BAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BEBERAPA CATATAN TENTANG LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA 1. (Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

KEDUDUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA NEGARA BANTU (STATE AUXILIARY INSTITUTIONS) Oleh : Tjokorda Gde Indraputra I Nyoman Bagiastra

BAB I PENDAHULUAN. (staats vormen) dikenal ada beberapa jenis, antara lain: Bentuk negara kesatuan (unitary state, eenheidstaat)

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances

Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

KEDUDUKAN LEMBAGA NEGARA BANTU DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan Negara Kesatuan Republik

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. serta berbagai percobaan-percobaan yang diadaptasi oleh negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASAS HUKUM TATA NEGARA. Riana Susmayanti, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

MAKALAH. Kedudukan dan Fungsi DPD dalam Kerangka Kelembagaan Legislatif Indonesia. Oleh : Dinoroy Marganda Aritonang

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA DALAM UUD NRI 1945 (Sesudah Perubahan) Oleh: Didik Sukriono 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai

INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *

KEDUDUKAN DAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI DALAM PROSES LEGISLASI PASCA AMANDEMEN UUD 1945 Oleh : Montisa Mariana, SH.,MH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

KEDUDUKAN KONSTITUTIONAL KEPOLISIAN DALAM TATA-PEMERINTAHAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah. Peraturan tersebut mengakibatkan kinerja Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perubahan Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD Tahun 1945, Dillema. Menghidupkan Kembali Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. 1 Konsekuensi Indonesia

LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN FILOSOFI NEGARA HUKUM PANCASILA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan reformasi yang digalakkan oleh mahasiswa dan masyarakat

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

Perkara Nomor 47/PUU-XV/2017 Denny Indrayana

BAB I PENDAHULUAN. negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

EKSISTENSI DAN KEWENANGAN MAHKAMAH KOSNTITUSI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

KEDUDUKAN LEMBAGA NEGARA DI INDONESIA PASCA AMANDEMEN UUD NEGARA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini belum mempunyai Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tuntutan dari gerakan reformasi tahun 1998 adalah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

PERAN KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

Oleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum Universitas Pakuan)

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

KEWENANGAN MPR UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 banyak sekali partai politik pemilu yang mengikuti kontes demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. kali perubahan yang berakibat pada berubahnya sendi-sendi ketatanegaraan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

INDEPENDENSI KOMISI YUDISIAL SEBAGAI LEMBAGA NEGARA DALAM MEWUJUDKAN CHECKS AND BALANCES SYSTEM DI NEGARA INDONESIA Marsudi Dedi Putra 2

Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Sebagai Lembaga Yang Memegang Kekuasaan Membentuk Undang-Undang Menurut Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

Arifin, Firmansyah, d.k.k., 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara. Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Jakarta.

SENGKETA KEWENANGAN KELEMBAGAAN NEGARA DAN PENATAANNYA DALAM KERANGKA SISTEM HUKUM NASIONAL. Lukman Hakim Abstract

KONSEPSI KEDUDUKAN KEPOLISIAN DI BAWAH KEMENTRIAN. Oleh: Ispan Diar Fauzi PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB II MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI BAGIAN DARI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA. A. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Sebelum Perubahan UUD 1945

PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 (UUD Tahun 1945) telah melahirkan sebuah

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan sejarah, teori dan pemikiran tentang pengorganisasian kekuasaan dan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945 sesudah perubahan, yaitu Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan 1

PENGAWASAN KOMISI YUDISIAL TERHADAP KEHORMATAN KELUHURAN DAN MARTABAT PERILAKU HAKIM BERDASARKAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian Sengketa Antar. Lembaga Negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara independen, sebetulnya adalah konsekuensi logis dari redistribusi kekuasaan negara yang terjadi selama reformasi. Salah satu target amandemen konstitusi adalah agar kekuasaan tidak terkonsentrasi pada presiden atau pemerintah. Artinya, reformasi hendak mengganti klausula concentration of power and responsibility upon the president, yang selama orde baru (1966-1998) telah diwujudkan sebagai sistem pemerintahan atau rezim politik otoriter. 1 Tumpang-tindih kewenangan antar lembaga, inefisiensi penyelenggaraan negara dan pemborosan anggaran pada dasarnya mencerminkan kelemahan pada desain umum redistribusi kekuasaan dan pola hubungan antar lembaga negara. Penyelesaiannya tidak bisa secara parsial hanya dengan menilai keberadaan lembaga-lembaga baru, melainkan harus secara menyeluruh dengan mencakupi desain sistem pemerintahan yang dihasilkan pasca amandemen konstitusi, serta keberadaan kementerian dan lembaga nonkementerian yang diwarisi dari zaman orde baru. 2 1 Gunawan A. Tauda, 2012, Komisi Negara Independen, GENTA Press, Yogyakarta, hal. vii. 2 Ibid., hal. vii-viii. 1

