Jurnal Kesehatan Kartika 50

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

Hubungan Motivasi Instrinsik Dengan Kesiapan Peserta Pelatihan Menjadi Motivator Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPEL I BOYOLALI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : pelayanan tenaga kesehatan, kepatuhan kunjungan ulang balita

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Jurnal Kesehatan Kartika 27

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POSYANDU DENGAN KETERATURAN IBU MENGUNJUNGI POSYANDU DI DESA CIBEBER RW 14 PUSKESMAS CIBEBER CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Indria Astuti dan Rivqoh Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Kunjungan ibu ke posyandu RW 14 wilayah kerja Puskesmas Cibeber tahun 2009 sebesar 66% sedangkan target yang harus dicapai 80%, masih terdapat kesenjangan antara angka pencapaian dan angka target. Hasil studi pendahuluan ibu tidak mengetahui apa dan bagaimana pelayanan yang diberikan di Posyandu, dan sebagian besar ibu tidak teratur mengikuti kegiatan posyandu sehingga angka pencapaian kunjungan kurang dari target yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan keteraturan ibu mengunjungi posyandu di desa Cibeber RW 14 wilayah kerja Puskesmas Cibeber Cimahi 2010. Jenis atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskritif dengan studi korelasi. Populasi seluruh ibu yang memiliki balita yang berjumlah 107 ibu. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportioned random sampling dan didapatkan sampel berjumlah 52 ibu. Data pengetahuan ibu tentang Posyandu diperoleh dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu diperoleh dengan cek dokumen kunjungan penimbangan bulanan. Hasil penelitian: Dari hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan keteraturan ibu mengunjungi Posyandu, hal ini ditunjukkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nillai p-value sebesar 0,004 yang lebih kecil dari nillai α (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu yang memiliki balita.. Saran: Untuk bidan dapat lebih meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan posyandu salah satunya dengan melibatkan kader, tokoh masyarakat dalam meja posyandu dan dapat mengupayakan kegiatan posyandu yang bervariatif sehingga ibu tertarik dan aktif dalam kegiatan di posyandu. Kata kunci: Studi korelasi, Pengetahuan ibu balita, Keteraturan kunjungan A. PENDAHULUAN Sistem Kesehatan Nasional merupakan cermin upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU No.23 Th 1992). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat memerlukan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, salah satu diantaranya yang dipandang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang optimal, merupakan salah satu syarat agar tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes). Jurnal Kesehatan Kartika 50

Setiap upaya pelayanan kesehatan yang dijalankan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan, dimana dalam memenuhi kesehatan masyarakat itu di selenggarakan suatu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) (Trihono). Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Idealnya Puskesmas dapat melaksanakan berbagai upaya penggalian partisipasi seluruh masyarakat, dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas). Indikator fungsi pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan berkembangnya berbagai bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat), termasuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) (Trihono, 2005). Posyandu merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan kegiatan meliputi keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, penanggulangan diare dan pendidikan gizi masyarakat. Keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu dan menimbangkan balitanya ke Posyandu akan sangat bermanfaat sebagai monitoring tumbuh kembang dan status gizi balita serta deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang dan status kesehatan balita sehingga dapat segera ditentukan intervensi lebih lanjut. Suatu keadaan dimana ibu tidak secara teratur mengunjungi Posyandu akan menyebabkan kesulitan dalam monitoring tumbuh kembang dan status gizi balita. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk mengkaji dan memberikan intervensi yang sesuai dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu dalam meningkatkan kunjungan ibu ke Posyandu. Kesenjangan antara angka pencapaian partisipasi masyarakat atau ketidakteraturan ibu dalam melakukan kunjungan bulanan ke Posyandu dengan target pada Posyandu dimungkinkan oleh beberapa faktor. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) mencoba menganalisa faktor perilaku manusia dari segi kesehatan, dimana perilaku itu ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor; faktor predisposisi atau predisposing factor (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nillai-nillai), faktor pemungkinan atau enabling factor (lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas dan sarana kesehatan seperti Puskesmas, Obat-obatan, Posyandu, dll), dan terakhir adalah faktor penguat atau reinforcing factor (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat dan kesibukan orang tua bayi dan balita). Menurut Roger (1974, dikutip oleh Notoatmodjo, 2003) sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka di dalam diri orang tersebut terjadi proses kesadaran pengetahuan terhadap suatu obyek, minat, penillaian, uji coba, hingga akhirnya penerimaan perubahan. Salah satu faktor yang bisa merangsang partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu secara berkesinambungan maka di dalam diri orang tua bayi dan balita harus terjadi proses kesadaran atas dasar pengetahuan yang dimiliki tentang kegiatan Posyandu. Hal ini sangat diperlukan karena pengetahuan atau kognitif Jurnal Kesehatan Kartika 51

