MANAJEMEN MUTU TERPADU

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

Definisi Taufiqur Rachman 1

Quality Management. D Rizal Riadi

PEMAHAMAN MUTU. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting bagi sebagian besar

Manajemen Produksi dan Operasi

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1

PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

MUTU PELAYANAN KESEHATAN Dasar-dasar Pemahaman

BAB II LANDASAN TEORI

MUTU. Disusun: Ida Yustina

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

Pengendalian dan Penjaminan Mutu

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

MANAJEMEN MUTU TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

QUALITY IS FIT FOR USE Retno Djohar Juliani *)

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 membuat

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU DI SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UJIAN AKHIR SEMESTER

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

Pengertian Total Quality Management (TQM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

kualitas Lely Riawati, ST, MT P e n g e n d a l I A N k u A l i T A s

PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)

Konsep Mutu Dan Akreditasi PUSKESMAS & FKTP (#4) posted by admin on August 28, SYNCORE - always deliver value

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era yang mengglobalisasi ini persaingan menjadi semakin. semarak dan meningkat khususnya dalam dunia bisnis.

SEJARAH PERKEMBANGAN KUALITAS. Nur Hadi Wijaya, STP, MM

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

Pengertian Kepuasan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan adalah kualitas, seperti

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian peluang pasar menurut Kotler (2008) adalah suatu bidang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas

MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kualitas begitu penting dan diperlukan dalam dunia usaha untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, perusahaan dituntut agar tetap mampu mempertahankan eksistensinya

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

EMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Ganjil 2016/2017. EMA503 - Manajemen Kualitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : Mata Kuliah Lanjutan Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

KEWIRAUSAHAAN-II. Laporan Perkembangan Usaha melalui Pengelolaan Kualitas. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Business AnalysisAnalisis Bisnis

Total Quality Manajemen (TQM) Nur Hadi Wijaya

PENGERTIAN DAN SEJARAH MANAJEMEN MUTU

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr.

Prosiding Manajemen ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

MANAJEMEN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh : Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. MAGISTER SISTEM INFORMASI UNDIP

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

MANAJEMEN MUTU TERPADU

PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU

BAB II LANDASAN TEORI

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

Peranan Evaluasi terhadap Strategi Bisnis Perusahaan dalam Mencanangkan Kebijakan Mutu Barang

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI

DEFINISI & FUNGSI KUALITAS. Nur Hadi Wijaya, STP, MM

Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

MANAJEMEN MUTU TERPADU Teguh Sriwidadi 1 ABSTRACT Total Quality Management (TQM) is the effort to meet or exceed the customer needs with the lowest cost. The business will successful if it can produce an output (product and service) fit according to the customer needs. They will raise the profit if only they can operate efficiently (effective cost, avoid waste, and rework ), and to ensure that all the activity directed to the effort to satisfy the customer needs. Keywords: Total Quality Management (TQM) ABSTRAK Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management - TQM) adalah upaya untuk memenuhi atau melampaui kebutuhan pelanggan dengan biaya serendah mungkin. Sebuah bisnis akan sukses jika bisnis tersebut dapat menghasilkan keluaran (berupa barang dan jasa) yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya. Bisnis akan meningkat keuntungannya hanya jika perusahaan tersebut mampu beroperasi dengan efisien, yaitu dengan biaya efektif, menghindarkan pemborosan dan kerja ulang (rework), dan memastikan bahwa semua kegiatan diarahkan pada upaya memuaskan kebutuhan pelanggan. Kata kunci: manajemen mutu terpadu 1 Staf Pengajar, Fakultas Ekonomi, UBiNus, Jakarta Manajemen Mutu Terpadu (Teguh Sriwidadi) 107

PENDAHULUAN Memenuhi Kebutuhan Pelanggan Mutu secara umum didefinisikan sebagai memenuhi atau melampaui persyaratan pelanggan. Hal itu berarti produk atau jasa tepat bagi penggunaan oleh pelanggan. Ketepatan untuk penggunaan berhubungan dengan nilai yang diterima pelanggan dan kepuasan pelanggan. Hanya pelanggan bukan produsen yang dapat menentukannya. Kepuasan pelanggan merupakan konsep yang relatif berbeda antara pelanggan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, beberapa orang mengatakan bahwa mobil Ford sangat memuaskan sedang yang lain mengatakan tidak. Setiap orang mendefinisikan mutu sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dari sudut pandang produsen, variasi dalam mutu tidak dapat ditolerir. Produsen harus menentukan spesifikasi tersebut sambil terus menerus mengembangkan produknya. Apakah hasilnya memenuhi persyaratan pelanggan atau tidak, pelangganlah yang menentukannya. Mutu dari kesesuaian berarti memproduksi suatu produk untuk memenuhi spesifikasi. Jika produk sesuai dengan spesifikasi, hal itu dianggap oleh operasi sebagai produk bermutu meskipun mutu desainnya rendah. Sebagai contoh, sepasang sepatu yang tidak mahal dapat mempunyai mutu yang tinggi jika dibuat sesuai dengan spesifikasinya dan akan memiliki mutu yang rendah, jika tidak sesuai dengan spesifikasinya. Mutu desain dan mutu kesesuaian mencerminkan penggunaan yang berbeda dari definisi mutu. PEMBAHASAN Pelopor Mutu Frederick W. Taylor (1986-1915) dalam bukunya The Principle of Scientific Management.Mengemukakan hal berikut. 1. Tugas harian. Setiap orang dalam setiap organisasi harus mempunyai tugas yang terdefinisi dengan jelas yang harus diselesaikan dalam satu hari. 2. Kondisi standar. Pekerja harus mempunyai alat standar dan kondisinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 3. Upah yang tinggi untuk sukses. Penghargaan yang signifikan harus dibayar untuk suatu tugas atau pekerjaan yang sukses. 4. Kerugian yang besar untuk kegagalan. Kegagalan dalam menjalankan tugas atau pekerjaan harus diperhitungkan secara perseorangan. Walter A. Shewhart (1891-1967) dalam bukunya The Economic Control of Quality of Manufactured Product menyatakan bahwa terdapat variasi dalam setiap pembuatan barang dan variasi tersebut dapat diketahui dengan aplikasi alat statistik sederhana seperti pengambilan contoh (sampling) dan analisis probabilitas. 108 Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001: 107-115

David A. Garvin (1988) dalam bukunya Managing Quality: The Strategic and Com petitive Edge mengemukakan delapan dimensi mutu. 1. Kinerja (Performance) Berhubungan dengan karakteristik operasi primer produk. Sebagai contoh, di dalam televisi, performance berarti kejelasan suara dan gambar, warna, dan kemampuan untuk menerima sinyal dari jarak tertentu. Dalam industri jasa, seperti penerbangan, performance berarti layanan yang cepat. 2. Fitur (Feature) Fitur merupakan aspek kedua dari performance. Contohnya, sarapan pagi gratis di hotel, minum gratis di pesawat terbang. 3. Reliabilitas (Reliability) Dimensi ini berhubungan dengan probabilitas bahwa suatu produk tidak akan rusak pada jangka waktu tertentu. 4. Kesesuaian (Conformance) Tingkat produk atau jasa memenuhi spesifikasinya. 5. Umur (Durability) Ukuran umur produk. 6. Kemudahan perbaikan (Serviceability) seperti kecepatan, kompetensi, dan kemudahan untuk perbaikan. 7. Estetika (Aesthetic) Ukuran dari bagaimana suatu produk dapat dilihat, dirasakan, dicicipi (masakan), dicium (parfum). 8. Mutu yang dipersepsikan (Perceived Quality) Konsumen tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap tentang produk atau jasa. Durability dari suatu produk, misalnya, tidak siap untuk diobservasi hal itu harus ada pengaruh dari berbagai aspek yang terlihat (tangible) dan tidak telihat (intangible) dari produk tersebut. Dalam hal ini, imajinasi, periklanan, dan nama merek mempengaruhi mutu dari kenyataannya menjadi kritis. Impresi pelanggan dari mutu adalah esensi mutu yang dipersepsikan. Dr. W. Edward Deming (1982-1986) Deming mendefinisikan mutu sebagai pengembangan yang terus menerus dari suatu sistem yang stabil. Definisi itu menekankan pada dua hal berikut. Manajemen Mutu Terpadu (Teguh Sriwidadi) 109

