PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

KUESIONER PENELITIAN

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (S

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP SEKSUALITAS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK RAMINI MEDAN TAHUN 2009

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN Evi Karota-Bukit*, Yesi Ariani.** ABSTRAK Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja. Sebanyak 0 orang orangtua dengan anak remaja usia 11-20 tahun yang memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik simple random sampling dari Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki persepsi positif terhadap definisi dan tujuan (96,7%), bimbingan dalam (76,6%), isi (90%) dan persepsi terhadap menurut nilai, pengalaman dan agama (60%). Selanjutnya secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan 86,7% orangtua di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan memiliki persepsi positif tentang bagi remaja. Dari hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa orangtua mendukung bagi remaja. Walaupun mayoritas orangtua dalam penelitian ini memiliki persepsi positif tentang, namun masih ada orangtua dengan persepsi negatif (1,%). Dengan demikian penyampaian informasi dan penyuluhan kesehatan oleh perawat komunitas masih diperlukan untuk memberikan persepsi positif bagi orangtua tentang. Dengan persepsi yang positif orangtua dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada anak remajanya sehingga remaja dapat mengontrol dirinya dan berprilaku sesuai tuntunan agama dan norma di masyarakat. Kata kunci: persepsi, remaja Penulis adalah : * Staf Pengajar Keperawatan Komunitass PSIK FK USU ** Asisten Dosen Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK USU PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Sifat-sifat peralihan tersebut terlihat jelas karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

lagi memiliki status anak-anak (Calon, 195 dalam Monks, 1998). Hal ini menimbulkan gejolak dalam dirinya, baik psikis maupun emosional. Mereka berusaha untuk mencari identitas diri dengan melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sepermainan atau teman sekolah (Tukan, 1994). Perubahan-perubahan besar dan penting mengenai kematangan jasmani dan rohani terjadi pada masa ini, terutama fungsi seksual. Seks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan status biologis seseorang yaitu laki-laki atau perempuan, juga menggambarkan prilaku seksual secara spesifik seperti hubungan seksual. Sedangkan seksualitas bersifat totalitas, holistik yang melibatkan aspek biopsikososial-kultural dan spiritual (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang sesuatu dan selalu mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk masalah seks (Sarwono, 2000). Masalah ini sering sekali mencemaskan para orang tua, pendidik, pemerintah dan sebagainya, karena banyak remaja yang melakukan penyimpangan seksual sebagai cara dari pelarian berbagai persoalan, serta kurangnya kemampuan anak remaja untuk mengendalikan diri (PKBI, 200). Prilaku seks remaja hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja di beberapa kota besar, diantaranya Sarwono (1970 dikutip dari Yeni, 1996) dari 117 remaja di Jakarta 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Eko (198 dikutip dari Widjanarko, 1999) meneliti 401 remaja menemukan 8,2% pernah melakukan seks dan % menganggap hubungan seks pranikah wajar. Satoto 1992 (dikutip dari Yeni, 1996) melaporkan 4,1% (n=86) pelajar SMP-SMU di Semarang pernah melakukan hubungan seks. Tjitarsa 1995 (dikutip dari Hidayana & Saifuddin, 1999) meneliti bahwa 50% (n=2947) kasus kehamilan di sebuah klinik besar di Denpasar adalah wanita belum menikah dan sebagian besar berusia di bawah 25 tahun. Pada remaja, pendidikan seks/informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi mengenai masalah seksual menjadi penting, mengingat remaja berada pada potensi seksual yang aktif akibat dorongan seksual yang dipengaruhi perubahan hormonal (Mu tadin, 2002). Menurut Hurlock (1999) dari sumber informasi yang mereka dapatkan, hanya sedikit yang mendapatkannya dari orang tua. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi lain, misalnya di sekolah, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Bila tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat, sumber informasi negatif sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja. Sehingga informasi yang benar harus diberikan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga ataupun dari sekolah melalui. Banyak orang tua yang tidak memberikan kepada anak remajanya karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang alamiah yang akan diketahui setelah menikah dan menganggap masalah seks sebagai masalah yang tabu untuk dibicarakan, walaupun banyak media yang telah memfasilitasi tentang (Mu'tadin, 2002). Selain itu, komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dengan anak, dan tidak terbuka terhadap pertanyaan yang diajukan anak tentang seks mengakibatkan anak mudah terpengaruh melakukan tindakan seksual (Sarwono, 2000). Perbedaan persepsi ini dapat saja terjadi karena nilai, sikap dan pengalaman seseorang terhadap seksualitas serta norma yang ada di lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan perbedaan ini bisa muncul (Darwisyah, 200; Habsyah, 1996; PKBI, 200). Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005 11

