung Dukuh Pakis Benowo Pakal Lakarsantri Sambikerep Tandes Asemrowo S.Manunggal Bubutan Simokerto Genteng Tegalsari.1.2. Kondisi Demografis Kota Surabaya Berdasarkan data Surabaya Dalam Angka, jumlah penduduk Kota Surabaya terus meningkat. Hal ini disebabkan perkembangan penduduk yang cenderung meningkat disebabkan baik oleh perkembangan penduduk secara alami

12 (perkembangan penduduk yang disebabkan oleh tingkat kelahiran lebih tinggi daripada tingkat kematian) maupun perkembangan penduduk karena adanya migrasi (perkembangan penduduk yang disebabkan oleh jumlah penduduk pendatang lebih besar daripada penduduk yang pindah).. Tingkat kelahiran dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 cenderung meningkat, dan menurun di Tahun 2003 dan sedikit meningkat di Tahun 2004. Dari Tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 meningkat dari 32.600 menjadi 33.388 (2,42%) dan meningkat dari 33.388 di Tahun 2001 menjadi 3.872 (7,44%) di tahun 2002. Dari tahun 2002 ke tahun 2003 jumlah kelahiran menurun tajam, yaitu turun dari 3872 menjadi 2.63 (28,4%). Kemudian naik pada tahun 2004, menjadi 28.044 (naik 9,32%). Menurut Surabaya Dalam Angka (Th.2000-Th.2004) jumlah kematian cenderung naik dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004. Jumlah kematian di Tahun 2000 naik dari 9268 di Tahun 2000 menjadi 10099 (naik 8,97%) di Tahun 2001. Di Tahun 2003 naik lagi menjadi 11047 (naik 9,39%), dan turun di Tahun 2004 menjadi 8712 (turun 21,14%), kemudian naik lagi menjadi 1081 (naik 24,%) di Tahun 2004. Banyaknya penduduk pendatang yang menetap di Kota Surabaya dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 cenderung menurun namun karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan banyaknya penduduk yang pindah, maka kondisi ini mendorong kenaikan jumlah penduduk di Kota Surabaya. Secara rinci jumlah penduduk, penduduk datang dan penduduk yang pindah, banyaknya kelahiran dan banyaknya kematian dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel.2 sebagai berikut :

126 Tabel..2 JUMLAH PENDUDUK, PENDUDUK DATANG, PENDUDUK YANG PINDAH, BANYAKNYA KELAHIRAN DAN BANYAKNYA KEMATIAN YANG DILAPORKAN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2000 TAHUN 2004 Tahun Jumlah Penduduk Penduduk Datang Yang Dilaporkan Penduduk Pindah Yang Dilaporkan Banyaknya Kelahiran Yang Dilaporkan Banyaknya Kematian Yang Dilaporkan 2000 2.444976 63081 4241 32600 9268 2001 2.6832 314 46767 33388 10099 2002 2.29468 024 4829 3872 11047 2003 2.6966 34330 22482 263 8712 2004 2.691666 29188 14028 28044 1081 Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2000 Tahun 2004, diolah. Dilihat dari persebaran penduduk per Kecamatan, ternyata perkembangan penduduk di Kota Surabaya tidak diikuti persebaran yang merata. Hal ini secara rinci dapat dilihat melalui Tabel.3. pada halaman 127. Pada Tahun 2000, Kecamatan dengan penduduk terbesar berturut-turut adalah: Kecamatan Tambaksari dengan jumlah penduduk 188.886, Kecamatan Sawahan 188.766 jiwa, Kecamatan Semampir 144 jiwa, Kecamatan Wonokromo 146.87 jiwa, dan Kecamatan Gubeng 132.986 jiwa Pada tahun 2004, kecamatan dengan jumlah penduduknya terbanyak berturut-turut adalah : Kecamatan Sawahan 211.468 jiwa, Kecamatan Tambaksari 2008.90 jiwa, Kecamatan Semampir 180.139 jiwa, Kecamatan Wonokromo 179.386 jiwa dan Kecamatan Gubeng 149.076 jiwa (Tabel.3, halaman 126)

127 Tabel..3 JUMLAH PENDUDUK KOTA SURABAYA PER KECAMATAN TH. 2001, TH.2002,TH.2003 DAN TH.2004 Kecamatan Th.2000 Th.2002 Th 2003 Th.2004 Surabaya Pusat 01. Tegalsari 02. Genteng 03. Bubutan 04. Simokerto Surabaya Utara 0. Pabean Cantikan 06. Semampir 07. Krembangan 08. Kenjeran 09. Bulak Surabaya Timur 10. Tambaksari 11. Gubeng 12. Rungkut 13. Trenggilis Mejoyo 14. Gunung Anyar 1. Sukolilo 16. Mulyorejo Surabaya Selatan 17. Sawahan 18. Wonokromo 19. Karang Pilang 20. Dukuh Pakis 21. Wiyung 22. Wonocolo 23. Gayungan 24. Jambangan Surabaya Barat 2. Tandes 26. Sukomanunggal 27. Asemrowo 28. Benowo 29. Pakal 30. Lakarsantri 31. Sambikerep 9346 40 87883 84380 72744 144 11406 13187 --- 188886 132986 111286 7614 10 100148 8292 188766 14687 71478 7246 1780 81660 39837 39234 116003 6296 10746 106398 90418 16643 120872 86147 26877 21833 14209 82338 42677 47067 77362 6003 20203 176248 1798 48041 4228 64261 3761 32712 112700 64819 1104 98173 86913 179489 116818 100249 30964 20330 147267 80993 49741 4090 8933 79447 211686 177934 63009 3892 379 74402 41244 38100 113739 6192 110362 9917 87943 180139 118240 10262 31478 20890 149076 82492 098 41468 91110 71948 211468 179386 63931 4891 4210 760 41736 38772 9349 10714 36937 67074 --- 78334 --- 86794 86421 31842 280 30234 26700 4086 87141 89344 32761 367 31364 40947 44196 87481 90674 3378 3672 32090 41316 4079 Jumlah 2.99796 2.29468 2.6966 2.691666 Sumber: Surabaya Dalam Angka Th.2000, Th.2002, Th.2003, 2004 Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan luas lahan yang terbatas menyebabkan kepadatan penduduk di Wilayah Kota Surabaya meningkat. Dalam Tabel 1.3 halaman 11, dapat dilihat kepadatan penduduk Kecamatan tertinggi pada tahun 2000 berturut-turut adalah sebagai berikut: Kecamatan Simokerto 32.79 jiwa/ km 2, Kecamatan Sawahan 27.239 jiwa/km 2, Kecamatan Bubutan 22.768

128 jiwa/km 2, Kecamatan Tegalsari 21.787 jiwa/km 2 dan Kecamatan Kecamatan Tambaksari 21.011 jiwa/km 2. Lima Wilayah Kecamatan yang terpadat penduduknya pada tahun 2004 berturut-turut adalah: Kecamatan Simokerto 38.424 jiwa/km 2, Kecamatan Sawahan 30.7 jiwa/km 2, Kecamatan Bubutan 28.91 jiwa/km 2., Kecamatan Tegalsari 26.13 jiwa/km 2 dan Kecamatan Tambaksari 23.237 jiwa/km 2. Perkembangan jumlah penduduk juga menimbulkan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan fasilitas pendidikan, yaitu lembaga atau institusi (sekolah, akademi, Universitas beserta perangkatnya seperti gedung, ruang/kelas, guru, dosen). Sebagai kota BUDI PAMARINDA (kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan), Kota Surabaya boleh dikatakan memiliki relatif lengkap sarana dan fasilitas pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sekolah dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi dan tersedianya sekolah- sekolah kejuruan serta kursus-kursus ketrampilan. Untuk melihat apakah fasilitas pendidikan yang tersedia memadai (cukup) menampung siswa dari jenjang kejenjang dapat dilihat Rasio Kelas jenjang pendidikan tertentu terhadap jenjang pendidikan yang lebih rendah. Semakin tinggi Rasio menunjukkan semakin redah daya tampung sekolah jenjang tertentu terhadap jejang dibawahnya Sedangkan untuk melihat mutu pendidikan dapat dilihat melalui Rasio Guru terhadap Murid atau rasio antara Dosen terhadap Mahasiswa. Semakin kecil rasio menunjukkan mutu hasil proses belajar mengajar semakin baik.. Pada umumnya angka 20 dianggap angka yang ideal, sedangkan angka maksimalnya adalah 40.