1. Semua sistem (administrasi, desain, produksi, dan penjualan) harus stabil. Hal itu memerlukan pengukuran yang diambil dari atribut mutu di seluruh perusahaan dan dipantau setiap waktu. 2. Perbaikan yang terus menerus dari berbagai sistem untuk mengurangi penyimpangan dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan. Empat belas Prinsip Manajemen Deming sebagai berikut. 1. Menciptakan kegunaan yang konstan terhadap perbaikan produk dan jasa. 2. Mengambil filosofi baru dengan menolak kebiasaan penerimaan kesalahan, kerusakan, dan penundaan. 3. Menghilangkan ketergantungan pada inspeksi massal. 4. Meminimumkan biaya total. 5. Perbaikan secara konstan, dan selamanya, sistem produksi untuk memperbaiki mutu dan produktivitas dan secara konstan mengurangi biaya. 6. Pelatihan pada semua bidang kerja untuk semua karyawan. 7. Menitikberatkan manajemen dan penyelia (supervisor) pada kepemimpinan karyawan untuk membantu mereka melakukan pekerjaan dengan lebih baik. 8. Menghilangkan ketakutan. Jangan memarahi karyawan untuk masalah sistem. Kembangkan komunikasi 2 arah yang efektif. Hilangkan management by control. 9. Singkirkan penghalang antardepartemen. Kembangkan kerja sama antara area yang berbeda, seperti riset, desain, produksi, dan penjualan. 10. Hilangkan program, desakan, dan slogan yang memerlukan tingkat produksi baru tanpa adanya metode yang lebih baik. 11. Hilangkan kuota, standar kerja, dan tujuan yang berubah-ubah yang berinterferensi dengan mutu. Sebagai gantinya, kepemimpinan dan perbaikan terus-menerus dari proses kerja. 12. Singkirkan barrier (sistem yang salah dan manajemen yang salah) yang menghilangkan kebanggaan karyawan akan pekerjaannya. 13. Kembangkan pendidikan dan perbaikan diri terus menerus dari seluruh karyawan. 14. Ajak semua karyawan pada implementasi keempat belas prinsip ini. Dr. Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran on Leadreship for Quality mengungkapkan Trilogi Juran sebagai berikut. 1. Perencanaan Mutu Suatu proses yang mengidentifikasikan pelanggan, persyaratan pelanggan, fitur produk, dan jasa yang diharapkan pelanggan, dan proses untuk menyampaikan produk atau jasa dengan atribut yang benar dan memberikan fasilitas untuk mentransfer pengetahuan ini kepada bagian produksi. 2. Kendali Mutu. Suatu proses produksi diuji dan dievaluasi terhadap persyaratan-persyaratan asalnya yang diminta oleh pelanggan. Masalah-masalah dideteksi untuk kemudian diperbaiki. 3. Peningkatan Mutu yang meliputi alokasi sumber daya, memberikan tugas kepada seseorang untuk mendorong suatu proyek, pelatihan yang digunakan untuk mendorong suatu proyek, dan membuat sutu struktur umum yang permanen untuk meningkatkan mutu dan mempertahankan yang telah dicapai. 110 Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001: 107-115

Philip B. Crosby (1979) dalam bukunya Quallity is Free mengungkapkan empat Dalil Mutu seperti berikut ini. 1. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan. 2. Sistem mutu adalah pencegahan. 3. Standar kerja adalah Tanpa Cacat (Zero Defect). 4. Pengukuran mutu adalah biaya mutu. Pendekatan lain dari mutu adalah Zero Defect atau tanpa cacat yang dikemukakan oleh Philip B. Crosby (1979) atau membuatnya benar sejak pertama kali (make it right the first time) yang dijabarkan ke dalam 14 elemen proses perbaikan mutu. 1. Komitmen Manajemen (Management Commitment). Pastikan bahwa manajemen senior mengetahui bagaimana pencegahan kesalahan dapat memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. Susun kebijakan mutu yang menyatakan bahwa setiap individu harus sungguh-sungguh memenuhi persyaratan kerja yang diperlukan atau diubah menjadi apa yang kita dan pelanggan perlukan. Menyetujui bahwa perbaikan mutu merupakan cara yang praktis untuk meningkatkan keuntungan. 2. Tim Perbaikan Mutu (Quality Improvement Team). Tim ini terdiri dari 1 anggota dari setiap departemen dalam perusahaan. Seseorang dapat ditunjuk yang sepakat agar departemen mengambil tindakan, terutama departemen pusat. Kegunaan tim ini untuk mengimplementasikan program mutu ke seluruh bagian perusahaan. 3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement). Mengembangkan pengukuran mutu dalam semua bagian perusahaan. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan dan mengukur kemajuannya di waktu-waktu yang akan datang. Pengukuran tidak hanya dikembangkan untuk produk saja tetapi juga pada operasi di bidang jasa, kantor, dan juga untuk para penjual. 4. Evaluasi Biaya Mutu (Cost of Quality Evaluation). Biaya mutu harus didefinisikan. Akuntan harus memikul tanggung jawab atas pengukuran mutu karena hal ini menghilangkan suatu suspected bias. Manajemen akan perlu untuk terlibat tetapi praktik akuntansi yang lalu berubah untuk mencerminkan biaya mutu yang sebenarnya. 5. Kesadaran Mutu (Quality Awareness). Dalam langkah ini, karyawan dibuat agar sadar akan program perbaikan mutu melalui penyelia mereka. Program ini bukan merupakan program motivasi tetapi lebih ditekankan pada usaha untuk menunjukkan kepada pekerja dengan akibat mutu yang rendah terhadap pelanggan, biaya, persaingan, dan pekerjaan mereka. 6. Tindakan Perbaikan (Corrective Action). Tindakan perbaikan ini harus diusulkan oleh para karyawan dan penyelia. Pertemuan mingguan diadakan pada setiap level untuk membahas masalah mutu. 7. Komite Ad Hoc untuk Program Zero Defect. Tiga atau empat anggota tim perbaikan mutu, ditugaskan pada Ad Hoc Committee untuk menginvestigasi konsep Zero Defect dan mencari cara untuk mengkomunikasikan program kepada karyawan (melalui pertemuan, poster, dan sebagainya). Program ini bukan relasi publik melainkan usaha untuk menerangkan bagaimana segala sesuatu harus dikerjakan dengan benar sejak pertama kali. 8. Pelatihan Penyelia (Supervisor Training). Program yang formal diadakan untuk mendidik para manajer pada setiap level mengenai konsep Zero Defect. 9. Hari Zero Defect. Satu hari yang khusus ditentukan untuk menjelaskan kepada seluruh karyawan mengenai Zero Defect sehingga mereka mengetahui konsepnya dengan cara yang sama. Standar Zero Defect harus secara tegas ditentukan pada hari tersebut. Manajemen Mutu Terpadu (Teguh Sriwidadi) 111