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Karena berdasarkan penelitian bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Cibeber kota Cimahi bertujuan mendukung terwujudnya Cimahi Sehat 2012, dan yang lebih luas lagi keberhasilan suatu Puskesmas adalah penting dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kesehatan Indonesia yakni Indonesia Sehat 2010. Menurut data yang diperoleh dari laporan kunjungan ibu ke Posyandu di Puskesmas Cibeber pada tahun 2009 di dapatkan jumlah balita yang ditimbang di setiap RW yaitu RW 1 (95%), RW 2 (89%), RW 3 (81%), RW 4 (82%), RW 5 (100%), RW 6 (94%), RW 7 (85%), RW 8 (80%), RW 9 (78%), RW 10 (100%), RW 11 (84%), RW 12 (98%), RW 13 (83%) dan RW 14 (66%). Dimana RW 14 merupakan RW yang presentase angka penimbangannya paling kecil, sedangkan target yang harus dicapai minimal 80%, masih terdapat kesenjangan antara angka pencapaian kunjungan balita ke Posyandu di RW 14 pada wilayah kerja Puskesmas Cibeber Cimahi dibandingkan dengan target. Masih rendahnya pemanfaatan kegiatan Posyandu oleh ibu yang mempunyai balita yang digambarkan dengan angka cakupan D/S ( jumlah balita yang ditimbang berbanding dengan seluruh jumlah balita yang ada ) yang masih dibawah target. Selain itu juga, menurut laporan dari bagian gizi puskesmas Cibeber bahwa dari 107 balita di wilayah RW 14 terdapat kasus gizi buruk sebanyak 6 orang balita (2,9%) dimana hal tersebut seharusnya dapat dicegah apabila balita ditimbangkan secara teratur ke Posyandu, kesibukan orang tua juga menjadi salah satu alasan orang tua terutama ibu di RW 14 sehingga tidak teratur mengunjungi Posyandu. Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan pada 20 orang ibu yang memiliki balita, didapatkan gambaran bahwa beberapa ibu merasa bahwa sikap kader selama ini sudah mendukung terhadap partisipasi ibu dalam menimbangkan balitanya yang ditunjukkan dengan perhatian dan kepedulian kader sehingga menimbulkan kepercayaan ibu terhadap kader dan kegiatan posyandu, kehadiran ibu yang memiliki bayi dan balita dalam penimbangan bulanan di Posyandu tidak dikenakan biaya. Selain itu juga ibu menganggap bahwa penimbangan bulanan Posyandu berguna untuk mengetahui perkembangan kesehatan anaknya, dan ibu merasa posyandu lebih praktis dan terjangkau dibandingkan dengan sarana kesehatan, tetapi sebagian besar ibu menyatakan tidak mengetahui apa dan bagaimana pelayanan yang diberikan di posyandu sehingga pada kenyataannya angka kesinambungan partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bulanan masih belum dapat mencapai target yang ditetapkan. B. METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan pendekatan studi korelasional, sedangkan variabel dalam penelitian ini mencangkup pengetahuan ibu mengenai Posyandu dan keteraturan ibu balita mengunjungi Posyandu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita yang tinggal di RW 14 dengan tehnik pengambilan sampling menggunakan proportioned random sampling didapatkan sample sebanyak 52 ibu. Jurnal Kesehatan Kartika 52