129 Tabel.4 RASIO KELAS SLTP SEDERAJAT TERHADAP SD SEDERAJAT DAN RASIO KELAS SLTA SEDERAJAT TERHADAP SLTP SEDERAJAT NEGRI DAN SWASTA TAHUN 2000- TAHUN 2004 Tahun Periode SD Sederajat Jumlah Kelas SLTP Sederajat Jumlah Kelas SLTA Sederajat Jumlah Kelas Rasio Kelas SLTP/SD Rsio Kelas SLTA/SLTP 2000/2001 7842 278 327 2,84 0,84 2001/2002 7988 2960 3006 2,70 0,98 2002/2003 8420 2792 311 3,12 0,90 2003/2004 83 383 311 2,22 1,24 Sumber : Dinas Pendidikan Surabaya, Surabaya Dalam Angka Th.2002, Th.2003 dan Th. 2004, data diolah Berdasarkan Tabel.4. Rasio Kelas SLTP sederajat terhadap SD Negri dan Swasta pada periode Tahun 2000 /2001 menunjukkan angka yang cukup besar yaitu 2,84 (artinya setiap kelas SLTP harus mampu menampung 2,84 kelas lulusan SD). Pada periode Tahun 2001 /2002 sedikit menurun menjadi 2,70 dan naik dengan tajam menjadi 3,12 pada periode Tahun 2002 /2003 dan menurun lagi pada periode Tahun 2003 /2004 menjadi 2,22. Sekalipun pada Tahun peride 2003 / 2004 Rasio Kelas SD terhadap SLTP menurun namun seiring dengan perkembangan penduduk Kota Surabaya perlu adanya usaha menambah jumlah kelas agar daya tampung kelas dapat memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Rasio Kelas SLTA terhadap SLTP Negri dan Swasta dari periode Tahun 2000 /2001 sampai dengan periode Tahun 2003 /2004 menunjukkan angka yang kecil, yaitu antara 0,84-0,90. Namun pada periode Tahun 2003 /2004 meningkat menjadi 1,24. Sebagaimana hal nya Rasio Kelas SLTP terhadap SD, perlu adanya usaha peningkatan jumlah kelas pada sekolah SLTA agar dapat memenuhi daya tampung yang dibutuhkan dikemudian hari.

130 Rasio antara Guru terhadap Murid,.dari TK (taman kanak-kanak) sampai dengan SLTA (sekolah lanjutan atas) semuanya berada pada angka ideal yaitu dibawah angka20. Hanya SD (sekolah dasar) yang menunjukkan angka sedikit lebih tinggi dari angka ideal namun masih jauh dibawah angka maksimal, yaitu 24,67. Secara rinci rasio guru terhadap murid dapat dilihat pada Tabel. sebagai berikut: Tabel. RASIO GURU TERHADAP MURID TK,SD,SLTP,SLTA NEGRI DAN SWASTA ANTARA TAHUN 2003 TAHUN 2004 DI KOTA SURABAYA Sekolah TK Rincian Guru Murid Rasio Guru terhadap Murid (negri dan Swasta) 4.737 69.300 14,63 Sekolah Dasar dan Ibtidaiyah (negri dan swasta) 11.191 276.136 24,67 SLTP dan Tsanawiyah (negri dan swasta) 9.284 111.611 12,02 SLTA dan Aliyah (negri dan swasta).674 77.282 13,62 SMK setingkat SLTA (negri dan swasta) 2.70 449 16. Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2004 Rasio antara Dosen terhadap Mahasiswa pada Perguruan Tinggi Negri (tidak termasuk Universitas Terbuka) rata-rata adalah 1,11 dan 17,38 pada Perguruan Tinggi Swasta (Universitas, Akademi dan Politehnik swasta). Secara rinci Rasio antara Dosen terhadap Mahasiswa dapat dilihat pada Tabel.6 pada halaman 131

131 Tabel..6 RASIO ANTARA DOSEN TERHADAP MAHASISWA PERGURUAN TINGGI NEGRI DAN SWASTA TH.2003/2004 Rincian PT.Negri *) 1.UNAIR 2.ITS 3.UNESA 4.IAIN Dosen Tetap dan tidak Tetap 1012 1022 1012 461 Mahasiswa 13280 21373 1646 611 Rasio Dosen Terhadap Mahasiswa 13,12 20,91 16,3 13,34 PT,AK,Politehnik Swasta 06 8794 17,38 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2004 Keterangan :*) Tidak termasuk Universitas Terbuka Dilihat dari angka buta huruf Kota Surabaya menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan angka buta huruf Jawa Timur. Tabel.7 menunjukkan pada tahun 1998 persentase angka buta huruf Kota surabaya adalah 4,17% sementara Jawa Timur adalah 7,00%, dan pada tahun 2003 angka buta huruf di Surabaya menurun menjadi 2,67% dan Jawa Timur menjadi 1,03%. Tabel.7 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KEATAS YANG BUTA HURUF*) DI KOTA SURABAYA TAHUN 1998 TAHUN 2003 Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Kota Surabaya Jumlah Penduduk Buta huruf % 90.642 4,17 124.623,66 96.092 4,49 90.092 4,12 82.394 3,76 60.079 2,67 Jawa Timur Jumlah Penduduk Buta huruf 4.82.747 4.809.749 4.737.24 4.4.37 4.444.77 4.2.281 % 17,00 16,69 16,39 1,77 1,16 1,03 Sumber :BPS Jawa Timur, Susenas 1998-2003 Keterangan : *) tidak bisa membaca dan menulis huruf latin danhuruf lainnya.

132 Sekalipun demikian melihat perkembangan penduduk Kota Surabaya yang cepat, maka dimungkinkan jumlah penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang buta huruf akan meningkat jumlahnya. Dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan Penduduk Umur 1 tahun keatas, persentase penduduk yang berpendidikan tinggi masih relatih kecil yaitu, 9,37% di tahun 2001 dan naik menjadi 12,63% di tahun 200. Persentase yang terbesar adalah penduduk yang berpendidikan setingkat SLTA mencapai 34,33% di tahun 2001 dan naik menjadi 38,7% di tahun 200. Sedangkan persentase penduduk berumur 1 keatas yang pernah duduk di bangku SD baik lulus maupun tidak lulus adalah terbesar kedua yaitu mencapai 30,11% pada tahun 2001 dan turun menjadi 24,6% pada tahun 200. Pendidikan yang ditamatkan Penduduk Berumur 1 tahun keatas secara rinci dapat dilihat pada Tabel. 8 sebagai berikut : Tingkat Pendidikan Tidak/belum Sekolah Tidak/Tamat SD SD SLTP SLTAPT / AKD Tabel.8 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 1 TAHUN KEATAS MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI SURABAYA TAHUN 2001 TAHUN 200 Th.2001 (%) 4,74 6,10 24,01 21,4 34,33 9,37 Penduduk Berumur 1 Tahun Keatas Th.2002 Th.2003 Th.2004 (%) (%) (%) 4,3,99 24,04 20,0 34,61 10,1 3,19 4,63 21,4 23,60 36,27 10,77 4,94 8,13 6,0 2,6 36,27 10,77 Sumber : BPS Jawa Timur, Susenas Tahun 2001 Tahun 200, diolah Tahun 200 (%) 3,3 4,67 19,98 20,62 38,7 12,63

