PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

PERATURAN PEMERINTAH NO. 07 TH 1990

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

BAB I PENDAHULUAN. penegakan hukum yang lemah, dan in-efisiensi pelaksanaan peraturan pemerintah

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Nomor : S. /PHM-1/2011 Januari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV & V Bulan Desember 2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. IKH termuat di dalam Akte Pendirian Perseroan. Akte ini telah disahkan oleh

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI SISTEM SILVIKULTUR TPTII DALAM KERANGKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.8/Menhut-II/2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

Presiden Republik Indonesia,

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menimbang : Mengingat :

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Perspektif Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam Sosial Dan Pembangunan Kehutanan Di Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

Menimbang : Mengingat :

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

Transkripsi:

PENGARUH HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KAMPAR KIRI TUGAS AKHIR Oleh : RISA ANJASARI L2D 005 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

ABSTRAK Kecamatan Kampar Kiri mempunyai sumberdaya hutan yang luas yakni seluas 36.577,5 ha atau 40 % dari luas Wilayah Kecamata. Dengan potensi hutan yang cukup luas, maka untuk mengoptimalkan fungsinya kembali oleh pemerintah dimanfaatkan sebagai HTI. Keberadaan perusahaan HTI oleh PT. PSPI di Kecamatan Kampar Kiri memiliki lahan seluas 30.700 ha, atau 1/3 dari luas Kecamatan Kampar Kiri. Luasnya kawasan HTI tersebut yang dibangun sejak tahun 1998 sampai saat ini tentu memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi kehidupan masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri. Pembangunan dan pengelolaan HTI dalam skala luas dan jangka panjang adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat salah satunya dengan menyediakan lapangan kerja. Pembangunan HTI mempunyai 3 sasaran utama yang dapat dicapai yakni sasaran ekonomi, ekologi dan sosial. Berdasarkan sasarannya, maka pembangunan HTI tentunya harus memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat disekitarnya. Aktivitas-aktivitas dalam pengembangan dan pengelolaan HTI oleh PT.PSPI diduga telah menimbulkan pengaruh pada kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kampar Kiri. Adanya pengaruh HTI terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Kampar kiri akan berperan dalam menentukan keberhasilan pembangunan HTI, khususnya keberhasilan pembangunan HTI dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan HTI juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan perekenomian daerah. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan perusahaan HTI PT.PSPI terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Kampar Kiri. Sebagian besar data yang dibutuhkan dalam analisis diperoleh dari hasil survei primer yaitu hasil kuisioner, wawancara, dan observasi lapangan. Sedangkan data yang diperoleh dari survey sekunder seperti dokumen instansi dan publikasi media sebagai pendukung. Penyebaran kuisioner ke masyarakat ditujukan kepada masyarakat Desa Lipat Kain Utara, Lipat Kain Selatan,Sungai Geringging, dan Sungai Paku dengan teknik simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif deskridtif. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari analisis peran HTI bagi masyarakat Kecamatan Kampar Kiri, pengaruh HTI terhadap kondisi sosial masyarakat, dan pengaruh HTI terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis, dari aspek sosial perusahaan HTI PT.PSPI sangat berpengaruh dalam bantuan pelaksanaan pembangunan fasilitas sosial karena terdapatnya kegiatan bantuan pelaksanaan pembangunan fasilitas sosial dari program PMDH, dan dalam membantu masyarakat dalam bidang sosial yakni rutin memberikan bantuan sosial seperti bantuan dalam keagamaan dan bantuan dana. Perusahaan HTI cukup berpengaruh dalam peningkatan SDM karena jarang dilaksanakan kegiatan pelatihan dan penyuluhan, dan tidak berpengaruh dalam pembinaan kelembagaan masyarakat karena belum terealisasi pelaksanaan kerjasama/mitra usaha dengan masyarakat dan sangat jarang terjadi konflik antara masyarakat dengan perusahaan HTI. Dari aspek ekonomi, perusahaan HTI sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan aktivitas perdagangan karena terdapat pertumbuhan aktivitas perdagangan seperti warung/kios di dalam dan di sekitar HTI dan terhadap peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang bekerja di perusahaan HTI saja. Perusahaan HTI cukup berpengaruh terhadap memperluas kesempatan bekerja karena hanya sedikit masyarakat yang bekerja dan memperluas sumber pendapatan yang terkait dengan hutan. Namun, perusahaan HTI tidak berpengaruh dalam meningkatkan sumber pendapatan petani karena tidak terdapat petani penggarap di Kecamatan Kampar Kiri. Pengaruh tersebut dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat,bantuan yang diberikan perusahaan HTI melalui program PMDH ternyata sangat bermanfaat bagi masyarakat wapaupun belum semua kegiatan dapat dilaksanakan karena terdapatnya faktor penghambat dari masyararakat. Kata Kunci: Pengaruh, HTI (Hutan Tanaman Industri), Sosial, Ekonomi.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi keberlanjutan lingkungan. Menurut Agung (2004) fungsi hutan yaitu dibagi menjadi produksi, lindung, tata klimat, dan lainlain. Berdasarkan strategi pembangunan jangka panjang kehutanan tersebut, hutan yang sudah tidak produktif (meliputi lahan tandus bekas hutan tebangan, rimba karet, hutan-hutan bakau, beberapa kepemilikan karet skala kecil, perkebunan sawit, padang rumput, dll) untuk mengoptimalkan fungsinya kembali, oleh pemerintah hutan dimanfaatkan sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan hasil utama kayu (sebagai bahan baku pulp dan paper). Hal tersebut telah mampu menarik banyak investor karena memiliki nilai ekonomi (benefit) yang tinggi sehingga pengelolaannya dilakukan oleh swasta (pengusaha), pemerintah hanya sebagai regulator (Dinas Perhutani). Propinsi Riau memiliki sumberdaya hutan yang luas, namun dari tahun ketahun kondisi hutan Riau semakin habis, sementara usaha untuk melakukan reboisasi tidak sebanding dengan hutan yang diambil. Habisnya hutan riau ini, diperburuk lagi dengan kegiatan illegal logging oleh masyarakat sekitar hutan dan warga provinsi tetangga yang dimotori oleh para cukong (jikalahari.org, 2007). Adanya aksi illegal logging itu secara tak langsung berkaitan dengan akses jalan, parit atau kanal yang dibuka perusahaan yang mempunyai izin HPH dan HTI. Selama ini pemberian izin untuk HTI yang dikeluarkan bupati di Riau sudah tidak terkendali dan banyak yang bermasalah karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut diperparah dengan lemahnya kontrol di lapangan sehingga terjadi kasus pembalakan liar yang diungkap Kepolisian Daerah Riau yang menyeret pihak perusahaan HTI sebagai tersangka (Kapanlagi.com, 2008). Selain itu, penghentian tersebut dinilai dapat meredam munculnya konflik antara pihak perusahaan dan masyarakat. Selama ini banyak permasalahan yang timbul karena tanah adat dialihfungsikan menjadi HTI. Kecamatan Kampar Kiri merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kampar yang luas wilayahnya 91.533 Ha atau 8,1 % dari luas Kabupaten Kampar (Kabupaten Kampar dalam Angka, 2006). Selain itu, Kecamatan Kampar Kiri memiliki sumberdaya hutan yang cukup luas yakni seluas 36.577,5 ha atau 40 % dari luas Wilayah Kecamatan (Kecamatan Kampar Kiri dalam Angka, 2006). Meskipun Kecamatan Kampar Kiri mempunyai lahan hutan yang luas, namun kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar hutan masih jauh dari sejahtera. Semakin berkembangnya industri pulp dan kertas di Provinsi Riau terutama PT IKPP dan PT RAPP yang 1

