DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH: Sebuah Pemikiran Konstruktif Bagi Kemajuan PDII LIPI

dokumen-dokumen yang mirip
[ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] 2012

KERJASAMA PENGEMBANGAN KOLEKSI E-RESOURCES

SEKILAS TENTANG PDII-LIPI: PROMOSI JASA DAN PRODUK INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Revolusi informasi dewasa ini dipacu oleh teknologi informasi,

Skil Sekilas Tentang PDII & Layanan nya.

REPOSITORI INSTITUSI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

INASTI 2016 Indonesia Science and Technology Index LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013

VISI & MISI. Visi Menjadi acuan pertama dan utama untuk akses informasi ilmiah demi pengembangan ilmu dan kemajuan peradaban bangsa

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Outline. 2. Portal Publikasi Badan Litbang Kehutanan. Soft Launching. 1. Pengantar

LAPORAN PERKEMBANGAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PELAKSANA DI SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MEDAN (STPP MEDAN)

Repositori Institusi di Perguruan Tinggi. Kania Aranda Rendy Indriyanto


Pendaftaran Indeksasi Google Scholar, DOAJ, EBSCO, Pubmed, CAB International,

Standar Penelitian STIKES HARAPAN IBU

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

PERPUSTAKAAN NASIONAL SEBAGAI DEPOSITORI DAN REPOSITORI PENGETAHUAN INDONESIA. Dr. Joko Santoso, M.Hum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perusahaan agar dapat mengelola berbagai risiko yang dihadapi perusahaan serta

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DOKUMENTASI, INFORMASI DAN DEMOKRATISASI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sebuah organisasi sumber daya manusia merupakan faktor

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEFINISI Definisi istilah mengacu pada Buku Kamus istilah-istilah ICT DIDSI

Rencana Operasional FMIPA RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi dalam berbagai bentuk atau format untuk memenuhi

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

PENDAHULUAN. Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

HIBAH PENYELENGGARAAN KONFERENSI INTERNASIONAL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UPAYA PUSTAKAWAN DALAM MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN E-JOURNAL DI PERGURUAN TINGGI Oleh Purwani Istiana

STANDAR 1 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

STRUKTUR ORGANISASI PDII-LIPI DARI MASA KE MASA (TAHUN SEKARANG)

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

TATA KELOLA INFRASTRUKTUR TI DAN NON TI PADA KELAS DI JURUSAN SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

TABEL: ORIENTASI, STRATEGI, KEBIJAKAN DAN INDIKATOR KINERJA PER TAHAPAN RIP UII PENDIDIKAN. Lampiran halaman 1. Orientasi (Strategic Intent)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diklat Teknis IOJS. Manajemen Jurnal

RENCANA OPERASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tahun

25/11/2013. Pengalaman PDII-LIPI dalam mendukung LIPI meraih peringkat 100 dunia Webometrics.

Pengalaman PDII-LIPI dalam mendukung LIPI meraih peringkat 100 dunia Webometrics

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Pendaftaran Indeksasi Google Scholar, DOAJ, EBSCO, Pubmed, CAB International,

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

PERAN PERPUSTAKAAN IPB SEBAGAI KONTRIBUTOR PORTAL GARUDA (GARBA RUJUKAN DIGITAL)

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 90 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

KEBIJAKAN LAYANAN KOLEKSI LOKAL KONTEN TERCETAK PADA ERA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DKI JAKARTA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOSIALISASI Tentang REPOSITORI DAN DEPOSITORI ILMIAH

Kemas Ulang Informasi (Information Repackaging)

PENGELOAAN & PENCATATAN ATB DI LIPI PUSAT INOVASI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 27 TAHUN

Pedoman Pertanyaan Informan I Kepala Perpustakaan Universitas Negeri. 1. Sebagai hybrid library, apakah Perpustakaan UNP sudah memiliki

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

KOMPETENSI PUSTAKA WAN KHUSUS DI ABAD KE-21 PENGANTAR

MODUL 9 PENYUSUNAN RENCANA TINDAK; PEMBERDAYAAN KOPERASI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH. Dosen : M. Tasrifin,SH,MH,MM.

