PEMBUATAN PUPUK PADAT DAN CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

PEMBUATAN BRIKET MENGGUNAKAN SAMPAH ORGANIK

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PEMBUATAN TOILET KERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Limbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Kompos - - Yogyakarta, 30 Mei 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

UJI & ANALISIS AIR SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

TEKNIK PEMBUATAN pupuk BOKASHI

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PEMBUATA KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM USAHA

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

BAB VIII UJI KUALITAS KOMPOS SAMPAH ORGANIK HALAMAN KANTOR GEOSTECH PUSPIPTEK SERPONG. Rosita Shochib, Ikbal, Firman L. Sahwan, Sri Wahyono, Suyadi

PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA TUMBUHAN

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Ilmu Tanah dan Tanaman

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO

METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

TEKNIK PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK. Oleh : Zumrodi, S.Si, MIL

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Arang Tempurung Kelapa

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

Mengapa Air Sangat Penting?

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

1. Starter dengan larutan gula

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK SECARA PARSIAL. Syekhfani (FP-UNIBRAW)

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar benar langsung diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI)

BAB III PERANCANGAN ALAT

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

Transkripsi:

MODUL: PEMBUATAN PUPUK PADAT DAN CAIR DARI SAMPAH ORGANIK I. DESKRIPSI SINGKAT S ampah organik selain dihasilkan dari proses alami juga merupakan hasil dari adanya aktifitas manusia. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, sangat berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah. Timbulan sampah yang tidak terkendali akhirnya akan berimbas pada berbagai pencemaran baik air, tanah dan udara. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah ini. Kita bisa memulainya dari sektor yang paling sederhana yaitu sektor rumah tangga dengan prinsip 3R (reuse, recycle, reduce). Pemanfaatan sampah rumah tangga bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis sampahnya. Pembuatan pupuk cair dan padat merupakan salah satu alternatif untuk menjadikan sampah menjadi mempunyai nilai ekonomis. 1 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

Modul yang berjudul Pembuatan Pupuk Cair dan Padat ini dirancang sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah penegelolaan sampah, khususnya pemanfaatan sampah organik. Pembuatan briket ini juga termasuk dalam rancangan kegiatan Pelatihan Teknologi Tepat Guna di Bapelkes Lemahabang. Materi modul ini terdiri dari 2 pokok bahasan yaitu pembuatan pupuk padat dan pupuk cair II. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pelatihan ini peserta latih mampu mempraktikkan pembuatan pupuk padat dan pupuk cair dari sampah organik. 2. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu: a. Menjelaskan pengertian pupuk padat dan pupuk cair b. Memahami langkah-langkah pembuatan pupuk cair c. Memahami langkah-langkah pembuatan pupuk padat d. Mempraktikkan pembuatan pupuk padat dan pupuk cair dari sampah organik III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Pokok Bahasan Pembuatan briket Sampah organik dalam modul ini dibagi menjadi 5 (lima) sub pokok bahasan sebagai berikut: a. Pengertian pupuk padat dan pupuk cair b. Langkah-langkah pembuatan pupuk padat c. Langkah-langkah pembuatan pupuk cair 2 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

IV. BAHAN BELAJAR 1. Kepmenkes no. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2. Power point materi Pembuatan Pupuk Padat dan Cair 3. Alat peraga Pembuatan Pupuk Padat dan Cair 4. Modul Pembuatan Pupuk Padat dan Cair 5. Alat dan bahan praktik V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pokok bahasan dan masing-masing sub pokok bahasannya akan diuraikan secara runtut oleh narasumber kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih akan mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk narasumber. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 1 1. Kegiatan Narasumber a. Kegiatan bina situasi kelas - Memperkenalkan diri - Menyampaikan ruang lingkup bahasan b. Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih tentang pengertian mereka tentang pembuatan pupuk cair dan penggunaannya 2. Kegiatan peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber/fasilitator c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting Langkah 2 1. Kegiatan Narasumber a. Penyampaian materi sub pokok bahasan 1, tentang pengertian pupuk cair 3 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta 2. Kegiatan Peserta a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 3 1. Kegiatan Narasumber a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan 2 (langkah-langkah pembuatan pupuk cair) b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 2. Kegiatan Peserta a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 4 1. Kegiatan Narasumber a. Penyampaian materi sub pokok bahasan 1, tentang pengertian pupuk padat b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta 4 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

