E. Prasetyo, Mukson, T. Ekowati dan A. Setiadi Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **)

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI SUMATERA UTARA ABSTRACT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI PANGAN DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK PADA WILAYAH KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANGKATAN KERJA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIPLE LINIER REGRESSION

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

Analisis Wilayah Pengembangan Sapi Potong dalam Mendukung Swasembada Daging di Jawa Tengah

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

Economics Development Analysis Journal

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM.

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

PROFIL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS AYAM BURAS PEDAGING DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN GEMUH)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

ANALISIS FAKTOR PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBUTUHAN INVESTASI DI JAWA BARAT TAHUN

DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Dusuki, Laily Fitriana, SP, Edi Saputra, SP 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

B. Suryanto, B. Mulyatno, dan F. D. Indriatie Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BADUNG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA

PERANAN OTONOMI DAERAH DALAM MENDUKUNG PRODUKSI PANGAN DI PROVINSI RIAU

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, EFISIENSI DAN KEUNTUNGAN PADA INDUSTRI TEMPE DAN KRIPEK TEMPE KEDELE

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

Transkripsi:

PENGARUH FAKTOR PENAWARAN DAN PERMINTAAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN HEWANI ASAL TERNAK DI JAWA TENGAH (The Effect of Supply and Demand Factors to Livestock Food Security in Central Java) E. Prasetyo, Mukson, T. Ekowati dan A. Setiadi Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tingkat pengaruh faktor penawaran dan faktor permintaan pangan terhadap ketahanan pangan hewani asal ternak di Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah metode survai dengan menggunakan data sekunder tahun 2002 yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah. Data tersebut pada dasarnya berasal dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Metode analisis data dilakukan menggunakan analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa : (i) Faktor penawaran yang terdiri produksi daging, produksi telur, dan produksi susu berpengaruh signifikan dan positif terhadap ketahanan pangan hasil ternak; (ii) Jumlah penduduk sebagai faktor permintaan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ketahanan pangan hasil ternak; (iii) Produk Domestik Regional Bruto sebagai faktor permintaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan hasil ternak. Saran yang diajukan ialah ketahanan pangan hasil ternak di Jawa Tengah perlu senantiasa ditingkatkan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kata kunci : faktor penawaran, faktor permintaan, ketahanan pangan. ABSTRACT The purpose of research was to analyse the effect of supply and demand factors on food to livestock food security in Central Java. Survey method was used in the research. Using secondary data of 35 regions/cities in the year 2002 which obtained from Central Java Statistical Bureau and Animal Agriculture Department, Central Java Province has done research. Data was analyzed using Multiple Linear Regression. Result of research showed that (i) the supply factors which consisted of meat, eggs and milk production influenced significantly and positively to livestock food security, (ii) number of population as demand factor was positively influence, on the other hand, it was negatively influence to livestock food security, (iii) Gross Regional Domestic Product as demand factor was not significant influence to livestock food security. Suggestion of research that livestock food security in Central Java need to be increased. To attain a certain aim, reducing the population growth and increasing economic growth should be conducted. Keywords : supply factor, demand factor, livestock food security. PENDAHULUAN Pemantapan ketahanan pangan yang ingin diwujudkan pemerintah, adalah ketahanan pangan rumah tangga, sehingga secara kumulatif akan menopang ketahanan pangan regional maupun nasional. Masalah utama untuk mewujudkan harapan tersebut, adalah bagaimana mengupayakan agar laju percepatan penyediaan pangan lebih besar dibandingkan dengan laju permintaannya. Upaya pemecahan permasalahan yang ideal dilakukan, harus terkait dengan pemanfaatan teknologi, peluang pasar, partisipasi dan

