KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Analisis Perkembangan Industri

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

2013, No.1531

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2012, No

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

Produk Domestik Bruto (PDB)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN MEI 2012

Analisis Perkembangan Industri

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sudut Pandang Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia pada Bidang Investasi dan Perdagangan Jasa dalam Kerangka Kerjasama Bilateral Indonesia-Jepang (serta ASEAN-Korea Selatan) Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama Ekonomi Internasional Medan, 10 Desember 2015

OUTLINE PRESENTASI A. PENGANTAR dan STRATEGI Pentahapan RPJMN dalam RPJPN Visi Misi Pembangunan B. RPJMN 2015-2019 INVESTASI Target Penguatan Investasi Sasaran Pembangunan, Arah kebijakan dan Strategi Penguatan Investasi Perkembangan Investasi asal Jepang dan Korea Selatan C. RPJMN 2015-2019 PERDAGANGAN JASA Target Perdagangan Jasa Isu Strategis, Arah kebijakan dan Strategi Perdagangan Jasa D. RPJMN 2015-2019 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Target capaian dari kerjasama ekonomi internasional Sasaran Pembangunan, Arah kebijakan dan Strategi Kerjasama Ekonomi Internasional E. KERJASAMA LUAR NEGERI INDONESIA, JEPANG, DAN KOREA SELATAN Free Trade Agreements yang diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan Kerjasama Bilateral (Ekonomi) Indonesia-Jepang dan Indonesia Korea-Selatan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL Slide - 3

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri KONDISI PERLU DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RPJMN 2015-2019 PENGUATAN INVESTASI Slide - 5

Tantangan GeoEkonomi 1. Proses pemulihan ekonomi global saat ini diperkirakan akan berlangsung secara moderat 2. pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. 3. tren perdagangan global ke depan tidak saja dipengaruhi oleh peranan perdagangan barang, tetapi juga oleh perdagangan jasa 4. harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat 5. semakin meningkatnya hambatan non tarif di negara tujuan ekspor 6. implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015 6

7. pergeseran fenomena kerjasama ekonomi ke arah plurilateral dan mega blok 7

Peta Kebijakan Nasional Terkait Diplomasi Ekonomi (Buku I) Arah Kebijakan 1. Menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia dalam forum bilateral, multilateral, regional dan global 2. Meningkatkan kerjasama ekonomi internasional dengan prinsip mengedepankan kepentingan nasional, saling menguntungkan, serta memberikan keuntungan yang maksimal bagi pembangunan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Memperkuat Peran dalam Kerjasama Global dan Regional AGENDA 1: MENGHADIRKAN KEMBALI NEGARA UNTUK MELINDUNGI SEGENAP BANGSA DAN MEMBERIKAN RASA AMAN PADA SELURUH WARGA NEGARA mendorong peranan dan partisipasi aktif peme-rintah dan swasta dalam meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif globalisasi ekonomi terhadap pereko-nomian nasional dan kesejahteraan rakyat. Meminimalisasi Dampak Globalisasi.. (aspek politik lainnya) 8

Kerjasama Ekonomi Internasional untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi (RPJMN 2015-2019, BUKU II BIDANG EKONOMI) Arah kebijakan kerja sama ekonomi internasional: mendorong kerja sama ekonomi internasional yang lebih selektif dengan mengutamakan kepentingan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, khususnya melalui peningkatan ekspor, pariwisata, dan investasi, bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama Ekonomi Internasional Ekspor Nonmigas (barang dan jasa) bernilai tambah tinggi Investasi Pariwisata Pertumbuhan Ekonomi kesejahteraan masyarakat 9

Target Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Uraian Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan Ekspor Produk Non- 8,0 9,9 11,9 13,7 14,3% Migas (%) Rasio Ekspor Jasa Terhadap PDB (%) 2,7 2,8 2,9 3,2 3,5 Kontribusi produk Manufaktur terhadap Total Ekspor (%) 44,0 47,0 51,0 57,0 65,0% Sumber: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015

Sasaran Pembangunan Penguatan Investasi Investasi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA 2015-2019 Satuan Triliun rupiah Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 519,5 594,8 678,8 792,5 933,0 Rasio PMDN % 33,8 35,0 36,3 37,6 38,9 Asumsi Nilai Tukar : Rp. 12.000,-/USD