2 merupakan dua perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia yang menguasai 62% dari seluruh kapasitas pulp nasional sehingga menyebabkan kebutuhan bahan bakunya semakin meningkat (Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam, 2007). Sampai saat ini keberadaan kedua perusahaan tersebut belum mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Kampar yang berada pada wilayah terpencil disekitar HTI. Secara kontekstual harusnya keberadaan HTI dapat membantu meningkatkan perekoniman dan kondisi sosial masyarakat disekitar hutan khususnya di Kecamatan Kampar Kiri. Sejauh ini keberadaan industri kehutanan cenderung menimbulkan pengaruh negatif yang ditunjukkan dengan terjadinya perusakan hutan alam secara besar-besaran, pembalakan liar (illegal logging), perampasan lahan milik masyarakat adat, memicu kebakaran hutan. Menurut PP nomor 7 tahun 1990 mengenai hak pengusahaan hutan tanaman industri, HTI merupakan hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Tujuan pengusahaan HTI adalah menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa, meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha (PP Nomor 7 1990, pasal 2). Adanya pembangunan HTI maka diharapkan dapat menyelamatkan hutan alam dari kerusakan karena HTI merupakan potensi kekayaan alam yang dapat diperbaharui, dimanfaatkan secara maksimal dan lestari bagi pembangunan nasional secara berkelanjutan untuk kesejahteraan penduduk. Pembangunan HTI mempunyai 3 sasaran utama yang dapat dicapai yakni sasaran ekonomi, ekologi dan sosial (Iskandar, 2005). Berdasarkan sasarannya, maka pembangunan HTI tentunya harus memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat disekitar kawasan HTI. Dalam mewujudkan pembangunan HTI maka banyak pihak dan stakeholder yang terlibat, salah satunya adalah masyarakat tepatnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan. Adanya peran dan partisipatif dari masyarakat sekitar, baik dalam memberikan dukungan material maupun nonmaterial serta bekerjasama dengan pihak lainnya yang terlibat dapat memperlancar dan mempercepat pelaksanaan pembangunan HTI. Oleh karena itu, masyarakat disekitar kawasan hutan tentu akan terkena pengaruh dari pembangunan HTI baik dari segi sosial maupun ekonomi. Pembangunan dan pengelolaan HTI dalam skala luas dan jangka panjang adalah salah satu mekanisme untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat salah satunya yaitu dengan menyediakan lapangan kerja. Pengelolaan masyarakat dipusatkan pada kemampuan badan usaha menyediakan kesempatan kerja dan kesempatan usaha bagi masyarakat. Menurut Iskandar (2005), menyatakan bahwa ada tiga elemen primer penyediaan kesempatan kerja oleh badan usaha