Arah Pembangunan Perpustakaan Digital Nasional Indonesia 1

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

TATA KELOLA JURNAL SECARA ELEKTRONIK MENUJU AKREDITASI JURNAL ELEKTRONIK NASIONAL MELALUI APLIKASI ARJUNA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PUSAT DOKUMENTASI, JARINGAN KERJA, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal

Transkripsi:

DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH: Sebuah Pemikiran Konstruktif Bagi Kemajuan PDII LIPI Artikel ini merupakan gagasan dan pemikiran dari para mantan Kepala PDII LIPI, yang dikumpulkan dalam rangka kegiatan pengelolaan pengetahuan untuk menggali informasi sejelas mungkin dalam hal perumusan kebijakan dan pengelolaan sistem dokumentasi dan informasi ilmiah (dokinfo) yang hendak dilaksanakan oleh PDII. Pandangan mereka sangat dibutuhkan untuk mendapatkan saran dan masukan konstruktif, khususnya bagi perbaikan kinerja organisasi dan umumnya mendapatkan bahan masukan untuk perumusan kebijakan pengelolaan sistem dokinfo ilmiah nasional. Permasalahan tersebut disampaikan dengan penuh harapan agar di masa mendatang PDII lebih baik dan maju dari pada sekarang. Informan: Putut Irwan Pudjiono [1], Blasius Sudarsono [2], dan Djusni Jatin [3]. Memaknai Dokumentasi [2] Secara maknawi, dokumentasi berarti catat mencatat, rekam merekam, dari analog ke digital. Kegiatan dokumentasi diawali dengan menulis dan mendistribusikan agar dapat terbaca secara eksplisit. Dokumentasi, sudah saya tulis sejak tahun 1992, pada awal mula kehendak manusia apa yang diekspresikan dan dipikirkan, kalau tempat dan waktu sama itu langsung bisa didiskusikan dengan orang di depanya, tetapi kalau berbeda (jauh), harus menggunakan media telekomunikasi dan disimpan sementara. Konsep yang saya pakai dengan matematika, dari nol sampai tak terhingga atau disebut abadi, sifatnya sementara itu diabadikan, dengan rekam, foto, catat. Kegiatan dokumentasi dapat berjalan apabila kita bisa mendefinisikan working definition dalam kegiatan dokumentasi. Dengan perencanaan dan orientasi kerja yang tepat, dokumentasi dapat menjadi program besar organisasi. Masalah dokumentasi sudah saya tulis dalam Satu Dasawarsa Menjelang Kelahiran PDIN (1996) dan Menyongsong Fajar Baru Masa Depan PDII (2007), tetapi tidak pernah dibahas oleh Kepala PDII sampai sekarang. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1959, Lembaga Administrasi Negara (LAN) ditugaskan pemerintah untuk membuat peraturan perpustakaan kearsipan, kemudian panitia itu dipecah menjadi dua yaitu panitia perpustakaan dan arsip, serta panitia dokumentasi. Tahun 1961, Perpres No.20 Tahun 1961, mengatur tugas dan kewajiban dari perpustakaan dan dokumentasi di kantor pemerintah, sampai saat ini belum dicabut. Peraturan tentang arsip tercantum pada UU Pokok kearsipan tahun 1971. Di dalam peraturan tersebut, dokumentasi diartikan sebagai dokumentasi pustaka, bukan dokumentasi Koorporil (badan), seperti artefak dan sepesiman. Sebenarnya perpustakaan, arsip, dan museum, itu konsep satu dari makna dokumentasi. Jika dokumentasinya pustaka, menjadi perpustakaan, jika dokumentasinya arsip menjadi kearsipan, jika dokumentasinya artefak menjadi museum. PDII harus memahami makna dokumentasi atas dasar kesepakatan bersama. Dengan uraian pekerjaan dokumentasi yang jelas pada pengelolaan dokumentasi bahan pustaka. [3] Prinsip dokumentasi bahwa: 1) konten informasi dan layanan harus difokuskan, tidak semua orang dilayani, tetapi harus dilayani; 2) Kederisasi SDM harus lebih diperhatikan (penting). Orang dari bidang mana saja kita ajak, hasilnya bagus atau tidak, bisa dilihat hasilnya. Melaksanakan Tugas Dokumentasi [2] Sejak tahun 1965, di PDIN sudah terjadi deviasi sejak tecantum konsep dokumentasi yang berbunyi bahwa: tugas majelis adalah mendaftar kepustakaan dan benda benda lain yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari dasar tersebut, tugas PDIN menjadi menyediakan bahan bacaan untuk keperluan lembaga lembaga riset di Indonesia. Jika seperti itu, bagaimana dengan benda benda seperti artefak dan specimen, siapa yang akan