Target Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Berdasarkan Wilayah Wilayah (Rp Triliun) Perkiraan 2014 Proyeksi Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 NASIONAL 456.6 519.5 594.8 678.8 792.5 933.0 Jawa 263.7 282.6 302.6 317.5 337.6 354.5 Sumatera 63.0 75.2 90.2 108.0 132.2 163.1 Kalimantan 62.9 74.5 88.8 105.4 128.1 156.9 Sulawesi 20.4 27.8 38.1 52.0 72.7 102.6 Bali dan Nusa Tenggara 14.7 19.0 24.9 32.4 43.2 58.1 Maluku 4.8 7.3 9.5 13.6 16.1 18.7 Papua 27.2 33.2 40.8 50.0 62.6 79.1

PENGEMBANGAN INVESTASI WISATA ALAM KOTA TANGERANG UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET NASIONAL Pariwisata dan Industri: Target Nasional 5 tahun ke depan INDIKATOR 2014 (Baseline) 2019 Pariwisata Kontribusi terhadap PDB Nasional 4,2% 8 % Wisatawan Mancanegara (Orang) 9 juta 20 juta Wisatawan Nusantara (Kunjungan) 250 juta 275 juta Devisa (triliun rupiah) 120 260 Industri Sasaran Pertumbuhan: Industri (%) 4,7 8.6 Kontribusi dalam PDB 20,7% 21,6% Penambahan jumlah Industri skala menengah dan besar * Kumulatif 5 tahun - 9.000 unit* Slide - 13

Pembangunan Bidang Jasa Pentingnya pembangunan bidang jasa dalam mendorong proses transformasi ekonomi ke depan JASA-JASA PDB Sisi Pengeluaran Ekspor Jasa Peningkatan Ekspor Nonmigas PDB Sisi Produksi Peningkatan Nilai Tambah Sektor Nontradable ECONOMIC GROWTH

Strategi Perdagangan Luar Negeri 4 PILAR STRATEGI PERDAGANGAN LUAR NEGERI Source: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015

Arah Kebijakan Investasi Nasional Penguatan investasi ditempuh melalui dua pilar kebijakan yaitu pertama adalah Peningkatan Iklim Investasi dan dan Iklim Usaha untuk meningkatkan efisiensi proses perijinan bisnis; dan kedua adalah Peningkatan Investasi yang inklusif terutama dari investor domestik. Kedua pilar kebijakan ini akan dilakukan secara terintegrasi baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pilar Kebijakan Penguatan Investasi Penguatan Investasi 1 2 Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Peningkatan Investasi yang Inklusif Source: RPJMN 2015-2019, Bappenas 2015

Arah Kebijakan Pilar 1 Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Arah kebijakan pilar pertama: menciptakan iklim investasi dan iklim usaha yang lebih berdaya saing, baik di tingkat pusat maupun daerah meningkatkan efisiensi proses perijinan meningkatkan kepastian berinvestasi dan berusaha di Indonesia mendorong persaingan usaha yang lebih sehat dan berkeadilan

Arah Kebijakan Pilar 2 Peningkatan Investasi yang Inklusif Arah kebijakan pilar kedua: Mengembangkan dan memperkuat investasi di sektor riil

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN ARAH KEBIJAKAN: 1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara 2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri 3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran 4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional 5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa 6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha 7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja)

Perkembangan FDI dan Realisasi Investasi PMA asal Jepang dan Korea Selatan 20

USD Juta Perkembangan FDI asal Jepang: Share Manufaktur Menurun 9000 8000 FDI dari Jepang tahun 2010-2015 Semester I Berdasar Sektor Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis 7000 Lembaga Perantara Keuangan 6000 5000 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 4000 3000 2000 1000 0-1000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SMT I Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga Industri Pengolahan Sumber: BI (diolah Bappenas) 21

Lima Besar sektor FDI asal Jepang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SMT I Industri Pengolahan 3317 5253 7105 5497,31 3963,95 1760,02 Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaik 134 331 409 242,14 281,16 217,92 Pertambangan dan Penggalian 83-97 28-215,9 558,57 218,6 Listrik, Gas, dan Air 63 237-4,00-18,53 2,99 0,98 Transportasi, Pergudangan, dan Komunik 58 75 130 90,01 122,6 51,45 Perikanan 16 34,00 23,00 24,68 58,05 13,01 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 12 25,00 25,00 18,75 14,21 6,01 Konstruksi 11 26,00 13,00 31,69 2,24 11,8 Lembaga Perantara Keuangan -16 177 116-49,74 645,48 11,8 Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis -18 5-41 76,61 200,81 70,64 22