133 Perkembangan penduduk yang tidak diikuti perkembangan kesempatan kerja yang seimbang serta pendidikan yang sesuai yang dibutuhkan oleh lowongan kerja akan menimbulkan pengangguran. Dilihat dari Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT) di Kota Surabaya (Tabel.9, halaman 133) dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2004 menunjukkan angka yang lebih tinggi dari rata-rata Jawa Timur. Pada tahun 1998 TPT Kota Surabaya adalah 8,31 sementara TPT Jawa timur adalah 4,4. Pada tahun 2004 TPT Kota Surabaya meskipun sedikit menurun menjadi 7,16 namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan TPT Jawa Timur (,72). Meningkatnya Tingkat Pengangguran dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 diikuti dengan naiknya persentase penduduk miskin di Kota Surabaya. Tabel.9 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PENDUDUK USIA 1 TAHUN KEATAS DI SURABAYA DAN JAWA TIMUR TAHUN 1998 TAHUN 2004 Kabupaten/Propinsi 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Surabaya 8,31 9,70 6,10 6,18 7,11 6,88 7,16 Jawa Timur 4,4 4,94 4,2 4,3 4,90 4,81,72 Sumber : BPS Propensi Jawa Timur, Susenas Tahun 1998-2004 Persentase penduduk miskin di Kota Surabaya dari tahun 2000 sampai dengan Tahun 2003 terus meningkat; yaitu pada tahun 2000 persentse penduduk miskin adalah 7,31% dan naik menjadi 13,48% di tahun 2004. Dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur, persentase penduduk miskin di Kota Surabaya relatif lebih kecil. Sekalipun demikian perentase penduduk miskin pada kurun waktu antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 di Kota Surabaya cenderung naik, sedangkan Jawa Timur pada kurun waktu yang sama persentase penduduk miskin menurun.(lihat Tabel 1., halaman 16).

134.1.3. Kondisi Fasilitas Lingkungan, Kesehatan, dan Keamanan Kota Surabaya Kondisi lingkungan wilayah Kota Surabaya semakin baik dari tahun ketahun Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah beserta warga didalam menuju kota yang bersih dan hijau melalui berbagai program baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh warga kota. Namun sebagai kota Industri, Maritim, serta Perdagangan, Kota Surabaya tidak lepas dari berbagai kegiatan yang menyebabkan dibeberapa bagian kota masih terlihat kumuh, utamanya didaerah pinggiran kota. Masalah lingkungan yang utama yang dihadapi Pemerintah Kota Surabaya adalah masalah Sampah. Untuk mengatasi masalah sampah, Pemerintah Kota Surabaya melalui berbagai program telah membangun tempat sampah serta membentuk pasukan kuning sebagai garda pengangkut sampah dari rumah kerumah dan dilengkapi dengan truk dan bak/container untuk mengangkut sampah dari Tempat Sampah Sementara ke depo- depo Sampah. Menurut Data Dinkes (Tabel.10 halaman 13), menunjukkan tidak semua tempat sampah yang sudah dibangun memenuhi syarat kesehatan. Sampai dengan Tahun 200, dari 226 Tempat Sampah Sementara yang diawasi Dinkes hanya 7 yang 100% memenuhi syarat kesehatan yaitu; Tempat Sampah Sementara di Kecamatan Semampir, Kecamatan Karang Pilang, Kecamatan Wonocolo, Kecamatan Gayungan, Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Benowo dan Kecamatan Pakal. Kondisi Tempat Sampah Sementara yang terburuk adalah di Kecamatan Sawahan (18,00%), Kecamatan Krembangan (2,00%), Kecamatan

13 Genteng (33,33%), Kecamatan Sukolilo ((33,33), Kecamatan Tegalsari (40,0%), Kecamatan Sukomanunggal (42,86%) dan Kecamatan Wiyung (44,44%). Selebihnya kondisinya antara 0% sampai dengan 8%. Sedangkan rata-rata Surabaya adalah 8,67%. Tabel.10 BANYAKNYA TEMPAT SAMPAH SEMENTARA SERTA KONDISINYA DI KOTA SURABAYA TAHUN 200 Kecamatan Surabaya Pusat 01.Tegalsari 02.Genteng 03.Bubutan 04.Simokerto Surabaya Utara 0.Pabean Cantikan 06.Semampir 07.Krembangan 08.Kenjeran 09.Bulak Surabaya Timur 10.Tambaksari 11.Gubeng 12.Rungkut 13.Trenggilis Mejoyo 14 Gunung Anyar 1.Sukolilo 16.Mulyorejo Surabaya Selatan 17.Sawahan 18.Wonokromo 19.Karang Pilang 20.Dukuh Pakis 21.Wiyung 22.Wonocolo 23.Gayungan 24.Jambangan SurabayaBarat 2.Tandes 26.Suko Manunggal 27.Asemrowo 28.Benowo 29.Pakal 30.Lakarsantri 31.Sambikerep Banyaknya Kalurahan 4 6 6 4 6 6 6 4 4 4 4 4 Didata 10 6 6 9 7 12 8 4 11 11 14 9 4 6 7 12 13 8 9 6 3 Jumlah Tempat Sampah Sementara Diawasi Memenuhi Syarat Jumlah % Jumlah % 10 6 6 9 7 12 7 4 11 11 14 9 4 6 7 11 13 8 9 6 3 87,0 100.00 100.00 100.00 91,70 4 2 4 0 0 7 12 2 8 8 9 2 2 6 2 8 8 3 4 6 2 40,00 33,33 66,67 0 0 2,00 71,43 0,00 72,73 72,73 64,30,6 0,00 33,33 8,71 18,00 61,4 60,00 44,44 66,67 12 6 4 8 9 4 3 7 9 3 8 7 4 3 7 9 3 78,00 6 3 4 3 7 2 7,00 42,86,6 66,67 Jumlah 163 229 226 98,2 132 8,67 Sumber : Dinkes Surabaya 200

136. Wilayah Surabaya Selatan dan wilayah Surabaya Pusat keadaan Tempat Sampah Sementara yang terparah keadaannya, hal ini bisa dimengerti, karena tempat-tempat tersebut dekat dengan industri dan kegiatan ekonomi (pasar, pertokoan ). Baik buruknya kondisi Tempat Sampah Sementara tidak terlepas dari kesadaran masyarakat tentang kebersihan serta faktor penunjang seperti Jumlah Penyapu Jalan (pasukan Kuning), Bak Sampah/Container dan Truk Sampah. Tabel.11 BANYAKNYA PASUKAN KUNING/ PENYAPU JALAN, DEPO / LPS, TRUKSAMPAH, BAK/CONTAINER DI KOTA SURABAYA TH.2000-TH 2004 Tahun 2000 Penyapu Jalan/ Pasukan Kuning 1.064 DEPO / LPS 223 Truk Sampah 10 Bak Con- Tainer 107 Volume Sampah 261.030 Vol.Sampah Yang diangkut Vol. (M 3 ) % 204.000 78,1 2001 1.170 223 96 71 261.030 201.000 77,00 2002 468 22 118 163 260.740 20.000 78,62 2003 42 218 118 163 26.000 204.000 76,98 2004 636 16 --- --- 264.000 184.446 69,87 Sumber : Surabaya Dalam Angka Tahun 2004, diolah Menurut Surabaya Dalam Angka Tahun 2004 (Tabel.11), baik jumlah Pasukan Kuning maupun Depo Sampah jumlahnya terus berkurang. Jumlah Pasukan Kuning pada Tahun 2000 adalah 1.064, menyusut menjadi 636, sedangkan Depo Sampah pada Tahun 2000 berjumlah 223 tempat menyusut menjadi 16 tempat.