Tehnik Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk pengetahuan ibu mengenai posyandu, sedangkan untuk keteraturan ibu balita mengunjungi posyandu dengan melihat dokumen kunjungan balita. Analisis data yang dilkukan analisis univariat untuk melihat kecenderungan suatu variabel penelitian ( Pengetahuan ibu dan keteraturan kunjungan ke posyandu) dan analisis univariat untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu dengan uji statistic menggunakan chi square ( uji Chi Kuadrat), dan instrument penelitian kusesioner dilakukan Uji validitas dan realibilitas. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Cibeber RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber. Waktu Pengambilan data dilaksanakan selama 2 minggu yaitu tanggal 10 Mei sampai dengan 22 juni 2010 C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi Tabel 1. Gambaran pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu di Posyandu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi Variabel Frekuensi (F) Prosentase (%) 1. Pengetahuan Kurang Cukup Baik 2. Ketaturan Kunjungan Ibu Tidak Teratur Teratur Jurnal Kesehatan Kartika 53 4 7 41 7,7 13,5 27.8 17 32,7 35 67,3 Total 61 100 Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki pengetahuan baik (78,8%), dan sebagian besar responden (67,3%) berada pada kategori teratur mengikuti kegiatan Posyandu. Pengetahuan responden yang baik, hal tersebut ditunjang oleh frekuensi penyuluhan kesehatan yang dilakukan di Posyandu di RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber sangat baik, petugas kesehatan seperti bidan desa selain melakukan kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu juga memberikan penyuluhan maupun pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada ibu. Hal ini didukung beberapa faktor, yaitu: tingkat pendidikan yang tinggi dimana ibu-ibu di Posyandu RW 14 Desa Cibeber sebagian besar mempunyai pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), begitupun dengan sarana dan prasarana transportasi serta komunikasi (kondisi jalan di RW 14 Desa Cibeber yang baik, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan beroda dua dan empat dimana memungkinkan ibu dapat dengan mudah mendatangi kegiatan Posyandu di RW 14 Desa Cibeber, serta dilengkapi dengan sarana komunikasi telepon, radio atau televisi). Hal

tersebut memungkinkan penyampaian informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik dapat diakses masyarakat dengan mudah, yang dapat menambah informasi yang berdampak meningkatkan pengetahuan ibu tentang Posyandu dan masalah kesehatan lain. Kegiatan penyuluhan oleh tenaga kesehatan pun sering dilaksanakan di Posyandu RW 14 Desa Cibeber, sehingga tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu termasuk kedalam kategori baik. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik dapat menimbulkan kepercayaan dan bahkan menjadi suatu dasar kepercayaan untuk mengikuti suatu kegiatan atau terjadi perubahan perilaku kearah lebih positif. Menurut Hasanbasri (2007), pengembangan pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan pelatihan secara berkala. Dimana pengetahuan seseorang dapat bertambah didukung dengan keaktifan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik penyuluhan maupun latihan, selain hal itu fasilitas yang mendukung seperti adanya sarana kesehatan sebagai salah satu wadah dalam penyampaian suatu informasi dan keterampilan petugas kesehatan dalam penyampaian informasi sesuai dengan standar dan ketentuan merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendidikan formal, semakin tinggi pendidikan formal seseorang maka semakin mudah orang tersebut mengerti tentang hal-hal yang berhubungan dengan Posyandu. Literatur lain menekankan bahwa pengetahuan tentang Posyandu seorang ibu dapat diperoleh melalui pengalaman, media-media massa, pengaruh kebudayaan atau pendidikan formal maupun informal. Betapa pentingnya pengetahuan ibu tentang Posyandu terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita, sehingga terbentuk manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang. Studi literatur menegaskan bahwa tingginya pengetahuan ibu tentang Posyandu ini juga dapat diperoleh melalui pengalaman, media massa, pengaruh kebudayaan atau pendidikan baik formal melaui jenjang pendidikan umum, maupun kejuruan atau informal yaitu lewat berbagai jalan atau program yang dikenal dengan istilah penyuluhan (Hadi S, 2001). Dari segi Keteraturan ibu yang membawa balitanya setiap bulan juga berhubungan dengan pengetahuan ibu, dimana ibu yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan, tanda, dan gejala sehubungan dengan pertumbuhan balitanya, maka ibu tersebut akan segera melakukan tindakan untuk meminimalkan dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi balitanya. Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan tentang hubungan pengetahuan ibu dengan keteraturan menimbangkan balitanya ke posyandu yang menunjukkan hasil signifikan dengan hubungan bersifat positif (Sri) Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan ibu tentang kesehatan. Hal ini yang turut berpengaruh dalam teratur atau tidaknya ibu untuk datang menimbangkan balitanya selain itu faktor geografi, dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Hasil penelitian sebelumnya bahwa kondisi geografis diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu (Abdurachman ). Pengetahuan pada umumnya dapat membentuk sikap tertentu dalam diri seseorang dan mempengaruhi tindakan sehari-hari. Demikian pula tingkat pengetahuan Posyandu yang tinggi Jurnal Kesehatan Kartika 54

