KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

dokumen-dokumen yang mirip
TAX INCENTIVES AND FISCAL SUPPORT TO ENCOURAGE INNOVATION AND TECHNOLOGICAL ADVANCEMENT: A COMPARATIVE STUDY

MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI MELALUI R&D: KAJIAN KOMPARATIF DUKUNGAN FISKAL DAN INSENTIF

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gelombang krisis ekonomi di dunia, bahkan berhasil menjadi negara yang meningkat di

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem pemerintahan, pajak merupakan bagian terpenting dalam

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

Aspek Perpajakan Viability Gap Fund 1

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.011/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

Universitas Sumatera Utara

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Dalam hal kontrak kerja sama di bidang usaha hulu Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah men

PERATURAN MENTERI KEUANGAN tentang PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN UNTUK KEGIATAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan telah melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan merupakan aspek penting dari kualitas suatu bangsa.

Materi: Irsan Lubis, SE.Ak; Kampus LPMB/STEI Ciledug 1. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber terpenting sebagai penghasilan bagi Negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB I PENDAHULUAN. aset yang memiliki masa pemakaian yang lama atau lebih dari satu periode dan

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

Bab 11 JOINT VENTURES (USAHA BERSAMA)

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Account Representative

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

analisis perbandingan dan pertimbangan terhadap indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

Jenis Penerimaan & Pengeluaran Negara. Pertemuan 4 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

EVALUASI PENGENAAN KEBIJAKAN PPH FINAL PADA UMKM. Abstrak. Berdasarkan Skema ketentuan mengenai PPh Final dalam PP 46 dan

I. Pendahuluan. II. Penyesuaian Besarnya PTKP

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

1 of 5 21/12/ :18

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sebagai penyelaras kegiatan ekonomi pada masa-masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih kompleks diperlukan juga dengan tujuan untuk pengambilan keputusan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (UU KUP) Nomor 16 Tahun 2009 pasal 28 (1) diatur bahwa Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

c. Biaya perjalanan dinas berupa biaya perjalanan, akomodasi dan perdiem tidak

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah ketika diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas

Transkripsi:

LATAR BELAKANG Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030, mengalahkan Inggris dan Jerman (McKinsey 2012). Namun demikian, perekonomian Indonesia digambarkan tengah menghadapi ancaman jebakan negara pendapatan menengah atau dengan middle income trap (Tho 2013). Sumber daya manusia dan teknologi merupakan modal yang diperlukan agar keluar dari middle-income trap. Inovasi dan teknologi telah terbukti menjadi pendorong pembangunan ekonomi (Janeway 2013). Ada tiga kendala dalam mengembangkan riset, yaitu masalah kelembagaan, terbatasnya peneliti, dan kebijakan moneter serta fiskal yang belum berpihak kepada riset. Kendala yang terakhir meliputi juga masih rendahnya insentif pajak dan dukungan fiskal terhadap kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan (Hakim 2014).

TUJUAN Melakukan kajian komparatif terhadap berbagai bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal terhadap kegiatan R&D; serta Memberikan rekomendasi mengenai bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal yang tepat untuk diimplementasikan di Indonesia.

METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan menggunakan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksplorasi terhadap penerapan kebijakan insentif pajak dan dukungan fiskal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di beberapa negara yang dijadikan referensi. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap bentuk insentif yang berbeda-beda tersebut dan terhadap kondisi sektor penelitian dan pengembangan di Indonesia serta potensi yang dimiliki. Dari hasil analisis tersebut, dapat disusun rekomendasi kebijakan insentif pajak dan dukungan fiskal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia.

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA Insentif pajak langsung Super deduction 100%; Untuk perusahaan manufaktur: weighted deduction 200% untuk in-house R&D; Untuk kontribusi kepada lembaga R&D: pengurangan sebesar 125-175%; Penyusutan dipercepat. Insentif pajak tidak langsung Untuk in-house R&D: pembebasan bea masuk dan keringanan bea masuk untuk barang modal. Untuk R&D kolaboratif: pembebasan bea masuk umum dan tambahan. Untuk R&D untuk pihak lain: kupon kredit bea masuk, yang dapat digunakan untuk bebas bea masuk barang modal dan bebas cukai untuk pengadaan barang modal dari domestik. Inisiatif pemerintah daerah Inisiatif pemberian insentif untuk mendorong pengembangan bidang R&D berdasarkan keunggulan masing-masing daerah. Disusun dalam bentuk kebijakan industri dan insentif yang diberikan bersifat komprehensif dalam satu paket.

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: AMERIKA SERIKAT Insentif perpajakan yang diberikan adalah dalam bentuk kredit pajak (tax credit). Dua metode penghitungan kredit pajak: 20 persen kredit: kredit pajak tradisional sebesar 20 persen dari besarnya biaya-biaya yang melebihi nilai dasar (base amount), penghitungan kredit dengan metode ini rumit; atau 14 persen kredit: alternatif penghitungan kredit yang disederhanakan dengan insentif kredit pajak sebesar 14 persen dari selisih besarnya biaya penelitian yang memenuhi syarat, dan 50 persen dari rata-rata biaya penelitian selama tiga tahun sebelumnya. Insentif pajak yang lain adalah kredit khusus untuk penelitian dasar, pembayaran kepada konsorsium penelitian bidang energi, dan penelitian di bidang orphan drug (bahan sediaan farmasi yang dikembangkan secara khusus untuk mengobati kondisi medis yang langka). Kredit pajak yang tidak terpakai dapat dibawa ke belakang (carried back) untuk periode 1 tahun dan dibawa ke depan (carried forward) untuk periode 20 tahun. Bagi perusahaan kecil dengan pendapatan kotor kurang dari 50 juta dollar AS diberikan kelonggaran dengan 5 tahun carry back dan 20 tahun carry forward.

