M A K A L A H ETOS KERJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ADMINISTRASI PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

MEMBANGUN SIKAP DAN ETOS KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dibutuhkan etos kerja dalam diri karyawan karena etos kerja

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 7 TAHUN 2016

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 11/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN KEHUTANAN

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

bagi kehidupan modern, khususnya bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk

BENGKALIS, 25 JULI 2017

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

TIJAUAN KASUS: PETUGAS NAKAL

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah adalah bagaimana

VISI DAN MISI BIB LEMBANG

Kamis, 29 November 2012

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi mengenai pekerjaannya tersebut, oleh karena itu setiap pekerja

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

PENDIDIKAN BERWAWASAN KEWIRAUSAHAAN PADA USIA DINI. Abdul Rahmat Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNG

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

PERATURAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO

PANDANGAN TENTANG KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI DI INDONESIA ( KABUPATEN NDUGA PROVINSI PAPUA )

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 54

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

ETOS KERJA. Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM. Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

Transkripsi:

M A K A L A H ETOS KERJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ADMINISTRASI PUBLIK Untuk Memenuhi Syarat Pendaftaran Perkuliahan Pascasarjana Ilmu Administrasi Publik Universitas Terbuka 2013.2 Tahap II Disusun oleh : Nama : Harrya Alfha Email : harryaalfha@gmail.com HP : 082162707555

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena izin, rahmat serta karunianya penulis telah menyelesaikan makalah yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Makalah ini tentunya sangat memberikan kontibusi positif bagi perkembangan kualitas diri penulis dalam menuntut ilmu dan mengaplikasikan ilmu administrasi publik, selain itu para pembaca akan mengetahui betapa penting nya etika-etika dalam melaksanakan tugas sebagai administrator, makalah ini berjudul Etos Kerja dan Implikasinya Terhadap Administrasi Publik. Melalui kata pengantar ini penulis akan mengantarkan para pembaca untuk ikut menganalisa betapa berpengaruhnya etos kerja dalam menjalankan roda administrasi dengan tujuan akhir pencapaian kinerja berkualitas dan pelayanan prima terhadap masyarakat. Penulis menyadari bahwa ini adalah sebuah titik awal penggalian ilmu administrasi publik, tentunya masih banyak kekurangan baik dalam menguraikan data, maupun dalam memperspektifkan tujuan, namun ini tidak lepas dari dukungan kawan-kawan seperjuangan penulis di BPS Kabupaten Mandailing Natal. Kritik dan saran yang membangun dalam proses perkembangan kualitas diri penulis Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang mendukung penyusunan makalah ini dalam bentuk apapun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Mandailing Natal, 23 Mei 2013 Penulis i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 1 C. Tujuan... 2 D. Metodologi Penelitian... 2 BAB II LANDASAN TEORI... 3 A. Administrasi Publik... 3 B. Etos Kerja... 3 C. Etika... 4 BAB III PEMBAHASAN... 5 A. Etos Kerja Indonesia... 5 B. Hubungan Etika dengan Etos Kerja Pejabat Publik... 9 C. Implikasi Hubungan Antara Etika Dan Etos Kerja Pejabat Publik... 11 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 13 B. Saran... 13 Daftar Pustaka... 14 ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merupakan yang utama dalam melaksanakan pekerjaan adalah keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia Mahakarya. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi yang bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil. Hal ini semua dapat terlihat dan tertuang dalam etos kerja. Etika dalam pelaksanaan administrasi publik menjadi salah satu masalah yang menjadi kelemahan dasar dalam pelaksanaan administrasi di Indonesia. Etika sering dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia administrasi. Padahal, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan public sekaligus sebagai keberhasilan organisasi administrasi itu sendiri. Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap pelayanan public mulai dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi, pelayanan untuk mencapai tujuan akhir pelaksanaan administrasi. Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan individu, kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa dalam mencapai tujuannya. Pada pelaksanaan administrasi publik juga dipengaruhi oleh etos kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya menyelenggarakan kebutuhan masyarakat. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang penulis angkat ialah: 1. Bagaimana etika mempengaruhi etos kerja dalam lingkup pejabat publik? 1