dapat membentuk sikap yang positif terhadap keteraturan ibu dalam menimbangkan balitanya ke Posyandu. Sehingga hal ini akan dapat mendorong ibu untuk mengikuti secara teratur kegiatan Posyandu setiap bulannya. Tanpa adanya pengetahuan tentang Posyandu akan lebih sulit menanamkan kebiasaan teratur mengunjungi Posyandu yang penting bagi Pertumbuhan dan Perkembangan balita ataupun kesehatan ibu itu sendiri. Maka disinilah perilaku ibu sebagai orang terdekat anak sangat penting untuk menimbangkan balitanya, karena balita masih tergantung pada apa yang diberikan oleh orang lain (Notoatmojo). Banyaknya ibu yang teratur dalam melakukan kunjungan ke posyandu, disebabkan karena ibu memiliki waktu luang untuk mengunjungi dan mengikuti kegiatan di Posyandu. Sedangkan sebagian besar ibu lainnya mempunyai pekerjaan lain selain merupakan Ibu Rumah Tangga, seperti karyawati sehingga menyebabkan ibu tidak teratur mengunjungi Posyandu. Menurut teori Green, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah diantaranya enabling faktor yang termasuk di dalamnya jarak ke Posyandu, dimana di RW 14 jarak dari rumah penduduk ke Posyandu dapat ditempuh dengan jalan kaki dan didukung dengan kondisi jalan yang baik sehingga memungkinkan ibu untuk mengikuti kegiatan bulanan di Posyandu secara teratur. Keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih. Keteraturan ibu dalam mengikuti kegiatan di Posyandu dilihat berdasarkan frekuensi kehadiran ibu dalam kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur jika frekuensi kehadiran mengikuti kegiatan posyandu minimal 8 (delapan) kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur jika frekuensi mengikuti kegiatan posyandu kurang dari 8 (delapan) kali dalam satu tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sri Marwatik (1997, UNDIP) menerangkan bahwa partisipasi seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tersebut tentang kegiatan yang akan diikutinya, bahkan pengetahuan menjadi suatu dasar kepercayaan dalam mengikuti suatu kegiatan. Sedangkan Masnuchdin Syah (1992, UNDIP) menerangkan bahwa tingkat partisipasi seseorang dalam mengikuti kegiatan berkaitan secara bermakna dengan factor pengetahuan, sikap dan pendidikan seseorang. 2. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi Tabel 2. Hubungan pengetahuan Ibu Tentang Posyandu dan Keteraturan Kunjungan Ibu di Posyandu RW 14 Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber Cimahi Kategori Pengetahuan Keteraturan Teratur (%) Tidak Teratur (%) Total (%) p-value Kurang 0 0 4 100 4 100 Cukup 3 42,9 4 57,1 7 100 Baik 32 78,0 9 22,0 41 100 Total 35 67,3 17 32,7 52 100 0,004 Jurnal Kesehatan Kartika 55

Berdasarkan tabel 2, hampi seluruh responden memiliki pengetahuan baik tentang Posyandu lebih banyak berada pada kategori teratur mengunjungi Posyandu sebanyak jumlah 32 responden (78%). Sedangkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang Posyandu lebih banyak berada pada kategori tidak teratur mengunjungi Posyandu sebanyak 4 responden (57,1%), dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang Posyandu, jika dilihat secara persentase responden yang tidak teratur sebanyak 4 orang (100%). Hasil uji chi-square pada lampiran memperlihatkan bahwa nillai p-value sebesar 0,004 yang lebih kecil dari nillai α (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H0 artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu. Menurut teori Green yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seseorang dan diperkuat dengan pernyataan Rogers (dalam Notoatmodjo) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Peningkatan pengetahuan memang tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku akan tetapi ada hubungan yang positif berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku di tentukan oleh tiga factor ; factor pemungkin (enabling factor), factor penguat (reinforcing factor) dan factor predisposisi (predisposing factor). Pengetahuan adalah salah satu faktor yang terdapat di dalam factor predisposisi. Perilaku mungkin tidak dapat berubah secara langsung sebagai respon terhadap kesadaran ataupun pengetahuan tetapi efek kumulatif dari peningkatan kesadaran, dan pengetahuan berkaitan dengan nillai, keyakinan, kepercayaan, minat dan perilaku. Pengetahuan akan menimbulkan kepercayaan bagaimana seseorang akan mengenal apa yang berlaku, apa yang benar dan kepercayaan ini akan membentuk suatu gagasan terhadap stimulus. Pengetahuan sangat diperlukan karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dimana perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Masnuchaddin Syah (1992, UNDIP) dan Sri Marwatik (1997, UNDIP) mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang posyandu dengan partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu, maka seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang posyandu akan dapat menimbulkan kepercayaan terhadap posyandu dan dengan dasar kepercayaan itu maka ibu akan secara teratur mengikuti kegiatan posyandu. Hal tersebut didukung oleh penelitian Masnuchaddin Syah (1992, UNDIP) yang menyatakan bahwa ketidakhadiran ibu di posyandu Desa Tambaharjo Kecamatan Pati berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan pekerjaan. Selain itu juga dalam penelitian Sri Marwatik (1997, UNDIP) diungkapkan bahwa tingkat partisipasi ibu anggota posyandu di Desa Bajo, Kabupaten Blora berkaitan secara bermakna dengan factor pengetahuan, sikap dan pendidikan ibu. Disamping itu factor-faktor lain yang juga mendukung adalah bimbingan dari tokoh Jurnal Kesehatan Kartika 56