137 Dilihat dari volume sampah yang terangkut ke Depo-depo Sampah ternyata sampai dengan Tahun 200 belum semua sampah terangkut, bahkan menujukkan angka yang menurun ( dari 78,1 % di Tahun 2000 menurun menjadi 69,87% di Tahun 2004). Sekalipun sudah ditunjang dengan meningkatnya Bak/Container Sampah serta Truk untuk mengangkut Sampah dari Tempat Sampah Sementara ke Depo/Pembuangan Akhir Sampah. Menurut data dari Dinas Kesehatan, menunjukkan bahwa tidak semua Keluarga (KK) yang memiliki Tempat Sampah Sementara yang memenuhi syarat kesehatan. Dari 99.769 KK di Surabaya diperiksa sebanyak 242.613 KK; hasilnya menunjukan bahwa terdapat 20663 Tempat Sampah Sementara (TPS) KK yang memenuhi syarat kesehatan sementara 34.279 TPS KK (14,23%) tidak memenuhi syarat kesehatan (Laporan Dinas Kesehatan 200). Hal yang demikian ini akan mempengaruhi lingkungan hidup dan kesehatan. Tabel..12 FASILITAS INSTALASI PENGOLAH LIMBAH (IPAL) MENURUT KLASIFIKASI INDUSTRI TAHUN 2000 No. Klasifikasi Industri Jumlah Industri Yang Dilengkapi IPAL 1. 2. 3. 4.. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kertas Pakan Ternak Jeruji Sepeda Motor Minyak Goreng Baja Pemintalan Benang Tahu Sabun Mandi, Sabun Cuci, Pewangi Pakaian Emas Tepung Terigu Peleg Enamel Sumber : Dinas Kebersihan Kota, Surabaya Dalam Angka 2000 1 2 1 3 4 1 3 1 1 1 1

138 Masalah lingkungan yang kedua yang dihadapi Kota Surabaya adalah polusi. Sebagai kota Industri, Surabaya tidak terlepas dari masalah polusi baik udara, dari limbah padat (sampah) maupun dari limbah cair. Sampai dengan Tahun 2000 (Tabel.12) ternyata tidak semua usaha atau industri yang memiliki Instalasi Pengolah Limbah (IPAL). Pada Tahun 2000 dari 146 industri besar, 08 industri sedang dan 10401 industri kecil di Kota Surabaya baru 20 usaha/industri yang memiliki fasilitas IPAL yang memenuhi syarat. Selain limbah cair dari industri, tidak kalah penting nya adalah limbah cair rumah tangga. Dalam rangka mengatasi limbah rumah tangga serta menanggulangi banjir, melalui berbagai proyek Pemerintah Kota Surabaya telah mengadakan normalisasi dan membangun Pematusan. Mulai dari tahun 2000 hinga tahun 2004 realisasi proyek serta normalisasi pematusan menunjukkan angka terus meningkat. Dari 2.267 di tahun 2000 menjadi 449.28 (Tabel.13) Tabel..13 REALISASI PROYEK DAN NORMALISASI PEMATUSAN (DRIP) MENURUT JENISNYA TAHUN 2000 TAHUN 2.004 T a h u n Primer Sekunder Jumlah 2000 2001 2002 2003 2004 2.267 30 4.13 82.407 10.30-1.700 6.068 19.046 198.908 2.267 1.730 10.221 277.43 349.28 Sumber : Dinas Pengendalian dan Penanggulangan Banjir Kota Surabaya Usaha penanggulangan banjir juga dilakukan melalui Program Perbaikan Kampung (KIP) berupa pembangunan BOEZEM beserta salurannya. Sampai

139 dengan tahun 2004 Boezem yang dibangun, terluas yang dibangun melalui Program KIP-K tahun 2000, yaitu seluas 84,70 Ha. Sedangkan saluran Boezem terluas dibangun melalui program KIP-K tahun 2001, yaitu seluas 1.800 M 2. Secara rinci hasil pembangunan boezem melalui program KIP-K dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel.14 sebagai berikut : Tabel.14 REALISASI PROYEK PERBAIKAN KAMPUNG KOMPREHENSIF (KIP) KOTA SURABAYA TAHUN 2000 TAHUN 2004 T a h u n Boezem ( Ha ) Jl.Inspeksi Saluran Boezem ( M 2 ) 2000 2001 2002 2003 2004 84.70 2.80.00.00.00-1.800 7.200 7.200 7.200 Sumber : Dinas Pengendalian dan Penanggulangan Banjir Kota Surabaya. Dari Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2004, telah terealisasi BOEZEM seluas 84,70 Ha di Tahun 2000, 2.80 Ha di Tahun 2001 dan masing- masing seluas.00 Ha di Tahun 2002, Tahun 2003 dan Tahun 2004. Selain usaha untuk menanggulangi limbah cair, Pemerintah Kota Surabaya juga mengadakan usaha mengurangi polusi udara melalui penyediaan ruang terbuka hijau dan taman-taman kota yang tersebar di beberapa wilayah Kecamatan. Didalam penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sampai dengan tahun 200 Kota Surabaya baru mampu menyediakan 262.92 Ha.

140 Dari 326.37 Km 2 wilayah Kota Surabaya hanya memiliki 1311383 M 2 Ruang Terbuka Hijau yang terdiri atas Taman seluas 7.97 M 2, Rumput seluas 37.849 M 2, Semak seluas 1.317 M 2 dan Lapangan Olah Raga 344.242 M 2. Luas RTH pada tahun 2004 ini masih belum mencapai luas ideal, karena masih dibawah 20% dari luas Kota. Luas RTH. Di Surabaya dapat dilihat pada Tabel.1 sebagai berikut : Tabel.1 LUAS WILAYAH DAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA SURABAYA TAHUN 2004 No. Luas Wilayah Luas RTH 1. 2. 3. 4.. Luas Wilayah Kota Surabaya (Km 2 ) Taman (M 2 ) Rumput (M 2 ) Semak (M 2 ) Lapangan Olah Raga (M 2 ) 326.37 7.97 37.849 1.317 344.242 Sumber : Dinas Pertamanan Kota, Surabaya Dalam Angka 2004 Kondisi lingkungan kota sangat mempengaruhi kondisi kesehatan warganya Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, telah memiliki berbagai fasilitas kesehatan, dari berbagai rumah sakit, Klinik, Apotik dan toko obat. Sampai dengan Tahun 2004, jumlah Rumah Sakit Umum meningkat dari 26 menjadi 29. Demikian juga jumlah rumah sakit bersalin, dari 29 menjadi 33, serta jumlah Puskesmas dari 109 di tahun 2000 menjadi 118 di tahun 2004. Sementara itu jumlah BKIA, dan Rumah Sakit khusus seperti Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Jiwa, dan Rumah Sakit Penyakit Dalam relatif tetap. Sedamgkan

