Abses dentogen subkutan

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

PERAWATAN PERIODONTAL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

ENDODONTIC-EMERGENCIES

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan, gigi impaksi dan untuk keperluan prosedur ortodontik. 1, 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

Actinomyces israelii

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

Gangguan Pada Bagian Sendi

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan. Bab Pengertian

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

Pencegahan Infeksi Luka Operasi Dr. Nucki N Hidajat, SpOT(K), M.Kes, FICS FK-UNPAD/Bag. Orthopaedi & Traumatologi RS. Hasan Sadikin Bandung

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

BAB 11 KURETASE GINGIVAL

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Bedah endodontik suatu pendekatan konservatif dalam penanggulangan kista yang lebih dari 2/3 panjang saluran akar gigi anterior

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST OP SELULITIS PEDIS

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

Transkripsi:

Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 69 Abses dentogen subkutan Fonny Dahong Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT Subcutaneous mandibular abscess is an acute lesion characterized by localization of pus in the structures surround the mandibular jaw and spreads into soft tissue under skin. Most patients are treated with antibiotics, analgetics, and drainage. Surgical drainage of abscess is usually indicated when the abscess has developed from a hard serous inflammation to a soft pus stage. Untreated abscess may worsen and lead to life-threatening complications. Key word: subcutaneous abscess, drainage, antibiotic. ABSTRAK Ciri khas suatu abses mandibular subkutan adalah terlokalisasinya nanah pada jaringan sekitar rahang bawah, kemudian menyebar ke jaringan lunak bawah kulit. Penderita dengan suatu abses harus diberikan perawatan berupa antibiotik, analgesik, dan drainase. Tindakan pembedahan untuk membuat drainase diindikasikan pada suatu abses yang berkembang dari suatu inflamasi serous yang keras ke tahap penanahan yang lunak. Suatu abses yang tidak dirawat dapat menyebabkan keadaan penderita bertambah parah dan dapat mengarah ke komplikasi yang mengancam jiwa penderita. Kata kunci: abses subkutan, drainase, antibiotik. Koresponden: Fonny Dahong, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea Makassar, Indonesia. PENDAHULUAN Kelainan pada gigi dapat disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal yang dalam proses infeksinya terjadi karena lingkungan bakteri rongga mulut. Adanya kondisi tersebut membuat tidak mengejutkan jika ditemukan infeksi gigi piogenik. Penyebab utama infeksi adalah bakteri penghasil nanah dalam rongga mulut. 1 Abses adalah rongga yang berisi nanah dan dikelilingi dengan jaringan inflamasi yang terbentuk dari hasil infeksi yang terlokalisasi. 2 Akumulasi nanah dalam kavitas dibentuk oleh jaringan berdasarkan proses infeksi (biasanya disebabkan oleh bakteri atau parasit) atau bahan asing (ser pihan, luka kena tembakan atau jarum injeksi). Selain itu juga dapat terjadi sebagai akibat reaksi bertahan dari jaringan untuk mencegah penjalaran bahan-bahan infeksi ke bagian lain dari tubuh. 3 Prinsip utama penanganan infeksi odontogenik adalah membuat drainase melalui pembedahan dan menghilangkan penyebab infeksi. Perawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan sederhana seperti pembukaan rongga pulpa gigi dan ekstirpasi pulpa gigi nekrotik, sampai tindakan kompleks seperti membuat insisi