keberdayaan masyarakat, serta peranan pemerintah. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup (jumlah maupun mutu), aman, merata dan terjangkau (Suryana, 2001). Terpenuhinya pangan yang cukup, diartikan secara luas sebagai ketersediaan pangan, dan tidak hanya berasal dari beras namun juga yang berasal dari tanaman, ternak, ikan demi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan manusia. Terpenuhinya pangan secara aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda/zat lain yang dapat mengganggu, membahayakan, merugikan kesehatan manusia dan aman berdasarkan kaidah agama. Terpenuhinya pangan secara merata, diartikan pangan harus tersedia setiap saat dan merata diseluruh wilayah. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah diperoleh oleh setiap rumah tangga dengan tingkat harga yang terjangkau. Ketahanan pangan juga merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi, yang terdiri atas berbagai subsistem. Subsistem utamanya ialah ketersediaan (produksi) pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dan interaksi dari ketiga subsistem tersebut. Apabila ditinjau dari subsistm ketersediaan pangan, ketahanan pangan pada intinya mencakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara ekspor dan impor pangan. Sedangkan bila ditinjau dari sisi penawaran (supply side), aspekaspek tersebut secara teoritis mempunyai pengaruh langsung terhadap ketahanan pangan, khususnya aspek produksi pangan. Sedangkan bila ditinjau dari sisi permintaan (demand side), terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Aspek-aspek tersebut antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah penduduk. PDRB secara integral akan menentukan tingkat pendapatan masyarakat, dan tingkat pendapatan tersebut merupakan sarana untuk merealisasi permintaan produk pangan. Sedangkan naik turunnya jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap jumlah pangan yang dibutuhkan, karena kedua faktor tersebut mempunyai korelasi yang positif. Kebijakan pemantapan ketahanan pangan di arahkan untuk mengatasi tantangan dan masalah yang menghambat proses dan kinerja subsistem ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan), serta mendayagunakan peluang yang tersedia untuk memenuhi kecukupan pangan bagi setiap penduduk. Kebijakan jangka pendek di arahkan untuk menangani kerawanan pangan mendadak. Kebijakan jangka menengah di arahkan untuk mengatasi kerawanan pangan kronis serta meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan secara berkelanjutan. Kebijakan jangka panjang di arahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang meningkat, serta mendorong diversifikasi pangan dan meningkatkan jaminan bagi setiap penduduk untuk memperoleh pangan secara cukup. Pangan hewani asal ternak merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi dan mempunyai peranan dalam peningkatan derajat kesehatan dan kecerdasan. Kondisi ini karena protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Protein hewani lebih mudah dicerna dan diabsorbsi, sehingga mempunyai nilai hayati yang lebih baik (Sudono et al., 1989). Menurut Kamaruddin (1990), pangan hewani terutama pangan asal ternak seperti daging, telur, dan susu konsentrasi dan imbangan asam amino esensial sesuai bagi kebutuhan tubuh manusia untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi-fungsi tubuh lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh aspek penawaran dan permintaan pangan terhadap

ketahanan pangan hewani asal ternak di Jawa Tengah. Sedangkan manfaat yang diharapkan, ialah : (i) Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah propinsi Jawa Tengah, dalam rangka pengambilan keputusan kebijakan tentang ketahanan pangan di Jawa Tengah; (ii) Sebagai referensi bagi para peneliti atau pihak lain yang tertarik tentang pangan hewani asal ternak. METODE PENELITIAN Masalah pangan secara makro mempunyai kaitan dengan sistem pangan, yang meliputi subsistem produksi, distribusi dan subsistem konsumsi. Sistem pangan tersebut harus digerakkan secara terarah menuju suatu tujuan utama, yaitu menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, mutu memadai serta dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta ketahanan pangan yang tangguh. Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang antara lain adalah faktor penawaran dan faktor permintaan Penelitian dilakukan di Jawa Tengah, dengan pertimbangan Jawa Tengah adalah sentra produksi dan pengembangan ternak. Secara keseluruhan (sejak persiapan sampai penyusunan laporan) penelitian ini membutuhkan waktu selama delapan bulan, terhitung Maret sampai Oktober 2004. Metode yang digunakan adalah metode survai dengan menggunakan data sekunder tahun 2002 yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, serta dari instansi-instansi lain yang terkait. Data sekunder secara spesifik merupakan data yang berasal dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan formulasi matematis : Y = f (X 1, X 2, X 3, X 4, X 5 / ). Y = + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + 4 X 4 + 5 X 5 + Keterangan : Y : Ketahanan pangan hewani asal 1.. 5 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 ternak (%). : Konstanta (intercept). : Koefisien regresi. : Produksi protein daging (gr/hr). : Produksi protein telur (gr/hr). : Produksi protein susu (gr/hr). : Produk domestik Regional Bruto (Rp). : Jumlah penduduk (jiwa). : Simpangan stokastik (disturbance term). Ketepatan hasil persamaan regresi linear berganda untuk melakukan pendugaan tehadap nilai aktualnya, dapat dianalisis melalui goodness of fit. Analisis tersebut secara statistik diukur menggunakan uji signifikansi parameter secara serempak (uji F), uji signifikansi parameter secara parsial (uji t), dan koefisien determinasi (R 2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, hubungan fisik antara variabel-variabel independen produksi daging (X 1 ), produksi telur (X 2 ), produksi susu (X 3 ), PDRB (X 4 ), dan jumlah penduduk (X 5 ) dengan variabel dependen ketahanan pangan (Y) di Jawa Tengah, secara aktual dapat diduga menggunakan persamaan matematis : Y = 73,532 + 0,622 X 1 + 0,589 X 2 + 0,130 X 3 + 0,035 X 4-0,630 X 5 Persamaan tersebut ditransformasikan dari hasil perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) yang nilai-nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa antara variabel-variabel independen produksi daging (X 1 ), produksi telur (X 2 ), produksi susu (X 3 ), dan PDRB (X 4 ) mempunyai pengaruh yang bertanda positif terhadap variabel dependen ketahanan pangan (Y). Pengaruh positif mengandung arti dengan meningkatnya produksi pangan (daging, telur, susu) dan meningkatnya PDRB, akan diikuti oleh meningkatnya ketahanan pangan bagi penduduk Jawa

