MEIGI ORNELA MUTI TUERAH NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menyelesaikan gejala-gejala sosial/ kebutuhan-kebutuhan

III. METODE PENELITIAN

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORETIS. Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

ANALISIS FRAMING BERITA DEMONSTRASI MAHASISWA SEMARANG TERKAIT KENAIKAN HARGA BBM PADA TV BOROBUDUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODE PENELITIAN

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa actual yang

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

KECENDERUNGAN PEMBERITAAN KASUS MALINDA DEE DI SURAT KABAR. (Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Harian Kompas Edisi 30 Maret 8 April 2011)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berita yang disusun dalam benak manusia bukan merupakan peristiwa manusia. peristiwa itu memiliki makna bagi para pembacanya.

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

Bab III. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

KONSTRUKSI PUBLIKASI NILAI-NILAI IDEOLOGI DALAM PERS (MEDIA MASSA)

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

Transkripsi:

ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM (Kontruksi Pemberitaan tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Stasiun Televisi TvOne dan SCTV) NASKAH PUBLIKASI Oleh MEIGI ORNELA MUTI TUERAH NIM : 090565901026 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama : MEIGI ORNELA MUTI TUERAH NIM : 090565901026 Jurusan/Prodi : Ilmu Pemerintahan Alamat : Jl. Ir.Sutami Gang Nyatuh No.5 Tanjungpinang Nomor TELP : 0811 7771 091 Email : asmomtmeigie@gmail.com Judul Naskah : ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM (Kontruksi Pemberitaan tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Stasiun Televisi TvOne dan SCTV) Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 20 Agustus 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Afrizal, S.IP,M.Si Yudhanto Satyagraha Adiputra, MA NIDN. 1003048302 NIDN. 1015068301 1

ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM (Kontruksi Pemberitaan tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Stasiun Televisi TvOne dan SCTV) Meigi Ornela Muti Tuerah Afrizal, S.Ip, M.Si Yudhanto Satyagraha Adiputra, MA ABSTRAK Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah isu sensitif ya ng melibatkan kepentingan seluruh masyarakat. Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah rencana kebijakan yang dianggap menyengsarakan masyarakat. Sehingga berbagai macam aksi penolakan oleh masyarakat terhadap perencanaan Pemerintah dalam menaikan harga BBM bersubsidi.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginterpretasi kontruksi realitas berita mengenai kebijakan Jokowi dalam menaikkan harga BBM di stasiun TvOne edisi 2 November 2014 dan SCTV pada Liputan 6 Siang 8 November 2014 dimana analisis yang diperoleh pada penelitian ini mampu memberikan gambaran dan infromasi secara signifikan tanpa adanya aspek tertentu pada penayangan berita. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data diperoleh dari teks-teks berita yang berhubungan dengan pemberitaan. Selain itu, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M. Khosicki yang mengemukakan bahwa perangkat framing terdiri dari empat struktur yakni, sintaksis, skirp, tematik dan retoris sehingga penelitian ini memperoleh kajian yang jelas dalam setiap penelitian yang penulis cantumkan. Temuan yang didapat dari penelitian ini adalah kontruksi yang dibentuk stasiun TvOne mengarah kepada persepsi khalayak atas kebijakan kenaikan harga BBM sesuai dengan ideologi politisi yang mereka usung. SCTV mengambil peran sebagai media oposisi yang mengkritis kebijakan pemerintah termasuk dalam hal ini menyatakan tidak kesetujuan terhadap kebijakan ini dengan mengkontruksi teks berita dari sudut pandang negative. Kata Kunci : Analisis Framing, Kontruksi Berita, Stasisun Televisi TvOne dan SCTV 2