10. Penentuan Sasaran (Goal Setting). Penyelia minta kepada setiap pekerja untuk menentukan sasaran mutu untuk 30, 60, dan 90 hari. Sasaran itu harus dapat diukur dan spesifik. 11. Penghapusan Penyebab Kesalahan ( Error Cause Removal ). Setiap pekerja diminta untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Kemudian, kelompok fungsional tertentu ditugaskan untuk memeriksa setiap masalah yang terjadi dan mengusulkan cara pemecahannya. 12. Penghargaan/pengakuan (Recognition). Penghargaan diperlukan untuk melengkapi tindakan yang positif dalam menghilangkan penyebab kesalahan. Berbagai macam penghargaan dapat diberikan, misalnya dalam bentuk cincin emas, makan malam, atau benda-benda lainnya. 13. Dewan Mutu (Quality Council). Profesional mutu dan pemimpin-pemimpin tim dari berbagai bagian membentuk dewan mutu. Mereka mengadakan pertemuan secara periodik untuk saling menyampaikan ide dan berkomunikasi mengenai program masing-masing. 14. Lakukan Berulang Kali (Do It Over Again). Program yang khusus memerlukan waktu 1 tahun sampai 18 bulan. Selama kurun waktu tersebut, pengetahuan tentang program dapat mengalami perubahan. Program harus dimulai lagi dengan tim yang baru. Hari Zero Defect (ZD) harus diadakan setahun sekali seperti hari ulang tahun. Program ZD harus terus menerus diadakan sehingga merupakan budaya perusahaan. Jika mutu bukan merupakan pandangan hidup (way of life) maka tidak akan ada perbaikan. Standar Sistem Manajemen Mutu Internasional 1. ISO9001 Spesifikasi sistem mutu untuk desain/pengembangan, produksi, pemasangan, dan layanan. 2. ISO9002 Spesifikasi sistem mutu untuk produksi dan pemasangan. 3. ISO9003 Spesifikasi sistem mutu untuk pemeriksaan dan pengujian akhir. Pengelolaan Mutu Menurut Philip B. Crosby sebagai berikut. Semua pekerjaan adalah suatu proses Setiap pekerjaan adalah suatu proses dan merupakan rangkaian dari kegiatan yang akan menghasilkan suatu hasil akhir. Hasil akhir itu dapat berupa produk atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Untuk memenuhi keinginan pelanggan, harus diidentifikasikan persyaratannya. Misalnya, jika pelanggan menginginkan mobil merah atau janji pada jam 09.30 WIB dan lima kg adalah persyaratan, itu semua adalah keinginan pelanggan untuk produk atau jasa. Mengetahui persyaratan pada pekerjaan, akan membantu untuk memenuhi keinginan pelanggan dan mencegah timbulnya masalah. Hal itu merupakan dasar dari perbaikan mutu dalam semua pekerjaan. 112 Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001: 107-115