2. Kegiatan Peserta a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 4 1. Kegiatan Narasumber a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan 2 (langkah-langkah pembuatan pupuk padat) b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas 2. Kegiatan Peserta a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 5 1. Kegiatan Narasumber a. Meminta kelas untuk membentuk 3 kelompok, yaitu kelompok I, kelompok II dan kelompok III, serta memilih ketua, sekretaris dan penyaji. b. Meminta masing-masing kelompok merancang dan membuat alat pupuk cair atau padat c. Memberikan bimbingan tentang jalannya proses praktikum 5 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

2. Kegiatan peserta a. Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan narasumber b. Mempraktekan, merancang dan mengoperasikan alat pupuk padat dan cair c. Menyusun hasil-hasil praktek kedalam laporan d. Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 6 1. Kegiatan Narasumber a. Meminta masing masing kelompok (kelompok I, kelompok II dan kelompok III), mempresentasikan hasil-hasil praktek kelompoknya didepan kelas. b. Memberikan masukan tentang masalah-masalah yang timbul seputar proses praktikum serta mengarahkannya sesuai dengan tujuan pembelajaran c. Merangkum hasil-hasil diskusi pada tahapan-tahapan tertentu sehingga hasil-hasil diskusi lebih fokus. 2. Kegiatan Peserta a. Mengikuti acara penyajian/presentasi masing-masing kelompok b. Berpartisipasi aktif dan bertanya, mengemukakan pendapat/saran yang berguna bagi proses pembelajaran c. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas d. Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting Langkah 7 Penutup 1. Kegiatan Narasumber a. Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas sebelum menutup acara pembelajaran 6 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

b. Meminta peserta untuk memberi komentar tentang proses belajar c. Memberikan jawaban atas pertanyaan peserta (kalau ada) d. Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas perhatian peserta selama pembelajaran, serta permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan. 2. Kegiatan Peserta a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan b. Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh narasumber dalam selembar kertas 7 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

VI. URAIAN MATERI A. PUPUK CAIR 1. PENGERTIAN Pupuk cair adalah exstrak dari pembusukan sampah organik dimana dengan mengexstrak sampah organik tersebut kita bisa mengambil seluruh nutriens yang terkandung pada sampah organik tersebut. Selain nutriens kita juga sekaligus menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematodoa. Pada dasarnya limbah dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk, limbah cair banyak mengandung unsur hara (NPK). Penggunaan pupuk cair dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. 2. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN Bahan dan alat a. Ember 25 L, Gentong 120 L, Drum 200 L dengan tutupnya b. Stop kran (1-1,5 inch) c. Sock berderat pipa pralon PVC (ukuran sesuaikan dengan stop kran) d. Sealent, seal karet ban dalam e. Plat plastik yang dibolong-bolonngkan sesuai dengan ukuran ember, gentong, drum 3. TAHAPAN PEMBUATAN ALAT a. Pasang pelat plastik (sesuai dengan ukuran) yang sudah dilubangi ke dalam ember, gentong dan drum b. Beri penahan (setengah batu bata, sebuah atau beberapa buah) di bawah pelat plastik, untuk menahan sampah yang akan dijadikan pupuk cair tidak sampai ke dasar ember, gentong, drum 8 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