ANALISIS FRAMING TERHADAP PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM (Kontruksi Pemberitaan tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Stasiun Televisi TvOne dan SCTV) Meigi Ornela Muti Tuerah Afrizal, S.Ip, M.Si Yudhanto Satyagraha Adiputra, MA ABSTRACT The price fuel oil (BBM) is a sensitive issue involing the interest of the entire community. The government s plan to raise fuel prices is a policy plan that is considered miserable people. The purpose of this study was to determine and interpret the news about the realities of construction policies at stations TvOne 2 November 2014 edition of the Liputan 6 Siang SCTV during the 8 November 2014. This research is descriptive qualitative research. Data obtained from the texts of news related to the news moreover, the methods of analysis used in this research is the of framing a tipezhondang Pan and Gerald M. Khosicki who argued that framing device consists of four structures namely, syntax, script, thematic, and rhetorical. The findings obtained from this study is the construction formed TvOne station leading to public perceptions on fuel price hike policy in accordance with the ideology of the politicans that their stretcher SCTV take the role as apposition media that criticize government policies, including in this case the states do not consent to this policy by constructing a text message from a negative standpoint. Keywords: Framing analysis, Construction news, TvOne station and SCTV station. 3

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi manusia. Media massa merupakan alat bantu bagi masyarakat untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan gejala-gejala sosial dan kebutuhan-kebutuhan sosial, salah satunya ialah media televisi. Hal ini dikarenakan media massa ini tidak memiliki keterbatasan untuk masyarkat dalam mendapatkan suatu informasi terhadap gejala serta perkembangan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Media juga dianggap penting dalam semua sistem masyarakat karena dianggap mampu memberi atau menciptakan second reality. Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Ia mempunyai karakteristik tersendiri dibanding dengan sistem lain, misalnya sistem informasi manajemen dan sistem dalam komunikasi. Unsur paling penting dalam system pers adalah media massa (cetak dan elektronik). Bagi Gramsci, media merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi. Gramsci melihat media sebagai ruang di mana berbagai ideologi dipresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Kepentingan media massa dapat dijelaskan dari isi media massa. Dalam studi media, ada tiga pendekatan untuk menjelaskan isi media. Pertama, pendekatan ekonomi politik (the political economy approach). Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media seperti pemilik media, modal dan pendapatan media. Faktor tersebut cukup dominan dalam menentukan peristiwa apa yang layak untuk ditampilkan serta kecenderungan arah pemberitaan. Kedua, pendekatan organisasi. Pendekatan ini menyebutkan isi media lebih ditentukan oleh mekanisme internal media, redaksi isi media. Ketiga, pendekatan kulturalis. Dalam pendekatan ini, media massa pada dasarnya mempunyai aturan menentukan pola organisasi (internal media), akan tetapi media massa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ekonomi politik (eksternal media) (Sudibyo, 2006:2-3). Pandangan positivis melihat media murni hanya sebagai penyalur pesan. Sedangkan dalam pandangan kaum konstruksionis, media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak argument yang menyatakan media seolaholah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan 4

realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Apa yang tersaji dalam berita, dan kita baca tiap hari, adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak (Eriyanto,2008:23). Oleh karena itu dalam penelitian ini. Penulis mengambil 2 (dua) stasiun televisi nasional di Indonesia sebagai objek peneliti dalam mendapatkan kontruksi pemberitaan sebagai bentuk perbandingan yang memiliki tujuan yang sama dan mampu mempengaruhi persepsi masyarakat. TvOne dan SCTV menjadi salah satu media yang penulis ambil dalam penelitian ini, dimana pemberitaan yang ditampilkan merupakan satu bentuk contoh framing pada setiap penayangan berita yang memiliki perbedaan antara satu dan lainya. Salah satunya ialah, pemberitaan yang di tampilkan oleh statiun televisi TvOne, 2 November 2014 pukul 17.02 wib. Pada isi pemberitaan ini menjelaskan polemik secara rinci tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sehingga pemberitaan yang dihadirkan membuat penilaian tersendiri bagi publik, baik itu penilaian secara positif maupun negatif. Sedangkan pemberitaan yang di hasilkan oleh statiun Televisi SCTV, pada Liputan 6 Siang, 8 November 2014 yang memfokuskan dampak dari isu akan kenaikan harga BBM yaitu demo atau aksi penolakan. Pada keseluruhanya, penulis melihat dari berbagai macam segmen pada tayangan berita di statiun televisi SCTV, lebih menekankan ke arah aksi atau unjuk rasa oleh masyarakaat terhadap polemik yang sedang terjadi. Sebab media memiliki ideologi masing-masing dalam memaknai dan memahami suatu peristiwa, seperti halnya media lainnya juga memiliki perspektif sendiri dalam menulis berita. Perbedaan segmen pembaca dan kuat di segmen berita, mampu membuat media mengarahkan suatu peristiwa sesuai dengan segmen tersebut. Dengan perbedaan ideologi, 1 (satu) fakta yang sama dapat diberitakan secara berbeda oleh media yang berbeda. Adapun hasil yang dibentuk oleh kontruksi farming misalnya, penolakan akibat dari informasi yang diperoleh melalui media, terutama dari kalangan masyarakat menegah ke bawah, alasannya adalah di samping kenaikan BBM yang dirasa semakin memberatkan masyarakat, kenaikan BBM juga mampu memicu naiknya harga kebutuhan-kebutuhan lain seperti sembako, tarif angkutan, dan lain-lain. Sedangkan Pemerintah sendiri menilai kebijakan untuk menaikkan harga BBM memang harus dilakukan akibat harga minyak dunia melemah. Presiden dalam pidatonya pernah menyebutkan agar rakyat memahami bila pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM. Satu hal yang penting dalam Kontruksi Freming adalah peran yang 5

mengkontruksikan pada berita sehingga nilai pada setiap berita yang disajikan sampai ke publik yaitu wartawan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Kontruksi Pemberitaan tentang kenaikan harga BBM. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana kontruksi pemberitaan tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) antara statiun televisi TvOne dan SCTV? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi berita terhadap pemberitaan tentang kebijakan pemerintahan dalam menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Manfaat dari penelitian ini adalah selain sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, juga bisa memberikan sumbangan pada fakultas FISIP tentang kondisi media massa kita dan menambah keilmuan di bidang ilmu komunikasi, secara khusus ilmu komunikasi pada pemerintahan. D. Konsep Oprasional 1. Analisis Framing a. Pengertian Analisis Framing Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya. Framing adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran suatu realitas tidak diingkari secara total melainkan dibelokkan secara halus dengan memberikan sorotan-sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo, 2001:186). Framing Analysis merupakan metode untuk melihat cara bercerita (story telling ) media atas peristiwa. Cara bercerita itulah yang tergambar pada cara melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Framing Analysis adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana sebuah realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh sebuah media(eriyanto, 2005:10). Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki (Eriyanto, 2005:252), mengemukakan tentang dua konsepsi framing yang saling berkaitan yakni konsepsi psikologi dan konsepsi sosiologis. Konsepsi psikologi yang menekankan bahwa framing lebih menekankan pada bagaimana seseorang 6

memproses informasi dalam dirinya atau dengan kata lain bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu. Sementara dalam konsepsi sosiologis lebih cenderung kepada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki melihat Sebagai konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto, 67-68). Proses pembentukan dan konstruksi realita tersebut hasil akhirnya ada bagianbagian tertentu yang ditonjolkan dan ada bagian-bagian yang lain disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang tidak ditonjolkan kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena khalayak digiring pada satu realitas yang ditonjolkan oleh media tersebut. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Di tambah pula dengan berbagai kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki kepentingan dengan berita tersebut. Ada dua aspek dalam framing, yaitu: 1. Memiliki fakta atau realitas Proses pemilihan fakta adalah berdasarkan asumsi dari wartwan memilih bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang dibuang. Wartawan memilih angle dan fakta tertentu untuk menentukan aspek tertentu akan menghasilkan berita yang berbeda dengan media yang menekankan aspekyang lain. 2. Menuliskan fakta Proses ini berhubungan dengan penyajian fakta yang dipilih kepada khalayak. Cara penyajian itu meliputi pemilihan kata, kalimat, preposisi, gambar dan foto pendukung yang ditampilkan. Tahap menuliskan fakta itu berhubungan dengan penonjolan realitas. Aspek tertentu yang ingin ditonjolkan akan mendapatkan alokasi dan perhatian yang lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. b. Teknik Framing Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M.Kosicki disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemuidi berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis framing mencoba untuk membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis. Dalam model Zhongdan Pan Konsicki, yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu: Sturktur sintaksis, skirp, tematik,dan retoris. 7

a) Sintaksis Cara wartawan dalam penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksi memiliki perangkat, yaitu: 1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media 2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa. 3. Latar informasi 4. Kutipan 5. Sumber 6. Pernyataan b) Skrip Cara wartawan mengisahkan fakta atau bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing padakelengkapan berita: 1) What (apa) 2) When (kapan) 3) Who (siapa) 4) Where (di mana) 5) Why (mengapa) 6) How (bagaimana) c. Tematik Cara wartawan menulis fakta atau bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubunganhubungan kalimat yang memberntuk teks secara keseluruhan. Struktur tematik mempunyai perangkat framing, yaitu antara lain: 1. Detail 2. Maksud dan hubungan kalimat 3. Nominalisasi antar kalimat 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti, Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi d. Retoris Cara wartawan menekankan fakta, bagaimana menekankan arti tententu dalam suatu berita. Struktur retoris mempunyai perangkat framing: 1. Leksikon atau pilihan kata, perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yangpenting. 2. Grafis 3. Metafor 4. Pengandaian. Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar atau foto, dan grafis. Secara teknis, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk men-framing seluruh bagian berit.artinya, hanya bagian dari kejadian-kejadian (happening) penting dalam sebuah beritasaja yang menjadi objek framing jurnalis.namun, bagian-bagian kejadian penting ini sendiri merupakan salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah peristiwa atau ide yang diberitakan. Framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni: 1. pada identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa 8

dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau negatif apa 2. pada identifikasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah 3. pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah 4. saran penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksikan hasilnya c. Proses Framing Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Tiga proses framing dalamorganisasik berita antara lin sebagai berikut : 1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan sorotan aspekaspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat-alat ilustrasi lainnya. 2. Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan diproses penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan. 3. Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu, yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain(muhammad Qodari, 2000:19). 2. Berita dan Konstruksi Realitas Ada banyak definisi berita yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Astrid S. Susanto Sunario berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian yang dianggap penting (Sunario, 1993:159). Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita yaitu laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar orang (Kusumaningrat, 2005:39). Dalam definisi jurnalistik, Assegaff menyatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk 9

disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Assegaf, dalam Sumadiria, 2005:64-65). Ahli sosiologi, Gaye Tuchman dalam bukunya Making News, menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Tindakan membuat berita, kata Tuchman adalah tindakan mengkonstruksi realita itu sendiri, bukan penggambaran realita. Dia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang berlegitimiasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo (Severin, 2007: 400). Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang mendukung dalammengkostruk realita. Diantaranya adalah factor Ekonomi, Politik, dan idiologi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kontruksi realitas : a. Ekonomi Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi. Factor pemilik media, modal dan pendapatan media sangat menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor inilah, yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaannya, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan.isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan eksternal diluar diri pengelolamedia. Pengelola media dipandang sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai strukur yang mamaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara tertentu (Alex sobur, 2003:111). b. Politik Sistem politik yang diterapkan oleh sebuah Negara ikut menentukan mekanisme kerja, serta mempengaruhi cara media massa dalam mengkonstruksi realitas Dalam system nagara yang otoritan, selera penguasa menjadi acuan dalam mengkonstruksi realita. Sebaliknya dalam iklim politik yang liberal, media massa mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengkonstruksi realitas. namun, satusatunya kebijakan yang dipakai adalah kebijaksanaan redaksi media masing-masing yang boleh jadi dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideology, politis dan ekonomis. Tetapi apapun yang menjadi pertimbangan adalah adanya realitas yang ditonjolkan bahkan dibesar-besarkan, disamakan atau bahkan tidak diangkat sama sekali dalam setiap pengkonstruksian realitas. c. Idiologi Sekarang ini istilah ideologi memang mempunyai dua pengertian yang saling bertolak belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai suatu kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentinagan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman 10

orang mengenai realitas social (Alex Sobur. 2006:61) Sedangkan faktor lainya adalah berupa kebijakan redaksional media, kepentingan para pengelolah media dan relasi media dengan sebuah kekuatan tertentu. Disamping itu seorang jurnalis juga mempunyai sikap, nilai, kepercayaan, dan orientasi tertentu dalam politik, agama, ideologi, dan semua komponen yang berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Selain itu latar pendidikan, jenis kelamin, etnisitas, turut pula mempengaruhi jurnalis dalam mengkonstruksi realitas. Pengontruksian berita dan isi pesan pada sebuah berita yang disajikan men arik untuk dikaji dan ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada keberpihakan media diantara kedua Stasiun Televisi ini karena sudah sepatutnya media dalam pemberitaannya bersikap netral. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui frame dari kedua Berita yang memberitakan tentang kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Peneliti inginmengetahui ke arah manakah media tersebutakan menggiring pemikiran masyarakat dalam memberitakan tentang Kebijakan Pemerintah dalam menaikan harga BBM. II. LANDASAN TEORI 1. Analisis Framing Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya. Framing adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran suatu realitas tidak diingkari secara total melainkan dibelokkan secara halus dengan memberikan sorotan-sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo, 2001: 186). Framing Analysis merupakan metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itulah yang tergambar pada cara melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Framing Analysis adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana sebuah realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh sebuah media (Eriyanto, 2005:10). a. Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks, media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik 11

tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu (Eriyanto, 2004:252). Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu atau peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan sehingga membuat keputusan tentang suatu realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam sudut pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu (Eriyanto, 2004:252-253). Proses framing bagi Pan dan Kosicki berkaitan dengan strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam hubungannya dengan rutinitas dan konvensi profesional jurnalistik (Sudibyo, 2001:187). Dengan cara apa wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atas suatu peristiwa. Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca (Eriyanto, 2004:254). Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita atau kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda 12

yang dimunculkan dalam teks (Sumber jurnal.analisis framing). Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis; kedua, struktur skrip; ketiga, struktur tematik keempat, struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis itu adalah benar (Eriyanto, 2004:256). a. Proses Framing Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana perspektif atau carap andang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideologi institusi media tersebut. Tiga proses framing dalamorganisasi berita antara lain sebagai berikut: 1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalik secara halus. Memberikan sorotan aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat-alat ilustrasi lainnya. 2) Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan diproses penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan. 3) Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers, tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu, yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain. (Sumber:Kritisisme media:ag. Eka Wenats Wiryanto.com) b. Efek Framing Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa saja sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi menjadi realitas satu dimensi. Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. 13

Bagaimana peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai. Peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda. (Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,Hal. 140) Framing pada umunya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, pada penulisan sering disebut sebagai fokus berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya adalah aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Disini, menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai pada berita. Berita juga sering kali memfokuskan pemberitaan aktor tertentu. Tetapi efek yang akan segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak aktor tertentu yang menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting terhadap pemberitaan menjadi tersembunyi. 2. Berita dan Konstruksi Realitas Ada banyak definisi berita yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Astrid S. Susanto Sunario berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian yang dianggap penting (Sunario, 1993:159). Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita yaitu laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar orang (Kusumaningrat, 2005:39). Dalam definisi jurnalistik, Assegaff menyatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Assegaf, dalam Sumadiria, 2005:64-65). Berita lahir dari peristiwaperistiwa yang terjadi di dunia. Namun, tidak semua peristiwa layak atau mempunyai nilai berita. Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah (Santana, 2005:18-20): 1. Immediacy, kerap diistilahkan dengan timelines. 2. Proximity, 3. Consequence, 4. Conflict, 5. Oddity, 6. Seks, 7. Emotion, 8. Prominence, 9. Suspense. Pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa di sini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa. Dengan demikian, dapat pula dikatakan secara sederhana, bahwa dalam suatu proses jurnalisme, upaya menceritakan kembali suasana atau keadaan, orang, dan benda, bahkan pendapat yang terdapat dalam sebuah peristiwa merupakan upaya untuk merekonstruksikan realitas. Karena sifat dan 14