Fungsi kekuasaan yang dikenal secara klasik dalam teori hukum atau politik, yaitu fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Menurut Montesquieu, kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-undang; kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan; dan kekuasaan untuk menghakimi atau yudikatif. Dari klasifikasi Montesqiueu, satu organ hanya menjalankan satu fungsi, dan tidak boleh saling mencampuri urusan masing-masing dalam arti yang mutlak. Bila tidak demikian, maka kebebasan warga negara akan terancam hilang. Menurut Jimly Asshiddiqie, konsepsi trias politica tersebut tidak relevan lagi dewasa ini, mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organisasi tersebut hanya berurusan secara ekslusif dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan tersebut. Menurutnya, kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa hubungan antar cabang kekuasaan itu tidak mungkin tidak saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks and balances. 3 Sedangkan menurut Moh.Fajrul Falaakh menjelaskan bahwa kekuasaan negara semakin terdistribusi kepada banyak organ yang ada. Dengan demikian teori separation of power tidak lagi diartikan sebagai pemisahan kekuasaan hanya ke dalam tiga lembaga pemegang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan negara menurutnya, meluas ke lembaga-lembaga independen 3 Jimly Asshiddiqie,2010, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, hal. V. 2

(independent agencies), bahkan di lingkunganeksekutif juga terjadi distribsi kekuasaan melalui desentralisasi. 4 Pada konteks ketatanegaraan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 menampilkan wajah barunya setelah selesai empat perubahan, yang secara berantai dilakukan oleh MPR selama empat tahun sejak 1999 hingga 2002. Reformasi di era transisi itu, meski disusun tanpa perencanaan yang memadai, relatif mampu meletakkan sistem ketatanegaraan baru yang lebih baik. 5 Salah satu kecendrungan wajah ketatanegaraan Indonesia masa transisi, serta setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945 adalah lahirnya Komisi Negara Independen (independent agencies) maupun lembaga nonstruktural lainnya, serta komisi eksekutif. Bahkan tidak sedikit pembuatan undang-undang yang mewujudkan komisi negara baru. 6 Namun, setelah sekian lama penerapan amandemen, Undang-Undang Dasar 1945 masih belum menemukan bentuknya yang ideal. Sistem ketatanegaraan Indonesia masih saja gamang dan mencari bentuk. Reformasi institusional ketatanegaraan menemukan banyak masalah dan justru menimbulkan keraguan publik. Salah satunya keberadaan komisi negara independen yang tidak jelas kedudukannya. 7 4 Gunawan A. Tauda,op. cit., hal. 3. 5 Ibid., hal. 5. 6 Ibid., 7 Ibid., hlm. 6. 3

Ketidakjelasan keberadaan komisi negara independen dapat dilihat dari penamaan awal kelembagaan yang tidak konsisten. Sebagai contoh, komisi atau dewan atau badan, dan dasar hukum pembentukannya yang sebagian besar dengan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar 1945. Apabila ditinjau dari perspektif checks and balances, maka keberadaan komisi negara independen antara ada dan tiada. Dengan kata lain, komisi negara independen pada sistem ketatanegaraan Republik Indonesia masih berada di wilayah yang samar-samar. Di satu sisi, hampir tidak ada satu komisi Negara independenpun di Indonesia yang berfungsi efektif sebagai pengontrol dan atau penyeimbang terhadap salah satu poros kekuasaan dari trias politica, sedangkan di sisi lain, sebagian komisi negara independen merupakan lembaga negara yang memiliki kewenangan yang bersumber langsung dari konstitusi. Perubahan dan pembentukan institusi atau lembaga baru dalam sistem dan struktur kekuasaan negara merupakan hasil koreksi terhadap cara dan sistem kekuasaan negara sebagai akibat tuntutan reformasi serta aspirasi keadilan yang berkembang di masyarakat, sekaligus sebagai upaya untuk mendorong terwujudnya cita-cita negara demokrasi, tegaknya hak asasi manusia dan hukum yang berkeadilan, serta pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab. 8 Perkembangan lembaga baru selain lembaga negara yang telah eksis sebelumnya menjadi fenomena menarik dan penting untuk dicermati. Dalam konteks transisi demokrasi di Indonesia menjadi kelaziman, bahkan 8 Firmansyah Arifin, et all., 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1. 4

suatukeharusan, berdasarkan semakin tingginya permintaan dari masyarakat sipil terhadap struktur ketatanegaraan yang diharuskan memperhatikan konsepkonsep atau ide-ide mengenai hak asasi manusia dan demokrasi. Hal yang paling signifikan dalam perkembangan dan pembentukan institusi demokratis tersebut tidak lain adalah pembentukan komisi-komisi negara yang seringkali disebut sebagai lembaga-lembaga negara (independen). 9 Dari perspektif sejarah, perkembangan pelaksanaan demokrasi di banyak negara dirasakan tidak cukup hanya mengandalkan cabang-cabang kekuasaan yang diperkenalkan Montesquieu. Pemerintahan yang dijalankan oleh kekuasaan legislatif (parlemen), eksekutif (presiden), dan yudikatif (pengadilan), berkembang sejalan dengan masalah-masalah yang muncul dan dihadapi oleh negara. Cabang-cabang kekuasaan itu dipandang tidak mampu dan tidak efektif lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Bahkan cabang-cabang kekuasaan itulah yang menjadi masalah utama pemerintahan berjalan tidak demokratis, yang cenderung dilakukan oleh cabang kekuasaan eksekutif. 10 Menurut Jimly Asshiddiqie, bentuk organisasi atau lembaga-lembaga negara yang bersifat penunjang menggambarkan telah terjadinya perubahan besar dan sangat mendasar dalam corak dan susunan organisasi negara saat ini. Corak kelembagaan organisasi negara dengan kompleksitas sistem administrasinya sudah sangat berkembang. 9 Ibid., hal. 53. 10 Ibid., hal. 54. 5

Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga negara. Bermunculanlah kemudian lembaga-lembaga negara sebagai bentuk eksperimentasi kelembagaan (institusional experimentation) yang dapat berupa dewan (council), komisi (commission), komite (committee), badan (board), otorita (authority). Lembaga-lembaga baru tersebut bisa disebut sebagaiauxiliary state organs, atau auxiliary institutions sebagai lembaga negara yang bersifat penunjang. Para pakar hukum tata negara Indonesia tidak memiliki padanan kata yang sama untuk menyebut lembaga ini. Ada yang menyebut lembaga negara pembantu, lembaga negara penunjang, lembaga negara melayani, lembaga negara independen, komisi negara independen, dan lembaga negara mandiri. 11 Independensi, kedudukan, dan ruang lingkup kewenangan lembaga-lembaga penunjang (komisi independen) juga bervariasi tidak ada tolak ukur kesamaan secara teori untuk membentuk independensi, kedudukan, dan ruang lingkup kewenangan lembaga-lembaga tersebut. Begitu juga untuk wilayah berlakunya umumnya bersifat nasional, namun adapula yang terbatas pada daerah tertentu saja. 12 Lembaga-lembaga penunjang umumnya berfungsi untuk mendukung lembaga negara utama yang secara teori menjalankan tiga fungsi, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pembentukan organisasi pendukung ini dalam rangka efektivitas pelaksanaan kekuasaan yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, juga terdapat 11 Gunawan A. Tauda, op. cit., hal. 12. 12 Ilhamendra.wordpress.com/2009/02/19/1konsep-tentang-lembaga-negara-penunjang 6

lembaga independen, yang kewenangannya dapat bersumber dari arahan konstitusi negara atau kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan umumnya dibentuk berdasarkan undang-undang. Lembaga-lembaga yang memiliki ciri dan sifat ataupun karakteristik khusus ini, ada yang independen yang disebut dengan independent agencies/independent regulatory commissions/independent state s organ/ independent regulatory agencies/self regulatory agencies/independent supervisory bodies/independent state s commision, dan ada yang tidak independen yang disebut quasi independent state s organ/executive branch agencies/ adminstrastive agencies/ lembaga nonstructural/ lembaga nondepartemen/ lembaga nonkementerian. 13 Pembahasan masalah kedudukan komisi negara dalam sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting pada saat komisi tersebut akan melaksanakan fungsi, tugas, dan kewenangannya sebagai lembaga pembantu negara, yang disekelilingnya telah berdiri lembaga-lembaga negara yang jelas satu sama lain. Strategis tidaknya sebuah komisi, akan sangat ditentukan oleh kuat lemahnya kedudukan komisi tersebut dibandingkan lembaga-lembaga negara lain. 14 Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :KEDUDUKAN KOMISI NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. 13 Jimly Asshiddiqie, op. cit., hal. 8 14 Gunawan A. Tauda, op.cit., hal. 9. 7

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kedudukan Komisi Negara Independen dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia? 2. Bagaimana checks and balances Komisi Negara Independen terhadap cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kedudukan Komisi Negara Independen dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia 2. Untuk mengetahui checks and balances Komisi Negara Independen terhadap cabang kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk lebih memperkaya khasanah ilmu pengetahuan baik dibidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum ketatanegaraan pada khususnya. 8