Perkembangan Realisasi PMA asal Jepang: Sektor Sekunder Grafik 5 besar sektor PMA asal Jepang 2010-2015 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 23

Perkembangan Realisasi PMA asal Jepang: Sektor Tersier Grafik 4 besar sektor tersier PMA Jepang 2010-2015 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 450.000,0 400.000,0 350.000,0 300.000,0 250.000,0 200.000,0 150.000,0 100.000,0 50.000,0 0,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0,0 393,8 38.410,8 71.460,1 71.159,7 422.715,2 Perdagangan dan Reparasi 177.443,6 33.945,3 43.962,0 85.593,8 58.532,8 26.892,6 Listrik, Gas dan Air 7.300,0 0,0 56.241,3 111.442,7 13.695,3 134.441,5 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 89,4 4.170,5 15.089,6 17.523,7 37.334,8 45.022,0 24

Perkembangan Realisasi Investasi PMA asal Jepang: Berdasarkan Lokasi Investasi Tabel Realisasi PMA asal Jepang berdasar Wilayah Tahun 2010-2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa 688.984,3 1.449.535,9 2.204.607,4 4.642.829,9 2.637.539,1 2.267.989,9 Sumatera 13.553,6 16.846,5 94.712,0 11.194,9 4.891,0 186.987,1 Kalimantan 2.122,4 50,3 152.775,4 45.474,9 49.937,6 38.548,5 Bali dan Nusa Tenggara 7.938,7 45.308,7 3.964,1 7.907,6 10.640,5 780,2 Sulawesi 0,0 1.166,7 882,0 5.486,7 2.123,1 677,5 Maluku dan Papua 0,0 3.155,0 0,0 0,0 0,0 0,0 712.599,0 1.516.063,1 2.456.940,9 4.712.894,0 2.705.131,3 2.494.983,2 Tabel 10 besar Realisasi PMA asal Jepang berdasar Lokasi Tahn 2010-2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Barat 444.499,2 894.112,8 1.750.241,8 3.878.068,0 2.152.827,7 1.676.091,9 Banten 8.420,1 420.723,6 92.791,5 134.410,2 163.580,8 391.457,6 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 135.194,5 81.504,1 217.528,5 220.909,2 105.814,8 59.820,3 Jawa Timur 91.550,7 38.496,7 85.639,9 298.585,2 180.164,1 81.709,4 Kalimantan Barat 150.792,9 45.474,9 49.937,6 38.548,5 Jawa Tengah 7.573,2 14.698,7 58.150,5 110.401,0 34.906,7 57.066,9 Sumatera Utara 13.479,9 7.724,2 4.793,8 3.225,0 3.042,0 138.515,7 Riau 70.313,5 Nusa Tenggara Barat 120,0 44.717,5 7.599,7 5.987,0 1.843,8 Kepulauan Riau 47.441,2 Sumatera Selatan 8.365,8 4.632,2 Bali 7.818,7 3.230,5 780,2 Sulawesi Selatan 1.166,7 5.269,8 2.049,8 Jambi 7.886,9 Nusa Tenggara Timur 5.500,0 Papua Barat 3.155,0 Kalimantan Selatan 2.100,0 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.746,6 25

Juta USD Perkembangan FDI asal Korea per sektor FDI dari Korea Selatan tahun 2010-2015 Semester I Berdasar Sektor 1200 Listrik, Gas dan Air 1000 Perikanan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 800 Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis 600 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 400 Lembaga Perantara Keuangan Industri Pengolahan 200 0-200 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (sampai semester I) Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga Pertambangan dan Penggalian 26

Perkembangan Realisasi Investasi PMA asal Korea Selatan Grafik 5 besar sektor PMA asal Korea Selatan 2010-2015 1.600.000, 1.400.000, 1.200.000, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik Listrik, Gas dan Air 1.000.000, 800.000, Industri Tekstil 600.000, 400.000, 200.000, 0, 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu Pertambangan 27