3 pembangunan HTI yakni, bekerja langsung pada perusahaan, bekerja pada perusahaan kontraktor usaha, dan bekerja untuk melayani para pekerja perusahaan. Hubungan timbal balik antara masyarakat dengan sumberdaya hutan sebelum adanya kawasan HTI merupakan satu kesatuan ekosistem yang saling mempengaruhi, maka perlu diupayakan suatu model pembangunan kehutanan yang dipadukan dengan upaya pemenuhan kebutuhan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan mengingat kondisi sosial ekonomi masyarakat ini pada umumnya masih rendah. Salah satu bentuk pendekatan yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat tersebut adalah melalui pemanfaatan tenaga kerja dari masyarakat sekitar kawasan HTI. Menurut Vitalaya salah satu upaya mengeliminasi ketidakadilan dan kesenjangan mengakses manfaat pembangunan hutan bagi masyarakat desa hutan dilakukan melalui program nasional yang disebut Social Forestry atau Kehutanan Sosial yang berorientasi pada pelestarian hutan dengan tujuan memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Namun kegiatan pengelolaan hutan yang lebih diorientasikan pada pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan termarginalisasinya masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Konsep trickle down effect atau pertumbuhan untuk pemerataan ternyata tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Vitayala, dalam www.lei.or.id.). Akibatnya timbul ketidakadilan ekonomi yang berdampak pada kesenjangan kesejahteraan antar-masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di sekitar areal hutan, yaitu antara pekerja dan pengusaha di bidang kehutanan. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pembangunan HTI memiliki peran yang penting di Kecamatan Kampar kiri. Luasnya kawasan HTI di Kecamatan Kampar Kiri sehingga pengaruh yang dapat ditimbulkan dari penanaman HTI tersebut sangat besar, khususnya bagi masyarakat di sekitar hutan. Seberapa besar kondisi sosial ekonomi tersebut mengalami perubahan akibat pengaruh dari pembangunan HTI menjadi masalah dan pertanyaan yang ingin dijawab pada studi ini. 1.2 Rumusan Masalah Luasnya kawasan HTI yang berlokasi di Kecamatan Kampar Kiri yang luasnya 1/3 luas Kecamatan Kampar Kiri seluas 91.533 ha atau 30.700 Ha ini telah dibangun sejak tahun 1998. Pembangunan HTI hingga saat ini memberikan pengaruh terhadap kondisi kehidupan masyarakat yang berada di sekitar kawasan HTI, karena secara langsung masyarakat tersebut memiliki keterkaitan dengan kawasan hutan. Hubungan timbal balik antara masyarakat sekitar dengan sumberdaya HTI yang saling mempengaruhi sehingga perlunya perlibatan masyarakat sekitar dalam pembangunan dan pengelolaan HTI dalam bentuk partisipatif dan pemberdayaan masyarakat.