c. Ember, gentong, drum dibagian bawah diberi lubang kesamping sesuai dengan ukuran stop keran d. Stop kran dipasang di lubang tersebut, dengan dilapisi karet seal dibagian luar dan dalam e. dari bagian dalam dipasangkan sock pipa plastik dengan stop keran (ukuran yang sesuai) f. dikencangkan secukupnya dengan keyakinan stop keran tidak bocor Untuk gambar dapat dilihat sebagai berikut: 4. OPERASIONAL PEMBUATAN PUPUK CAIR a. Bahan sampah sisa buah, sayuran dan sampah organik lainnya b. Sampah organik tersebut dicincang c. Masukkan sampah ke dalam ember d. Isi ember dengan sampah sampai penuh 9 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

e. Dapat ditambahkan bibit bakteri (EM-4, air kotor, comberan, dll) f. Ember ditutup dan biarkan untuk proses penguraian g. Selang beberapa hari pupuk cair keluar dan ditampung dengan wadah secukupnya. Bau yang khas yaitu bau buah yang sudah difermentasi dapat dilakukan secara berulang selang beberapa hari h. Pupuk cair di aerasi secukupnya untuk membuang gas (bau) hasil fermentasi/pengomposan sampah sisa buahbuahan i. Pupuk cair yang sudah diaerasi (baunya hilang) dimasukan kedalam pewadahan atau kemasan bertutup *Keterangan tambahan 1. Apabila beberapa waktu, sampah sisa buah dalam ember akan menyusut (karena proses fermentasi) maka dapat ditambahkan lagi sampah sisa buah sampai penuh lagi, dst 2. Bila ember sudah penuh dengan padatan pembuatan cair di kosongkan dan dibersihkan, serta ditata kembali seperti semula dan pembuatan pupuk cair dapat diulang kembali dst, seperti yang diuraikan diatas 3. Padatan dari pembuatan pupuk cair ini dapat dijadikan kompos dengan proses pengkomposan sampah padat B. PUPUK PADAT 1. Pengertian Pengertian Pupuk padat organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk padat organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, 10 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah). Atau bisa disimpulkan secara singkat adalah Pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan, yang telah melalui proses, rekayasa, berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai haa tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 2. Langkah-langkah pembuatan pupuk padat a. Penyiapan Bahan 1) Bahan Hijauan, bahan yang berwarna hijau biasanya banyak mengandung Nitrogen (N) tinggi, diantaranya kotoran ternak (sapi, kerbau, ayam, kambing dll), daun kacang-kacangan, daun jagung, limbah pertanian segar, potongan rumput segar dan lain-lain. 2) Bahan Coklatan, bahan yang berwarna coklat biasanya banyak mengandung Carbon (C) tinggi, diantaranya Jerami padi, serbuk gergaji, cocopeat, dedak, sekam, potongan kayu, potongan kertas, dan lain-lain. 3) Bahan lain, Limbah Rumah Tangga, Abu dapur. Untuk bahan tertentu yang berukuran besar atau panjang seperti jerami, batang jagung, belukar, agar bahan kompos mudah terdekomposisi, maka bahan sebaiknya harus dihaluskan dengan cara dicincang dengan ukuran 4-10 cm. b. Penyiapan Alat Alat-alat yang diperlukan antara lain : 1) Tempat pembuatan kompos (mempunyai atap) 11 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

2) Sekop, 3) Cangkul garpu 4) Gembor/embrat 5) Drum air 6) Ember 7) Lembaran plastik penutup 8) Termometer 9) Alat timbang c. Penyusunan Bahan Baku 1) Susun kompos berdasarkan ketersediaan bahan baku. Sebaiknya bahan yang mangandung karbon tinggi terlebih dahulu disimpan paling bawah sebagai alas. Misalnya Jerami, serbuk gegaji, sekam atau coco peat. 2) Selanjutnya di atas bahan tadi susun kotoran ternak seperti kotoran sapi, kambing, ayam Susunan bahan baku yang biasa dilakukan adalah: Jerami (paling bawah) Kotoran Sapi (kalau ada) Serbuk gergaji Kotoran Kambing Kotoran ayam, dll Proses penyusunan bahan kompos ini dapat dilakukan sampai ketinggian 1 m. d. Mencampur Kompos Setelah bahan disusun lengkap, kemudian setahap demi setahap bahan dicampur sampai rata, sambil dilhat kelembabannya, apabila kurang lembab, tambahkan air, sambil ditambahkan bahan aktivator atau fermentor. 12 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