Minimalnya penelitian tentang bagi remaja khususnya di Medan, maka penelitian ini penting untuk mengetahui gambaran persepsi dari orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Pertanyaan Penelitian Bagaimana persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan? Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi perawat, tim kesehatan untuk pengembangan materi penyuluhan kesehatan tentang peran orangtua dalam memberikan pendidikan seks remaja. 2. Sebagai bahan informasi bagi orangtua untuk mengetahui lebih banyak tentang pentingnya bagi remaja.. Sumber informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. 2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah orangtua dengan anak remaja. Ada sebanyak 145 KK dari 455 KK yang direkrut menjadi sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada ketentuan 20% dari populasi (Arikunto, 1998), sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 0 orang. Adapun kriteria penelitian adalah orangtua yang memiliki anak remaja usia -21 tahun, dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian.. Pertimbangan Etik Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari PSIK FK USU dan Kepala Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Menjelaskan tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian, serta partisipasinya sebagai subjek dalam penelitian ini bersifat suka rela. Responden berhak untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada tekanan dan menjaga kerahasiaan responden, serta data hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 4. Instrumen Penelitian Instrumen berupa kuisioner yang disusun oleh peneliti didasarkan pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuisioner terdiri dari dua bagian: (1) informasi karakteristik responden yang berisi usia anak remaja, usia responden, jenis kelamin, agama, pendidikan dan pekerjaan responden. (2) persepsi orang tua terhadap pendidikan seks bagi remaja menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item (Mardalis, 1995). Skor pernyataan positif sangat setuju = 4, setuju =, tidak tahu = 0, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju= 1 dan skor untuk pernyataan negatif sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak tahu = 0, tidak setuju =, sangat tidak setuju = 4. 5. Pengumpulan Data Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden. Peneliti menjelaskan tentang cara pengisian kuisioner dan mengisi kuisioner secara teliti sesuai dengan apa yang dirasakan/dialaminya. Setelah selesai kuisioner dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya. 6. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS versi 11.0 dan hasil analisa Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

data ditampilkan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan Hasil hitungan persentase dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif, yaitu: <40 % : Persepsi tidak baik 40% - 55% : Persepsi kurang baik 56% - 75% : Persepsi cukup baik 76% - 0% : Persepsi baik Persepsi Negatif Persepsi positif HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa usia responden berada pada rentang 20-40 tahun 50% dan berusia 41-59 tahun 50%, dengan usia termuda adalah tahun dan usia tertua adalah 56 tahun dan rata-rata berusia 42,5 tahun (SD= 5,95). Berdasarkan usia anak remaja responden, terbanyak pada kelompok usia -15 tahun dan 17- tahun (42,9% dan 6,6%) dengan rata-rata usia 16 tahun (SD= 2,54). Sebagian besar responden adalah perempuan 60%, beragama Islam 90%, tingkat pendidikan SMU 60%. Berdasarkan jenis pekerjaan, diketahui responden terbanyak adalah Ibu rumah tangga 50% dan PNS 40%. Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan (N= 0). Karakteristik No Responden 1. Usia Responden 20-40 tahun 41-59 tahun Mean = 42,5 SD= 5,95 2. Usia remaja -15 tahun 16- tahun 19-21 tahun Mean = 16 SD= 2,54. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 4. Agama f % 15 15 21 50 50 42,9 6,6 20,5 60 40 Islam Kristen 5. Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Wiraswasta 27 5 4 15 90 16,7 60 1, 50 40 Persepsi Orangtua Terhadap Pendidikan Seks Bagi Remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Dari 0 orang responden diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap definisi dan tujuan sebanyak 76,7% termasuk dalam kategori cukup baik dan 20% berada pada kategori baik. Persepsi orang tua terhadap isi didapatkan bahwa 60% termasuk dalam kategori cukup baik dan 0% pada kategori baik. Persepsi orang tua terhadap bimbingan dalam memberikan bagi remaja 7,% termasuk dalam kategori cukup baik sedangkan 20% termasuk kategori kurang baik. Diketahui persepsi orang tua terhadap berdasarkan nilai, pengalaman dan agama orang tua,% berada pada kategori baik, dan berada pada kategori cukup baik 56,7% (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi orang tua terhadap bagi remaja (N= 0). No Persepsi orangtua terhadap bagi remaja 1. Defenisi, tujuan Baik Kategori Persepsi Cukup baik Kurang Baik Tidak Baik 6 (20) 2(76,7) 1 (,) 0 (0) 2. Isi pendidikan eks 9 (0) (60) () 0 (0). Bimbingan dalam 4. Nilai, pengalaman,agama orangtua 1 (,) 22 (7,) 6 (20) 1 (,) 1 (,) 17 (56,7) 9 (0) () Tabel. menunjukkan mayoritas responden memiliki persepsi positif tentang definisi, tujuan 96,7%, isi 90%, bimbingan dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005 1

