BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

3 Metodologi Penelitian

Bab III Metode Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

III. Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

VARIASI MUTASI GEN ATPase 6 mtdna MANUSIA PADA POPULASI DATARAN RENDAH

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

JADWAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

Pengujian DNA, Prinsip Umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

III. BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

III. BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III BAHAN DAN METODE

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI KONSENTRASI MgCl2 DAN SUHU ANNEALING PADA PROSES AMPLIFIKASI MULTIFRAGMENS mtdna DENGAN METODA PCR

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

II. BAHAN DAN METODE

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

PCR Tanpa Isolasi DNA dari Sel Epitel Rongga Mulut

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

Gambar Penerapan metode..., Anglia Puspaningrum, FMIPA UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi fragmen D-loop mtdna hasil lisis dengan menggunakan teknik PCR, deteksi hasil PCR dengan elektroforesis gel agarosa, penentuan urutan fragmen nukleotida mtdna hasil amplifikasi dan analisis urutan nukleotida mtdna dengan program Seqman TM DNAstar versi 4. 3.1 Bagan Alir Penelitian Secara garis besar, tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini. Sampel mtdna (akar rambut) - Lisis sel Templat mtdna - Amplifikasi fragmen D-loop mtdna dengan teknik PCR - Deteksi fragmen D-loop mtdna dengan metode elektroforesis gel agarosa Fragmen mtdna daerah D-loop Urutan nukleotida daerah HVI - Disekuensing - Analisis data Variasi urutan nukleotida mtdna daerah HVI populasi dataran rendah Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Secara Garis Besar 22

23 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung eppendorf 200 µl, 500 µl dan 1,5 ml, mikropipet 1-10 µl dan 10-100 µl, tip, autoklaf, neraca analitik, water bath, freezer, pemanas listrik, termometer, gelas ukur 10 ml dan 100 ml, micro sentrifuge, mesin PCR, set alat elektroforesis, dan lampu UV. Bahan yang digunakan adalah sampel berupa akar rambut, alkohol 70%, buffer lisis 10x (50 mm Tris-HCl ph 8,5; 1 mm EDTA ph 8,0; 0,5 % Tween-20), enzim proteinase K 10 mg/ml, ddh 2 O steril, aquades, buffer PCR 10x (Amersham Pharmacia Biotech: 500 mm KCl, 100 mm Tris-HCl ph 9,0 pada suhu 25 o C; 1,0% Triton X-100); enzim Taq DNA Polimerase (5 unit/µl, Amersham Pharmacia Biotech); campuran dntp 10 mm (Amersham Pharmacia Biotech), primer M1 (CACCATTAGCACCCAAAGCT) 20 pmol/ µl dan HV2R (CTGTTAAAAGTGCATACCGCC) 20 pmol/ µl, dntp 10 mm, agarosa, buffer TAE 1x (Tris-asetat 0,05 M;EDTA 0,001 M ph 8,0), etidium bromida 10 µg/ml, loading buffer (sukrosa 50%; EDTA 0,1 M ph 8; brom fenol biru 0,1% ph 8), dan marker puc19/hinfi 30 ng/ µl (Amersham Life Science). 3.3 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Pendidikan Kimia, Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia, Laboratorium Fisiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas

24 Pendidikan Indonesia, Laboratorium Biokimia Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung yang dimulai sejak bulan April 2010. 3.4 Tahapan Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Sampel mtdna Manusia Sampel mtdna diperoleh dari 19 orang penduduk yang bertempat tinggal di daerah dataran rendah Pameungpeuk, Garut. Usia rata-rata dari mereka di atas 40 tahun dan pemilihan sampel tidak memperhatikan jenis kelamin. Sampel yang diambil berupa sel epitel rongga mulut dan akar rambut dari masyarakat setempat. Sel epitel rongga mulut diperoleh dengan menggunakan cotton bud steril dengan cara menggosokkan cotton bud steril pada rongga mulut, sedangkan akar rambut diperoleh dengan cara mencabut rambut sampai ke akarnya. Akar rambut dimasukkan ke dalam plastik obat, kemudian diberi label dengan kode DR (Dataran Rendah) untuk setiap sampel dan diberi nomor urut. Akar rambut di dalam plastik obat disimpan di dalam ice box untuk mencegah terdegradasinya DNA di dalam sel akar rambut. 3.4.2 Lisis Sel Akar Rambut Proses lisis akar rambut dilakukan dengan menggunakan bagian ujung rambut yaitu akar rambut ± 1 cm lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf berukuran 1,5 ml yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan autoklaf. Ke dalam tabung ditambahkan ddh 2 O 170 µl, buffer lisis (50 mm Tris-HCl ph 8,5; 1 mm EDTA ph 8,0; 0,5 % Tween-20) sebanyak 20 µl, dan enzim proteinase K

25 10 µl. Setelah semua pereaksi dimasukkan, tabung eppendorf dibungkus dengan parafilm, lalu dilisis selama ± 1 jam pada suhu 55 o C. Setelah di lisis, kemudian dilakukan deaktivasi selama 10 menit pada suhu 95 o C dan di sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 14000 rpm. Setelah proses sentrifugasi, supernatan diambil ± 150 µl lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 ml steril yang baru. 3.4.3 Amplifikasi Fragmen mtdna Daerah D-loop Hasil Lisis dengan Teknik PCR Proses amplifikasi fragmen daerah D-loop mtdna manusia dilakukan dengan menggunakan primer universal (M1 dan HV2R). Primer M1 (CACCATTAGCACCCAAAGCT) yang terdiri dari 20 nukleotida dan primer HV2R (CTGTTAAAAGTGCATACCGCC) yang terdiri dari 21 nukleotida. Templat DNA hasil lisis yang berupa supernatan di dalam tabung eppendorf 1,5 ml diambil ± 5 µl lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf baru 200 µl. Supernatan lalu ditambahkan dengan pereaksi PCR yang terdiri dari 0,5 µl dari masing-masing primer (20 pmol/ µl), 2,5 µl buffer PCR 10x (Amersham Pharmacia Biotech: 500 mm KCl, 100 mm Tris-HCl ph 9,0 pada suhu 25 o C; 1,0% Triton X-100); 0,2 µl enzim Taq DNA Polimerase ( 5 unit/ µl, Amersham Pharmacia Biotech); 0,5 µl campuran dntp 10 mm (Amersham Pharmacia Biotech) dan ditambahkan ddh 2 O steril hingga volume tabung 25 µl. Pada prinsipnya teknik PCR terdiri dari 3 tahap reaksi yang berbeda, yaitu denaturasi, annealing (penempelan primer), dan polimerisasi (pemanjangan

26 rantai). Siklus PCR diawali oleh denaturasi pada suhu 95 o C, lalu tahap penempelan (pengikatan) primer pada suhu 50 o C. Sesudah penempelan primer, suhu ditingkatkan hingga mencapai suhu 72 o C, yang berfungsi untuk polimerisasi (pemanjangan) rantai. Proses PCR dilakukan sebanyak 30 siklus. DNA hasil amplifikasi dengan metode PCR disimpan pada suhu -20 o C. 3.4.4 Deteksi Hasil PCR dengan Elektroforesis Gel Agarosa Hasil amplifikasi PCR dianalisis menggunakan elektroforesis gel agarosa 1% (b/v) menggunakan alat mini sub TM DNA Electrophoresis cell (TM minicell). Gel agarosa dapat dibuat dengan melarutkan 0,15 g agarosa dalam 15 ml buffer TAE 1x (Merck: tris-asetat 0,04 M; EDTA 0,001 M ph 8,0). Larutan tersebut dipanaskan hingga seluruh agarosa larut, kemudian didinginkan hingga suhu larutan 60 0 C. Setelah suhu mencapai ± 60 0 C, ditambahkan 2 µl larutan EtBr 10 µl/ml (Merck) lalu dicetak. Ke dalam masing-masing sumur dalam gel, dimasukkan 5 µl sampel hasil PCR yang telah dicampur dengan 2 µl loading buffer (Merck; sukrosa 50%, EDTA 0,1 M ph 8; bromfenol biru 0,1% ph 8). Proses elektroforesis dilakukan dalam buffer TAE 1 x sebagai media penghantar arus pada tegangan 100 volt selama ± 40 menit. Hasil elektroforesis divisualisasi dengan lampu UV seri 9814-312 nm (Cole Parmer) pada panjang gelombang 312 nm. Penentuan konsentrasi DNA dapat dilakukan dengan cara membandingkan intensitas pita yang dianalisis terhadap pita-pita dari marker yang konsentrasinya telah ditentukan sebelumnya.

27 3.4.5 Sekuensing Sekuensing DNA merupakan tahap akhir dalam menentukan urutan nukleotida fragmen hasil amplifikasi dengan PCR. Sekuensing dilakukan dengan metode dideoksi sanger. Tahapan sekuensing DNA yang akan dilakukan meliputi penyiapan DNA templat, reaksi sekuensing menggunakan primer M1 (CACCATTAGCACCCAAAGCT), pemurnian hasil sekuensing dengan kolom sephadex G-50, elektroforesis pada gel poliakrilamida dan pembacaan elektroforegram hasil sekuensing. Pembacaan hasil sekuensing dapat dilihat dari data elektroforegram yang menunjukkan warna dan tinggi puncak yang berbeda untuk tiap basa. Untuk basa A berwarna hijau, basa G berwarna hitam, basa C berwarna biru dan basa T berwarna merah. Tahapan sekuensing hasil amplifikasi dengan teknik PCR dilakukan oleh Macrogen Advancing through Genomics Korea. 3.4.6 Analisis Hasil Sekuensing Analisis hasil sekuensing produk PCR dilakukan dengan menggunakan bantuan program SeqMan TM versi 4 DNAstar dengan cara membandingkan urutan basa nukleotida sampel terhadap urutan basa nukleotida standar Cambridge hasil revisi (rcrs, revised Cambridge Reference Sequence) yang sudah tersedia. Urutan nukleotida sampel dan urutan nukleotida standar (rcrs) dimasukkan pada program ini, maka dengan otomatis program ini akan mengurutkan nukleotida sampel sesuai dengan urutan dan posisi nukleotida standar dan kemudian akan menandai basa tertentu yang berbeda dengan standar.