2. Apa implikasi dari hubungan antara etika dan etos kerja pejabat publik terhadap institusi publik sistem administrasi publik itu sendiri maupun terhadap masyarakat? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini ialah: 1. Mengetahui bagaimana pengaruh etika terhadap etos kerja 2. Mengetahui implikasi dari etos kerja terhadap kinerja pejabat publik 3. Sebagai syarat registrasi perkuliahan pascasarjana Ilmu Administrasi Publik Universitas Terbuka. D. Metode Penulisan Metode penulisan pada makalah ini berdasarkan: studi pustaka 2

BAB II LANDASAN TEORI A. Administrasi Publik a. Pengertian Administrasi Publik Dalam buku Manajemen dalam Pemerintahan, yang diterbitkan oleh Lembaga Adminitrasi negara, dikatakan bahwa, administrasi negara adalah keseluruhan penyelenggaraan kekuasaan negara dengan memanfaatkan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana dan daya untuk tercapainya tujuan negara dan terlaksananya tugas pemerintahan. b. Pengertian Pejabat Publik Pejabat publik adalah orang yang melaksanakan administrasi publik, pegawai maupun aparatur negara. B. Etos Kerja a. Pengertian Etos Kerja menurut Jansen H Sinamon, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Etos adalah kebiasaan, berbasis pada state of mind, yang berhubungan dengan kegiatan produktif (etos belajar, etos kerja, etos menabung, dsb). 2. Etos adalah mindset yang berkaitan dengan dan mewujudkan berupa kegiatan produktif 3. Etos adalah apa yang dianggap paling penting, paling vital, oleh sekelompok orang untuk pekerjaan (profesi) yang merek a jalankan, dan perilaku apa yang dituntut untuk mencapai hal paling penting tersebut, termasuk apa-apa yang tidak boleh dilanggar. Masih menurut Jansen, etos kerja adalah spirit, semangat, dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan unggul seperti: 3

- Rajin, Antusias - Teliti, Tekun - Kerja Keras - Ulet, Sabar - Bertanggungjawab - Hemat, Efisien - Menghargai Waktu Etos kerja menurut Jansen adalah seperangkat perilaku kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan yang jelas dan mantap serta komitmen yang teguh pada prinsip, paradigma, dan wawasan kerja yang khas dan spesifik. Sedangkan pengertian etos kerja berdasarkan kamus besar bahasa indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok. b. Fungsi dan tujuan etos kerja Secara umum etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah: a. Pendorong timbulnya perbuatan b. Pengairah dalam aktivitas c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan. C. Etika a. Pengertian Etika Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan sesorang atau suatu kelompk dalam mengatur tingkah lakunya (bertens:2004) b. Pentingnya etika dalam kehidupan ilmiah: Dalam kehidupan ilmiah, etika menjadi sangat penting, pokok perhatiannya tertuju pada problem dan proses kerja keilmuan. 4

BAB III PEMBAHASAN A. Etos Kerja Indonesia Etos kerja merupakan salah satu komponen penting yang menentukan produktivitas suatu organisasi yang secara nasional akan menentukan kualitas suatu bangsa. Etos kerja sangat berhubungan dengan etika baik individu, kelompok, maupun institusi. Ekonomi, politik, sosial dan budaya suatu bangsa sangat di tentukan oleh etos kerja masyarkatnya. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis multidimensi Indonesia sejak tahun 1997 adalah merajalelanya etos kerja yang buruk, Jansen mengambil contoh di tiga bidang saja, pertama di bidang ekonomi, masyarakat lebih mengutamakan ekonomi rente daripada ekonomi riil, sebuah cerminan etos kerja yang ingin cepat kaya tanpa kerja keras 1, berbeda dengan etos kerja bangsa Jepang dan Jerman yang sering kali di jadikan contoh sebagai etos kerja yang baik, etos kerja tersebut ialah sebagai berikut: Belajar dari negara lain, Jerman dan Jepang yang luluh lantak di PD II. Tetapi kini, lima puluh tahun kemudian, mereka menjadi bangsa termaju di Eropa dan Asia. Mengapa? Karena etos kerja mereka tidak ikut hancur. Yang hancur hanya gedung-gedung, jalan, dan infrastruktur fisik. Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah : 1) bertindak rasional 2) berdisiplin tinggi 3) bekerja keras 4) berorientasi sukses material 5) tidak mengumbar kesenangan 6) hemat dan bersahaja, serta 7) menabung dan berinvestasi November 2008 1 http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/j/jansen-sinamo/berita, Rabu, 19 5