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INGGRIS Dua insentif berbasis volume: Insentif yang disediakan untuk perusahaan usaha kecil dan menengah (UKM); dan Insentif bagi perusahaan yang tidak memenuhi definisi UKM (perusahaan besar). Fasilitas perpajakan yang diberikan: Untuk perusahaan besar: pengurangan super (super deduction) 130 persen; Untuk UKM: pengurangan super (super deduction) 225 persen; dan Kredit tunai: tersedia untuk UKM dalam posisi rugi, mencapai 24,75 persen dari pengeluaran yang memenuhi syarat. Insentif pajak yang tidak dimanfaatkan dapat ditarik ke depan (carry forward) untuk jangka waktu yang tidak terbatas untuk diselisihkan dengan laba di masa depan. Untuk UKM ada pembatasan maksimal insentif pajak yang dapat diberikan, yaitu 7,5 juta euro untuk setiap proyek penelitian dan pengembangan.

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: JERMAN Insentif yang diberikan oleh pemerintah Jerman untuk kegiatan penelitian dan pengembangan terutama dalam bentuk hibah tunai tanpa kewajiban untuk membayar kembali. Diberikan berdasarkan proyek, sering kali diberikan terhadap proyek yang bersifat kolaboratif. Persentase pendanaan hibah dapat mencapai 50 persen dari biaya proyek yang disetujui. Persentase yang lebih tinggi dapat diberikan untuk proyek yang dilaksanakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah. Kriteria pemilihan proyek yang layak mendapatkan insentif hibah tunai tersebut antara lain: (i) tingkat inovasi; (ii) tingkat risiko teknis; dan (iii) tingkat risiko ekonomi. Pemerintah juga memberikan bantuan dalam bentuk pinjaman sebagai alternatif pendanaan R&D. Pinjaman diberikan tidak tergantung pada kegiatan R&D di bidang teknologi tertentu dan tidak ada batas akhir pengajuan. Pemerintah Jerman belum memberikan insentif pajak untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI INDONESIA Fasilitas PPh: Tambahan waktu 1 tahun untuk kompensasi kerugian apabila mengeluarkan biaya R&D di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5 persen dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun (untuk WP badan dalam negeri yang melakukan penanaman modal pada bidang usaha tertentu atau daerah-daerah tertentu). Fasilitas PPh dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan rencana penanaman modal minimal 80%. Pengurangan yang diperbolehkan sampai jumlah tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan kena pajak. Diperbolehkan atas sumbangan dalam rangka R&D, dilakukan di wilayah RI, disampaikan melalui lembaga R&D. Fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai: Atas impor barang untuk keperluan R&D, yaitu barang yang benar-benar digunakan untuk memajukan ilmu pengetahuan, termasuk untuk penyelenggaraan penelitian dengan tujuan untuk mempertinggi tingkat ilmu pengetahuan yang ada. Juga diberikan insentif tidak dipungut PPh Pasal 22. Fasilitas pembebasan cukai untuk etil alkohol dengan kadar paling rendah 85 persen yang digunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Fasilitas pembebasan bea masuk untuk barang untuk kepentingan umum yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, yaitu lembaga milik pemerintah yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan. Catatan: Insentif diberikan kepada lembaga-lembaga R&D untuk mengimpor barang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatannya. Kemungkinan dampaknya adalah semakin meningkatnya impor barang dari luar negeri. Selain itu, kegiatan R&D di Indonesia akan tergantung pada pasokan barang dari luar negeri.

KESIMPULAN Indonesia jauh tertinggal dalam hal dukungan fiskal dan insentif pajak untuk R&D dalam hal cakupan maupun skala insentif yang diberikan. Ketentuan terkait terserak di berbagai tingkatan (baik PP maupun PMK) sehingga menyulitkan bagi pelaku R&D untuk mendapatkan informasi secara lengkap. Akibatnya, berbagai insentif pajak yang sudah tersedia tersebut menjadi kurang menarik karena manfaat yang bisa diperoleh dianggap tidak signifikan. Pada kenyataannya, fasilitas insentif pajak tersebut memang hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh pihakpihak yang menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan.

SARAN & REKOMENDASI KEBIJAKAN Insentif diprioritaskan untuk sektor agroindustri yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia Insentif PPh untuk merangsang investor untuk menanamkan modal dalam R&D agroindustri; bisa dengan penyusutan dipercepat. Insentif PPN untuk produk olahan hasil pertanian yang dipasarkan di dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Insentif dalam bentuk pengurangan super (super deduction) didesain untuk mendukung peran UMKM di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Sebagian besar pelaku usaha TIK tergolong ke dalam UMKM. Perlu iklim usaha yang mendukung, salah satunya melalui insentif pajak. Insentif dalam bentuk super deduction dapat membantu pelaku usaha untuk memperkuat permodalan dan pemasaran. Insentif berupa hibah (cash grant) untuk mendukung penelitian dasar dan pengembangan eksperimental Hibah untuk R&D sudah diberikan melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), namun baru untuk kegiatan industrial research yang bersifat komersial dan dalam skema kemitraan. Perlu didorong agar hibah juga diprioritaskan untuk penelitian dasar dan pengembangan eksperimental agar Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam bidang teknologi dan inovasi. Insentif diintegrasikan dengan konsep pengembangan kawasan