Transaksi dalam Pekerjaan P e r s y Pemasok a a Pelanggan r a t a n Ada empat dalil mutu yang akan mengarahkan setiap usaha untuk melaksanakan, mengatur, dan meningkatkan pekerjaan. 1. Definisi Mutu Mutu tidak cukup didefinisikan dengan baik sekali, baik, atau indah. Mutu didefinisikan sebagai kesesuaian dengan persyaratan (conformance to requirements). Setiap produk, jasa, atau proses yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan disebut sebagai produk, jasa, atau proses yang bermutu. Definisi Mutu Baik Kesesuaian dengan persyaratan ( conformance to requirements ) 2. Sistem Mutu Suatu cara untuk menjamin mutu adalah dengan penilaian atau inspeksi. Hasil inspeksi tersebut digunakan untuk membuat suatu keputusan. Inspeksi hanya memisahkan yang baik dan yang buruk saja tetapi tidak membantu dalam peningkatan. Untuk peningkatan mutu, dibutuhkan suatu kebijakan dan sistem yang berdasarkan pada prinsip pencegahan. Pencegahan meliputi komunikasi, perencanaan, pembuktian, dan bekerja untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya nonconformance (ketidaksesuaian). Sistem untuk Peningkatan Mutu Penilaian Pencegahan Manajemen Mutu Terpadu (Teguh Sriwidadi) 113

3. Standar Karya Dalil mutu yang ketiga menjelaskan kegunaan standar dan suatu karya dapat dibandingkan. Ada standar karya untuk mutu, biaya, dan jadwal. Idealnya, semua pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan dan tepat waktu sesuai dengan anggaran. Akan tetapi, pada keadaan yang sebenarnya hal itu tidak selalu terjadi. Kadang-kadang keadaan memaksa untuk mengambil keputusan dengan mengorbankan mutu pekerjaan demi mencapai biaya dan jadwal yang telah ditetapkan. Namun, tanpa kesepakatan yang bulat terhadap mutu, sangat sulit mencapai semua persyaratan, termasuk biaya dan jadwal. Untuk membuat komitmen ini, diperlukan standar karya yang dapat mengerti semua orang, yaitu Zero Defect. Standar Karya Itu sudah mendekati Zero Defect Standar karya yang konvensional untuk mutu dapat diungkapkan dengan kalimat mendekati. Dengan kata lain, semua persyaratan harus dipenuhi kadang-kadang atau seluruh persyaratan itu harus dipenuhi selamanya. Akan tetapi jika diinginkan, pekerjaan menjadi bermutu, setiap nonconformance tidak dapat diterima, kesalahan akan dicegah dan pelanggan akan menerima produk atau jasa yang sesuai dengan standar karya Zero Defect. 4. Pengukuran Cara yang paling baik untuk pengukuran mutu adalah menghitung berapa biaya yang dikeluarkan karena melakukan pekerjaan yang salah. Pengukuran ini disebut Price of Nonconformance (PONC). Pengukuran Mutu Indeks Price of Nonconformance Kegiatan PONC meliputi proses ulang, memacu pengiriman, kerja ulang, kelebihan stok gudang, penganan keluhan, waktu kerusakan (down time), dan pengembalian (retur). PENUTUP 1. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management, TQM) merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya serendah mungkin. 2. Ada beberapa definisi mutu yang dikemukakan oleh beberapa pelopor mutu, antara lain Frederick W. Taylor, Walter A. Shewhart, David A. Garvin, Edward Deming, dan Philip B. Crosby. 114 Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001: 107-115

3. Definisi mutu menurut Philip B. Crosby adalah kesesuaian dengan persyaratan. 4. Ada empat dalil mutu menurut Philip. B. Crosby sebagai berikut. a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan. b. Sistem mutu adalah pencegahan. c. Standar karya adalah Zero Defect. d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu (Price of Nonconformance, PONC). DAFTAR PUSTAKA Crosby, Philip B. 1979. Quality is Free: The Art of Making Quality Certain. New York. Faure, Lesley Munro dan Malcolm Munro-Faure. 1999. Implementing Total Quality Management, alih bahasa oleh Sularno Tjiptowardojo. Cetakan II. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Garvin, David A. 1988. Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge. New York. Heizer, Jay and Barry Render. 1988. Production and Operations Management. USA: Allyn and Bacon Inc. Juran, J.M. Juran on Leadership for Quality: 1989. An Executive Handbook. New York. Schroeder, Roger G. 1993. Operations Managemen: Decision Making in the Operation Functions. 4 th Edition. USA: McGraw-Hill. Tenner, Arthur R. dan Irving J. Detoro. 1992. Total Quality Manajement: Three Steps to Continuous Improvement. New York: Addison-Wesley Publishing Company. Manajemen Mutu Terpadu (Teguh Sriwidadi) 115