76,7%, dan berdasarkan nilai, pengalaman dan agama 60%. Tabel. Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja (N= 0). Persepsi orang tua terhadap No remaja 1. Defenisi dan tujuan 2. Isi. Bimbingan dalam 4. Nilai, pengalaman dan agama orang tua Frekuensi 29 1 27 2 7 Persentasi 96,7, 90 76,6 2,4 60 40 Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan adalah 26 orang (86,7%) memiliki persepsi positif dan 4 orang (1,%) memiliki persepsi negatif (Tabel 4). Tabel 4. Distibusi frekuensi dan persentasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan (N= 0). No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Persepsi positif 26 86,7 2. Persepsi negatif 4 1, 1. Pembahasan Desain penelitian ini deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja. Sebanyak 0 orang responden berusia 20-40 tahun 50% dan berusia 41-59 tahun 50% dengan anak remaja usia -21 tahun (M=16 tahun). Data menunjukkan bahwa ada responden yang menikah pada usia muda (21 tahun) sehingga mereka kurang mempunyai pengalaman dalam memberikan pendidikan seks bagi anak mereka sehingga mempengaruhi persepsi mereka terhadap. Persepsi orang tua terhadap bagi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan seksual anak, dimana orang tua atau lingkungan keluarga merupakan landasan dasar dalam membentuk kepribadian anak (Gunarsa,199). Pendidikan seks merupakan upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia dengan menanamkan nilai moral, etika dan komitmen agama (Thera, 2000). Persepsi orang tua dinilai dalam 4 aspek yaitu persepsi orang tua terhadap definisi tujuan, isi, dan bimbingan dalam serta pengaruh nilai, agama pengalaman, terhadap. Diketahui persepsi orangtua terhadap definisi dan tujuan positif (96,7%) dan persepsi orangtua terhadap isi (90%). Persepsi orang tua terhadap bimbingan dalam memberikan juga positif (76,7%), namun masih ada orang tua yang berpersepsi negatif (2,%). Persepsi ini timbul karena karena masih ada orang tua yang tidak tahu kapan sebaiknya memberikan bagi anaknya. Pendidikan seks sebaiknya diberikan sejak dini dengan terencana sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama saat anak menjelang usia remaja, dimana proses kematangan fisik dan mental mulai berkembang dewasa (Djiwandono, 2001). Sebagian orang tua beranggapan bahwa ibu lebih berperan dalam memberikan pada anak, padahal sebenarnya ayah dan ibu mempunyai peranan yang sama, karena orang tua merupakan sumber informasi utama bagi anak (Gunarsa, 199). Sedangkan persepsi orang tua terhadap berdasarkan nilai, pengalaman dan agama orang tua menunjukkan bahwa (60%) memiliki 14 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

persepsi positif. Adanya responden yang memiliki persepsi negatif (40%) dimungkinkan karena nilai-nilai yang diyakini sebagian orang tua adalah membicarakan tentang seks secara terbuka pada anak masih merupakan hal yang tabu dan dapat mendorong anak untuk berprilaku seksual yang buruk (PKBI, 200). Selanjutnya ada orang tua yang tidak tahu bagaimana cara memberikan pendidikan seks yang tepat pada anak, karena mereka tidak memiliki pengalaman tentang hal tesebut pada masa remaja mereka. Namun demikian, sebagian responden mempersepsikan bahwa agama tidak melarang memberikan pada anak selama tidak disalahgunakan (Widjanarko,1999). Persepsi orang tua terhadap dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman orang tua (Darwisyah, 200; Habsyah, 1996). Banyak pandangan masyarakat awam tentang seks adalah sesuatu yang cenderung negatif dan tabu untuk dibicarakan kepada putra-putri mereka. Hal ini dimungkinkan karena mereka tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang remaja. Pendapat ini dibenarkan oleh Rahmat (1992) dan Habsyah (1996) yang mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Disamping itu faktor nilai dan budaya dapat mempengaruhi persepsi responden terhadap seperti yang dikemukakan oleh PKBI (200). Pandangan orang tua yang sempit dalam memahami agama terhadap juga dapat mempengaruhi persepsi negatif pada orang tua tersebut (Widjanarko, 1999). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Darwisyah, R. (200). Seksualitas remaja Indonesia. www.kesrepro.info/kr/krr0.htm Djiwandono,W.E.S. (2001). Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak anda tentang seks. Jakarta: Gramedia. Habsyah. (1996). Peran ayah vis-à-vis ibu dan pranata social lainnya dalam remaja. Jakarta: Atmajaya Research. Hamid, S. A. (1999). Buku ajar aspek psikoseksual dalam keperawatan. Jakarta: Widya Medica Hidayana, M.I, dkk. (1997). Prilaku seksual remaja di kota dan di desa; Kasus Sumatera Utara. Jakarta: FISIP UI Monks,J.F,dkk. (1998). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: UGM Press. Mu tadin,z.(2002). Pendidikan seks pada remaja www.epsikologi.com/remaja/0702.htm Nugraha, D.B. (2000). Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta: Bumi Aksara. Sarwono,W.S. (2000). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo. Tukan, S.J. (1994). Metode, perkawinan dan keluarga. Jakarta: Erlangga. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005 15