faktanya bahwa tugas redaksional media massa, seperti wartawan, editor, redaktur, redaktur, redaktur pelaksana, dan juga pemimpin redaksi adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh isi surat kabar atau majalah merupakan realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Laporan-laporan jurnalistik yang ada di media pada dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitasrealitas dalam bentuk cerita. Berita merupakan realitas yang telah direkonstruksi (Birowo, 2004: 168). Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi melainkan sebalikbya, dibentuk. Wartawanlah yang membentuk peristiwa: mana yang disebut berita dan mana yang tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan. Dalam perspektif ini, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana wartawan membuat berita. Titik perhatian terutama difokuskan dalam rutinitas dan nilai-nilai kerja wartawan yang memproduksi berita tertentu. Ketika bekerja, wartawan bertemu dengan seseorang. Wartawan bukanlah perekam yang pasif yang mencatat apa yang terjadi dan apa yang dikatakan seseorang. Melainkan sebaliknya, ia aktif. Wartawan berinteraksi dengan dunia (realitas) dan dengan orang yang diwawancarai, dan dengan sedikit banyak menentukan bagaimana bentuk dan isi berita yang dihasilkan. Berita dihasilkan dari pengertahuan dan pikiran, bukan karena ada realitas yang objektif yang berada di luar, melainkan karena orang akan mengorganisasikan realitas yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan berarti serta mempunyai makna (Eriyanto, 2004: 100-101). Apa yang disajikan media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Mereka mengidentifikasi ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi. Pertama, faktor individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesi dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, agama, sedikit banyak mempengaruhi apa yang ditampilkan media. Kedua, level rutinitas (media routine). Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media pada umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, ap cirri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Rutinitas media ini juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. 15

Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput, bagaimana bentuk pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja sebuah tulisan sebelum sampai ke proses cetak, siapa penulisnya, siapa editornya, dan seterusnya. Sebaai mekanisme yang menjelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media karenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita. Ketiga, level organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam organisasi berita, ia sebaliknya hanya bagian kecil dari organisasi berita itu sendiri. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Di dalam organisasi media, misalnya, selain bagian redaksi ada juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum, dan seterusnya. Masing-masing bagian tersebut tidak selalu sejalan. Mereka mempunyai tujuan dan target masingmasing, sekaligus strategi yang berbeda untuk mewujudkan target tersebut. Setiap organisasi berita selain mempunyai banyak elemen, juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri. Berbagai elemen tersebut mempengaruhi bagaimana seharusnya wartawan bersikap, dan bagaimana juga seharusnya peristiwa disajikan dalam berita. Keempat, level ekstramedia. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini sedikit banyak dalam bayak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan di luar media. 1. Sumber berita 2. Sumber penghasilan media. 3. Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. 4. Level ideologi. (Sudibyo, 2001:7-12) Pada ilmu komunikasi sebagai paying dunia jurnalisme sebenarnya ada dua cara pandang berbeda dalam melihat konsep yang benama berita. Pertama, berita sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu proses manajemen produksi institusi media cetak surat kabar ataupun majalah. Di sini, berita yang merupakan hasil dari suatu proses kerja manajemen redaksional dengan sejumlah panduan atau kriteria, mulai dari pencarian dan peliputan peristiwa di lapangan oleh reporter, proses editing di redaktur dan redaktur pelaksana, kemudian sampai pada proses seleksi layak muat pada sidang meja redaksi. Dengan demikian pandangan ini pun meyakini bahwa berita merupakan cerminan dari realitas (mirror of reality). Berita merupakan potret dari realitas sosialnya. Kesimpulannya, berita merupakan rekonstruksi realitas yang objektif sifatnya. Sedangkan yang kedua, berita sebagai hasil rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna. Bahwa berita yang merupakan hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti 16

yang diharapkan oleh wartawan dalam diri khalayak pembacanya. Berita tidaklah mencerminkan realitas sosial yang direkamnya. Berita yang ada di media dapat memberikan realitas yang sama sekali baru dan berbeda dengan realitas sosialnya. Berita merupakan hasil rekonstruksi realitas yang subjektif dari proses kerja wartawannya (Birowo, 2004:168-169). 3. Media Sebagai Sumber Informasi Banyak orang pernah menganggap ada hubungan langsung antara laporan pers dengan pembuat keputusan. Kini kita tahu hubungan antara media dan individu pada umumnya tidak langsung. Lazarsfeld menyebutkan sebagai proses alur dua langkah (two step flow), dimana pimpinan opini mengandalkan media berita untuk mendapatkan informasidan ide-ide, dan orang lain mengandalkan pemimpin opini. Kenyataanya dua hal ini tidak berjalan sendiri-sendiri. Pengaruh pemimpin opini bervariasi dari satu isu ke isu lain danbahkan dari hari ke hari, dan orang yang biasanya tidak menggunakan media mungkin akan memanfaatkannya pada waktu tertentu dan tidak terlalu mengandalkan pimpinan opini.seperti dikatakan Lazersfeld, kompleksitas proses ini membuatnya mengubah istilahnyamenjadi proses aliran multilangkah (mul-tistep flow). Ringkasnya, liputan berita dan komentar mempengaruhi politik, tetapi biasanya pengaruh itu melalui perantara yang oleh lazarsfeld disebut pemimpin opini. Observasi Lazarsfeld menunjukkan reporter televisi bicara didepan kamera dengan pimpinan politik dan menyebut publik dalam istilah orang ketiga, yakni sebagai mereka, seolah-olah mereka tidak menonton acaranya yang tersirat didalam orang ketiga ini adalah, pemahaman reporterdan tokoh politik bahwa audien mereka adalah para pimpinan politik, bukan audien politik, paradigma konstruksionis fakta merupakan realita yang dikonstruksi, fakta tidaklah berdiri sendiri melainkan dikelilingi oleh berbagai kepentingan. Termasuk fakta atau pengetahuan yang disajikan oleh media masa merupakan hasil konstruksi para jurnalis. Pengetahuan merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi. a. Pengertian Media Massa Secara umum para ahli komunikasi memberikan batasan media massa, yakni media massa merupakan sarana penghubung dengan masyarakat seperti: surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain-lain. Wahyudi memberikan batasan, yakni media massa merupakan sarana untuk "menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini dapat berupa pembaca, pendengar, maupun pemirsa, yang mana mereka lazim disebut sebagai audience (Wahyudi, 1991 : 55). Sedangkan Assegaf (1983 : 129) mengartikan media massa sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti 17

surat kabar, majalah, buku, radio dan televisi. (Sumber:skripsi Analisis Framing terhadap Pemberitaan Insiden Monas) b. Karakteristik Media Massa Untuk suksesnya komunikasi massa seseorang perlu mengetahui sedikit banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi sifatsifat unsur yang mencakupnya. Uchjan, 1993 35) memberikan lima karakteristik, antara lain: 1) Sifat Komunikasi 2) Sifat Media Massa 3) Sifat Pesan 4) Sifat Komunikator 5) Sifat Efek c. Fungsi dan Peran Media Massa Setiap institusi mempunyai fungsinya sendiri, demikian pula dengan media massa sebagai institusi sosial mempunyai fungsi penting dalam komunikasi massa, tentunya berbeda di negara satu dengan negara yang lainnya. 1. The surveillance of the environment 2. The correlation of the parts of society in responding to the evironment. 3. The transmission of the social heritage from one generation to thenext. 4. Entertainment (hiburan) 5. To sell goods for us (iklan) d. Peran media massa adalah sebagai berikut: 1) Sebagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat. 2) Sebagai pembentuk pendapat umum III. Metodelogi Penelitian Pada penelitin ini peneliti menggunakan metodelogi analisis framing. Analisis Framing termasuk kedalam pandangan konstruksionis. Artinya setiap berita yang sampai ke pembaca telah dikonstruksikan oleh media massa dan pandangan konstruksionis menilai bahwa berita yang sampai ke pembaca adalah berita yang subjektif, bukan lagi objektif seperti pandangan para kaum positivisme. Pemilihan metode analisis framing ini karena metode ini merupakan metode yang melihat bagaimana sebuah peristiwa itu dibingkai di pada pemberitaan. Ketika melakukan peneliti ini penulis memilih menggunakan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki mendefinisikan bahwa framing adalah sebuah proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Selain itu peneliti menetapkan menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki karena ke empat struktur perangkat analisis framing yakni sintaksis, skrip, tematik, dan retoris membantuk suatu tema yang saling berkaitan dalam sebuah elemen konstruksi pemberitaan. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka atau rumus statistik 18

dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Konsep dasar penelitian kualitatif, Seseorang peneliti mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi pada orientasi teoritis. Pada pengertian kualitatif, teori ini dibatasi pada pengertian, suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data diuji kembali secara empiris (Moloeng,2004:6). Bogdan dan Taylor (1975), mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moloeng,2004:3) Penulis menggunakan analisis framing sebagai salah satu bentuk hasil dari pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Pan dan Kosicki ( Eriyanto,2005:255) yang lebih berkonsentrasi menganalisis unsur-unsur terkecil dalam sebuah berita. Peneliti menetapkan model Pandan Kosicki karena model ini memiliki empat dimensi struktural teks sebagai perangkat framing sintaksis, skrip tematik, dan retoris dimana keempat hal tersebut nantinya akan membentuk suatu tema yang saling bertautan satu dengan lainnya dalam koherensi global (Eriyanto, 2002:255). Unsur-unsur yang dianalisis dalam model framing Pan dan Kosicki, diksi, kata sambung, pernyataan, kata, idiom, gambar dan foto. 2. Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a) Data Primer Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh, oleh sumber data dari penyelidik untuk tujuan khusus. Data primer dalam penelitian ini: - Berita TV One edisi 2 November 2014, Pukul 17.02 - Berita SCTV Liputan 6 Siang edisi 8 November 2014 b) Data Sekunder Penulis menggunakan segala data tertulis yang berhubungan dengan tema yang bersangkutan baik dari buku, jurnal, skripsi, tesis, majalah dan penelitian-penelitan lain. 3. Objek Penelitian Objek penelitian adalah istilah-istilah untuk menjawab apa yang sebenarnya akan diteliti pada sebuah penelitian atau data yang akan dicari dalam penelitian, yang menjadi objek penelitian ini adalah : Bagaimana media TvOne dan SCTV dalam membingkai berita tentang kenaikan harga BBM? Hal ini dikarenakan penulis melihat bentuk penyajian berita oleh kedua media ini menggunakan model framing Pan dan Koscki seperti Headline, lead, diksi, kata sambung, pernyataan, fakta, idiom, gambar atau foto dan keduanya saling memiliki perbedaan yang berkualitas. 4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai 19

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Data yang kami maksud dalam penelitian ini adalah berita dari berita TvOne edisi 2 November 2014, Pukul 17.02 dan Berita SCTV Liputan 6 Siang edisi 8 November 2014. 5. Teknik Analisa Data Data dalam penelitian ini akan penulis analisis farming model Pan dan Kosicki. Menurut Eriyanto ada empat model framing yang dikembangkan oleh para ahli. Modelmodel tersebut dikembangkan oleh Edelman, Robert N. Entman, Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Meskipun ada banyak istilah dan definisi, berbagai model tersebut mempunyai kesamaan. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menampilkannya kepada khalayak. Ia adalah versi terbaru dari pendekatan wacana. Framing telah digunakan untuk mengggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media. Analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau aktifitas komunikasi. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik dan lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring interprestai khalayak sesuai dengan prespektif. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang yang digunakan atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditojolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2008:68). Framing menurut Pan dan Kosicki didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Model ini adalah yang paling popular dan banyak dipakai, tidak lepas dari konteks sosial politik Amerika. Ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Konsep pertama yaitu psikologi, konsepsi ini menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Kedua, konsepsi sosiologis. Konsepsi ini lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi terdeteksi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu (Eriyanto 2008: 253). 20

Pada pendekatan ini, perangkat framing dapat dibagi dalam empat struktur besar. Pertama, sintaksis. Sintaksis ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dan bagian berita-headline, lead, latar informasi, sumber, penutup. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur piramida terbalik. Bentuk piramida terbalik ini, bagian yang di atas ditampilkan lebih penting dibandingkan bagian bawahnya. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut dibawa (Eriyanto 2008:257). Kedua, skrip. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan mingisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5 W + 1 H-who, what, when, where, whay,dan how. Meskipun pola ini tidak selalu dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkinstruksi berita, bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui pandangan tertentu dan menyusun bagianbagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya menyembunyikan ini dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol Ketiga, Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya ke dalam proporsi, kalimat atau hubungan antara kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta tersebut itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks secara keseluruhan. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Yaitu detail, yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Selain itu juga ada elemen maksud, nominalisasi dan koherensi, pertalian atau jalinan antara kata, proposisi atau kalimat. Dua kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan konherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya (Eriyanto,2008:262). Keempat, retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari 21