BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

PROFESSIONAL IMAGE. Budaya Kerja Humas yang Efektif. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL. 4.1 Sumberdaya Penentu Keberhasilan Kerja Aparatur Badan Kepegawaian,

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun external. Hal-hal di atas tidak mudah, karena barisan terdepan

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Presiden No. 246 Tahun 1963 menjadikan PMI sebagai satu-satunya

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya. Pengelolaan aktivitas setiap organisasi harus benar-benar tepat. manusia terutama yang memiliki etos kerja yang tinggi.

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 7 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya untuk bereaksi secara sukarela dan positif terhadap sasaransasaran

BAB I PENDAHULUAN. yang ideal untuk memberikan pelayanan publik secara baik dan maksimal.

BAB I. PENDAHULUAN. organisasi perusahaan maupun suatu instansi pemerintahan. Ketersediaan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui apakah peran pimpinan secara keseluruhan dapat dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang berhasil dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi pemerintah mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

UPKP V: ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

Lampiran 1 Core Value HIDUP BERKAH LPP Graha Wisata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

UMIYATI A

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

M A N A J E M E N A S N

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

Profesionalisme di Tempat Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

20 program kegiatan dalam pembangunan ZI*)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia.

KIAT BERPRESTASI JABATAN FUNGSIONAL. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd. Abstrak

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin dalam menerapkan teori kepemimpinan dalam organisasi. tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok.

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan sesuai tuntutan perkembangan masyarakat. digunakan untuk mempromosikan dirinya dalam mengembangkan karirnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dalam pemerintahan sangat menentukan berhasil tidaknya tercapai tujuan

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah

BUPATI POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan. mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk

Transkripsi:

BUDAYA KERJA PEJABAT DAN KEPEMIMPINAN Oleh : H.ERMAN SE.MM Widyaiswara Madya Pada Badan Diklat Provinsi Sumatera Barat Budaya kerja diartikan sebagai cara pandang atau cara seseorang memberikan makna terhadap kerja atau jabatan. Pada konsteks pemerintahan atau aparaturnya maka dapat dipahami sebagai cara pandang serta suasana hati yang menumbuhkan keyakinan yang kuat atas dasar nilai-nilai yang diyakininya, serta memiliki semangat yang tinggi dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik. Budaya kerja dapat diartikan adanya ethos kerja, workaholick, dan etika kerja, Nana Rukmana (2007) mengatakan bahwa salah satu syarat pemimpin tersebut adalah adanya kemampuan atau Kompetensi, Rasulullah SAW pernah bersabda Aku tidak takut kepada rakyat (umat ) yang bodoh, tapi yang sangat aku takutkan adalah pemimimpin yang bodoh dan sesat. Budaya kerja juga merupakan cara kerja sehari-hari yang bermutu dan selalu mendasari nilai-nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja lebih baik, dan memuaskan bagi masyarakat yang dilayani (Kementerian PAN,2002 ). Semenjak era desentralisasi atau otonomi daerah bergulir, terjadi perubahan-perubahan yang mendasar dalam tata pemerintahan didaerah antara lain Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat, sedangkan dibidang kepegawaian Kepala Daerah adalah Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah, khusus dalam hal pengangkatan Pejabat dalam hal ini Kepala Dinas / Badan adalah hak prerogativ Kepala Daerah, tidak perlu berkonsultasi dengan Departemen / Kementerian terlebih dahulu, bahkan kalaupun ada rambu-rambu dari Pusat juga tidak menjadi bahan pertimbangan yang utama. Sebagai contoh ketika Rohmin Damhuri menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan pernah membuat standar atau syarat-syarat untuk menjadi Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan baik untuk tingkat Provinsi maupun untuk tingkat Kabupaten dalam kenyataan tidak dijadikan acuan, begitu juga tentang Kepala Sekolah yang diatur dalam Keputusan Mendiknas 162/U/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, yang Keputusan Mendiknas itu sekarang telah pula diganti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010. Penggantian Kepala Sekolah dan lama menjabat sebagai Kepala Sekolah tetap menurut Kepala Daerah yang bersangkutan tidak mengacu pada SK Mendiknas tersebut. Besarnya kewenangan Kepala Daerah dalam hal kepegawaian mengakibatkan setiap penggantian Kepala Daerah, tim sukses dan pejabat kasak-kusuk untuk mengatur dan mendapatkan posisi menjadi Kepala Dinas atau Badan didaerah masing-masing. Diberbagai

media massa sering muncul berita Sejumlah Pejabat Kasak-Kusuk, atau Bersiaplah Untuk Dimutasi atau Prediksi Pejabat Yang Akan Dilantik hal ini sudah dianggap biasa diera otonomi ini. Apabila kita hubungkan kasak-kusuk tim sukses dan para pejabat untuk mendapatkan jabatan dengan prinsip-prinsip Budaya Kerja sangatlah bertentangan, Harsanto Nursadi (2006 ) mengatakan bahwa prinsip-prinsip budaya kerja sebenarnya merupakan hal-hal yang dasar yang dilakukan dalam suatu pelaksanan kerja. Budaya Kerja sebenarnya mengandung nilai-nilai yang prinsipil dalam pelaksanaan kerja yaitu : 1. Etos kerja, merupakan watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan atau perilaku suatu kelompok masyarakat. Etos merupakan komponen budaya yang merupakan kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap kerja keras. Etos kerja dapat diukur dengan tinggi rendah, kuat atau lemah. Sebagai contoh seorang pejabat tidak hanya memberi arahan di kantor atau hanya menerima laporan dari bawahan tetapi juga turun kelapangan, halangan dilapangangpun segera dipecahkan. Sering terjadi pimpinan malas kelapangan tetapi rajin tugas keluar daerah khususnya ke Jakarta, atau rapat di luar daerah yang hasilnyapun tidak disosialisasikan dengan bawahan. Contoh yang terakhir ini bukanlah pejabat yang mempunyai etos kerja. 2. Workaholism, sebagai bagian dari budaya kerja, hal tersebut karena menunjukkan salah satu pola dan kualitas perilaku manusia dalam bekerja, baik secara pribadi, pekerjaan dinas, kelompok, bebas atau kompetititif. Pejabat yang punya sifat ini antara lain tidak akan berhenti bekerja atau berusaha sebelum berhasil. Dalam hal ini dapat dicontohkan seorang pejabat belum pulang dari kantor kalau ada pekerjaan yang sesungguhnya harus selesai pada hari tersebut apalagi ada hubungannya dengan kebutuhan rakyat banyak. Kerja tekun yang sangat fanatik seperti ini rata-rata dipunyai oleh bangsa Jepang, mungkin inilah penyebab bangsanya sangat maju dan berhasil dalam segala bidang. 3. Etika Kerja, merupakan peristiwa rohani yang berkaitan dengan kalbu atau nurani manusia-manusia, ketika dihadapkan pada pilihan, memilih dengan bebas, membuat keputusan batin dan bertanggung jawab atas pilihannya. 4. Anggapan Dasar Tentang Kerja, merupakan kesimpulan dalam bentuk pendirian. Kerja dapat diartikan sebagai hukuman, upeti, beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, status, prestise atau gengsi, aktualisasi diri, panggilan jiwa, pengabdian, hak atau sebaliknya, hidup atau sebaliknya dan ibadah serta suci. Bagi penyelenggara negara atau para pejabat kepala instansi, budaya kerja menjadi hal yang sangat penting karena dari budaya kerja tersebut dapat dilihat bagaimana penyelenggara negara melayani rakyatnya. Makna kerja bagi aparatur adalah tugas yang diberikan dalam jabatan sebagai pegawai negeri, pemberian tugas tersebut disesuaikan dengan kemampuan, beban tugas

dan jabatan yang diduduki oleh aparat tersebut. Dengan demikian seseorang yang telah mendapat tugas / jabatan atau amanah maka ia harus menjalankan tugas tersebut dan tidak berpaling pada tugas lain atau menganggap beban tugas tersebut. Warna budaya kerja adalah produktivitas, yang berupa perilaku kerja yang tercermin antara lain : kerja keras, ulet, disiplin, produktif, tanggung jawab, motivasi, manfaat, kreatif, dinamik, konsekuen, konsisten, responsif, mandiri. Menurut Budhi Paramita budaya kerja dapat dibagi dua yaitu : Pertama,Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan karena jabatan dan kekuasaan. Bila seseorang berpendirian tentang kerja sebagai berat tidak menyenangkan seperti kerja sebagai hukuman, upeti, beban, kewajiban dan sebagian prestise serta kesenangan, maka sikap terhadap pekerjaannya menjadi negatif, tidak ikhlas dan ragu-ragu sehingga perilaku dan kinerjanya menjadi rendah. Bila pendirian kerja sebagai sesuatu yang ringan menyenangkan, maka sikap terhadap pekerjaannya menjadi positif, dengan perilaku terhadap pekerjaanya sangat positif rela berkorban, dan kinerjanya menjadi tinggi. Kedua, Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu karyawan atau bawahan. Budaya kerja seorang pejabat akan tercermin dengan kepemimpinan dan manajemen yang ada padanya, Miftah Thoha ( 2004 ) mengatakan bahwa dalam artian yang luas kepemimpinan dapat dipergunakan setiap orang dan tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam hal ini adalah bawahan atau mitra kerja kearah tercapainya suatu tujuan tertentu dalam hal ini melayani masyarakat. Kepemimpinan tidak harus diikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu, melainkan kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, sebagai aplikasinya jika seorang Pejabat punya kepemimpinan maka bawahannya akan bekerja sesuai dengan aturan organisasi yang ada walaupun dia tidak berada ditempat atau dikantor. Hal ini baru bisa terjadi bila atasan atau pejabat tersebut mampu membawa organisasi yang dipimpinya sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut sebagaimana dikatakan oleh Warren G.Bennis Leadership is the capacity to translate vision into reality. Seorang ulama dapat diikuti oleh orang-orang lain dan pengaruhnya besar sekali terhadap orang-orang didaerahnya, tidak harus terlebih dahulu diikat oleh aturan-aturan atau ketentuanketentuan organisasi yang sering dinamakan birokrasi. Konkritnya, seorang kiyai atau ulama, besar pengaruhnya sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku seorang Bupati Kepala Daerah di dalam memimpin daerahnya, tidak harus lebih dahulu kiyai tersebut menjadi pegawai di Kabupaten tersebut. Jelas disini kepemimpinan mempunyai ciri tidak harus terjadi dalam suatu organisasi tertentu. Dan tidak dibatasi oleh jalur komunikasi struktural, melainkan bisa menjalin jalur network yang merembes secara luas melampaui jalur struktural Selama ini yang banyak terlihat karena kurang punya jiwa kepemimpinan, maka bawahan akan bekerja bila sang Pejabat

ada di kantor, bila pejabat keluar daerah atau tugas ketempat lain, maka bawahan juga ikut keluyuran. Donald H.Mc.Gannon, mengatakan bahwa Leadership is action, not position, artinya pejabat itu harus berbudaya kerja bukan mengandalkan jabatan / pososisi. Sering terjadi bila kita datang kekantor-kantor kelihatan karyawan atau PNS santai-santai dan main games pada komputer bila ditanya kenapa santai akan meluncur jawaban jenaka bahwa sang Bos lagi keluar daerah. Kepemimpinan sering pula dikaitkan dengan manajemen, apabila kepemimpinan itu dibatasi oleh tatakrama birokrasi atau dikaitkan terjadinya dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajamen. Dari penjelasan diatas maka dapat saja terjadi seorang manajer berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manejer, tetapi seorang menajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin. Pejabat sebenarnya adalah manajer karena terikat dengan jabatan dalam sebuah organisasi, tetapi dia harus punya jiwa kepemimpinan, syarat syarat yang telah diuraikan diatas inilah yang harus dipunyai oleh seorang pejabat sehingga kasak-kusuk yang sering ditulis media massa dapat dihindari dengan menerapkan Budaya Kerja.

Daftar Pustaka 1. Agustian,Ary Ginanjar (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ).penerbit Arga. 2. Ken Shelton (ed).(2001). A New Paradigm of Leadership (terjemahan ).Penerbit PT.Ekex Media Kamputindo,Jakarta. 3. Rukmana,Nana.( 2007).Etika Kepemimpinan,Perspektif Agama dan Moral.