141 jumlah Klinik KB, dan jumlah Toko Obat berkurang. Banyaknya fasilitas kesehatan menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel.16 pada halaman 141 Kondisi Kesehatan warga kota selain dipengaruhi fasilitas kesehatan juga adanya fasilitas uumum yang menujang kesehatan seperti penyediaan air bersih. Tabel.16 BANYAKNYA FASILITAS KESEHATAN MENURUT JENISNYA DI KOTA SURABAYA TAHUN 2000 TAHUN 2004 Jenis T A H U N 2000 2001 2002 2003 2004 1.Rumah Sakit Umum milik Pemerintah dan Swasta 2.Rumah Sakit Bersalin milik Pemerintah dan Swasta 3.Rumah Sakit Mata 4.Rumah Sakit Jiwa.Rumah Sakit Penyakit Dalam 6.Puskesmas milik Pemerintah Pemerintah dan Swasta 7.BKIA milik Pemerintah dan Swasta 8.Klinik KB 9.Apotik 10.Toko Obat 26 29 1 1 1 109 141 147 461 82 27 32 1 1 1 109 141 147 461 82 2 29 1 1 1 109 141 147 461 82 27 33 1 1 1 111 141 147 00 60 29 33 1 1 1 118 141 10 478 47 Sumber : Dinas Kesehatan Kota, Surabaya Dalam Angka 2004 Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 produksi air bersih terus meningkat (Tabel.17). Sekalipun demikian sampai dengan tahun 2004 dari

142 Laporan Dinkes tahun 20 menunjukan bahwa dari 99769 KK yang ada di Kota Surabaya baru 308.482 KK yang memiliki sambungan air bersih. Pada umumnya semua jenis pemakai/pelanggan air bersih meningkat dari tahun ke tahun, baik pelanggan rumah tangga, niaga, industri, sosial maupun instansi, meskipun demikian masih ada kampung yang masih kekurangan air bersih. Hal ini dikarenakan selain debit air yang mengalir ke wilayah itu kecil juga dikarenakan kurangnya saluran air bersih yang terpasang (dikarenakan biaya pemasangan yang relatif mahal bagi masyarakat berpendapatan rendah), Tahun Tabel..17 PRODUKSI AIR MINUM PER BULAN DAN BANYAKNYA PELANGGAN AIR MINUM MENURUT JENIS PELANGGAN Produksi Per Bulan (000M 3 ) Rumah Tangga Banyaknya Pelanggan Air Minum Menurut Jenis Pelanggan Niaga Industri Sosial Instansi Pemerintah 1999 197432 232.010 16.898 70 6.038 937 2000 204912 248.491 17.82 808 6.003 948 2001 214326 266.104 19.083 833 6.20 944 2002 29908 278.382 20.4 833 6.36 968 2003 230748 280.102 20.671 833 6.374 968 2004 244497 308.482 23.791 83 6.023 1.06 Sumber : Surabaya Dalam Angka, th. 2003, Th.2004, diolah Keamanan wilayah merupakan pendukung rasa aman dan nyaman bagi penduduk selain lingkungan yang bersih dan sehat Banyaknya pelanggaran atau kejahatan yang dilaporkan merupakan indikasi keasadaran masyarakat didalam berpartisipasi dalam menjaga keamanan. Sementara banyaknya perkara atau

143 pelanggaran yang diselesaikan oleh fihak yang berwajib merupakan pertanda komitment pemerintah didalam menjaga kondisi keamanan bagi warga. Kondisi keamanan di wilayah kota Surabaya dapat dilihat dari banyaknya perkara atau pelanggaran yang dilaporkan dan diselesaikan Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 ternyata perkara atau pelanggaran yang dapat diselesaikan masih dibawah 70%. Secara rinci kondisi keamanan Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel.18 sebagai berikut: Tabel.18 BANYAKNYA PERKARA/PELANGGARAN YANG DILAPORKAN DAN YANG DISELESAIKAN TAHUN. 2000-TAHUN 2004 Tahun 2000 Perkara / Pelanggaran Perkara / Pelanggaran yang diselesaikan Yang Dilaporkan Jumlah % 8432 4346 1,1 2001 8378 616 67,03 2002 818 277 64,68 2003 788 288 67,68 2004 8202 429 66,19 Sumber : Polwiltabes 101 Surabaya, Surabaya Dalam Angka..1.4. Pelaksanaan Program KIP-K Tahun 2002 dan Tahun 2003. Program KIP-K Tahun 2002 dan tahun 2003 meliputi 4 program, yaitu Program Pengembangan Masyarakat, Program Perbaikan Fisik Lingkungan, Program Perbaikan Rumah dan Program Managemen Lahan. Daerah sasaran program KIP-K tahun 2002 adalah 6 Kalurahan dari Kecamatan ;yang meliputi :.Kalurahan Tembok Dukuh, Kalurahan Banyu Urip,

144 Kalurahan Kupang Krajan, Kalurahan Simolawang, Kalurahan Sidotopo Wetan dan Kalurahan Wonorejo. Program KIP-K tahun 2003 daerah sasarannya terdiri dari 8 Kelurahan dari 6 Kecamatan; yang meliputi : Kalurahan Kenjeran, Kalurahan Keputih, Kalurahan Sukolilo, Kalurahan Gading, Kalurahan Pegirikan, kalurahan Pagesangan, Kalurahan Tandes Lor dan Kalurahan Tandes Kidul. Daerah sasaran program KIP-K tahun 2002 dan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel..19 sebagai berikut: Tabel..19 DAERAH SASARAN PROGRAM KIP-K TAHUN 2000 TAHUN 2003 No. Kelurahan Kecamatan KIP-K Tahun 2002 1. Tembok Dukuh Bubutan 2. Banyu Urip Sawahan 3. Kupang Krajan Sawahan 4. Simolawang Simokerto. Sidotopo Wetan Kenjeran 6. Wonorejo Rungkut KIP-K Tahun 2003 7. Kenjeran Bulak 8. Keputih Sukolilo 9. Sukolilo Bulak 10. Gading Tambaksari 11. Pegirikan Semampir 12. Pagesangan Jambangan 13 Tandes Lor Tandes 14. Tandes Kidul Tandes Sumber : Yayasan Kampung dan KSU di 33 Kalurahan Di Surabaya, diolah Kegiatan yang direncanakan didalam Program Pengembangan Masyarakat adalah pemberian kredit usaha kecil (KUK) kepada masyarakat, mengadakan kursus ketrampilan (KK), Pelatihan kelembagaan (P-Lbg), Pelatihan Kesehatan Lingkungan (P-KL), dan pelatihan usaha kecil (P-UK) Didalam pelaksanaannya ternyata tidak semua rencana kegiatan dapat terlaksana di semua Kalurahan yang

14 menjadi sasaran KIP-K Tahun 2002 dan Tahun 2003. Kegiatan yang terlaksana di seluruh Kalurahan yang menjadi sasaran program adalah pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan Pelatihan Kelembagaan (P-Lbg). Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat pada KIP-K tahun2002 dan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel.20 sebagai berikut: Tabel..20 PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT KIP-K TAHUN 2002 DAN TAHUN 2003 Program Pengembangan Masyarakat Kalurahan KK P-Lbg P-KL P-UK KUK (Unit) (Unit) Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan KIP-K Th.2002 1 Tambak Dukuh 242 0 2 0 0 2.Banyu Urip 169 11 2 0 0 3.Kupang Krajan 22 0 2 0 0 4.Simolawang 330 0 2 0 0.Sidotopo 229 0 3 0 0 6.Wonorejo 106 2 2 0 0 Sub Total I 1.98 13 13 0 0 KIP-K Th.2003 1.Kenjeran 31 0 1 0 0 2.Keputih 30 0 1 0 0 3.Sukolilo 346 0 1 0 0 4.Gading 196 0 1 0 0.Pegirikan 334 0 1 0 0 6.Pagesangan 228 0 1 0 0 7.Tandes Lor 30 0 1 0 0 8.Tandes Kidul 328 0 1 0 0 Sub Total II 2.438 0 8 0 0 Total (I + II) 4.036 13 21 ---- ------ Sumber : Yayasan Kampung dan KSU di 33 Kalurahan di Surabaya, diolah Keterangan : KUK (Kredit Usaha Kecil), KK (Kursus Ketrampilan), P-Lbg (Pelatihan Kelembagaan), P-KL (Pelatihan Kes.Ling.), P-UK (Pelatihan Usaha Kecil) Melalui program Pengembangan Masyarakat KIP-K Tahun 2002 telah diberikan 1.98 unit Kredit Usaha Kecil kepada masyarakat di 6 kalurahan, dan 2.438 unit Kredit Usaha diberikan kepada masyarakat di 8 Kalurahan melalui program KIP-

