STUDI STABILITAS BAHAN PEWARNA ALAMI YANG DIHASILKAN OLEH Monascus purpureus 3090

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGANTIAN GLUKOSA pa DENGAN GLUKOSA TEKNIS SEBAGAI SUMBER KARBON TAMBAHAN PADA PEMBENTUKAN MONAKOLIN K DARI PROSES FERMENTASI ANGKAK

PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI BAHAN BAKU OBAT BERKHASIAT MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL DARAH MELALUI PROSES FERMENTASI 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Depy Afiandiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013

I. PENDAHULUAN. buatan siklamat, dan pengawet boraks (Mardianita, 2012). yang akan dikonsumsi. Makanan atau minuman tersebut harus memiliki nilai

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa

MERAH ANGKAK. Angkak sebagai Pewarna

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Abstrak. Key words: Stabilitas, Pigmen angkak, Monascus purpureus, Endomycopsis burtonii PENDAHULUAN

PENGARUH LAMA PENGUKUSAN BERAS VARIETAS IR 64 TERHADAP PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. BST1 SKRIPSI OLEH: KENT MIRA CANDRA

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

OLEH: SEPTIAN HERMAWAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OLEH : LUCIANA HENDRIKA SUWARNO NRP

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

8. PEMBAHASAN UMUM. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh : CATHERINE WIBOWO

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam masalah budidaya kopi di berbagai Negara hanya beberapa

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

Lampiran 1 Formulir organoleptik

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

Judul PENGARUH STABILISASI DEDAK PADI TERHADAP KADAR ORYZANOL DALAM MINYAK DEDAK PADI. Kelompok B Pembimbing

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

IV. Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

PENGARUH PROPORSI AIR DAN ETANOL SEBAGAI PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ANGKAK BIJI DURIAN DENGAN METODE TOTAL FENOL DAN DPPH SKRIPSI

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

MATERI DAN METODE. Materi

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

POLA PRODUKSI PIGMEN Monascus OLEH Monascus sp. KJR 2 PADA MEDIA BIJI DURIAN VARIETAS PETRUK MELALUI FERMENTASI PADAT SKRIPSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Herry Kurniawan 1), Suparmi 2), Sumarto 2) Abstract

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

PERUBAHAN MUTU ABON IKAN MARLIN (Istiophorus sp.) KEMASAN VAKUM - NON VAKUM PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN DAN PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kualitas Produk Fermentasi Beras (Red Fermented Rice) dengan Monascus purpureus 3090

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

Transkripsi:

1 STUDI STABILITAS BAHAN PEWARNA ALAMI YANG DIHASILKAN OLEH Monascus purpureus 3090 Djadjat Tisnadjaja Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong Email : djadjatt@indo.net.id Abstrak Belakangan ini masyarakat di dunia, khususnya yang hidup di negara maju, mulai khawatir dengan dampak negatif terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan kimia sintetis yang digunakan sebagai pewarna makanan. Kondisi ini telah mendorong perhatian dunia untuk kembali pada pemanfaatan bahan alami untuk pewarna makanan. Salah satu produk alami yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pewarna pada industri makanan adalah senyawa-senyawa poliketida yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan menggunakan kapang Monascus purpureus. Melalui proses fermentasi fasa padat dengan menggunakan beras sebagai medianya, kapang Monascus purpureus dapat menghasilkan pigmen warna kuning (ankaflavin) dan merah (monascorubramin). Karena pada umumnya bahan alami memiliki kelemahan dalam hal stabilitas maka perlu untuk dikaji kestabilan dari warna yang dihasilkan melalui proses fermentasi ini. Dalam penelitian ini dipelajari mengenai pengaruh perbedaan suhu dan cahaya terhadap stabilitas hasil fermentasi didalam penyimpanan. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa dengan memvariasikan suhu penyimpanan (suhu kamar, 30 o C dan 40 o C) dan penyimpanan selama 9 minggu terlihat bahwa tidak ada perubahan yang nyata terhadap sifat organoleptis termasuk warna dari hasil fermentasi ini. Sementara itu cahaya baik lampu maupun sinar matahari terlihat mempunyai pengaruh cukup nyata terhadap perubahan sifat organoleptis dari produk fermentasi ini. Pada penyimpanan dibawah cahaya lampu, terjadi perubahan warna pada lapisan atas dari sample (bagian yang langsung terkena cahaya) yang dimulai pada minggu kedua. Namun perubahan warna ini hanya terjadi pada lapisan tipis bagian atas saja, sementara bagian lain yang tidak terkena cahaya lampu tidak mengalami perubahan yang nyata. Selain adanya perubahan warna pada lapisan yang langsung terkena cahaya lampu, sample yang disimpan dibawah cahaya lampu juga mengalami perubahan bau (aroma), dimana mulai minggu keenam bau khas Monascus powder melemah dan pada minggu kesembilan tercium bau tengik. Hal yang sama terjadi pada sample yang disimpan dibawah cahaya matahari, dimana pada sample ini terjadi perubahan warna mulai minggu keempat dan perubahan bau terjadi pada minggu ketujuh. Kata kunci : Monascus purpureus, poliketida, stabilitas, pewarna alami, penyimpanan Abstract Nowadays, people on the world especially they who live in developed country are concern about the negative effect of synthetic chemical use for food colorant. This condition was pulled back the world attention to the utilization of natural coloring agent for food. One of natural product which might be considered to be used as colorant in food industry are polyketide compounds produced through fermentation process by using Monascus purpureus mould. Through solid state fermentation by using rice as the medium, Monascus purpureus mould could produce yellow pigment (ankaflavin) and red pigment (monascorubramin). Since in general natural product is unstable, the stability of this colorant has to be studied. In this research work, has been studied the effect of various temperature and light on the stability during storage. The research result shows that there is no significant change on organoleptic properties, including color, of this fermentation product after 9 weeks storage in various temperatures (room temperature, 30 o C, and 40 o C). Whereas, light either lamp or sunshine caused significant change on the organoleptic properties of this fermentation product. The color on the top layer (the layer which is directly contact with the light) was changed when sample was located under the light. However, the color change was only on the surface or top layer, while the other part shows no significant change in term of color. Beside some change in color, the smell of sample was also changed. The smell was changed significantly after 9 weeks of storage for sample located under light of lamp and 7 weeks for sample located under light of sunshine. Keywords : Monascus purpureus, polyketide, stability, natural coloring agent, storage 1 Prosiding Seminar Nasional XI Kimia dalam Pembangunan, Yogyakarta, 19 Juni 2008. 1

PENDAHULUAN Sebagian besar bahan pewarna makanan yang digunakan pada saat ini berasal dari hasil sintesis. Dominasi senyawa sintetis pada bidang ini terjadi karena selain bahan yang dihasilkan memiliki sifat lebih stabil, warna lebih bervariasi dan lebih cerah juga bisa diproduksi dengan biaya lebih murah. Namun belakangan banyak hasil penelitian melaporkan bahwa senyawasenyawa sintetis yang pada awalnya dikategorikan aman untuk digunakan sebagai bahan tambahan pangan (aditif), seperti tartrazine dan amaran terbukti bisa menimbulkan alergi atau bahkan bersifat karsinogenik (Janssen, 1997; Sukandar, 2003). Berdasarkan situasi ini banyak negara maju yang semakin memperketat penggunaan bahan sintetis sebagai bahan pewarna pada makanan. Dengan perkembangan peraturan dan kesadaran konsumen yang semakin tinggi maka tuntutan akan kebutuhan bahan pewarna alami untuk makanan, yang lebih aman dari sisi kesehatan, semakin besar. Sebagai salah satu kemungkinan jawaban dari masalah ini adalah dengan mengembangkan pemanfaatan pigmen yang dibentuk oleh Monascus purpureus selama proses fermentasi. Selain menghasilkan inhibitor enzim HMG Co-A reductase dalam bentuk senyawa monakolin K atau lovastatin, fermentasi dengan menggunakan kapang Monascus spp juga banyak dimanfaatkan untuk memproduksi pigmen merah yang bisa dimanfaatkan sebagai pewarna makanan alami. Miyake et al (1984) melaporkan tentang pengaruh penambahan maltitol ke dalam media fermentasi yang mampu meningkatkan produktivitas pigmen dengan menggunakan kapang Monascus spp. Sekitar lima pigmen polyketida bisa terbentuk selama proses fermentasi yaitu pigmen kuning (monascin dan ankaflavin), pigmen orange (rubropunctatin dan monascorubrin) serta pigmen merah (monascorubramine) yang merupakan pigmen utama yang dibentuk selama proses fermentasi (Chen & Johns, 1994, Tisnadjaja, 2006). Pigmen-pigmen yang terbentuk akan dipengaruhi oleh jenis kapang yang digunakan. Dengan menggunakan Monascus purpureus selain pigmen merah juga bisa dihasilkan pigmen kuning (monascin) dan pigmen orange (monascorubrin). Dalam penelitian ini pengamatan hanya dilakukan terhadap pigmen merah dan pigmen kuning. Sementara itu pengamatan stabilitas dilakukan dengan melihat pengaruh kondisi penyimpanan yang berbeda terhadap stabilitas sifat organoleptis, nilai ph, kadar air, dan intensitas warna dari hasil fermentasi yang dikenal sebagai angkak atau monascus powder (MP). BAHAN DAN METODA Mikroba: Mikroba yang digunakan untuk proses fermentasi adalah kapang Monascus purpureus TISTR 3090 yang merupakan galur koleksi Puslit Bioteknologi-LIPI. Media: Media yang digunakan untuk memelihara biakan mikroba adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Sementara pengembangan inokulum dilakukan dengan menggunakan media cair yang mengandung tepung beras (5%), potassium dihydrogen fosfat (0,25%), sodium nitrat (0,15%), magnesium sulfat (0,1%), MSG (0,1%), kalsium klorida (0,001%) dan keasaman atau ph diatur pada nilai 6,2. 2

Kecuali dinyatakan lain, media yang digunakan untuk proses fermentasi fasa padat adalah beras hasil rendaman dengan penambahan 1 ml larutan glukosa 2 % dan 2 ml larutan sodium asetat 2 % ke dalam 100 g beras (Tisnadjaja, 2003). Sterilisasi: Kecuali untuk proses sterilisasi media fermentasi fasa padat yang dilakukan dengan cara pengukusan selama 2 jam, sterilisasi peralatan fermentasi dan media lainnya dilakukan dengan autoklaf 121 o C selama 15 menit. Pengembangan inokulum: Pengembangan inokulum dilakukan dengan menggunakan media cair di dalam Erlenmeyer 250 ml yang berisi 50 ml media. Inkubasi dilakukan di dalam rotary shaker pada suhu kamar. Fermentasi: Proses fermentasi dilakukan dalam fasa padat dengan menggunakan botol sebagai reaktor dan inkubasi (kecuali dinyatakan lain) dilakukan sampai 14 hari. Preparasi media fermentasi: Kecuali dinyatakan lain, persiapan atau preparasi media fermentasi dilakukan melalui tahapan perendaman di dalam larutan air yang mengandung 0,3% glukosa dan 0,2% sodium asetat dengan perbandingan bahan berbanding air 1 : 1 selama semalam. Setelah direndam, media fermentasi ini ditiriskan dan kemudian dimasukkan kedalam botol fermentasi (masingmasing sebanyak 100 g) dan disterilisasi. Preparasi sampel: Pengambilan sampel dilakukan pada setiap periode inkubasi dimana teramati secara visual adanya perubahan warna yang signifikan. Sampel yang diambil kemudian diekstraksi secara sederhana dengan menggunakan larutan etanol 70%. Pengamatan stabilitas Hasil fermentasi yang diperoleh kemudian dikeringkan dan digiling sehingga diperoleh bentuk tepung atau powder dan selanjutnya disebut sebagai Monascus powder (MP). Pengamatan stabilitas dari MP dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu: organoleptis (bentuk, warna dan bau), nilai ph, kadar air dan intensitas warna. Organoleptis Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera terhadap perubahan sifat-sifat organoleptis yaitu: bentuk, warna dan bau. Penentuan nilai ph Pengukuran nilai ph dilakukan terhadap 0,1 g sampel MP yang dilarutkan dalam 50 ml air suling. Penentuan nilai ph dilakukan terhadap larutan warna yang dihasilkan setelah dipisahkan dari bagian yang tidak larut melalui penyaringan. Penetapan kadar air Penetapan kadar air dilakukan dengan membagi selisih berat awal dan berat setelah dikeringkan dalam oven suhu 105 o C (sampai diperoleh berat tetap) dan dikali dengan berat awal. Penentuan intensitas warna Penentuan intensitas warna dilakukan dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada daerah sinar tampak. Pengukuran difokuskan pada pengamatan warna kuning dan merah oleh karena itu panjang gelombang yang dipilih adalah 416 nm untuk warna kuning, dan 523 nm untuk 3

warna merah. Dalam pengukuran ini sampel dilarutkan dalam air suling. Pengemasan dan penyimpanan MP yang digunakan untuk uji stabilitas dikemas dalam kemasan plastik klip transparan. Penyimpanan sampel dilakukan selama 9 minggu, dimana pada setiap minggu dilakukan pengambilan sampel dan analisis. Penyimpanan dilakukan dalam 3 variasi suhu yang berbeda yaitu : suhu ruang (24 27 o C), suhu 30 o C dan suhu 40 o C, serta 3 variasi pencahayaan yaitu: terkena cahaya matahari, terkena cahaya lampu dan tidak kena cahaya (gelap). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh kondisi cahaya penyimpanan terhadap stabilitas MP Stabilitas suatu produk bahan pangan atau bahan yang akan dikonsumsi secara oral dapat ditentukan dengan mengamati Tabel 1. Pengaruh cahaya terhadap sifat organoleptis selama penyimpanan Perlakuan Matahari Lampu Gelap Warna Bau Warna Bau Warna Bau Minggu 0 Merah Karamel MP Merah Karamel MP Merah Karamel MP 1 Merah Karamel MP Mrh cklt muda Karamel MP Merah Karamel MP 2 Merah Khas MP Mrh cklt muda Khas MP Merah Khas MP 3 Merah Khas MP Mrh cklt muda Khas MP Merah Khas MP 4 Mrh cklt tua Khas MP Mrh cklt muda Khas MP Merah Khas MP 5 Mrh cklt tua Khas MP Mrh cklt muda Khas MP Merah Khas MP 6 Mrh cklt tua Khas MP Mrh cklt muda MP lemah Merah Khas MP 7 Mrh cklt tua MP lemah Mrh cklt muda MP lemah Merah Khas MP 8 Mrh cklt tua Agak tengik Mrh cklt muda Agak tengik Merah Khas MP perubahan sifat organoleptis yang mungkin terjadi. Dalam hal ini sifat organoleptis yang diamati adalah perubahan warna dan bau atau aroma selama penyimpanan, dimana perubahan warna dan atau aroma bisa mengindikasikan adanya perubahan kimia dari bahan yang diamati stabilitasnya. Dalam penyimpanan selama 9 minggu dengan 3 variasi kondisi cahaya yang diberikan terlihat bahwa cahaya mempunyai pengaruh nyata terhadap stabilitas dari MP (Tabel 1). Dalam hal ini baik cahaya matahari maupun lampu terbukti mempercepat laju oksidasi dari asam lemak yang terkandung didalam MP, sehingga setelah penyimpanan selama 8 minggu mulai tercium bau tengik. Sementara pada sampel yang disimpan di tempat gelap (tanpa cahaya) tidak ada perubahan aroma yang signifikan sampai penyimpanan selama 9 minggu. Ketengikan merupakan indikasi adanya kerusakan dari asam lemak, yaitu adanya proses oksidasi dari asam lemak tak jenuh. Reaksi oksidasi ini dapat dipercepat oleh faktor-faktor lingkungan seperti cahaya dan panas atau keberadaan unsur lain seperti logam berat dan senyawa-senyawa penghasil radikal bebas (Syarief & Halid, 1992). Melalui proses oksidasi asam lemak tak jenuh bisa dihasilkan 9 Mrh cklt tua Tengik Mrh cklt muda Tengik Merah Khas MP senyawa dalam bentuk asam, alkohol, ester, aromatis, aldehid atau beberapa bentuk senyawa lainnya yang menimbulkan bau tengik (Syarief & Halid, 1992). Senyawa baru yang terbentuk akibat proses oksidasi ini tentunya bisa berpengaruh terhadap nilai ph dari bahan pangan yang diamati. Dari pengamatan terhadap 4

nilai ph (Gambar 1) terlihat bahwa meskipun secara organoleptis teramati adanya proses ketengikan, namun nilai ph dari bahan tidak mengalami perubahan yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa yang terbentuk dari proses ketengikan bukan merupakan senyawa yang bersifat asam ataupun basa atau jumlahnya belum cukup banyak untuk mempengaruhi nilai ph secara signifikan. ph 5.8 5.6 5.4 5.2 5 4.8 4.6 4.4 4.2 Matahari Gelap Lampu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu (Minggu) (b) Gambar 1. Pengaruh perbedaan kondisi cahaya selama penyimpanan terhadap nilai ph Dari gambar 1 terlihat bahwa perubahan ph yang cukup signifikan hanya terjadi pada minggu pertama dari penyimpanan. Karena pada tabel 1 ditunjukkan bahwa proses ketengikan mulai terjadi pada minggu ke 8, ditunjukkan dengan data perubahan kadar air selama penyimpanan dalam kondisi cahaya yang berbeda (Tabel 2). Pengaruh perbedaan suhu penyimpanan terhadap stabilitas MP Secara umum laju reaksi kimia akan meningkat dengan adanya peningkatan suhu. Karena selain akibat kehadiran mikroba maka kerusakan atau deteriorisasi produk pangan umumnya terjadi karena proses kimia maka dalam penelitian ini telah diamati pengaruh perbedaan suhu penyimpanan terhadap stabilitas dari MP. Seperti pada pengamatan terhadap pengaruh perbedaan cahaya terhadap stabilitas dalam penyimpanan, dalam pengamatan terhadap pengaruh suhu parameter sifat organoleptis warna dan bau atau aroma menjadi tolok ukur dari penilaian. Dalam pengamatan selama 9 minggu terlihat bahwa dengan memvariasikan suhu penyimpanan antara suhu kamar (25-27 o C) sampai 40 o C terlihat bahwa warna yang dimiliki MP tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun demikian untuk parameter bau terjadi sedikit perubahan pada sampel yang disimpan pada suhu 30 o C dan 40 o C Tabel 2. Pengaruh cahaya terhadap perubahan kadar air selama penyimpanan Minggu Perlakuan Kadar air (%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Matahari 5,62 6,65 6,93 7,31 7,91 7,94 7,95 8,39 7,85 8,31 Gelap 5,62 6,39 6,98 6,63 7,49 7,75 7,92 8,33 7,97 8,05 Lampu 5,62 6,22 7,01 6,70 7,38 6,87 7,22 7,21 6,73 6,90 sementara dari gambar 1 terlihat bahwa tidak ada perubahan nyata dari nilai ph yang terjadi mulai umur penyimpanan pada waktu tersebut maka dapat 6 minggu. disimpulkan bahwa proses ketengikan Berbeda dengan pada tersebut tidak cukup signifikan untuk penyimpanan dengan adanya cahaya merubah nilai ph. Proses ketengikan yang menyebabkan terjadinya yang terjadi juga tidak berkaitan secara langsung dengan perubahan kadar air ketengikan, pada penyimpanan dengan variasi suhu ini reaksi oksidasi yang selama penyimpanan. Hal ini menyebabkan ketengikan tidak terjadi 5

Tabel 3. Pengaruh suhu terhadap sifat organoleptis selama penyimpanan Suhu Minggu Kamar 30 o C 40 o C Warna Bau Warna Bau Warna Bau 0 Merah Karamel MP Merah Karamel MP Merah Karamel MP 1 Merah Karamel MP Merah Karamel MP Merah Karamel MP 2 Merah Khas MP Merah Khas MP Merah Khas MP 3 Merah Khas MP Merah Khas MP Merah Khas MP 4 Merah Khas MP Merah Khas MP Merah Khas MP 5 Merah Khas MP Merah Khas MP Merah Khas MP 6 Merah Khas MP Merah MP lemah Merah MP lemah 7 Merah Khas MP Merah MP lemah Merah MP lemah 8 Merah Khas MP Merah MP lemah Merah MP lemah 9 Merah Khas MP Merah MP lemah Merah MP lemah (Tabel 3). Sedikit menurunnya bau khas MP kemungkinan diakibatkan oleh adanya pelepasan senyawasenyawa yang mudah menguap dan merupakan unsur pembentuk aroma atau bau. Pada umumnya cita rasa atau aroma pada bahan makanan ditimbulkan oleh berbagai macam senyawa yang mudah menguap (volatil) seperti alkohol, amina dan senyawa-senyawa karbonil. Menurut Sadler (1987), reaksireaksi yang melibatkan lipid atau lemak mempunyai energi aktivasi rendah (2 15 K.kalori/mol) sehingga sulit untuk berlangsung pada suhu ph 5.6 5.4 5.2 5 4.8 4.6 4.4 4.2 Suhu kamar 30 C 40 C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu (Minggu) Gb. 2. Pengaruh suhu terhadap ph yang rendah. Namun demikian reaksi ini dapat dikatalisis oleh kehadiran logam atau pemberian cahaya. Variasi suhu penyimpanan antara suhu kamar sampai dengan 40 o C terlihat tidak memberikan pengaruh nyata pada perubahan nilai ph untuk penyimpanan selama 9 minggu (Gambar 2). Ini tentunya sesuai dengan tidak adanya perubahan sifat organoleptis yang signifikan. Sementara itu kadar air dari MP yang disimpan pada suhu kamar terlihat terus mengalami peningkatan selama penyimpanan dan ini berbeda dengan yang terjadi pada penyimpanan dengan suhu 30 o C dan 40 o C. Pada penyimpanan dengan suhu 40 o C yang dilakukan dengan menggunakan inkubator, terlihat tidak ada perubahan dari kadar air selama 9 minggu pengamatan. Sedangkan pada penyimpanan dengan suhu 30 o C terjadi peningkatan kadar air sampai penyimpanan minggu keenam, namun kembali menurun pada minggu selanjutnya (Tabel 4). Ini mungkin menunjukkan adanya proses penguapan yang lebih besar dibandingkan proses pengikatan uap air setelah kadar air mencapai nilai tertentu. 6

Tabel 4. Pengaruh suhu terhadap perubahan kadar air selama penyimpanan Minggu Kadar air (%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suhu Kamar 5,62 6,81 7,32 8,02 7,52 8,06 8,54 8,26 8,83 8,78 30 o C 5,62 6,24 6,91 7,08 7,22 7,59 7,17 5,83 5,92 6,69 40 o C 5,62 5,62 5,76 5,25 5,32 5,17 5,96 5,40 5,72 5,22 Pengaruh cahaya terhadap stabilitas warna dari MP Dalam selang waktu penyimpanan selama 9 minggu dengan perlakuan yang berbeda dalam cahaya terlihat bahwa tidak ada pengaruh yang nyata terhadap intensitas warna kuning dari MP (Gambar 3 ) maupun warna merah Absorbansi Absorbansi 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Matahari Gelap Lampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu (Minggu) Gambar 3. Pengaruh cahaya terhadap intensitas warna padaλ416 nm (Gambar 4). Hal ini sedikit berbeda dengan pengamatan warna secara organoleptik atau visual (Tabel 1), dimana pemberian cahaya baik yang 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 Matahari Gelap Lampu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu (Minggu) Gambar 4. Pengaruh cahaya terhadap intensitas warna padaλ523 nm bersumber dari lampu maupun sinar matahari telah menyebabkan adanya perubahan warna yang cukup signifikan dan teramati mulai umur penyimpanan 4 minggu. Penjelasan yang paling mungkin untuk hal ini adalah bahwa perubahan warna dari MP yang diakibatkan oleh cahaya hanya terjadi pada lapisan tipis yang langsung terkena cahaya tersebut dan tidak merubah bagian lainnya. KESIMPULAN Dari kegiatan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Monascus Powder atau MP memiliki stabilitas yang cukup baik dalam penyimpanan, dimana dalam penyimpanan selama 9 minggu tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Suhu penyimpanan sampai 40oC tidak memberikan dampak yang berarti terhadap stabilitas MP dan intensitas warnanya, namun demikian penyimpanan harus dilakukan ditempat yang tidak terkena cahaya langsung, baik yang berasal dari lampu maupun matahari. Bahan ini sebaiknya dikemas dalam wadah atau bungkus yang kedap udara dan berwarna gelap sehingga selain untuk menghindari cahaya juga tidak akan menyerap kelembaban lingkungan yang akan meningkatkan kadar airnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Chen, Ming-Ho and Michael R. Johns, 1994, Effect of carbon source on ethanol and pigment production by Monascus purpureus, Enzyme Microb. Technol. Vol. 16, July 1994. 2. Janssen, M.M.T., 1997, Food additives, dalam John de Vries(ed), Food safety and Toxicity, CRC Press, New york, USA:63-75. 7

3. Sadler, G.D., 1987. Aseptic chemistry di dalam Principle of Aseptic Processing and Packaging (P.E. Nelson, ed.) The Food Processor Institute. 4. Syarief, R., H. Halid, 1992, Teknologi Penyimpanan Pangan, Penerbi Arcan, Bogor. Hal. 185-208. 5. Sukandar, Ukan. 2003, Singkong sebagai substrat yang potensial untuk produksi zat warna Monascus, Prosiding seminar Nasional Teknologi Proses kimia. 6. Tisnadjaja, D., 2006, Bebas kolesterol dan demam berdarah dengan angkak, Penebar Swadaya, Jakarta. 8