70 Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:69-73 yang luas pada jaringan lunak regio submandibula dan leher untuk kasus-kasus infeksi yang parah. 4 Tujuan utama dilakukannya pembedahan suatu infeksi adalah untuk menghilangkan penyebab infeksi. Tujuan keduanya adalah untuk membuat jalan keluar atau drainase bagi nanah dan debris nekrotik yang terakumulasi. Tujuan ketiga adalah mencegah komplikasi yang lebih berat berupa selulitis (ludwig s angina), trombosis sinus kavernosus, dan penyebaran infeksi ke daerah mediastinum. 3 Pada artikel ini akan dipaparkan suatu kasus pasien dengan pembengkakan pada pipi kanan rahang bawah selama dua puluh satu hari, disertai dengan cara perawatan untuk pasien tersebut. profunda dan perforasi serta terasa nyeri jika diperkusi. Penderita tak mempunyai penyakit sistemik, tekanan darah 140/90 mmhg, dan nadi 70 per menit. Keadaan umum penderita tampak agak lemah, karena kurang tidur dan tidak bisa makan serta akibat rasa sakit yang terus-menerus. LAPORAN KASUS Seorang penderita berumur 61 tahun, berjenis kelamin pria, datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dengan keluhan adanya pembengkakan pada pipi sebelah kanan, nyeri, sering mengalami demam, susah tidur, susah membuka mulut. Kondisi tersebut telah berlangsung selama dua puluh satu hari (Gambar 1). Awalnya terasa nyeri pada gigi premolar kedua rahang bawah, tiga hari kemudian terjadi pembengkakan pada pipi yang semakin hari semakin besar. Selama pembengkakan, penderita mendapatkan perawatan dari dokter gigi dengan pemberian antibiotik pada hari kedua belas dan hari kedua puluh. Pemeriksaan klinik Tampak pembengkakan pada korpus mandibula hingga angulus mandibula kanan yang berfluktuasi. Permukaan kulit nampak merah kehitaman, palpasi pada kelenjar limfe regional keras dan sakit. Selain itu pemeriksaan menunjukkan trismus satu jari, gigi 45 karies Gambar 1. Foto penderita pada kunjungan hari pertama Perawatan Tindakan awal adalah insisi dan pembuatan drainase. Pertama-tama, ditentukan tempat insisi akan dilakukan. Selanjutnya, disemprotkan chlor ethyl pada daerah pembengkakan tersebut hingga membentuk salju (Gambar 2a). Setelah itu insisi dilakukan dengan menggunakan scalpel nomor sebelas sehingga terbentuk luka ± 1 cm (Gambar 2b). Luka insisi tersebut dibuka sehingga nanah dapat dialirkan keluar hingga pembengkakan tersebut mengecil (Gambar 2c dan 2d). Berikutnya, insersikan drain berupa lembaran karet sarung tangan ke dalam luka insisi hingga rongga abses, agar luka insisi tidak cepat tertutup

Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 71 (Gambar 2e). Terakhir, luka bekas insisi diperban (Gambar 2f) dan penderita diinstruksikan untuk melanjutkan obat-obatnya Cataflam 50 mg 2х1, Clindamysin 300 mg, 2x1, yang diperoleh dari dokter sebelumnya, dan diberikan resep Ultravita tablet 1x1 selama 10 hari. Pada kontrol hari kedua pasca insisi, tampak pembengkakan mulai mengecil, tetapi masih mengeluarkan nanah. Trismus tetap sebesar 1 jari, tetapi nyeri berkurang, serta penderita sudah mulai bisa makan dan tidur. Pada saat control ini, drain diganti. a b c d e f Gambar 2. a. Penyemprotan chlor etil, b. Insisi abses, c. Pembukaan luka abses, d. Nanah mengalir, e. Insersi drain karet, f. Pembalutan luka abses

72 Dentofasial, Vol.8, No.2, Oktober 2009:69-73 Pada kontrol hari ketiga, nanah sudah berkurang, tampak keluar cairan yang bening dan sedikit nanah berwarna kuning kecoklatan. Dilakukan penggantian drain. Kepada pasien diberikan resep berupa Metronidazole tab 500 mg 2x1 selama 5 hari, Cefadroxyl kapsul 500 mg 2x1 selama 5 hari, dan Mefinal tab 500 mg 2x1 selama 5 hari. Pada kontrol hari keempat, nanah sudah tidak tampak lagi, hanya keluar cairan bening. Trismus tinggal dua jari, dan dilakukan pencabutan gigi 45. Anjuran untuk hari kelima dan seterusnya adalah kompres daerah bengkak dengan air hangat. Pada kontrol hari kesepuluh, penderita merasa sudah nyaman, dan tidak ada keluhan lagi. Luka insisi sudah sembuh (Gambar 3). Gambar 3. Foto penderita pada hari kesepuluh PEMBAHASAN Abses subkutan merupakan infeksi piogenik dalam rongga mulut. Infeksinya bersifat akut dan terjadi secara langsung akibat penyebaran infeksi pulpa atau rekurensi abses kronis, atau suatu granuloma akibat kontaminasi bakteri yang virulen dan daya tahan tubuh alami pasien yang menurun, misalnya setelah terjangkit infeksi virus. Normalnya abses dentogen disebabkan oleh polimikrobial, yang berarti terdapat beberapa organisme penyebab, yang didominasi oleh infeksi bakteri anaerob. Bilamana seorang pasien mengalami infeksi odontogenik tipikal, tanda-tanda yang paling sering muncul adalah abses pada vestibulum yang selanjutnya menyebar ke jaringan di bawah kulit menjadi suatu abses subkutan. Jika terjadi tanda dan gejala semacam ini, seorang dokter gigi dapat memilih salah satu dari dua jenis perawatan berikut, yaitu perawatan bedah mulut insisi dan pembuatan drainase kemudian pencabutan gigi, atau perawatan endodontik gigi penyebab. Penentuan waktu insisi dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada permukaan abses mengenai fluktuasinya. Bilamana fluktuasinya belum jelas untuk menentukan ada tidaknya nanah, dapat dilakukan aspirasi dengan jarum suntik yang agak besar; banyaknya aspirasi cukup 0,1 cc. 4 Pada kasus ini terdapat abses subkutan yang sangat fluktuatif dan infeksi sudah berlangsung lama. Hal tersebut menyebabkan harus segera dilakukan perawatan berupa pembuatan insisi dan drainase, untuk mengalirkan nanah dan bakteri serta toksin yang terakumulasi di bawah kulit. Tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan jaringan, meningkatkan suplai darah lokal dan pertahan host pada daerah yang terlokalisasi. 4 Insisi dan pembuatan drainase untuk pasien ini dapat dilakukan pada saat hari itu juga. Daerah insisi yang dipilih adalah daerah yang bebas agar terjadi drainase yang baik. Jika daerah insisi telah ditentukan, tahap berikutnya adalah pemilihan kontrol nyeri, yang dapat dilakukan dengan anestesi lokal maupun anestesi topikal. Untuk pasien ini dilakukan anestesi topikal dengan mempertimbangkan nanah yang terkumpul sudah cukup banyak dan kulit permukaan abses sangat tipis. 5 Pengambilan nanah untuk pemeriksaan bakteri tidak dilakukan, karena mengingat pasien sementara mendapat perawatan antibiotik.