146 K Tahun 2003. Pelatihan Kelembagaan telah dilaksanakan 13 kegiatan melalui program tahun 2002 dan sebanyak 8 kegiatan melalui program tahun 2003. Kursus Ketrampilan (KK) hanya dilaksanakan pada program KIP-K tahun 2002, yaitu 11 unit kegiatan di Kalurahan Banyu Urip dan 2 unit kegiatan di Kalurahan Wonorejo. Sementara itu pada program KIP-K tahun 2003 tidak dilaksanakan. Pelatihan Kesehatan Lingkungan serta Pelatihan Usaha kecil tidak dilaksanakan baik melalui program program KIP-K tahun 2002 maupun tahun 2003. Program Perbaikan Lingkungan yang dilaksanakan pada Program KIP-K tahun 2002 dan Tahun 2003 meliputi perbaikan dan pembangunan jalan kampung (JK), perbaikan dan pembangunan saluran/got untuk drainase (SK), pembangunan tempat pembuangan sampah umum dan depo sampah (SP), pembangunan fasilitas mandi cuci dan kakus (MCK), dan penghijauan dan pertamanan (T/P). Hampir semua program Perbaikan Fisik Lingkungan ini dilaksanakan di semua Kalurahan, hanya program MCK yang hanya dilaksanakan di satu Kalurahan, yaitu di Kalurahan Simolawang sebanyak 3 unit melalui Program KIP- K tahun 2002 dan masing-masing 1 unit dilaksanakan di dua Kalurahan yaitu Kalurahan Sukolilo dan Kalurahan Pagesangan melalui Program KIP-K tahun 2003. Program Manajemen Lahan adalah program berupa bantuan untuk pengurusan Izin Mendirikan Bangunan dan Sertifikat atas Tanah. Program ini merupakan program yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat utamanya masyarakat perpendapatan rendah di Kota Surabaya.Pengurusan IMB dan Sertifikat Tanah selain membutuhkan waktu yang lama, juga membutuhkan biaya yang relatif mahal bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pelaksanaan Manajemen Lahan

147 pada KIP-K tahun 2002 yang berupa bantuan pengurusan sertifikat tanah tercatat sebanyak 13 persil yang diberikan kepada masyarakat di Kalurahan Tembok Dukuh dan 3 persil diberikan di Kalurahan Wonorejo. Bantuan pengurusan IMB diberikan pada masyarakat Kalurahan Tembok Dukuh sebanyak 1 persil, serta Kalurahan Wonorejo 2 persil. Tabel.. 21 PROGRAM PERBAIKAN FISIK LINGKUNGAN DAN MANAJEMEN LAHANYANG DILAKSANAKAN KIP-K DI KOTA SURABAYA TAHUN 2002 TAHUN 2003 Kelurahan JK (M 2 ) Perbaikan Fisik Lingkungan SK (M 2 ) PS (unit) MCK (unit) T / P (unit) Manajemen Lahan (persil) ST IMB KIP-K TH.2002 Tembok Dukuh.00 20.00 0 0 6 13 1 Banyu Urip 1.04.0 98.00 120 0 0 0 0 Kupang Krajan 1.263.00 0.00 0 0 2 20 0 0 Simolawang 133.00 107.00 11 3 19 0 0 Sidotopo Wetan 2.818.00 0.00 0 0 0 0 0 Wonorejo 70.00 86.00 80 0 1 3 2 Sub Total 6.28.0 41.00 211 3 30 16 3 KIP-K Th.2003 Kenjeran 124.00 22.0 1 0 100 0 0 Keputih 740.72 70.00 1 0 00 0 0 Sukolilo 437.00 8.20 11 1 62 0 0 Gading 8.00 10.00 47 0 17 0 0 Pegirian 31.00 426.00 0 238 0 0 Pagesangan 740.00 188.00 2 1 66 0 0 Tandes Lor 0.00 0.00 9 0 189 0 0 Tandes Kidul 0.00 0.00 62 0 479 0 0 Sub Total 2.442.37 1.099.70 666 2 2.408 0 0 Sumber : Data Yayasan Kampung Dan KSU Di 33 Kelurahan Di Surabaya, Keterangan : JK : Jalan Kampung ST : bantuan pengurusan SK : Saluran /drainase (drainage) sertifikat tanah

148 PS : Persampahan MCK : Mandi, Cuci, Kakus T/P : Taman / Penghijauan IMB : bantuan pengurusan Izin mendirikan bangunan Pada tahun 2003 baik program bantuan pengurusan sertifikat tanah maupun pengurusan IMB tidak terlaksana. Rekapitulasi Kegiatan Program KIP-K tahun 2002 2003 dapat dilihat pada Tabel.21.pada halaman 147 Tabel..22 PROGRAM BANTUAN PERBAIKAN RUMAH YANG DILAKSANAKAN PADA KIP-K TAHUN 2002-TH.2003 Kelurahan Bantuan Perbaikan Rumah PR (unit) PD (unit) PMCK (unit) SAB (unit) KIP-K Th.2002 1.Tembok Dukuh 43 6 6 7 2.Bnyu Urip 6 1 8 0 3.Kupang Krajan 3 0 1 0 4.Simolawang 0 0 0 1.Sidotopo Wetan 2 0 0 0 6.Wonorejo 64 6 6 0 Sub Total 177 27 21 72 KIP-K Th.2003 1.Kenjeran 4 0 0 0 2.Keputih 0 0 0 0 3.Sukolilo 0 0 0 1 4.Gading 12 0 1 1.Pegirian 14 0 0 0 6.Pagesangan 47 0 0 0 7.Tandes Lor 0 0 0 0 8.Tandes Kidul 0 0 0 0 Sub Total 77 0 1 2 Sumber : Data Yayasan Kampung Dan KSU Di 33 Kalurahan Di Surabaya, Keterangan : PR : Perbaikan Rumah PD : Perbaikan Dapur PMCK : Perbaikan Kamar Mandi, Tempat Cuci-Cuci, Kakus. Realisasi program Perbaikan Rumah yang berupa bantuan Perbaikan Rumah (PR) terealisasi sebanyak 177 unit di tahun 2002 dan 77 unit pada tahun 2003. Bantuan Perbaikan Dapur (PD) terealisasi 27 unit pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 tidak terealisasi. Bantuan Perbaikan MCK, Pada tahun 2002 terealisasi 21 unit dan pada tahun 2003 hanya 1 unit. Secara rinci realisasi