Di Timur, orang Jepang menghayati bushido (etos para samurai) perpaduan Shintoisme dan Zen Budhism. Inilah yang disebut oleh Jansen (1999) sebagai karakter dasar budaya kerja bangsa Jepang. Ada 7 prinsip dalam bushido, ialah : 1) Gi : keputusan benar diambil dengan sikap benar berdasarkan kebenaran, jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan gagah, terhormat. 2) Yu : berani, ksatria. 3) Jin : murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama. 4) Re : bersikap santun, bertindak benar. 5) Makoto : tulus setulus-tulusnya, sungguh-sesungguh-sungguhnya, tanpa pamrih. 6) Melyo : menjaga kehormatan martabat, kemuliaan. 7) Chugo : mengabdi, loyal. Jelas bahwa kemajuan Jepang karena mereka komit dalam penerapan bushido, konsisten, inten dan berkualitas. Bagaimana dengan Indonesia? Mengutip Mochtar Lubis dalam bukunya Manusia Indonesia [1977], Jansen menytkan etos kerja orang Indonesia adalah: 1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati 2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam 3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi 4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib; 5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. 6) Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu Artistik; dekat dengan alam. Etos kerja tersebut di atas merupakan gambaran mayoritas dari masyarakat indonesia yang seharusnya menjadi perhatian mulai dari pemerintah, institusi, kelompok profesi dan individu pekerja itu sendiri. Sebagai contoh organisasi 6

masyarakat ESQ (Emosional Spiritual Quotien) telah melakukan upaya-upaya peningkatan etos kerja dengan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengimplementasikan 7 Budi Utama, yang terdiri dari : 1. Jujur 2. Tanggung jawab 3. Visioner 4. Disiplin 5. Kerjasama 6. Adil 7. Peduli Dimana 7 Budi Utama tersebut merupakan unsur-unsur yang di butuhkan dalam meningkatkan etos kerja. ESQ memasukan spiritual (agama/ keyakinan) karena bangsa indonesia mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Tuhan sehingga apabila semua pekerjaan dilakukan atas dasar keyakinan, maka jiwa sesorang akan ikut andil dalam menggerakkan rasa dan menghasilkan perilaku yang kuat, sehingga jika diarah kan dengan benar maka akan berdampak pada perilaku yang baik. Kemudian Jansen juga menjabarkan etos kerja yang profesional di dalam melakukan pekerjaan, yang dijabarkan dalam 8 artian kerja bagi para pelaku kerja dan apabila diterapkan dengan baik, maka akan tercipta produktivitas kerja yang tinggi. 8 Etos kerja profesional tersebut adalah: 1. Kerja adalah Rahmat : Bekerja Tulus Penuh Syukur Bekerja adalah rahmat yang turun dari Tuhan oleh karena itu harus kita syukuri. Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut: a. Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja b. Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas 2. Kerja adalah Amanah : Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang 7

didelegasikan kepada kita akan membubuhkan kehendak kuat untuk melasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan. 3. Kerja adalah Panggilan : Bekerja Tuntas Penuh Integritas Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi yang kita jalani untuk menjawab panggilan kita sebagai birokrat, akuntan, hakim, dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh. 4. Kerja adalah Aktualisasi : Bekerja Keras Penuh Semangat Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu: a. Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras b. Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita c. Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita 5. Kerja adalah ibadah : Bekerja Serius Penuh Kecintaan Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika ksemua 8

didasari dengan rasa cinta. Jadi, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan. 6. Kerja adalah Seni : Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini dimaksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efisien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni. 7. Kerja adalah Kehormatan : Bekerja Tekun Penuh Keunggulan Kehormatan diri bisa kita dapat dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan kita untuk bekerja lebih tekun. 8. Kerja adalah Pelayanan : Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati Hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain B. Hubungan Etika dengan Etos Kerja Pejabat Publik Etika berkaitan dengan konsep-teori-rasio tentang nilai-nilai etis dalam hubungan manusiawi, seperti kebenaran, keadilan, kebebasan, kejujuran, dan cinta kasih. Sementara etos berkaitan dengan perilaku-praktik-budaya yang tidak selalu bersifat etis atau sesuai dengan etika. Etika kerja adalah semacam teori tentang apa, mengapa, dan bagaimana sesorang seharusnya bekerja agar 9

ia menjadi manusia yang baik. Dan etos kerja adalah praktik dan budaya kerja apa adanya 2. Karena bersifat konseptual-teoritik-rasional, etika kerja selalu mengacu pada nilai-nilai etis yang menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia. Etika dan etos kerja merupakan faktor dasar dari pejabat publik dalam melaksanakan administrasi publik. Sebagai contoh, seorang pegawai administrasi keuangan, ketika ia menjunjung etikanya maka ia akan jujur dalam mencatat pengeluaran baik ada orang maupun tidak, itu yang dinamakan etika. Karena ia berlaku jujur maka etos yang etis terwujud menjadi suatu sikap profesional dan menghasilkan kinerja yang baik. Pada dasarnya etika pejabat publik tertuang dalam kode etik kepegawaian, sehingga sudah ada dasar untuk suatu perilaku pejabat publlik yang secara moral sudah dianggap benar. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik pula. Sehingga dapat dilihat bahwa penerapan etika dilakukan terlebih dahulu, dan akan dapat membangun etos kerja yang nantinya menghasilkan suatu kinerja atau produktivitas dalam pekerjaan. Kita ambil satu contoh isu saat ini yaitu pejabat adminstrasi yaitu kasus Gayus Tambunan. Gayus adalah pegawai pajak yang bekerja di Direktorat Jendral Pajak pada bagian staf penelaah keberatan dan banding. Gayus melakukan kerjasama kecurangan dengan wajib pajak, dengan imbalan 25 milyar. Apa yang di lakukan gayus tersebut telah melanggar kode etik berupa sumpah pegawai terhadap negara, instansi dan masyrakat, dapat dikutip dari Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil bahwa : Utama,) hal.32 2 Harefa, Andrias, Membangkitkan Etos Profesionalisme,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka 10

...Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara." Selain itu, pada Sumpah/Janji Jabatan, bahwa :...Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian berupa apa saja dan dari siapapun juga, yang saya tahu atau patut dapat mengira, bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya Jika landasan etika yang dimiliki Gayus kuat maka ia tidak akan terpengaruh, ketika etika tersebut tidak diperdulikan maka dampaknya secara otomatis etos kerja yang baik tidak dapat dibangun, seperti bersikap tulus dan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan juga instansi, khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam kasus ini, juga tidak menjaga martabat dan kehormatan baik pada diri sendiri, pekerjaan serta instansi dan masyarakat. Sebenarnya etos kerja yang paling sederhana dilihat dari pegawai yang terlambat kerja, tidak disiplin, tidak kreatif, meremehkan pekerjaan dan sebagainya, sebenarnya hal seperti ini merupakan hal sederhana yang sering kali dilupakan oleh para pegawai publik, jika hal seperti ini terus berlanjut dan tidak ada perhatian maka menjadi bibit dari terjadinya kasus besar seperti kasus Gayus tersebut. C. Implikasi Hubungan Antara Etika Dan Etos Kerja Pejabat Publik Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa etika mempengaruhi etos kerja pegawai publik dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan administrasi publik. Pegawai harus memahami, menghayati dan mengaplikasikan etika dalam pekerjaan sehari-hari mulai dari tugas individu, kelompok maupun institusi, maka etos kerja akan dapat di bangun secara 11

maksimal, sehingga produktivitas kerja meningkat, pegawai itu sendiri itu akan memperoleh kepuasan kerja sebagai dorongan untuk mencapai profesionalitas, masyarakat akan memperoleh kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan, maka timbul kepercayaan dalam masyarakat, dan menjadikan hubungan timbal balik yang efektif. Jika semua hal tersebut dapat tercapai pada akhirnya akan mempertahankan etos kerja yang baik serta menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh, mampu bersaing di era pasar bebas. Sebaliknya apabila etika yang telah di buat tidak diikutsertakan dalam pegawai dalam tugasnya, maka kasus-kasus seperti gayus akan potensial terjadi, dan menghasilkan etos buruk, seperti yang di katakan oleh Mochtar Lubis bahwa etos kerja bangsa indonesia hampir seluruhnya merupakan etos yang buruk. Tentunya etos buruk tersebut akan menciptakan kerusakan perilaku, sehingga produktivitas serta profesionalisme tidak dapat dicapai. Bagi pegawai itu sendiri etos buruk akan menjadi kebiasaan yang dapat menular kepada pegawai lain dan dapat merugikan instansi sehingga tidak dapat mencapai target pekerjaan. Selain itu dampak luas dari etos kerja pegawai publik yang buruk akan menghasilkan pelayanan kepada masyarakat yang buruk pula, sehingga muncul ketidakpuasan dari masyarakat terhadap administrasi publik. 12

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas penulis menyimpulkan bahwa Admnistrasi yang dijalankan oleh pejabat publik dipengaruhi oleh etos kerja. Etos kerja bangsa Indonesia digambarkan sebagai etos yang buruk, untuk itu perlu ada kerja keras dari berbagai pihak yang terus menerus untuk merubah etos kerja yang sudah menjadi kebiasaan bangsa indonesia. Salah satu upaya dari organisasi masyarakat ialah penerapan 7 Budi Utama oleh ESQ di segala lapisan masyarakat, hal ini dapat menjadi upaya untuk menumbuhkan etos dari dalam jiwa sehingga menghasilkan perilaku yang masyarakat yang madani. Etos kerja sangat dipengaruhi oleh etika. Etos kerja yang profesional didasari oleh orang yang menjunjung tinggi etika. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis (kejuj uran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik pula. Pelayanan yang diberikan administrasi publik melalui para pegawai ditentukan dari baik atau tidaknya etos kerja yang dimiliki, apakah baik atau buruk, etos kerja yang baik akan menimbulkan kepercayaan dari masyarakat dan menumbuhkan sikap mental yang baik, sehingga berimabas luas adan menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang tangguh dan maju. Dapat dikatakan bahwa ketahanan individu menentukan kemajuan bangsa. B. Saran Adapun saran yang penulis ajukan adalah : 13

1. Agar kode etik benar-benar di implementasikan, sumpah pegawai jangan hanya sekedar formlitas. Sebaiknya selalu dilakukan sosialisasi etika, baik melalui tulisan-tulisan maupun pertemuan diskusi-diskusi 2. Pemimpin sebagai role model dalam penerapan etika, akan menjadi sumber dari semangat etos kerja, sehingga pemimpin sebaiknya yang mempunya kesadaran jiwa yang tinggi, etika dan etos yang baik. 3. Mind set pekerja harus di isi dengan etika dan motivasi. 4. Dalam administrasi publik, masyarakat sebagai prinsipal sangat pempengaruhi sehingga harus membangun etos kerja yang respek terhadap masyarakat dan mendahulukan kepentingan bersama. Dengan penerapan peraturan serta hukum yang baik. 14

DAFTAR PUSTAKA http://penulis165.esq-news.com/opini-anda/2011/01/27/jepang-maju-karena-7- prinsip-bushido.html, Kamis, 16 Mei 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/administrasi_publik, Kamis, 16 Mei 2013. http://www.putra-putri-indonesia.com/pengertian-etos-kerja.html, Senin, 20 Mei 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/etika, Selasa, 21 Mei 2013. http://8etos.com/2010/02/15/budaya-produktif-etos-kerja-dan-daya-saingorganisasi/, Kamis, 23 Mei 2013. http://www.scribd.com/doc/57970241/etos-kerja, Kamis, 23 Mei 2013. http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&i d=395:kaburnya-pengertian-istilah-pejabat-negara&catid=12:artikel&itemid=85, Senin, 27 Mei 2013. 15