Grafik 4 Besar Sektor Tersier PMA asal Korea Selatan 2010-2015 160.000, 140.000, 120.000, 100.000, 80.000, 60.000, 40.000, 20.000, 0, 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Listrik, Gas dan Air 1.242,5 0 123.223,9 133.385,2 29.260,9 0 Perdagangan dan Reparasi 34.591,3 13.426,5 19.570,9 59.520,2 69.845,7 31.803,8 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 1.410 32.328 88 26.389 12.625 33.097 Konstruksi 2.000 2.225 6.334,1 3.913,6 26.052,3 12.761,3 28

Tabel Realisasi PMA asal Korea Selatan berdasar Wilayah Tahun 2010-2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa 221.361,4 1.089.629,0 1.656.823,0 1.983.766,7 737.622,0 458.252,6 Kalimantan 23.017,5 8.084,6 46.390,8 92.779,8 329.388,2 425.445,2 Sumatera 28.511,3 109.386,8 172.865,6 78.245,2 51.492,8 111.997,8 Maluku dan Papua 0,0 1.350,2 35.679,9 42.760,8 340,1 1.057,2 Sulawesi 49.381,6 6.115,2 4.536,0 5.351,5 5.802,7 5.417,7 Bali dan Nusa Tenggara 6.234,9 4.160,6 33.408,8 2.576,0 1.972,9 486,9 Tabel Realisasi PMA asal Korea berdasar Lokasi Tahn 2010-2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Banten 27.780 632.771,9 1.121.777,8 1.681.734,9 184.454,9 70.212,2 Jawa Barat 159.023,2 288.427,6 456.458,6 202.110,3 406.276,5 305.072,8 Kalimantan Timur 12.732,3 6.584,6 34.908 62.634,7 274.901,7 379.503,4 Sumatera Selatan 24.992,6 101.321 166.050 20.160,4 10.363,4 41.540,5 Jawa Timur 9.905,4 143.253,4 18.505,7 68.086,1 5.754,6 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 22.015,1 15.669,7 49.974,4 83.232,8 55.566,8 Kalimantan Selatan 9.867,6 26.862,8 54.486,5 44.835,3 Lampung 92.686,8 Jawa Tengah 8.777,4 20.184,2 33.490,9 Kepulauan Bangka Belitung 6.623,5 20.000,1 21.212,7 10.661 Nanggroe Aceh Darussalam 37.431,8 Sulawesi Barat 37.348,6 Bali 32.684,4 Papua 24.160,8 Maluku 18.600 Maluku Utara 18.000 Papua 17.629,9 Sulawesi Selatan 10.527,3 4.450 Sumatera Utara 7.308,9 5.356,1 Kalimantan Barat 7.005,2 Nusa Tenggara Timur 3.598,4 Nusa Tenggara Barat 3.166,7 29

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN JASA 30

Posisi Ekspor Indonesia di Pasar Dunia: Pertumbuhan Ekspor Indonesia < Pertumbuhan Pasar 31

Trend Perdagangan Jasa Dunia Ekspor Jasa dunia mengalami perkembangan yang pesat Ekspor Jasa Dunia 32

Kontribusi Ekspor Jasa dari Asia semakin meningkat. 60,0% 50,0% 42,1% 40,0% 30,0% 26,1% 20,0% 10,0% 0,0% 14,3% Asia EU US Sumber: WTO (diolah) 33

WTO Members share in world commercial services trade European Union United States Japan China India Korea, Republic of Singapore Canada Hong Kong, China Switzerland Australia Norway Thailand Brazil Taipei, Chinese Other Members 5,0 6,7 4,2 3,1 3,9 2,8 2,8 2,3 1,8 1,4 1,5 1,8 1,4 15,7 16,4 22,9 0 5 10 15 20 25 30 35 34

Peran Asia sebagai eksportir jasa semakin besar SERVICES LEADING EXPORTERS: 1990 SERVICES LEADING EXPORTERS: 2012 Korea Singapore Hongkong 35

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 Perkiraan ke Depan: Neraca Jasa thd PDB 20,0% 3,0% 15,0% 2,0% 10,0% 1,0% 5,0% 0,0% 0,0% -1,0% -5,0% -2,0% -10,0% 2,0% Hongkong India -3,0% China Taiwan 0,0% 0,0% -0,4% -2,0% -4,0% -6,0% -2,0% -4,0% Indonesia -8,0% -10,0% -12,0% Malaysia Thailand Singapore -6,0% -8,0% Indonesia 36 Sumber: Oxford Economics Model - Bappenas

