BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB IV ANALISA HUBUNGAN ANTAR VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap 50 anak usia prasekolah, yaitu anak-anak usia 3-

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN AGRESI PADA REMAJA DI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata emosi dalam bahasa Inggris adalah emotion yang berasal dari

Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa dimana seseorang memiliki kebebasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB II KAJIAN TEORI. adalah bercintaan atau berkasih-kasihan sehingga dapat disimpulkan. perempuan, adanya komitmen dari kedua belah pihak biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB II LANDASAN TEORI

BABI PENDAHULUAN. Pada dasamya manusia merupakan individu yang beikembang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan agresi pada remaja (r=0,602 dan p=0,000<0,05). Hal ini berarti, ada hubungan antara kecerdasan emosional dan agresi, hubungan itu merupakan korelasi negatif, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin rendah agresinya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin tinggi agresinya. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. 2. Dari 200 responden, yang terbanyak memiliki kecerdasan emosional tingkat sedang (49%). 3. Dari 200 responden, yang terbanyak memiliki agresi tingkat sedang (47,9%). 4. Yang memiliki hubungan dengan variabel agresi diantaranya adalah suku responden (p=0,001<0,05), perilaku orangtua (p=0,019<0,05), dan konsumsi alkohol (0,000<0,05). Dan yang tidak ada hubungan dengan variabel agresi adalah usia, jenis kelamin, kegiatan bermain games, jenis games yang dimainkan, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jenis acara televisi, uang jajan, dan jumlah sahabat. 5. Yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan agresi hanya konsumsi alkohol (p=0,000<0,05). Maka dari itu, terdapat perbedaan tingkat agresi antara remaja yang sering minum alkohol, kadang-kadang, dan tidak pernah. Yang tidak memiliki 80

81 perbedaan dengan agresi diantaranya adalah usia, jenis kelamin, kegiatan bermain games, jenis games yang dimainkan, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jenis acara televisi, uang jajan, perilaku orangtua, jumlah sahabat, dan suku responden. 6. Baik remaja laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat agresi yang sama (p=0,739>0,05). 5.2 Diskusi Pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel kecerdasan emosional dan variabel agresi pada remaja, semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh responden, maka semakin rendah agresinya. Hal ini sejalan dengan penelitiannya Liaw, dkk. (dalam Extremera dan Fernandez-Berrocal, 2004), remaja yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah, memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku bermasalah dan agresi. Selain menganalisa antara variabel kecerdasan emosional dan agresi, peneliti juga menganalisa data-data tambahan untuk dihubungkan dengan variabel terikat, yakni agresi. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya beberapa faktor saja yang dianggap berhubungan dengan agresi. Faktor-faktor tersebut diantaranya suku, perilaku orangtua, dan konsumsi alkohol. Indonesia memiliki suku dan budaya yang beragam, keberagaman suku tersebut diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat agresi. Dengan signifikansi 0,001<0,05, maka dapat dinyatakan bahwa suku berhubungan dengan agresi. Sebuah penelitian lain di Amerika Serikat menyatakan bahwa, warga kulit putih yang tinggal di wilayah utara (berasal dari New England dan Atlantik Tengah) lebih tenang dan terbuka untuk bekerjasama, sedangkan warga kulit putih yang

82 tinggal di wilayah selatan (keturunan Skotlandia-Irlandia) cenderung lebih agresi (Nisbett, 1993; Cohen, 1998; Vandello dkk., 2008, dalam Myers, 2012). Hasil lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, terdapat hubungan antara perilaku orangtua dan agresi dengan signifikansi 0,019<0,05. Hurlock (2011) menyatakan bahwa setiap orangtua berbeda dalam menerapkan pola sikap dan perilaku mereka terhadap anak. Kartono (2008) mengemukakan bahwa keluarga tidak bahagia dan berantakan akan mengembangkan emosi kepedihan dan sikap negatif pada lingkungannya. Anak akan menjadi tidak bahagia, emosi negatifnya mudah keluar dan akan mengalami gangguan dalam penyesuaian sosialnya. Akibatnya, anak akan mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga untuk memecahkan semua kesulitan batinnya, sehingga timbul perilaku agresi. Selain itu, Willis (2009) menyatakan bahwa salah satu penyebab perilaku agresi yaitu dari lingkungan keluarga yang meliputi kurang perhatian orang tua, kurangnya pengawasan terhadap remaja serta dari perilaku orang tua sendiri. Patterson, dkk. (dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa anak yang agresif secara fisik cenderung memiliki orangtua yang sering melakukan tindak kekerasan pada anak mereka seperti memberikan hukuman fisik dengan tujuan mendisiplinkan anak dengan memberikan contoh agresi, misalnya memukul, menampar, dan lain sebagainya. Para orangtua ini biasanya memiliki orangtua yang sering memberi hukuman fisik juga (Bandura & Walters, 1959; Straus & Gelles, 1980, dalam Myers, 2012). Perilaku menghukum dengan cara agresi yang dilakukan para orangtua dapat meningkat menjadi suatu penganiayaan meskipun sebagian besar anak yang mengalami kekerasan yang telah dilakukan orangtuanya tidak menjadi orangtua yang kasar juga nantinya, namun, 30% dari mereka juga menyiksa anaknya (Kaufman & Zigler, 1987; Widom, 1989, dalam Myers, 2012).

83 Temuan lain pada penelitian ini menghasilkan bahwa konsumsi alkohol dapat berhubungan dengan agresi. Sesuai dengan penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Reyes, Foshee, Bauer & Ennett (2010) yang menyatakan bahwa alkohol berkorelasi dengan agresi pada remaja. Menurut American Psychological Association (dalam Myers, 2012), Sebanyak 65% pembunuhan dan 55% kekerasan rumah tangga, pelaku kekerasan dan/atau korbannya dalam keadaan mabuk. Alkohol dapat meningkatkan agresi disebabkan dengan mengonsumsi alkohol maka dapat mengurangi kemampuan sadar diri, pemusatan perhatian yang dapat memancing kemarahan, dan agresi (Bartholow & Heinz, 2006; Giancola & Corman, 2007; Ito dkk., 1996, dalam Myers, 2012). Selain itu, berdasarkan perhitungan one way anova, terdapat perbedaan antara agresi pada remaja yang sering minum, kadang-kadang, dan tidak pernah. Asumsi masyarakat terhadap agresi pada laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan pada wanita tidak terbukti pada penelitian ini, baik laki-laki maupun wanita memiliki agresi yang sama. Meskipun berdasarkan penelitian Maccobay & Jacklin (dalam Santrock, 2003) yang menyatakan bahwa kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada kebanyakan wanita. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada wanita. Namun menurut Bandura, Ross, & Ross (dalam Herdiana, 2011), hal itu merupakan akibat dari tekanan sosial, wanita akan merasa lebih bersalah, cemas, dan takut terhadap tindakan agresif, dan karena itu menghambat impuls-impuls agresif mereka. Jika kendala situasional dihilangkan, hambatan terhadap agresi pada wanita akan berkurang. Dalam sebuah penelitian, tampak bahwa dalam situasi bebas memilih, dimana kelayakan agresi menjadi tidak jelas, anak perempuan jelas lebih tidak agresif daripada anak laki-laki. Tetapi bila anak-anak memperoleh ganjaran (reward) bila berperilaku agresif, tampak bahwa anak lakilaki dan perempuan menjadi sama agresifnya. Baron & Byrne (2005) juga

84 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan gender dalam perilaku agresi. Umumnya pria cenderung melakukan tindakan agresi secara langsung ditujukan kepada targetnya, seperti memaki, mendorong, berteriak, dan lain sebagainya. Sedangkan wanita cenderung melakukan agresi secara tidak langsung, seperti bergunjing masalah orang lain, menyebarkan rumor yang tidak benar, dan lain sebagainya. 5.3 Saran Ada beberapa saran yang dapat peneliti ajukan untuk dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya, yaitu: 5.3.1 Saran Teoritis a. Selalu melatih kecerdasan emosional diri agar dapat menekan perilaku agresi dengan cara mengenali emosi diri sendiri, dapat mengelola emosi diri sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, empati terhadap orang lain, dan dapat membina hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. b. Orangtua merupakan model bagi anak-anaknya, maka disarankan untuk berperilaku baik didepan anak-anaknya agar anak terbiasa meniru perilaku yang sepantasnya. c. Alkohol merupakan prediktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresi, maka sebaiknya menghindari kebiasaan minum alkohol. d. Indonesia kaya akan beragamnya suku dan budaya. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya pertukaran budaya (cross cultural) agar dapat mempelajari suku-suku lain yang ada di Indonesia. Sehingga kita dapat memahami segala perbedaan-perbedaan seperti watak yang ada pada masing-masing individu yang berasal dari suku dan budaya yang berbeda.

85 5.3.2 Saran Praktis a. Penelitian ini memiliki keterbatasan jumlah responden. Sehingga peneliti hanya dapat mengukur kecerdasan emosional dan agresi pada remaja yang berdomisili di Jakarta saja. Hal itupun masih dibatasi dengan usia responden yang berada pada tahapan remaja pertengahan (middle adolescent). Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang serupa, disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan variansi berbagai macam usia dan suku di Indonesia. b. Proses penyebaran kuesioner dirasa kurang efisien, karena peneliti menyebarkan dibeberapa tempat dimana banyak remaja berkumpul, seperti foodcourt mall, kantin, dan lain sebagainya. Hal tersebut cukup menyita waktu peneliti, alangkah baiknya penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebarkan dikelaskelas pada saat sekolah. c. Untuk memperkuat hasil penelitian, seharusnya dilakukan metode tambahan seperti mengobservasi perilaku remaja. d. Saat ini banyak peneliti melakukan penelitian mengenai kecerdasan emosional berdasarkan model kecerdasan Goleman, maka disarankan untuk menggunakan alat ukur lain. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan adalah MSCEIT V.02. yang mempunyai keunggulan prediktif dengan melibatkan real world criteria (Mayer, Salovey, & Caruso, 2002). Hal tersebut dibenarkan oleh Lanawati (2012) yang menyatakan bahwa alat ukur yang dikembangkan oleh Salovey lebih dapat memprediksi kecerdasan emosional orang lain dengan melihat gambar ekspresi pada alat tes tersebut.