Tengah (demikian pula sebaliknya). Sedangkan variabel independen jumlah penduduk (X 5 ) mempunyai pengaruh yang bertanda negatif terhadap variabel dependen ketahanan pangan (Y). Pengaruh bertanda negatif mengandung arti dengan meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti oleh menurunnya ketahanan pangan bagi penduduk di Jawa Tengah (atau sebaliknya). Makna pengaruh tersebut sudah barang tentu dengan asumsi apabila faktorfaktor lain di luar model persamaan regresi tersebut dianggap konstan (ceteris paribus). Berdasarkan uji signifikansi secara serempak menggunakan uji statistik F, variabel-variabel independen tersebut secara serempak (bersama-sama) mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen ketahanan pangan di Jawa Tengah. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas level of error yang lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05). Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena variabel-variabel independen tersebut secara logika maupun teoritis merupakan aspek-aspek yang mempengaruhi ketahanan pangan, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun sisi permintaan (supply and demand side) seperti diuraikan di atas. Menurut Atmojo et al. (1995) dan Soetrisno (1998), beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah tingkat produksi, distribusi pangan, diversifikasi konsumsi pangan, tingkat kerusakan pangan, tingkat impor dan ekspor pangan, serta penggunaan pangan untuk kebutuhan lain. Sedangkan untuk tingkat produksi banyak dipengaruhi oleh ketersediaan dan kualitas bibit, teknologi budidaya, kelembagaan, harga dan mekanisme pasar. Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ketahanan pangan, lebih nyata juga ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,913. Koefisien determinasi tersebut mengandung arti bahwa variasi yang terjadi pada variabel-variabel independen (produksi daging, produksi telur, produksi susu, PDRB, dan jumlah penduduk) sebesar 91,30% dapat menerangkan variasi yang ada pada variabel dependen ketahanan pangan di Jawa Tengah. Sedangkan sebesar 8,70% variasi yang ada pada variabel dependen ketahanan pangan diterangkan oleh variasi variabel-variabel yang tidak dimasukkan kedalam model (sebagai simpangan stokastik). Lebih lanjut untuk mengetahui uji signifikansi secara parsial pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen ketahanan pangan di Jawa Tengah, secara statistik menggunakan uji t. Dari uji statistik t, terlihat bahwa variabel-variabel independen produksi daging (X 1 ), produksi telur (X 2 ), produksi susu (X 3 ), dan variabel jumlah penduduk (X 5 ) secara statistik mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen ketahanan pangan (Y) di jawa Tengah, yang ditunjukkan oleh besarnya probabilitas level of error lebih kecil dari 0,05 (P < 0,05). Sedangkan variabel independen PDRB (X 4 ) secara statistik tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel dependen ketahanan pangan (Y). Tabel 1. Koefisien Regresi dan Nilai t Hitung. Variabel Notasi t Sig. Konstanta Prod. protein daging (gr/hr) Prod. protein telur (gr/hr) Prod. protein susu (gr/hr) PDRB (Rp) Jumlah penduduk (jiwa) X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 73,532 0,622 * 0,589 * 0,130 * 0,035-0,630 * 12,127 8,397 11,158 2,254 0,622-9,308 0,032 0,539