Setelah bahan dicampur rata dengan kelembaban yang cukup dan lengkap dengan penambahan fermentornya, lalu ditumpuk kembali seperti semula, sampai ketinggian 1 m, membentuk bedengan memanjang. Lebar antara 2 s/d 5 m dan panjang bisa sampai 50 m. Tumpukan kompos kemudian ditutup terpal plastik, supaya jangan kena sinar matahari langsung atau kehujanan. Pada waktu menutup perhatikan supaya tetap ada jalan untuk sirkulasi udara. e. Mengukur Temperatur Pengukuran temperatur dilakukan setiap hari pada beberapa titik kemudian dicatat. Hasil pemetaan pengukuran dapat memberikan indikasi tentang proses pembuatan kompos, apakah pencampuran sudah baik dan benar, apakah komposisi seimbang, apakah kelembaban memadai dan seterusnya. Setelah secara berkala dilakukan pengukuran, hasil pengukuran dapat dicatatkan pada tabel dibawah ini untuk memudahkan analisa dan pengembangan lebih lanjut. 13 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

f. Membalik Kompos Pada hari ke 4 komposting, saat pembalikan kompos yang pertama, perhatikan pada titik titik no 2, 7, 8, 9, 14, amati kelembabannya, campuran bahan dan siklus oksigennya. Apabila kurang lembab, atau campuran kurang rata, atau siklus oksigen tidak lancar, maka pada saat membalik harus sambil dilakukan pencampuran ulang dengan kompos dari tempat yang mempunyai temperatur tinggi, yang kelembaban atau campuran atau siklus oksigennya baik. Lakukan pengamatan temperatur pada hari berikutnya, petakan, kemudian amati. Apabila masih ada yang kurang rata, lakukan seperti tindakan di atas. Apabila tindakan dilakukan dengan benar, maka pada pembalikan berikutnya perbedaan temperatur sangat kecil dan relatif rata. 14 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

Pembalikan kompos selain dengan mempergunakan peta temperatur, juga harus dilakukan dengan cara: 1. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan di atas ke bawah 2. Membalik, mencampur dan minyimpan tumpukan tengah ke luar, kiri kanan 3. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan samping, kiri dan kanan ke tengah 4. Membalik, mencampur dan menyusun tumpukan tengah bawah ke atas Apabila proses pembalikkan kompos sudah 4 kali, amati perubahan warna, aroma dan temperatur. Apabila warnanya sudah berubah menjadi coklat kehitaman, kemudian aroma kompos menyerupai aroma tanah, maka proses komposting sudah selesai. Tinggal menunggu penurunan temperatur. g. Pengayakan Setelah proses pengomposan selesai, kemudian dilakukan untuk memperoleh ukuran yang seragam dan penampilannya yang lebih baik. Disamping itu apabila telah diayak, maka pada waktu penerapan di lapangan akan jauh lebih mudah. 15 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti

VII. REFERENSI Erliza, dkk (2008), Teknologi Bioenergi, Agromedia, Jakarta. http://pondokbangkaro.com/article/43598/--peralatan-produksiliquid-smoke-asap-cair-dan-arang-tempurung-.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28307/6/chapter %20I.pdf diakses 2 Oktober 2011 http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28307 diakses 2 Oktober 2011 http://www.adfaceh.org/download-file/pabrik_asap_cair.pdf diakses 2 Oktober 2011 http://www.altenergymag.com/ diakses 2 Oktober 2011 Lestari, Citra, dkk (2010). Karya Tulis Ilmiah (Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Briket Arang). SMAN 12 Makassar, Makassar. Prihandono (2007), Energi Hijau, Cetakan I, Penebar swadaya, Jakarta. Tim nasional pengembangan BBN (2007), Bahan Bakar Nabati, Cetakan I, Penebar Swadaya, Jakarta. 16 / MI-2C Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti