PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP

dokumen-dokumen yang mirip
LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

IMPLEMENTASI PP 57/2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat

Rehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan Teso Indah Oktober 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

Memanen padi tanpa asap di gambut Lamandau

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

POTRET GAMBUT KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

BENNY PASARIBU, Ph.D KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN SAWIT BERKELANJUTAN DI INDONESIA. Ketua Pokja Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1995 TENTANG PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KALIMATAN TENGAH

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

Kebakaran di lahan gambut Mahakam Tengah: Keselarasan antara mata pencaharian dan konservasi

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

Topik C6 Penurunan permukaan lahan gambut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB SELAMAT PAGI, SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA,

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Camp SSI. Kanal transportasi kayu (+24 Km) yang ditinggalkan oleh Perusahaan HPH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

Pengelolaan Ekosistem Gambut Pasca Kebakaran Lahan Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Prof.Dr.Ir. Azwar Maas, MSc**)

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana mengatasinya

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Topik C3 Kebakaran hutan dan lahan gambut

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN TANAMAN, RESTORASI EKOSISTEM DAN ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM YOGYAKARTA, NOPEMBER 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Transkripsi:

LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 04 I 27 Juli 2016 USAID LESTARI PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP Penulis: Christopher Bennett Editor: Suhardi Suryadi PENGANTAR Mencegah dan memerangi kebakaran lahan gambut di Indonesia memerlukan suatu kerangka tindakan terkoordinasi secara horizontal - mencakup keseluruhan lahan gambut dimana emisi gas rumah kaca (GRK) terjadi - antara para pemangku kepentingan baik masyarakat, sektor swasta dan pemerintah, serta secara vertikal mulai dari nasional melalui propinsi dan kabupaten sampai ke tingkat desa. Jika membandingkan pengalaman bencana kebakaran sebelumnya, terutama pada 1983/4 dan 1997/8, maka respon pemerintah, sektor swasta dan masyarakat atas kejadian El Niño tahun 2015 jauh lebih baik. Hal ini dimulai dari pembentukan Badan Restorasi Gambut (BRG), arahan Presiden untuk memberikan sanksi bagi perusahaan perkebunan yang mempertontonkan perilaku tidak bertanggung jawab atas kebakaran, dan upaya-upaya penyadartahuan di tingkat masyarakat dalam mengurangi risiko kebakaran terhadap aset pertanian serta kesehatannya. WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam 1

Namun sebenarnya yang mejadi prinsip utama dalam mengurangi dan mencegah kebakaran dan kabut asap pada lahan gambut adalah aksi restorasi hidrologi lahan gambut. Hal didasari oleh fakta bahwa akibat dari konstruksi yang berlebihan pada kanal drainase ketika pembukaan lahan sejuta hektar (PLG) telah mengakibatkan kerusakan ekonomi lokal dan sekaligus menyumbang terjadinya emisi GRK global. Tanpa rehabilitasi hidrologi lahan gambut, maka intervensi pengelolaan lahan gambut lainnya seperti penanaman pohon dan pemadaman kebakaran diperkirakan kurang memberikan pengaruh atau perbedaan yang signifikan. MASALAH DAN TANTANGAN Kegagalan merestorasi hidrologi lahan gambut dapat menimbulkan masalah pengelolaan lahan gambut yang tak tidak ada ujung dan tepinya. Nyaris seperti lingkaran setan. Kebakaran telah membuat kerusakan aset pertanian dan wanatani secara langsung (misalnya, pohon buah-buahan, karet, kelapa sawit dan pohon untuk industry kertas, galam, jelutung) dan apinya menjalar kedalam tanah gambut kering yang mudah terbakar akibat tinggi muka air turun terlalu rendah selama musim kemarau (Gambar 1 dan 2). Sementara pada musim hujan terjadi sebaliknya dimana lahan gambut menjadi banjir karena turunnya permukaan tanah akibat kebakaran. Jaringan kanal eks-plg yang luas dan panjang saat ini tidak hanya mengeringkan gambut tetapi cenderung menjadi lokasi asal kebakaran yang tidak sengaja maupun akibat dari kegiatan pembersihan lahan. Gambar 1. Dari kanan ke kiri - tinggi muka air terlalu rendah untuk mencegah api mendapatkan akses kedalam tanah gambut di perkebunan karet rakyat, membunuh sistem akar dan merobohkan pohonpohon, bara api masih terlihat setelah hujan yang pertama, Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Oktober 2015. Gambar 2. Foto udara dari kerusakan hutan akibat kebakaran tahun 2015 yang masuk kedalam tanah gambut kering menyebabkan pohon-pohon tumbang di desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa tantangan utama dan terbesar untuk menghindari terulangnya kebakaran lahan gambut dan kabut asap adalah menjaga gambut tetap basah selama musim kemarau. Sebagai contoh, di sebagian area bekas proyek lahan gambut sejuta hektar (eks-blok C di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah) terutama di lahan dengan tingkat emisi tertinggi pada tahun 2015, maka dengan survei cepat hidrologi dan sosial ekonomi yang dilakukan LESTARI telah dapat memberikan informasi kepada pemerintah daerah tentang bagaimana dan dimana lokasi untuk membendung kanalkanal. Sehingga kanal yang dibangun berguna dalam meningkatkan tinggi muka air dan berfungsi menjaga agar gambut tetap basah selama musim kemarau yang rawan kebakaran. Selain itu, kanal juga dapat berfungsi mencegah banjir selama musim penghujan. Survey hidrologi ini juga memberikan rekomendasi tentang perlunya masyarakat mendapatkan akses yang sah kedalam kawasan gambut untuk kegiatan pertanian dan perikanan sembari membangun area konservasi di area gambut. WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam 2

Berdasarkan permintaan BRG, survei cepat hidrologi dari seluruh 440.000 hektar KHG #14 (eks-blok C), dimulai pada bulan April 2016 untuk menentukan indikasi dimana penabatan kanal harus ditempatkan untuk mempertahankan kecukupan air di lahan gambut sepanjang tahun. Survei, yang dibagi kedalam empat subblok (Gambar 3) mengukur aliran air dan profil kanal, menghasilkan perkiraan profil gambut relatif (Gambar 4) serta merekam vegetasi yang ada dan pemanfaatan kanal. Gambar 3. Empat sub-blok dari survei hidrologi Gambar 4. Aliran air pada sub-blok C2 mengindikasikan kompleksitas hidrologi gambut Ketika survei geodetic yang dilaksanakan secara paralel telah selesai, maka elevasi permukaan gambut akan dapat dipahami dengan lebih baik dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan dimana lokasi dam harus dibangun. Termasuk menentukan desain kepadatan gambut, sehingga dam lebih mudah dibangun dan dipelihara sekaligus memungkinkan perahuperahu kecil keluar masuk di sekitar dam. Dari survey hidrologis, maka secara skematis dapat digambarkan letak lokasi penempatan dam (blok berwarna merah) di sebagian dari kanal utara-selatan utama yang mengikuti pusat kubah gambut di KHG #14. Sementara area indikatif yang diharapkan untuk pemba-sahan gambut seperti terlihat pada Gambar 3 (dengan sisipan profil lahan gambut). Kemudian kanal yang berada di utara-selatan dan melewati kubah gambut yang rentan dan merupakan jantung dari KHG#14, adalah lokasi yang dipandang tepat (logis) untuk memulai pembangunan dam. Hal ini juga dapat menunjukkan pada masyarakat lokal swasta perusahaan dan pemerintah daerah mengenai apa yang perlu dilakukan dan dengan cara apa sehingga tidak merusak penggunaan kanal untuk transportasi (perahu-perahu kecil tidak cukup besar untuk menyembunyikan kayu-kayu ilegal yang diperoleh dari Taman Nasional Sebangau National ke bagian barat (Gambar 4). Sedangkan suatu indikasi dari nilai res-toratif potensial yang dapat diperoleh dari pena-batan kanal dapat dilihat pada Gambar 7 yang diambil menggunakan drone 1. Pengambilan gambar ini dilakukan pada wilayah persinggungan 1 WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam 3

kanal utara-selatan dan kanal timur-barat di Kahayan-Sebangau. Pada tahun 2015, kondisi hutan di lokasi (sepanjang kanal) ini sangat luar biasa karena tanamannya lebat, beregenerasi serta tidak dimanfaatkan telah membuat kondisi lahannya cukup lembab. Sehingga dapat terhindar dari kebakaran (api) yang berkecamuk di sisi lain dari kanal pada tahun 2015 (Gambar 5 & 6). Garis melintang berwarna merah mengindikasikan bekas kebakaran (fire scars). Gambar 5 menunjukkan pembesaran dari daerah berhutan yang beregenerasi secara alami didalam kanal dimana gambut berada dalam kondisi cukup basah untuk menahan api dari peristiwa kebakaran tahun-tahun sebelumnya. panjang yang tidak digunakan yang mendukung regenerasi alami daerah berhutan, yang karenanya berada dalam kondisi yang cukup lembab untuk menghindari kebakaran yang diindikasikan oleh titik api pada tahun 2015 (gambar sebelah kanan). Gambar 7. Gambar jarak dekat dari daerah berhutan yang beregenerasi didalam area kanal panjang yang tidak digunakan dimana gambut cukup basah untuk menahan api. Gambar 5. Skematis dengan bekas kebakaran tahun 2015 (garis-garis melintang berwarna merah), pembasahan gambut yang dapat diharapkan dari penabatan kanal (blok berwarna merah) untuk menyebar keluar dan (kanan) gambar drone dari bagian kanal yang tidak digunakan dimana regenerasi daerah berhutan terjadi secara alami dan karenanya cukup lembab untuk menghindari kebakaran yang terjadi di sisi lain dari kanal panjang yang tidak digunakan. Gambar 6. Suatu gambar drone dari bagian kanal Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah merespon positif kegiatan survey hidrologi dan akan menggunakan hasilnya sebagai dasar dalam kegiatan penabatan kanal pada tahun anggaran tahun. Disamping itu, hasil survei sosio-ekonomi tentang pemanfaatan kanal juga akan melengkapi rekomendasi teknis tentang dimana dan bagaimana dam dan kanal dibangun guna menjaga agar gambut tetap basah serta tetap mendapatkan jaminan secara sosial dan legal. Dalam implementasinya, masyarakat lokal harus dilibatkan dalam konstruksi dan pemeliharaan dam sehingga tumbuh rasa kepemilikan dan tanggungjawab terutama ketika terdapat faktor krusial selama pengelolaan. Sehingga ada dukungan masyarakat dalam pemeliharaan dam/ sekat/tabat untuk menunjang kelancaran pengelolaan air di tingkat tersier (handil). Dengan inisiatif maka secara tidak langsung dapat mendukung upaya-upaya BRG mengembangkan manajemen KHG #14 sampai ke tingkat desa, WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam 4

terutama untuk mempromosikan Desa Peduli Gambut. REKOMENDASI KEBIJAKAN Sekalipun demikian, menjaga gambut tetap basah dalam faktanya tidaklah mudah. Mengi-ngat masih terdapat sejumlah pihak yang kurang mencegah kegiatan eksploitasi gambut yang bersifat jangka pendek dan menguntungkan. Pada hakekatnya, secara politis, komitmen pemerintah untuk merestorasi lahan gambut tidak perlu dipertanyakan. Pembentukan BRG merupakan manifestasi konkrit dari komitmen ini. Bahkan BRG telah mampu mengenali kebutuhan fundamental terkait dengan penataan bagi setiap KHG, suatu lanskap (bentang alam) yang memiliki definis jelas atau dengan kata lain adalah lanskap gambut (peatscape). Namun yang menjadi pertanyaan, bagaiaman penataan tersebut dapat diintegrasikan dengan sistem deteksi api dan respon. Di sisi lain, agar penataan (stewardship) dapat fungsional maka kebijakan penataan juga harus dapat memengaruhi berbagai aktor yang berbeda baik antar sektor secara horisontal antar peatscape maupun secara vertikal antara level-level pemerintah mulai dari nasional hingga desa. Gambar 8 mengilustrasikan bagaimana kesenjangan antara niat politik dan aksi terkoordinasi di lapangan terbukti menjadi tantangan utama. Tanpa kemampuan BRG mengatasi tantangan ini maka dikuatirkan upaya pencegahan kebakaran dan kabut asap tidak akan effektif hasil dan pengaruhnya. Gambar 8. Kanal baru yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalteng didalam area KHG 14, tanpa memahami keprihatinan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau yang mendukung penabatan kanal, menekankan perlunya koordinasi yang efektif diantara level administrasi mulai dari nasional, propinsi, kabupaten hingga desa untuk mencapai penataan restorasi lahan gambut yang efektif guna mewujudkan restorasi hidrologi lahan gambut. Publikasi ini dibuat dengan dukungan dari Rakyat Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari publikasi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tetra Tech dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat. WWW.LESTARI-INDONESIA.ORG USAID LESTARI Penataan Hidrologi Lahan Gambut Dalam 5