Jumlah produksi daging (X 1 ), jumlah produksi telur (X 2 ), dan jumlah produksi susu (X 3 ) mempunyai pengaruh bernilai positif dan nyata terhadap ketahanan pangan (Y). Kondisi ini bila dikaji secara teoritis karena variabel-variabel produksi pangan asal ternak tersebut merupakan sisi penawaran yang mempengaruhi dan menentukan ketahanan pangan di Jawa Tengah. Secara realitas, kondisi tersebut sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dari peranan variabel-variabel produksi pangan asal ternak tersebut, di mana masyarakat untuk menciptakan ketahanan pangan di Jawa Tengah sudah secara nyata tidak hanya berorientasi pada pangan yang berupa beras atau karbohidrat, namun telah memahami akan arti pentingnya pangan asal ternak dan sekaligus melakukan diversifikasi ke produk pangan non beras, yaitu daging, susu, dan telur. Dalam jangka panjang kondisi ini akan mempunyai arti yang sangat positif terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Jawa Tengah, karena protein hewani merupakan salah satu pangan yang mengandung asam amino esensial secara lengkap dan seimbang yang dapat meningkatkan kecerdasan otak serta dapat meningkatkan derajat kesehatan dan ketahanan tubuh pada masyarakat. Dengan terpenuhinya unsur-unsur makanan (termasuk unsur esensial), berarti kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga secara cukup dan baik dari sisi jumlah dan mutu merupakan sesuatu hal yang positif bagi masyarakat Jawa Tengah. Kondisi ini juga berarti mencerminkan bahwa jawa Tengah mempunyai komitmen yang tinggi untuk mewujudkan ketahanan pangan, baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dunia usaha maupun kebudayaan lokal yang ada. Peranan masing-masing variabel independen produksi pangan asal ternak terhadap ketahanan pangan di Jawa Tengah, dicerminkan oleh koefisien regresi masing-masing variabel produksi pangan. Variabel produksi daging mempunyai koefisien regresi sebesar 0,622 yang artinya apabila produksi daging di Jawa Tengah pada setiap tahun meningkat sebesar 1,000% dari produksi rata-rata, maka akan meningkatkan ketahanan pangan sebesar 0,622% dari pencapaian rata-rata ketahanan pangan setiap tahun (begitu pula kebalikannya bila terjadi penurunan produksi daging). Kondisi ini mengindikasikan bahwa produksi daging mempunyai nilai elastisitas yang inelastis, di mana laju peningkatan ketahanan pangan lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan produksi daging. Variabel produksi telur mempunyai koefisien regresi sebesar 0,589 yang artinya apabila produksi telur di Jawa Tengah pada setiap tahun meningkat sebesar 1,000% dari produksi rata-rata, maka akan meningkatkan ketahanan pangan sebesar 0,589% dari pencapaian rata-rata ketahanan pangan setiap tahun (begitu pula kebalikannya bila terjadi penurunan produksi telur). Kondisi ini mengindikasikan bahwa produksi telur mempunyai nilai elastisitas yang in-elastis, di mana laju peningkatan ketahanan pangan lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan produksi telur. Variabel produksi susu mempunyai koefisien regresi sebesar 0,130 yang artinya apabila produksi susu di Jawa Tengah pada setiap tahun meningkat sebesar 1,000% dari produksi rata-rata, maka akan meningkatkan ketahanan pangan sebesar 0,130% dari pencapaian rata-rata ketahanan pangan setiap tahun (begitu pula kebalikannya bila terjadi penurunan produksi susu). Kondisi ini mengindikasikan bahwa produksi susu mempunyai nilai elastisitas yang inelastis, di mana laju peningkatan ketahanan pangan lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan produksi susu. Dari ketiga variabel produksi pangan asal ternak tersebut, secara berurutan dari persentase peranannya yang terbesar terhadap ketahanan pangan adalah produksi daging, produksi telur, baru kemudian produksi susu. PDRB (X 4 ) secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan (Y). Secara teoritis dan tidak langsung PDRB merupakan sisi permintaan untuk menciptakan ketahanan pangan. Dengan semakin meningkatnya PDRB Jawa Tengah, berarti pendapatan perkapita masyarakat Jawa Tengah juga ikut

meningkat, dan pada gilirannya peningkatan pendapatan tersebut sebagian akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan primer dan esensial yaitu pangan. Namun secara realitas kondisi tersebut tidak terjadi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dampak krisis perekonomian yang berkepanjangan (sejak medio 1997), sehingga pendapatan masyarakat Jawa Tengah tidak terjadi peningkatan secara signifikan, dan pada gilirannya tidak berakibat pada peningkatan permintaan pangan asal ternak. Upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan PDRB sehingga ketahanan pangan di Jawa Tengah tetap terjaga dalam kondisi aman, maka perlu penciptaan kebijakan pemerintah yang mendukung dan kondusif bagi berkembangnya sektor investasi (swasta, asing, maupun pemerintah). Jumlah penduduk (X 5 ) secara statistik mempunyai pengaruh yang nyata dan bernilai negatif terhadap ketahanan pangan (Y). Secara teoritis jumlah penduduk merupakan sisi permintaan terhadap pangan asal ternak dan secara langsung dan realitas juga berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan di Jawa Tengah. Kondisi ini mencerminkan bahwa ketersediaan pangan di Jawa Tengah belum tergolong surplus untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini wajar, karena sejak medio 1997 sampai sekarang dampak krisis perekonomian di Indonesia masih dirasakan bagi masyarakat Jawa Tengah. Dampak krisis perekonomian tersebut berakibat terhadap biaya produksi yang meningkat lebih besar dibandingkan dengan penerimaan produksi yang diperoleh bagi para pelaku produksi di bidang pangan asal ternak. Pada gilirannya juga berakibat pada peningkatan pangan di Jawa Tengah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (under expected). Tanda negatif pada variabel independen jumlah penduduk menunjukkan pengaruh yang negatif antara jumlah penduduk dengan ketahanan pangan di Jawa Tengah. Sehingga apabila faktorfaktor lain di luar model regresi tersebut dianggap konstan, maka semakin meningkatnya jumlah penduduk, akan berakibat pada menurunnya tingkat ketahanan pangan di Jawa Tengah. Variabel independen jumlah penduduk mempunyai koefisien regresi sebesar - 0,630. Hal ini berarti apabila jumlah penduduk di Jawa Tengah meningkat sebesar 1,000% pada setiap tahun, maka akan menurunkan tingkat ketahanan pangan sebesar 0,630% dari pencapaian rata-rata ketahanan pangan (begitu pula kebalikannya bila terjadi penurunan jumlah penduduk). Kondisi ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk mempunyai nilai elastisitas yang juga inelastis, di mana laju penurunan ketahanan pangan lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Upaya yang dapat ditempuh seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Jawa Tengah, maka produktivitas pangan asal ternak merupakan keharusan (necessary condition) untuk senantiasa di tingkatkan. Peningkatan produktivitas pangan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi intensifikasi, ekstensifikasi proses produksi, maupun diversifikasi konsumsi pangan. Tentunya kondisi ini juga harus dibarengi dengan upaya penciptaan hargaharga sarana produksi pengusahaan pangan yang kondusif dan tidak senantiasa meningkat lebih besar dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh para pengusaha pangan asal ternak. Untuk itulah peranan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Jawa Tengah diperlukan. KESIMPULAN Ketahanan pangan hewani asal ternak Propinsi Jawa Tengah secara signifikan dipengaruhi oleh faktor penawaran (produksi daging, produksi telur, produksi susu) dan faktor permintaan (jumlah penduduk). Antara ketahanan pangan dengan variabel produksi daging, telur, dan produksi susu mempunyai pengaruh yang positif, sedangkan dengan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang negatif. Faktor permintaan variabel PDRB secara signifikan tidak mempunyai pengaruh terhadap ketahanan pangan hewani asal ternak. Kondisi ini kemungkinan sebagai

akibat dari dampak krisis perekonomian, sehingga laju peningkatan pendapatan perkapita penduduk tidak sesuai dengan yang diharapkan (under expected). Upaya pencapaian peningkatan ketahanan pangan hewani asal ternak di Jawa Tengah senantiasa diperlukan. Kondisi tersebut dapat tercapai apabila pemerintah mampu berperan dalam memfasilitasi kondisi yang kondusif bagi masyarakat dan swasta untuk berperan serta. Di samping itu penekanan laju pertambahan penduduk merupakan alternatif kebijakan yang penting dalam rangka peningkatan ketahan pangan. Kebijakan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah merupakan kebijakan yang juga perlu diprioritaskan dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Atmojo S.M., H. Syarief, D. Sukandar, dan M. Latifah, 1995. Pengembangan Model Identifikasi Keterjaminan Pangan di Propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Media Gizi dan Keluarga, Nomor XIX (2) : 1-16. Biro Pusat Statistik. 2003. Jawa Tengah Dalam Angka 2003. BPS Propinsi Jawa Tengah, Semarang. Dinas Peternakan. 2002. Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah 2002. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, Ungaran. Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kamaruddin, A. 1990. Sumbangan Pangan Hasil Ternak untuk Gizi Masyarakat. Prosiding Kursus Penyegar Ilmu Gizi serta Konggres IV Pergizi-Pangan Indonesia, Jawa Barat. Mukson, E. Prasetyo dan T, Ekowati, 2004. Pengembangan Model Identifikasi Ketahanan Pangan Subsektor Peternakan di Jawa Tengah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Soetrisno, N. 1998. Ketahanan Pangan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta. Sudono, A., P.S. Hardjosworo, H.M. Eidman dan Muhilat, 1989. Peranan Bahan Makanan Hewani Guna mencapai Kecukupan Gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta. Suryana, A. 2001. Harmonisasi Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional dan Daerah. Prosiding Dialog dan Lokakarya Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan di Era Otonomi, Cibinong.