149 Program Bantuan Perbaikan Rumah dapat dilihat pada Tabel.22 pada halaman 148.2. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen Uji validitas dan reliabiltas instrumen dilakukan dengan analisis faktor konfirmatori (CFA). Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen secara lengkap disajikan pada Lampiran 4. Instrumen penelitian disebut valid unidimensional jika nilai GFI 0,90 dan dikatakan reliabel jika nilai cronstruct reliability ρ π 0,70. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel.23 sebagai berikut: Tabel.23 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABELITAS INSTRUMEN VARIABEL PENELITIAN Variabel GFI Cronstruct Reliability (ρ π ) Keterangan Usaha Pengembangan Masyarakat 0,991 0,717 Valid dan Reliabel a Perbaikan Fisik Lingkungan 1,000 0,847 Valid dan Reliabel Pola Pengembangan Manajemen Lahan 1,000 0,701 Valid dan Reliabel Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kampung 0,980 0,876 Valid dan Reliabel Kemandirian Masyarakat 0,891 0,811 Valid dan Reliabel Sumber : Hasil Analisis Dari hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen pada Tabel.23 menunjukkan bahwa instrumen penelitian bersifat valid dan reliabel..3. Deskripsi Variabel Penelitian.3.1. Usaha Pengembangan Masyarakat

10 Variabel Usaha Pengembangan Masyarakat terdiri dari 3 indikator, yaitu : Bantuan Keterampilan (X1.1), Pembinaan Usaha Kecil (X1.2) dan Bantuan Kredit Modal Usaha (X1.3). Berdasarkan tanggapan responden pada variabel Usaha Pengembangan Masyarakat diperoleh skor rata- rata sebagai berikut : Tabel.24 SKOR RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN UNTUK VARIABEL USAHA PENGEMBANGAN MASYARAKAT Indikator Minimum Maximum Mean X1.1 1,00,00 3,6000 X1.2 1,00,00 2,712 X1.3 2,00,00 3,2063 Sumber : Hasil Analisis Data Berdasarkan Tabel.24 dapat dikatakan bahwa pada dasarnya responden mempersepsi kurang baik terhadap variabel usaha pengembangan masyarakat, terlihat bahwa rata-rata skor berada di bawah 4, bahkan untuk indikator Pembinaan usaha Kecil (X1.2) adalah di bawah 3. Bantuan Kredit Modal Usaha (X1.3) kurang dapat mereka rasakan dan yang sedikit bisa mereka nikmati adalah Bantuan Peningkatan Keterampilan (X1.1).. Peningkatan Ketrampilan menurut persepsi responden, sangat berguna, mengingat rata-rata responden tingkat pendidikannya rendah (SLTP), namun sayang sekali responden yang mendapatkan pelatihan jumlahnya sangat terbatas. Kegiatan Kursus Keterampilan hanya dilaksanakan pada Program KIP tahun 2002 sebanyak 13 kegiatan dan tahun 2003 tidak dilasanakan. Pelatihan yang dilaksanakan baik pada program KIP-K tahun 2002 maupun tahun 2003 adalah Pelatihan Kelembagaan (keorganisasian), sebanyak 13 kegiatan di tahun 2002 dan 8 kegiatan di tahun 2003.

11 Pembinaan Usaha Kecil dirasakan sangat kurang oleh responden. Hal ini dikemukakan oleh responden dikarenakan tidak adanya pembinaan didalam hal pemasaran dan produksi, sehingga meskipun mendapatkan tambahan modal usaha serta pendampingan dan pelatihan pembukuan, namun tetap tidak bisa meningkatkan skala usaha berhubung terbatasnya pemasaran serta kurangnya kemampuan untuk mengadakan deversifikasi usaha. Bahkan pada Program KIP Tahun 2002 dan Tahun 2003 Pelatihan Usaha Kecil tidak terlaksana. Pelaksanaan Program Peningkatan Ketrampilan dan Pembinaan usaha kecil pada KIP-K dapat dilihat pada Tabel.20 pada halaman 14. Bantuan Modal Usaha dirasakan kurang memadai diukur dari skala usaha oleh 64% responden, sekalipun mampu meningkatkan pendapatan, namun peningkatan modal usaha kurang dapat meningkatkan skala usaha dikemudian hari. Oleh karena itu bantuan modal usaha kurang menunjang kemandirian responden didalam pengadaan modal usaha. Sementara itu 36% responden menyatakan bahwa bantuan modal cukup dapat meningkatkan skala usaha namun kerena usahanya terlalu kecil, sehingga peningkatan skala usaha belum mampu meningkatkan kesejahteraannya, karena pendapatan rata-rata per kapitanya (Rp 449.302) masih di bawah Kebutuhan Hidup Minimal (Rp 684.494)...3.2. Perkembangan Fisik Lingkungan Variabel Pengembangan Fisik Lingkungan terdiri dari 3 indikator, yaitu Perbaikan Sanitasi dan Lingkungan (X2.1), Pembangunan dan Perbaikan Saluran Air Bersih (X2.2) dan Pembangunan dan Perbaikan Jaringan Jalan Kampung

12 (X2.3). Berdasarkan persepsi masyarakat tentang Pengembangan Fisik Lingkungan didapat skor rata-rata sebagai berikut : Tabel..2 SKOR RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN UNTUK VARIABEL PERKEMBANGAN FISIK DAN MUTU LINGKUNGAN Indikator Minimum Maximum Mean X2.1 2,00,00 3,8863 X2.2 2,00,00 3,770 X2.3 2,00,00 3,9000 Sumber : Hasil analisis Deskriptif (Lampiran 2) Tabel.2 menunjukkan bahwa pada dasarnya responden mempersepsi cukup baik terhadap variabel Perkembangan Fisik Lingkungan, terlihat bahwa rata-rata skor adalah berkisar 3,77 3,90. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat yang terkena program KIP telah merasakan manfaatnya terhadap perbaikan dan pembangunan Sarana Sanitasi dan Mutu Lingkungan (X2.1), perbaikan dan pembangunan Saluran Air Bersih (X2.2), Pembangunan Jaringan Jalan Kampung (X2.3). Pembangunan Sarana Sanitasi dan Mutu Lingkungan yang dilaksanakan baik melalui Program Perbaikan Fisik Lingkungan maupun melalui Program Perbaikan Rumah KIP-K Tahun 2002 dan Tahun 2003 seperti Jalan Kampung, Saluran pematusan (Got), Persampahan, MCK dan Taman dan Penghijauan Saluran Air Bersih ke rumah-rumah, dirasakan sangat berguna oleh responden dan masyarakat pada umumnya. Hanya WC umum dirasakan kurang, demikian juga Saluran Air Bersih untuk umum yang sangat dibutuhkan bahkan tidak tercantum di dalam rencana program. Sementara itu usaha penghijauan dan pertamanan yang dilaksanakan pada program KIP-K Tahun 2002-2003, sekalipun dilaksanakan di seluruh Kalurahan yang terkena Program, namun apabila dilihat secara

13 keselurahan Kota Surabaya belum mampu menciptakan kondisi ideal, yaitu masih dibawah 1% dari wilayah Kota.(idealnya adalah antara 1% - 30% wilayah Kota, Jawa Pos Sabtu 22 April 2006, Surabaya Miskin Taman )..3.3. Pengembangan Manajemen Lahan Variabel Pola Pengembangan Manajemen Lahan terdiri dari 2 indikator, yaitu Bantuan Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan / IMB (X3.1) dan Bantuan Pengurusan Sertifikat (X 3.2). Berdasarkan persepsi masyarakat diperoleh skor rata-rata jawaban responden sebagai berikut : Tabel.26 SKOR RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN UNTUK VARIABEL PERKEMBANGAN MANAGEMEN LAHAN Indikator Minimum Maximum Mean X3.1 2,00,00 3,400 X3.2 2,00,00 3,420 Sumber : Hasil Analisis Deskriptif (Lampiran 2) Berdasarkan Tabel.26 rata- rata skor variabel Perkembangan Manajemen Lahan adalah 3, yang dapat dikatakan bahwa pada dasarnya responden mempersepsi sedang terhadap Variabel Usaha Pengembangan Masyarakat. Hal ini mengidikasikan bahwa masyarakat belum begitu dapat merasakan manfaat program KIP dalam memberikan Bantuan Pengurusan IMB (X3.1) dan Bantuan Pengurusan Sertifikat Tanah (X3.2). Kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan serta Sertikat atas tanah adalah dua hal yang sangat penting bagi masyarakat, utamanya untuk mendukung rasa aman dan nyaman untuk tinggal ditempat tinggalnya. Di samping itu juga akan meningkatkan asset masyarakat karena harga tanahnya akan naik. Lebih dari itu