Fonny Dahong: Abses dentogen subkutan 73 Drainase dipertahankan hingga kantong nanah mengecil, lalu dilanjutkan dengan insersi drain untuk mencegah tertutupnya luka insisi. Drain yang digunakan adalah drain dari karet berupa lembaran steril yang diganti setiap hari hingga hari keenam. 6 Sebagai perawatan pendukung, diberi antibiotika berupa Cefadroxyl dan Metronidazol mengingat rongga mulut didominasi bakteri anaerob. Dalam pemilihan jenis antibiotik, golongan penisilin masih merupakan obat pilihan pertama. Jika terjadi reaksi alergi terhadap penisilin, maka dapat diberi antibiotik golongan lain, misalnya klindamisin, eritromisin, linkomisin, sefalosporin, dan lain-lain. Namum pemberian antibiotik harus tetap memperhatikan prinsip dasar terapi antibiotik antara lain penetapan diagnosis, penentuan jenis mikroorganisme apakah gram positif, gram negatif, anaerob atau aerob, kemudian menentukan dosis perawatan, serta lamanya pemberian. Selanjutnya adalah memikirkan kemungkinan diperlukan kombinasi berbagai golongan antibiotik. Untuk mendapat efek obat terapi yang lebih cepat dapat diberikan persistemik, misalnya suntikan intra muskuler kombinasi penisilin dan streptomisin. 7 Kompres air hangat dianjurkan kepada pasien pasca insisi hari keempat bermaksud untuk menyebabkan vasodilatasi setempat, meningkatkan suplai darah, mengurangi hiperemia serta mempercepat penyembuhan. 4 SIMPULAN Abses subkutan dentogan merupakan salah satu kasus yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi. Perawatan terhadap kasus tersebut adalah dengan tindakan insisi dan pembuatan drainase, pemberian antibiotik, dan pencabutan gigi penyebab jika tidak dapat ditangani dengan perawatan endodontik. Selain itu, ketepatan waktu insisi, dan teknik insisi yang benar, serta pemilihan antibiotik yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan infeksi tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Wray D, Stenhouse D, Lee D. Textbook of general and oral surgery. London: Churchill Livingstone; 2003. p. 263-6. 2. Health Encyclopedia. Disease and conditions: abscess symptoms, treatment and prevention. [cited 2009 July 10]. Available from: http://www.healthscout.com/ency/68/9/main.ht ml. 3. Wikipedia-the free encyclopedia. Abscess. [cited 2009 July 10]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/abscess. 4. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4 th Edition. Philadelphia: Mosby; 2003. p. 352-4. 5. Schneider K, Segal G. Dental abscess. [cited 2009 July 10]. Available from: http://www.emedicine.com/ped/topic2675.htm. 6. Fragiskos FD. Oral surgery. Berlin: Springer; 2007. p. 209-28. 7. Topazian RG. Oral and maxillofacial infections, 4 th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2002. p. 158-64.