masyarakat, bantuan dan pembinaan dari petugas, keaktifan dan kemampuan petugas serta jarak posyandu dengan tempat tinggal mereka (Marwatik, 1997). D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan: a. Pengetahuan ibu tentang Posyandu termasuk sebagian besar dengan kategori pengetahuan baik, sebesar (78,8%). b. Keteraturan ditunjukkan dengan sebagian besar responden berada pada kategori teratur mengunjungi Posyandu (67,3%). c. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang Posyandu dengan keteraturan ibu mengunjungi Posyandu di Posyandu RW 14 dwilayah kerja Puskesmas Cibeber, hubungan bersifat positif yaitu peningkatan terhadap pengetahuan akan menyebabkan perubahan perilaku yang cukup berarti dimana semakin baik pengetahuan ibu tentang Posyandu maka keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu juga akan semakin baik. 2. Saran a. Mengupayakan pada kader Posyandu agar tetap aktif dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada masyarakat khususnya ibu untuk teratur mengunjungi dan mengikuti kegiatan di Posyandu terutama kepada ibu yang belum teratur mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan. b. Bidan bersama-sama dengan Pembina Posyandu dan kader kesehatan merencanakan dan mengupayakan tindakan promotif dengan mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang Posyandu atau penyuluhan pada ibu dan preventif seperti memberikan pelayanan kesehatan. Dan meningkatkan peran aktif masyarakat (kader, tokoh masyarakat) Melalui kegiatan yang bervariasi agar dapat menarik minat warga sebagai bentuk upaya promosi kesehatan, dan melakukan kerjasama dengan berbagai tenaga penolong persalinan (seperti paraji yang sudah terdidik dan perawat komunitas) di dalam upaya meningkatkan partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu sebagai bentuk upaya preventif (pencegahan sekunder) Jurnal Kesehatan Kartika 57

DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. (2007), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. All About Posyandu direkomendasi oleh Iin, 2008, tersedia http://iinaza.wordpress.com, 19 oktober, 2009 Depkes, RI. (2006). Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Depkes. Depkes, RI. (2004). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (1994). Buku Pedoman Sistem Pembinaan Program posyandu Untuk Petugas Puskesmas. Bandung: Bakti Husada. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2002). Pedoman Penggunaan Kartu Bandung: Dinkes Propinsi Jawa Barat. Menuju Sehat (KMS). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Balita Berkunjung ke Posyandu direkomendasi oleh Sri Poerdji Hastoety Djaiman, 2002, tersedia http://gdl-lib@litbang.depkes.go.id, 14 oktober, 2009. Manajemen Puskesmas dan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Posyandu direkomendasi oleh KMPK UGM, 2007, tersedia http://irc-kmpk.ugm.ac.id, 20 oktober, 2009. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pemantauan Pertumbuhan Balita direkomendasi oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 2005, tersedia http://www.dinkesjateng.html, 20 oktober, 2009. Peranan Kader Dalam Kegiatan Posyandu direkomendasi oleh Gatot Abdurrachman, 2008, tersedia http://dinkesbonebolango.org, 21 oktober, 2009. Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Posyandu terhadap Intensitas posyandu direkomendasi oleh KMPK UGM, 2007, tersedia http://irc-kmpk.ugm.ac.id, 20 oktober, 2009. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Trihono. (2005). Arrimes: Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto. Jurnal Kesehatan Kartika 58