Permintaan Jasa Pariwisata Jepang dan Korea Meningkat Value Share Annual percentage change 2014 2010 2014 2010-14 2012 2013 2014 Exporters European Union (28) 425.1 36.1 34.3 5-3 8 4 Extra-EU (28) exports 142.1 11.2 11.5 7 4 11 4 United States 177.5 14.3 14.3 7 7 7 3 China 56.9 4.8 4.6 6 3 3 10 Macao, China 50.9 2.9 4.1 16 14 18-2 Thailand 38.4 2.1 3.1 18 25 23-8 Importers European Union (28) 378.6 38.2 32.5 4-5 7 6 Extra-EU (28) imports 126.6 13.2 10.9 3-5 2 7 China 164.9 6.4 14.1 32 40 26 28 United States 111.4 10.1 9.6 6 12 4 6 Russian Federation 50.4 3.1 4.3 17 30 25-6 Canada 33.8 3.5 2.9 3 5 0-4 Australia 26.3 2.6 2.3 4 3 2-8 Brazil 25.6 1.9 2.2 12 5 12 2 Saudi Arabia, Kingdom of 24.1 2.5 2.1 3-1 4 37 Singapore 23.9 2.2 2.1 6 7 5-1 Korea, Republic of 23.5 2.2 2.0 6 4 5 8 Hong Kong, China 22.0 2.0 1.9 6 6 6 4 37 Japan 19.4 3.3 1.7-9 2-22 -11

Jepang dan Korea: Eksportir Jasa Transportasi Value Share Annual percentage change 2014 2010 2014 2010-14 2012 2013 2014 Exporters European Union (28) 413.7 43.4 43.3 4-2 5 3 Extra-EU (28) exports 184.2 19.9 19.3 3-1 4-3 United States 89.9 8.7 9.4 6 5 4 3 Singapore 44.8 4.7 4.7 4 5 0 0 Japan 39.5 4.7 4.1 0 5-2 0 China 38.2 4.2 4.0 3 9-3 2 Korea, Republic of 35.3 4.8 3.7-3 12-9 -6 Importers European Union (28) 366.3 32.5 29.9 3-3 5 2 Extra-EU (28) imports 159.8 14.6 13.0 3-3 6-2 China 96.2 6.4 7.8 11 7 10 2 United States 94.3 7.6 7.7 6 4 7 4 India 77.3 4.7 6.3 14 4-6 35 Japan 45.8 4.7 3.7 0 12-15 -2 United Arab Emirates 45.5 2.6 3.7 15 11 7 5 Singapore 39.3 3.0 3.2 7 7 4 4 Korea, Republic of 31.6 3.1 2.6 1 2-3 4 Thailand 26.7 2.3 2.2 4 7-1 -6 Sumber: WTO (diolah) USD miliar, % 38

PERDAGANGAN: Produk utama ekspor Indonesia ke Jepang adalah bahan bakar... 52,6% ekspor Indonesia ke Jepang berupa bahan bakar (gas, minyak, dan batubara), yang mengisi 5,1 % kebutuhan impor bahan bakar Jepang Produk Indonesia yang mengisi kebutuhan impor Jepang cukup besar adalah: karet dan nikel Nama Produk Nilai (USD Miliar) 2013 Kontribusi thd Total Ekspor Indonesia ke Jepang Pangsa Pasar di Jepang (Kontribusi thd Kebutuhan Impor Jepang) TOTAL 27,1 100% 3.25% Bahan bakar mineral dan minyak (terutama: gas, minyak mentah, dan batubara) 14,2 52,6% 5.06% Karet 1,3 4,9% 24.73% Peralatan elektronik 1,3 4,8% 1.35% Bijih tembaga 1,0 3,8% 3.17% Kayu dan Barang Kayu 1,0 3,7% 8.00% Nikel 0,9 3,4% 38.52% Alat-alat mesin 0,8 2,9% 1.25% Ikan 0,6 2,4% 5.44% Mutiara 0,6 2,3% 5.34% Kertas dan Barang Kertas 0,5 1,8% 13.26% Sumber: UNComtrad (diolah)

STRATEGI KE DEPAN 40

Trade and Investment Linkages TRADE INVESTMENT Substitutes: Foreign direct investment (FDI) will substitute trade in goods and services when a firm determines to invest and produce in a country to bring goods and services closer to the market. Complementary: Investment will be a complementary to trade when companies find the most efficient destinations to invest and further export their products. the economy should take the benefits of the substitution and complementary links between trade and investment to sustain the economic growth and improve the nation welfare.

Strategi Indonesia pada Perundingan Internasional untuk Pengembangan Investasi yang Inklusif 1. Pengutamaan peningkatan investasi pada sektor yang : mengolah sumber daya alam mentah menjadi produk yang lebih bernilai tambah tinggi (terutama pertanian, produk turunan migas, dan hasil pertambangan); mendorong penciptaan lapangan kerja (terutama TK lokal) mendorong penyediaan barang konsumsi untuk kebutuhan pasar dalam negeri;berorientasi ekspor, (terutama produk olahan nonmigas berbasis SDA); mendorong pengembangan partisipasi Indonesia dalam jaringan produksi global (Global Production Network), baik sebagai perusahaan subsidiary, contract manufacturer, maupun independent supplier; mendorong penyediaan kebutuhan bahan baku untuk industri dalam negeri 2. Peningkatan upaya penyebaran investasi di daerah yang lebih berimbang Pengembangan potensi investasi daerah (regional champions) sesuai dengan sektor unggulan dan mendorong daerah meningkatkan kesiapan dalam menarik investasi; Promosi investasi di daerah Pemberian insentif investasi di daerah, sesuai dengan kewenangan daerah, terutama untuk UKM Pengembangan mekanisme konsultasi Pemerintah dan Pelaku Bisnis (terutama: UKM)

Strategi Pilar 2 Pengembangan Investasi yang Inklusif 3. Peningkatan kemitraan antara PMA dan UKM lokal, terutama melalui: Pembinaan kemitraan antara PMA dengan UKM; Perkuatan rangkaian proses kemitraan : pengenalan calon mitra usaha, pemahaman posisi keunggulan dan kelemahan usaha, pengembangan strategi kemitraan, fasilitasi pelaksanaan kemitraan usaha, monitoring dan evaluasi kemitraan PMA dan UKM. 4. Peningkatan efektivitas strategi dan Upaya promosi investasi melalui: Pengembangan mekanime promosi investasi yang lebih efektif Pengembangan strategi promosi yang lebih efisien dan efektif 5. Peningkatan koordinasi dan kerjasama investasi antara pemerintah dan dunia usaha Alternatif pembiayaan : Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)

Strategi Pilar 2 Pengembangan Investasi yang Inklusif 6. Pengembangan investasi lokal terutama melalui investasi antar wilayah yang dapat mendorong pengembangan ekonomi daerah 7. Pengembangan investasi keluar (outward investment) diutamakan pada ketahanan energi dan ketahanan pangan mengutamakan kegiatan investasi yang dapat memberikan efek pengganda yang besar terhadap perekonomian nasional 8. Pengurangan dampak negatif dominasi PMA terhadap perekonomian nasional, secara bertahap akan dilakukan melalui tiga jalur proses pengalihan, yaitu: alih kepemilikan ke masyarakat domestik melalui pasar modal; alih teknologi/keahlian kepada pengusaha dan pekerja domestik; serta alih proses produksi dengan secara bertahap meningkatkan porsi pemasok domestik bagi kebutuhan bahan baku, barang setengah jadi, serta jasa-jasa industri. Strategi dan kebijakan bidang investasi akan didukung oleh pengembangan kualitas layanan manajemen birokrasi pemerintah agar dapat berdaya saing, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Posisi Indonesia (dalam Sektor TIS) pada Kerjasama Ekonomi Internasional 45

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Terima Kasih Slide - 46

Lima Besar sektor FDI asal Korea Selatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (sampai semester I) Pertambangan dan Penggalian 152 5 27-0,73 42,65 2,88 Perdagangan Besar dan Eceran; Perbaikan Kendaraan Bermotor; Barang-Barang Rumah Tangga 149 182 238 207,98 158,23 69,07 Industri Pengolahan 43 445 350 680,85 634,97 409,04 Lembaga Perantara Keuangan 4 94 70-28,03 156,82-2,39 Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 0 1 0-0,56-0,15-0,06 Real Estate, Persewaan, dan Jasa Bisnis 0-4 6 0,1-1,67 13,86 Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 0 0 0 4,62 16,8 39,97 Perikanan 0 0 0 0 39,74 0 Listrik, Gas dan 47 Air -7 0 0 0 2,22 33,48