mengurusi benda tersebut? Saya baru sadar tentang dokumentasi, ketika PDII ditugasi untuk mengelola Biodiversity. Kalau masalah komputer, PDII jago, tapi kalau tentang biologi kurang memahami. Dari pengalaman tersebut, tugas PDII tidak hanya mengelola dokumentasi pustaka sedangkan dokumentasi non pustaka tidak bisa dilaksanakan. Sampai saat ini, PDII tidak memiliki spesialisasi bidang tertentu, karena pendidikan perpustakaan di Indonesia hanya dapat mencetak tukang sehingga pegawai PDII juga seperti itu. Pada waktu mendapat tugas dari Pak Khaerudin, tugas saya sebagai Kepala PDII, yaitu: 1) mengubah gaya kepemimpinan Ibu Luwarsih; dan 2) menyatukan administrasi keuangan. Waktu itu, untuk mengubah gaya kepemimpinan tidak berhasil dilaksanakan karena menganut sistem komando (top down), pegawai/staf mau bekerja, kalau ada perintah dari atasan dan sebaliknya. Ibu Luwarsih pernah mengatakan kepada saya tentang masalah yang urgent, saya jawab: urgent bisa saja urgent, tetapi penting ga? Kita harus lihat Johary Window, urgent dan penting itu yang utama, tetapi penting dan medesak itu harus lebih diprioritakan, sedangkan penting tapi tidak mendesak, pasti dieliminasi. Di Indonesia belum memiliki perpustakaan riset (research library), tetapi perpustakaan khusus. Perpustakaan PDII itu bukan perpustakaan riset, tetapi pusat dokumentasi. PDII jangan memfokuskan kegiatannya pada kegiatan jasa perpustakaan karena hanya berpikir tentang pengadaan, pengolahan, dan layanan koleksi ke pengunjung perpustakaan. Kalau kita mengatakan perpustakaan berarti harus kelola perpustakaan dengan baik; kalau berbicara laboratorium berarti harus fokus pada kegiatan penelitian bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi; kalau berbicara dokumentasi, berarti terkait dengan Chemical Abstract, Anginering Index, Agricultur Abstract, Index Medicus, dan sebagainya. Semangat membangun PDII harus ditingkatkan, dengan cara: rekonsiliasi (rukun), kepedulian, dan profesionalisme. [3] Kegiatan dokumentasi yang dilaksanakan PDII hendaknya memberikan dampak bagi LIPI dan Nasional. Dampak ke LIPI, segala hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan baru bagi para karyawan LIPI. Dampak Nasional, melalui maping penyebaran karya ilmiah, perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dapat diketahui manfaatnya bagi masyarakat. Mewujudkan Repositori Nasional [1] Perlunya suatu gagasan dari seseorang yang berkomitmen untuk merapikan sistem pendokumentasian informasi ilmiah. Sistem pendokumentasian informasi dimulai dari hal yang kecil dan secara aktif terus dibenahi dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan kerjasama dokumentasi dengan Pusat Inovasi. Dalam wujud pendokumentasian draft paten dari setiap karya penelitian LIPI yang dihasilkan oleh Pusinov. Hal tersebut merupakan langkah awal bagi PDII untuk menuju pusat Repositori Nasional. PDII jangan hanya mengumpulkan koleksi, tetapi lebih memikirkan pada pendokumentian informasi hasil riset yang ada di Indonesia. Upaya yang dilakukan adalah dengan merumuskan suatu kebijakan tentang sistem pengelolaan dokumentasi nasional, dengan mengacu pada tujuan awal dibentuknya lembaga PDII. Peluang tersebut dapat dilakukan dengan cara dengan menyusun suatu sekenario besar dalam wujud membentuk tim yang solid, misalnya Tim Riset Indonesian Knowledge Research Group (IKRG), yang anggota melibatkan semua tenaga fungsional di PDII. Selain itu, gaya kepemimpinan dari setiap struktural harus memotivasi karyawan untuk berpikir tentang kemajuan organisasi. Meningkatkan Kerjasama [1] Dengan mengikuti aturan birokrasi, program kegiatan dokumentasi dan informasi harus terintegrasi satu sama lain, dan menjadi program besar (unggulan) PDII. Diharapkan adanya kerjasama antar bidang di PDII. Sejak awal tahun 2010, kegiatan dokumentasi sudah kita laksanakan, baik skala nasional maupun internasional. Kegiatan nasional, kita bangun database

ISJD (dengan tembusan surat ke Menteri Pendidikan Nasional) dan LARAS (dengan tembusan surat ke Menteri Riset dan Teknologi), kemudian kita sosialisasikan agar kedua database tersebut dapat diketahui masyarakat. Kegiatan dokumentasi di PDII secara formal banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Pada saat kerjasama dengan Ristek mengelola Portal Pustaka Ristek (http://pustaka.ristek.go.id), PDII fokus hanya pada pengelolaan konten informasinya sedangkan Ristek mengatur regulasi atau peraturan aksesnya. [2] Kalau berbicara tafsir kebijaksanaan dokumentasi, PDII harus memiliki strategi yang tepat dalam menghadapi orang orang Perpusnas dan Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Caranya dengan bergaul dan menjalin kerjasama dengan pihak luar. [3] Dokumentasi dapat dilakukan dengan memilah mana yang bisa dikembangkan dan mana yang tidak? Pengelolaan kemasan informasi berbasis teknologi harus tetap dikerjakaan, baik dikerjakan PDII sendiri maupun bekerjasama dengan orang luar. Karya peneliti asing, dapat kita ambil melalui google scholar dan majalah majalah yang kita langgan, seperti kerjasama yang sudah dilakukan PDII dengan dengan Ristek (Jurnal Ijens). Untuk dokumentasi sebenarnya PDII tidak harus memiliki koleksi, tetapi cukup berlangganan dan menyediakan database ilmiah yang dapat diakses oleh semua orang, baik langganan database majalah/jurnal ilmiah maupun literatur kelabu. Pengelolaan Local Content LIPI [1] Kewajiban serah simpan terhadap terbitan LIPI atau local content ke PDII merupakan satu hal yang perlu diprioritaskan. Alasannya bahwa masyarakat yang mencari publikasi dan karya ilmiah LIPI mereka datang ke PDII. harus ada satu perpustakaan di LIPI, tapi banyak, itulah tugas PDII sebagai pusat pengelola dokumentasi nasional. Dalam pengelolaan koleksi local content, PDII hanya perlu menyediakan database terintegrasi (integrated library), kemudian database tersebut di link kan ke setiap satker satker di LIPI agar ada pertukaran data. Harapannya bahwa ketersediaan informasi local content di database dapat diakses oleh semua peneliti di lingkungan LIPI dan menjadi visible bagi siapapun. PDII tidak perlu meminta semua publikasi yang diterbitkan oleh setiap satker di LIPI, tetapi cukup harvesting data melalui sistem integrated library. [2] Terkait dengan pengelolaan local content terbitan LIPI sebaiknya: 1) harus dibicarakan dengan kepala LIPI; 2) dikembalikan kepada masing masing unit kerja yang ada di LIPI; dan 3) setiap satker memiliki unit dokinfo. [3] Koleksi Local content terbitan LIPI secara otomatis dapat dikumpulkan PDII. Selain dapat ilmunya, kita dapat mengetahui perkembangannya. Waktu menjabat sebagai Kepala PDII, saya berpesan bahwa kegiatan penelitian itu ada tiga yaitu: 1) mengkaji dokumentasi dan informasi yang ada di PDII dan LIPI (dengan mengoptimalkan yang sudah ada); 2) mengembangkan ilmu ilmu baru, 3) Penelitian untuk jasa informasi baru (tidak harus penelitian). Pengembangan Sistem Integrated Library [1] Pengembangan sistem integrated library muncul setelah adanya isu pengembangan perpustakaan digital (digital library), dari situ PDII mulai menerapkannya. Sistem Integrated library arahnya pada ke sistem repositori nasional. Dalam implementasinya, PDII harus memiliki komitmen bersama dalam pengaturan akses informasi, apakah akan dibuka full text atau ditutup? maka perlu dibuat mekanisme dan kebijakan yang jelas dan tegas, agar tidak terjadi komplain di masyarakat. Kebijakan akses informasi dirumuskan dengan argumen yang kuat, agar dalam pengajuannya ke kepala LIPI atau Menristek dapat diterima (disetujui). Dalam pengembangan digital library, PDII juga tetap mempertahankan Traditional Library (koleksi cetak tetap tersedia di ruang perpustakaan dan masih menjalin kerjasama interlibrary loan dengan perpustakaan lain). Kedepannya, PDII dapat menjadi pioner dalam pengembangan digital library di Indonesia. Untuk itu, PDII perlu mengkoordinasikan kembali dengan satker

sakter di LIPI untuk meningkatkan komunikasi ilmiah melalui pembangunan sistem integrated library. Memperhatikan Hak Cipta [1] Dalam pengembangan jaringan digital library terintegrasi, PDII harus mewaspadai isu isu perkembangan HAKI (hak cipta) yang melekat pada pengolahan koleksi digital di lembaga dokumentasi dan informasi. PDII harus menentukan: apakah hanya menerima born digital atau keduanya (cetak dan digital). Tujuannya agar tidak melanggar peraturan hak cipta. Apabila kita belum memahami hak cipta, PDII perlu kerjasama dan mendatangkan konsultan HAKI, misalnya konsultan dari Pusinov. Pengaturan akses dari setiap koleksi yang dilayankan ke masyarakat harus memiliki peraturan yang jelas, ada form pernyataan tertulis yang mengikat keduanya (pengakses dan penyedia jasa). Cara tersebut merupakan melegalisasi akses informasi dari setiap publikasi yang dilayankan PDII. Kita dapat meminta surat keputusan (SK) Kepala PDII yang isinya menjelaskan bahwa: 1) adanya perkembangan perpustakaan digital, maka perlu menyerahkan softcopy ke PDII; atau 2) apakah masih diperlukan hardcopy ke PDII jika sudah ada sistem integrated library? Mulai dari pemilihan file, upload file, dan publikasi artikel ke database harus dibuat aturannya. Tujuan digitalisasi koleksi adalah menghemat tempat dan pekerjaan tanpa melanggar aturan hukum yang berlaku. Membangun Laboratorium Riset [1] Laboratorium riset ini merupakan state of the art dari lembaga dokumentasi yang mengurusi hasil penelitian. PDII diharapkan bisa menyediakan sebuah ruangan untuk sharing bagi para peneliti dan akademisi untuk berbagi pengetahuan dalam bidang dokinfo. Penerapannya dapat menggunakan konsep Triple Hellicks yang melibatkan tiga institusi ABG (Akademisi, Bisnis, dan Government/pemerintah). PDII harus bisa memperdayakan SDM yang ada, misalnya: Bu Farah yang telah belajar tentang strategi bisnis di lembaga litbang; Pak Hendro telah ahli dalam semantic web untuk membangun database, keduanya dikolaborasikan untuk mengkonsep desain pengembangan loboratorium riset di PDII. Sedangkan, pimpinan PDII menyiapkan media dan strategi bisnisnya. Dengan demikian, PDII akan mendapatkan added value, khususnya bagi peningkatan kinerja organisasi. [2] Secepatnya PDII membangun laboratorium untuk mengkaji hasil hasil riset dokumentasi dan kepustakawanan dengan melibatkan empat pilar tersebut. Diharapkan dapat terjadi sharing knowledge dan ada sistem pengkaderan berbasis Corporate Knowledge untuk mewujudkan PDII sebagai teaching library. Dengan ada laboratorium riset, PDII memiliki peluang untuk menyelenggarakan pelatihan atau kursus bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Membentuk Tim Knowledge Management [1] Untuk memajukan laboratorium riset, perlu menyiapkan tim pengelolanya yaitu tim Knowledge Management (KM). Tim KM diharapkan dapat berkomunikasi dengan Industri, pemerintah, atau akademisi. Upaya awal yang sudah dilakukan PDII adalah dengan menghimbau kepada para profesor riset atau ahli peneliti utama yang sudah pensiun untuk menyerahkan koleksi dan karya karyanya kepada PDII. Tujuannya agar hasil penelitian dan pemikiran mereka dapat dibaca dan dipelajari oleh masyarakat (pengunjung perpustakaan PDII). [2] Hal yang perlu diingat bahwa aset utama PDII adalah pengetahuan, dan pengetahuan harus dikelola melalui kegiatan Knowledge Management (KM). Pada dasarnya, KM adalah We Know What We Know, yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan dokumentasi. Dokumentasi itu dasar dari KM, yang merupakan mata rantai proses penemuan ilmu. Dengan model lingkaran untuk menjadi ahli, kita harus belajar, setelah belajar, kita melaksanaakan apa yang sudah dipelajari, setelah itu dikembangkan, berikutnya apa yang sudah dikembangkan itu diajarkan

lagi. Lingkaran ini dapat berjalan apabila diputar oleh roda lain, termasuk perencanaan dan administrasi dokumentasi. Pengembangan Karir SDM [1] Kegiatan diklat bagi pegawai PDII sangat penting dan harus diprioritaskan. Pegawai adalah mesin organisasi, agar kinerjanya bagus maka harus dilatih. Setiap pegawai harus mengetahui tentang sistem administrasi organisasi yang baik (sistem kepegawaian atau keuangan), serta dapat membuat paket paket informasi/pengetahuan yang menarik untuk pelatihan dokinfo. Pimpinan harus mencari informasi sebanyak sebanyaknya terkait dengan jadwal pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, kemudian menentukan siapa orangnya yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dengan mengikuti diklat, pegawai yang tidak bisa menjadi bisa, bisa melayani dan bisa mengalisis kebutuhan pengguna. Setelah pegawai mengikuti pelatihan diharapkan dapat meningkatkan skill dan kompetensinya. Kompetensi yang dimaksud adalah dapat menularkan ilmunya kepada orang lain di luar institusi, misalnya dengan mengajar materi pelatihan yang sudah diprogramkan PDII, seperti pelatihan pelayanan referensi, kemasan informasi, pengelolaan database (LARAS dan ISJD), manejemen jurnal sistem OJS, dan paket paket pelatihan dokinfo lainnya. Melalui pelatihan, pegawai tersebut secara otomatis membawa nama baik lembaga. Apabila melalui kerjasama (MoU), pelatihan tersebut harus memberikan keuntungan bagi PDII, baik ilmu, moral, maupun materiil. Selain diklat, rotasi kerja pegawai di internal organisasi juga perlu dilakukan agar ada regerenasi dan mampu melaksanakan tugas tugas dokinfo yang lainnya. Namun, sistem rotasi kerja ini tidak bisa dipaksakan, tergantung pada niat dan komitmen bersama untuk memajukan organisasi. Hal yang lebih penting adalah membangunan pasukan bisnis untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar. [3] Kegiatan KM juga harus dilanjutkan untuk pengembangkan SDM, misalnya kegiatan seminar dan pertemuan pertemuan dengan ristek. Bisnis Informasi Ilmiah [1] Proses bisnis dapat berkembang di PDII apabila ada SDM yang memiliki jiwa marketing. Caranya melalui tim riset dan bisnis (tenaga fungsional) untuk memikirkan proses bisnisnya, mulai dari pengemasan informasi, promosi, dan penjualan produk/jasa ke pihak luar. Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap ada perubahan selalu ada permasalahan, tetapi jangan dibesar besarkan permasalahan itu. Kita harus selesaikan masalah secara bersama dengan pola koordinasi formal atau non formal, misalnya dengan rapat bulanan, rapat pimpinan, dan diskusi di luar rapat. PDII itu adalah mall nya LIPI, orang ingin mencari informasi ilmiah dan mengetahui hasil penelitian LIPI harus datang ke PDII. Harapannya semua hasil riset LIPI dan pusat pusat penelitian dapat tersimpan di PDII. PDII harus bisa mengatur strategi pemasaran informasi yang tepat dan bernegoisasi dengan pemangku kepentingan agar dapat menembus level nasional. Cara kerjanya berbasis kewenangan dan kemitraan tanpa adanya persaingan dengan instansi lain. Apa yang diminta masyarakat, kita sediakan, dan kita sosialisasikan. Strategi bisnis dapat kita peroleh pada saat kita melakukan kerjasama dengan Thomson, Scopus, dan ASFA ke Proquest. Mereka saja dapat menjual informasi ke lembaga lembaga penelitian, kenapa PDII tidak? Dengan pemikiran seperti itu, PDII dapat mengembangkan database seperti yang dimiliki oleh penyedia database ilmiah internasional. Agar fokus pada jasa dokumentasi dan informasi ilmiah, PDII harus mampu membedakan antara pelayanan sebagai pelayan dengan bisnis layanan. Misalnya Singapura, negara tersebut sebagian besar pendapatannya berasal dari sektor bisnis dan pelayanan, baik bisnis pariwisata, travelling, maupun keuangan, tetapi tidak menjadi pelayan di negaranya sendiri. PDII harus memiliki visi dan karakter bisnis yang kuat seperti di Singapura dengan fokus pada produktivitas kegiatan

dokumentasi dan informasi ilmiah. Stretegi bisnis di PDII harus ada karena untuk meningkatkan jaringan kerjasama dokinfo dengan pihak luar. Membuat Kemasan Informasi [1] Hal penting lainnya adalah kreatif dalam membuat kemasan informasi berupa paket paket pengetahuan yang menarik. [3] Untuk mendiseminasikan hasil kemasan informasi, PDII harus mencari pasar, tidak harus banyak user nya, tapi jelas sasarannya. Selain itu, Jasa jasa unggulan PDII juga dikomunikasikan dengan Kepala LIPI sebagai tindak lanjut koordinasi bersama. Kepala LIPI harus dikejar karena punya kekuasaan untuk mengurus hal tersebut. Promosi Jasa PDII [3] Kegiatan promosi ini penting bagi diseminasi jasa jasa informasi ilmiah yang dikelola PDII. Tujuannya untuk mendapatkan pengguna baru kita harus cari pengguna potensial. Misalnya kita konfirmasi dengan Pak Indroyono (dari Mensos) tentang info UKM, penelitian tentang Laut dari ASFA, itu sangat membantu UKM. Untuk UKM lebih mudah, misalnya kita buat abstrak hasil penelitian bidang pangan, selanjutnya kita tawarkan pada mereka. Cara lain adalah dengan berbagi dan mencari data dari berbagai instansi/perusahaan yang butuh dengan jasa PDII. Bentuknya tidak hanya kemasan informasi tetapi juga publikasi ilmiah lainnya. Intinya kemasan informasi yang diterbitkan PDII harus mengarah pada knowledge services dan dapat mengajak banyak orang untuk berkomunikasi. Mencari Investor [3] PDII harus aktif cari investor untuk membiayai informasi dan databasenya. Kita tawarkan keuntungan dari jasa yang diinvestasikan. Misalnya untuk abstrak, dalam bahasa inggris/jepang, pengerjaannya kita serahkan ke mahasiswa (mungkin lebih rajin membaca), PDII menyediakan fasilitasnya, sedangkan dananya dari investor. Intinya kita harus belajar dengan orang lain. Selain menambah relasi kerja, PDII mendapat modal tambahan untuk mengembangkan paketpaket kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pasar. Rebranding PDII [2] Untuk melalukan rebranding organisasi, PDII harus mulai berpikir Why To Do selain How To Do. Maksudnya bahwa sebelum melaksanakan program kerja/kegiatan, PDII harus menganalisis dan mengevaluasi alasan (why) melaksanakan program tersebut, dasarnya kuat, programnya jelas, dan sesuai kebutuhan organisasi. Rebranding PDII berisi empat pilar, yaitu sarjana, sivitas, alumni, mahasiswa, dan intersection nya Kappa Sigma Kappa (KSK). Ke empat pilar tersebut harus saling berkomunikasi dan mampu mengembangkan ilmu kepustakawanan yang lebih scientific. Mengevaluasi Diri untuk Masa Depan [2] Pertanyaannya: Pada koordinat mana, PDII meletakkan dokumentasi pada bidang keilmuan dan pekerjaannya? Kita harus mengakui bersama bahwa kesalahan Kepala PDII yang ditunjuk adalah Kepala PDII yang amatir (kurang paham tentang konsep dokumentasi), sehingga di PDII terjadi dis orientasi, tidak hanya masalah informasi dan pengetahuan yang tercerai berai, tetapi juga kekompakkan staf juga tercerai berai. Apabila PDII akan membangun research library tentunya harus memikirkan tentang kompetensi, karir, kesejahteraan karyawan, dan sistem administrasi yang baik. Terkait kebijakan akses dokumentasi dan publikasi ilmiah perlu dirumuskan dan ditetapkan peraturannya, antara dokumen yang dapat di publish dengan ditutup (closed access)? Bagi pegawai senior diharapkan dapat legowo, dan memberikan kesempatan pegawai muda untuk berkreasi dan merencanakan masa depan PDII LIPI.

Referensi: [1] Wawancara dengan Putut Irwan Pudjiono, tanggal 21 Nopember 2012, Kegiatan Capture Knowledge Pengelolaan Pengetahuan di PDII LIPI. [2] Wawancara dengan Blasius Sudarsono, tanggal 28 Nopember 2012, Kegiatan Capture Knowledge Pengelolaan Pengetahuan di PDII LIPI. [3] Wawancara dengan Djusni Djatin, tanggal 5 Desember 2012, Kegiatan Capture Knowledge Pengelolaan Pengetahuan di PDII LIPI.