14 masyarakat merasa aman dari penggusuran.dari data yang ditemukan di lapangan baru 40,76% responden yang memiliki IMB dan baru 34,16% yang memiliki Sertifikat Tanah. Pengurusan baik IMB maupun Sertifikat atas Tanah dirasakan sangat sulit (prosedurnya berbelit dan membutuhkan waktu yang lama) serta biayanya dirasakan sangat mahal, utamanya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hal yang demikian ini membuat gamang bagi masyarakat untuk mengurus baik IMB mupun sertifikat atas tanah. Sementara bantuan yang diharapkan dari program KIP pelaksanaannya masih sangat kurang.. Seluruh responden menyatakan belum pernah mendapatkan bantuan pengurusan IMB dan Sertifikat atas Tanah melalui Program KIP-K, yang pernah diterima sebagian kecil responden (4,37%) adalah bantuan dari Kalurahan..3.4. Kesejahteraan Sosial Masyarakat Variabel Kesjahteraan Sosial Masyarakat terdiri dari 4 indikator yaitu, Pendapatan Riil Keluarga (Y1.1), Lama Pendidikan (Y1.2), Kesehatan (Y1.3) dan Rasa Aman dan Nyaman (Y1.4). Berdasarkan jawaban responden skor rata-rata keempat indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel.27 halaman 1 Tabel.27. menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat yang terkena program KIP adalah dalam kondisi relatif kurang sampai dengan sedang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor untuk indikator Pendapatan keluarga, Kesehatan Masyarakat kampung, dan Rasa Aman dan Nyaman berada di sekitar 3,, sekalipun mereka tinggal dirumah yang luasnya kurang dari ukuran rumah sangat sederhana (luas kaveling kurang dari 4 m 2 )

1 Tabel.27 SKOR RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN UNTUK VARIABEL KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG Indikator Minimum Maximum Mean Y1.1 1,00,00 3,37 Y1.2 2,00 20,0 10,6284 Y1.3 2,2 4,00 3,4047 Y1.4 2,00 4,0 3,31 Sumber : Hasil Analisis Deskriptif (Lampiran 2) Tingkat pendidikan mereka secara umum adalah lulusan SLTP, yaitu dengan rata-rata lama pendidikan 10 tahun. Dari hasil penelitian persepsi sebagian besar responden (8,1%) tentang kesejahteraan lebih banyak didasarkan atas keadaan ekonomi. Responden merasa kurang sejahtera karena belum bisa memenuhi kebutuhan pokoknya / basic needs (kebutuhan akan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan) karena pendapatannya kurang. Pada hakikatnya pendapatan riil responden meningkat secara signifikan (lihat Lampiran 1), Hasil Uji Rata-Rata) setelah program KIP berjalan utamanya bagi penerima kredit modal usaha. Namun peningkatan ini dirasakan masih belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Hal ini ditunjukkan besarnya pendapatan rata- rata per anggota rumah tangga yang bekerja naik dari Rp 38.396,83 sebelum KIP (th.2002) menjadi Rp 26.07,93 sesudah KIP (th.200), namun kenaikkan ini masih di bawah Upah Minimum Regional th.200 yaitu Rp 78.00, dan di bawah Kebutuhan Hidup Minimal th.200 yaitu Rp 684.494,- Persepsi masyarakat terhadap Kesehatan baik sebelum maupun sesudah KIP adalah cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh 99,94% persepsi responden baik mengenai sarana, pelayanan maupun secara fisik responden menyatakan baik dan

16 secara fisik merasa selalu sehat. Hal ini menunjukkan hal yang sangat positip mengingat pada umumnya masyarakat kurang mampu di perkotaan tingkat kesehatannya rendah yang disebabkan oleh rendahnya tingkat gizi, tekanan lingkungan, sanitasi yang buruk dan perilaku yang tidak sehat. Tingkat kesehatan responden yang baik ini didukung oleh fasilitas kesehatan yang cukup serta lingkungan yang cukup bersih Namun demikian sebagian kecil 0,004% responden yang menyatakan status kesehatannya kurang berhubung rumahnya jauh dari sarana kesehatan (PUSKESMAS, RS). Satu-satunya yang dirasakan berat adalah harga obat, sehingga tak jarang responden harus hutang pada tetangga atau saudara untuk membeli obat. Sebagaimana penduduk miskin di kota-kota besar lainnya, pendidikan bagi penduduk berpendapatan rendah masih dirasakan mahal. Temuan dilapangan menunjukkan 6,02% responden menyatakan bahwa biaya pendidikan dirasakan mahal, utamanya pendidikan tingkat atas, sehingga tingkat pendidikan rata-rata responden adalah setingkat SLP. Sekalipun demikian fasilitas pendidikan dirasakan cukup memadai. Rasa aman dan nyaman oleh responden dirasakan meningkat setelah program KIP-K dilaksanakan. Hal ini didorong oleh lingkungan yang lebih bersih dan tersedianya sarana dan prasarana umum, (saluran air bersih, WC., penerangan listrik) tidak adanya konflik di kalangan masyarakat dan adanya perlindungan hukum. Tidak adanya konflik diantara warga ini antara lain berkat adanya program kelembagaan kampung didalam salah satu program KIP-K seperti Yayasan Kampung (YK), Koperasi Serba Usaha (KSU) dan Kelompok Swadaya Warga (KSW), yang disamping berusaha mencapai tujuan masing masing

17 kelembagaan tersebut juga meningkatkan kebersamaan serta keguyuban warga. Hal yang kurang memberikan rasa nyaman bagi responden adalah masih terjadinya banjir dimusim hujan serta adanya kejahatan seperti pencurian dan perampokan..3.. Kemandirian masyarakat Variabel Kemandirian masyarakat diukur dengan 3 indikator yaitu, Kemandirian Dalam Pengadaan Modal Usaha (Y2.1), Kemandirian di dalam berpartisipasi Dalam Pembangunan Kampung (Y2.2) dan Peluang Mendapatkan Pekerjaan (Y2.3). Tabel.28 SKOR RATA-RATA JAWABAN RESPONDEN UNTUK VARIABEL KEMANDIRIAN MASYARAKAT Indikator Minimum Maximum Mean Y2.1 1,00,00 2,8687 Y2.2 2,00 4,00 3,188 Y2.3 1,00,00 2,3313 Sumber : Hasil Analisis Deskriptif (Lampiran 2) Berdasarkan Tabel.28 dapat dikatakan bahwa pada dasarnya masyarakat yang terkena program KIP adalah kurang mandiri, utamanya terlihat dari rata-rata skor indikator Peningkatan Peluang Mendapatkan Pekerjaan (Y2.3) yaitu sebesar 2,3313. Kemandirian Dalam Pengadaan Modal Usaha (Y2.1) juga sangat rendah dengan skor rata-rata 2,8687, sedangkan Kemandirian Dalam Berpartisipasi Dalam Pembangunan Kampung (Y2.2) relatif cukup, yaitu dengan skor rata-rata 3,188 Kemandirian responden di dalam pengadaan modal usaha sangat kurang. Hal ini disebabkan pendapatan dari usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan