Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (S
|
|
- Utami Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FILM DRAMA ROMANTIS DENGAN KECENDERUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA Ardhi Pratama Putra Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Media masa mempunyai pengaruh yang positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi perilaku remaja. Salah satu pengaruh negatif media masa pada remaja yaitu kecenderungan seks pranikah pada remaja. Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris adakah hubungan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah pada remaja. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berstatus mahasiswa fakultas psikologi tingkat awal semester 1 Universitas Gunadarma, Depok. Sampel yang dipilih adalah remaja akhir yang mempunyai rentang usia 18 sampai 21 tahun yang menyukai film drama romantis dan menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari sebanyak 60 orang. Dari hasil analisis data diketahui kecenderungan seks pranikah dan intensitas menonton film drama romantis pada uji korelasi sebesar 0,658 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01), dengan demikian terlihat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah pada remaja.
2 Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004). Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu tadin, 2002). Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin & Hidayana, 1999). Ward, Gorvine dan Cytron-Walker (dalam Steven, Rebecca, David, Marc & Sandra, 2005) melakukan penelitian yang mempelajari persepsi remaja tentang hubungan seksual berdasarkan acara-acara yang memiliki waktu tayang utama (prime-time). Mereka menemukan bahwa para penonton yang memiliki sikap rekreatif atau permisif terhadap hubungan seksual cenderung mengidentifikasi diri secara kuat dengan banyak potret seksual TV, sehingga membenarkan dan memperkokoh keyakinan mereka tentang seks. Selain itu, remaja cenderung mengidentifikasikan dirinyai dengan tokoh utama dari program TV sehingga dapat mengidentifikasikan perilaku seksual yang digambarkan dalam program tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).
3 Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003). Hubungan seksual diantara sepasang manusia merupakan suatu proses keintiman heteroseksual. Menurut Walker (1996) terdapat suatu proses peningkatan dalam keintiman tersebut, yaitu: a) Sentuhan, biasanya berupa pegangan tangan, pelukan. b) Ciuman, biasanya berupa kecupan sampai deep kissing. c) Bercumbu, merupakan gerakan meraba-raba daerah erotik dari pasangan. d) Hubungan seksual/sexual intercourse yaitu hubungan fisik yang dicirikan dengan terjadinya penetrasi alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan. Sebuah studi yang dilakukan melibatkan remaja berusia antara 12 hingga 17 tahun, menemukan bahwa mereka yang lebih banyak menonton pertunjukan TV yang secara eksplisit mengandung adegan-adegan seksual, cenderung melakukan hubungan seksual dalam waktu 12 bulan, dibandingkan rekan-rekannya yang kurang banyak menonton pertunjukan serupa (Collins, dalam Santrock 2007). Berdasarkan teori kultivasi dan seksualitas, terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seksual. Dalam teori kultivasi diuraikan sebuah proses dimana isi media mempengaruhi informasi, keyakinan, sikap dan nilai para penonton, dan selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku penonton. Dampak sosial televisi terjadi secara bertahap dan perlahan-lahan seiring dengan waktu, terakumulasi dengan paparan yang berulang-ulang pada pesan-pesan televisi (Dorr & Rabin dalam Lackner, 2000).
4 Metode Subjek Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berstatus mahasiswa fakultas psikologi tingkat awal semester 1 di Universitas Gunadarma yang menyukai film drama romantis dan menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari, dimana responden memiliki rentang usia antara 18 sampai 21 tahun sehingga peneliti bisa mendapatkan jumlah responden yang lebih banyak pada rentang usia tersebut. Alat Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 1. Skala kecenderungan seks pranikah yang disusun berdasarkan dimensi seks pranikah menurut Walker (1996) yaitu sentuhan, ciuman, bercumbu dan hubungan seksual/sexual intercourse. 2. Skala intensitas menonton yang diukur menggunakan parameterparameter baku seperti frekuensi, durasi dan atensi pemirsa atau penonton. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Bivariate Pearson satu ekor pada program SPSS ver. 16 for windows, diketahui intensitas menonton dan kecenderungan seks pranikah pada uji korelasi Bivariate sebesar 0,680 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01). Dari hasil tersebut, terlihat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah pada remaja yang berstatus sebagai mahasiswa semester satu fakultas psikologi di Universitas Gunadarma, artinya tinggi rendahnya kecenderungan seks pranikah pada remaja dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya intensitas menonton film drama romantis. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.
5 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah pada remaja yang berstatus sebagai mahasiswa semester satu fakultas psikologi di Universitas Gunadarma, artinya tinggi rendahnya kecenderungan seks pranikah pada remaja dapat dijelaskan dengan tinggi rendahnya intensitas menonton film drama romantis. Berdasarkan perhitungan ini diketahui bahwa mean empirik pada skala intensitas menonton film drama romantis lebih besar dari pada mean hipotetik MH SDH < x MH + SDH (24 < x 28). Standar deviasi hipotetik (SDH) yang diperoleh sebesar 8. Artinya, secara umum subjek penelitian memiliki intensitas menonton film drama romantis dalam kategori rata-rata atau sedang. Berdasarkan perhitungan ini pula diketahui bahwa mean empirik pada skala kecenderungan seks pranikah lebih besar dari pada mean hipotetik MH SDH < x MH + SDH (42 < x 46). Standar deviasi hipotetik (SDH) yang diperoleh sebesar 14. Artinya, secara umum subjek penelitian ini juga memiliki kecenderungan seks pranikah dalam kategori rata-rata atau sedang. Kesimpulan Analisis menunjukan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan diterima, dapat dilihat pada tabel korelasi di atas bahwa hasil analisis data antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah menunjukan koefisien korelasi sebesar 0,680 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (ρ<0,01). Hal ini menunjukan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah, artinya semakin tinggi intensitas menonton film drama romantis, maka semakin tinggi pula kecenderungan seks pranikah. Sebagai informasi tambahan dari hasil penelitian ini, Hasil dari penelitian ini sejalan dengan beberapa teori yang mengatakan bahwa ada keterkaitan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah.
6 Salah satunya teori yang dikemukakan oleh Gerbner (1976). Ia menguraikan sebuah proses dimana isi media mempengaruhi informasi, keyakinan, sikap, dan nilai para penonton, dan selanjutnya dapat mempengaruhi perilaku penonton. Saran 1. Bagi Subjek Penelitian Dari riset ini didapat bahwa ada keterkaitan antara intensitas menonton film drama romantis dengan kecenderungan seks pranikah. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini akan memberikan pengetahuan baru bagi para remaja bahwa secara umum remaja memiliki kecenderungan seks pranikah yang ratarata/sedang yang dipengaruhi oleh informasi negatif dalam siaran-siaran atau film di televisi. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menonton film-film yang berisikan informasi yang positif dan juga melakukan aktifitas positif lainnya untuk mengalihkan keseringan dalam kegiatan menonton. Dengan demikian remaja akan lebih dapat terjauh dari dampakdampak negatif yang didapat dari siaran-siaran atau film yang ditonton. 2. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang intensitas menonton film drama romantis dan kecenderungan seks pranikah, diharapkan agar dapat lebih memfokuskan pada item-item yang kurang mendekati kriteria untuk ditinjau lebih lanjut serta hal-hal yang mungkin memiliki pengaruh terhadap kedua variabel diatas, misalnya dengan subjek penelitian remaja yang bertempat dikos-kosan, atau dengan menggunakan subjek penelitian dengan jumlah yang lebih banyak jika tersedia waktu, tenaga dan biaya yang mencukupi sehingga hasil penelitian akan lebih representatif dalam menggambarkan populasi yang hendak diteliti. Peneliti juga menyarankan, jika peneliti selanjutnya hendak menggunakan angket sebagai alat pengumpul data agar mengurangi jumlah item pada skala yang hendak dijadikan sebagai alat ukur. Dengan demikian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan baik yang sekarang maupun terdahulu khususnya dibidang Psikologi Perkembangan.
7 DAFTAR PUSTAKA Gerbner. (1976). Cultivation theory. Diakses pada tanggal 24 juni 2011, dari Lackner, T.M. (2000). Enchaning children s educational television with design rationales and justifications. Los Angeles: University of California. Mu tadin Z. (2002). Pendidikan seksual pada remaja. Diakses tanggal 23 juni 2011, dari http//: Rumini S. & Sundari S. (2004). Perkembangan anak dan remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta. Saifuddin, A.F & Hidayana, I.M. (1999). Seksualitas remaja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Santrock, J.W. (2007). Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih bahasa oleh : Benedictine W Sarwono, W.S. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: Grafindo Pers. Steven C.M., Rebecca L.C., David E.K., Marc E., & Sandra H.B. (2005). Social cognitive processes mediating the relationship between exposure to television s sexual content and adolecent s sexual behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 89(6), Syafrudin. (2008). Remaja dan hubungan seksual pranikah. Diakses pada tanggal 23 juni 2011, dari remaja-dan-hubungan seksual-pranikah/. Walker, R. (1996). Sex and relationship: The complete family guide. London: Sage Publication. Ltd.
BAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Dan waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2014
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena penelitian ini banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang mencakup definisi operasional, desain penelitian, teknik sampling, lokasi penelitian serta prosedur selama penelitian berlangsung.
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI
19 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI Yeti Mareta Undaryati Dosen STIKES Insan Cendekia Medika Jombang ABSTRAK Peningkatan minat dan motivasi terhadap
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok
51 Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok subjek penelitian atau mengetahui karakteristik data yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu
Lebih terperinciThe Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung
The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami
Lebih terperinciHUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21 ini, termasuk didalamnya perkembangan teknologi yang dapat mengakses berbagai macam informasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rita Sugiharto Putri
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ataupun signifikansi perbedaan kelompok (Azwar, Metode Penelitian, 1. Variabel tergantung : Perilaku seksual
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai macam keinginan dalam dirinya. Menurut Freud ( dalam Suryabrata, 2001: 132)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,
Lebih terperinciHubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Riski Tri Astuti Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh
Lebih terperinciRiska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa
Lebih terperinciBAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.
BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dari skripsi ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara asertivitas dengan perilaku seksual pranikah dengan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment. Sebelum melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa
Lebih terperinciPERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN
LAPORAN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN Evi Karota-Bukit*, Yesi Ariani.** ABSTRAK Penelitian ini adalah deskriptif yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu SMA Swasta favorit yang ada di kota Salatiga. SMA Kristen 1 Salatiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media
Lebih terperinciHUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG
HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG Leni Karlina*), Faridah Aini**), Puji Pranowowati***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Di mulai dengan perumusan masalah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Di mulai dengan perumusan masalah b. Menentukan variabel penelitian c. Melakukan studi kepustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian
Lebih terperinciTabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)
1 PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil dan mudah terpengaruh
Lebih terperincimereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pornografi, didefinisikan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja terkait tindakan seksual pranikah adalah satu dari bagian kecil permasalahan remaja yang ada dan sering muncul dalam dinamika kehidupan remaja. Tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey yang dilakukan Bali Post
Lebih terperinciANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Amelia Fatmawati 2013010104142 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU
Lebih terperinciPERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X
PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X Tetty Rihardini 1, Yolanda ZS 2 1. Tenaga Pengajar Program Studi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2. Mahasiswa Program Studi D-III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan
Lebih terperinciGAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017
GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 1 no. 2. Agustus 2011
HUBUNGAN KETERPAPARAN MEDIA INFORMASI TENTANG SEKS DENGAN PERILAKU SEKS REMAJA AWAL PADA SISWA DI SMP SEMARANG. Ita Nuryani Fera Widha Pratami *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat terjadi, karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya
Lebih terperinciAchmad Fariz Chariri Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU SEKSUALITAS MAHASISWA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN ADMINITRASI BISNIS ANGKATAN 2011 SURABAYA I. Latar Belakang Achmad Fariz
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J
PERBANDINGAN PERSEPSI MAHASISWA DARI LULUSAN BERBASIS UMUM DAN AGAMA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iv
9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PERSETUJUAN..... ii HALAMAN PENGESAHAN..... iii HALAMAN PERNYATAAN..... iv ABSTRAK..... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELYANA 201410104149 PROGRAM STUDI BIDAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI Oleh Indi Yunita 132012002 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS
Lebih terperinciRina Indah Agustina ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah Seluruh responden merupakan remaja yang rentang usianya antara 15-19 tahun di RW 19 Kelurahan Jebres. Sebagian besar responden
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,
BAB II LANDASAN TEORI II.A. Keharmonisan Keluarga II.A.1. Definisi Keharmonisan Keluarga Menurut Gunarsa (2000) keluarga harmonis adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA
HUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA Nening Payanti, Tenti Kurniawati STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: neningpayanti@yahoo.com Abstract: The purpose
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku mereka (Chaffe dalam el-hakim, 2014).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah membuat masyarakat Indonesia yang dahulunya sulit untuk mendapatkan informasi menjadi lebih mudah untuk mengakses informasi. Informasi-informasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Seksual 2.1.1 Pengertian Perilaku Seksual Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas
Lebih terperinci