VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

Lampiran 1 Sebaran contoh menurut komponen pengambilan keputusan berdasarkan jenis kelamin dan bidang pangan

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

PENDAHULUAN Latar Belakang

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Ratarata % Dalam milyar rupiah. Jenis Pendapatan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

1 Universitas Indonesia

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

BPS PROVINSI JAWA BARAT

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

(PMTB) DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ACEH TAHUN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)

STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

dikonsumsi (termasuk kebutuhan pangan dan non pangan).

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO AGUSTUS 2016

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

PERENCANAAN KEUANGAN KOMUNITAS MISKIN DI PERKAMPUNGAN VATUTELA

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

METODE PENELITIAN. Keluarga petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Padajaya. RW 4 = 7 orang. RW 5 = 23 orang. Gambar 2 Teknik Pengambilan Contoh

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : ISSN

PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa Timur, pandan dijumpai sebanyak dua

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

BAB V STRUKTUR NAFKAH RUMAH TANGGA PEDAGANG MAKANAN

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB VIII AKSES DAN KONTROL RMKL DAN RMKP TERHADAP P2KP

HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Transkripsi:

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA 6.1. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Dalam penelitian ini, alokasi waktu kerja didefinisikan sebagai jumlah jam kerja riil yang dicurahkan oleh anggota rumahtangga dalam mencari nafkah dalam satu tahun. Alokasi waktu kerja dikelompokkan menjadi alokasi waktu kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan dan di luar usaha industri produk jadi rotan. Dalam pembahasan tentang alokasi waktu kerja, anggota rumahtangga dibagi menjadi alokasi waktu kerja suami, istri dan anggota rumahtangga lainnya. Anggota rumahtangga lainnya yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi anak, adik, kakak, paman dan anggota rumahtangga lainnya yang hidup dalam satu atap dan menanggung beban ekonomi rumahtangga bersama-sama. 6.1.1. Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga Pengusaha Gambaran tentang alokasi waktu kerja anggota rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan disajikan pada Tabel 3. Secara lengkap data alokasi waktu kerja anggota rumahtangga per sampel disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 3 dapat diungkapkan bahwa alokasi waktu kerja keluarga pengusaha di dalam usaha industri produk jadi rotan (rata-rata per tahun) mencapai 79.84 persen dari jumlah waktu kerja yang tersedia. Dengan kata lain hampir 4 kali lebih besar daripada alokasi waktu kerja rumahtangga pengusaha di luar usaha industri produk jadi rotan. Hal ini mengindikasikan bahwa rumahtangga pengusaha lebih mengutama bekerja di dalam usaha industri produk

81 jadi rotan dibandingkan dengan pekerjaan lain. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap seluruh sampel yang menyatakan bahwa usaha industri produk jadi rotan adalah matapencaharian utama. Tabel 3. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Pengusaha No. Anggota Keluarga Alokasi Waktu Kerja (Jam/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 3,140 201 3,341 (93.98) (6.02) (100.00) (66.97) (16.98) (56.89) 2. Istri 1112 750 1862 (59.72) (40.28) (100.00) (23.72) (63.34) (31.70) 3. Anggota rumahtangga lainnya 437 233 670 (65.22) (34.78) (100.00) (9.32) (19.68) (11.41) Jumlah 4,689 1184 5,873 (79.84) (20.16) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) Keterangan: Angka dalam tanda kurung pada baris pertama dari setiap item menunjukkan persentase terhadap alokasi waktu kerja total dan angka dalam tanda kurung pada baris kedua menunjukkan persentase terhadap jumlah alokasi waktu kerja rumahtangga. Apabila diamati lebih lanjut, pengusaha (suami) sebagai kepala keluarga rumahtangga lebih besar mencurahkan waktu kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan. Secara keseluruhan alokasi waktu kerja suami lebih besar dibandingkan anggota rumahtangga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suami merupakan penopang utama ekonomi rumahtangga pengusaha dalam memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. Sementara itu, alokasi waktu istri lebih banyak dicurahkan di luar usaha daripada di dalam usaha industri produk jadi rotan, yaitu sebesar 63.34 persen. Pekerjaan istri di luar usaha meliputi sebagai pegawai swata, berdagang, membuka usaha seperti menerima jahitan dan merias pengantin. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan istri dalam rumahtangga

82 sangat penting, dimana istri berperan sebagai ibu rumahtangga dan sebagai pekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga. 6.1.2. Alokasi Waktu Kerja Rumahtangga Pekerja Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga pekerja dalam industri produk jadi rotan ditujukan untuk pekerjaan usaha mengolah barang setengah jadi rotan menjadi produk jadi rotan. Secara umum, pekerjaan utama yang dilakukan oleh pekerja laki-laki adalah membuat rangka dan menganyam, sedangkan perempuan melakukan kegiatan finishing, mengamplas dan mengecat. Namun demikian, ditemukan pula pekerja laki-laki yang melakukan kegiatan finishing terutama apabila pekerja membuat rangka dan menganyam telah selesai dilakukan. Gambaran tentang aloksi waktu kerja anggota rumahtangga pekerja di dalam dan di luar usaha industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 4. Secara lengkap data alokasi waktu kerja per sampel dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Tabel 4. Alokasi Waktu Kerja Anggota Rumahtangga Pekerja No. Anggota Keluarga Alokasi Waktu Kerja (Jam/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 2,249 111 2,360 (95.30) (4.70) (100.00) (81.63) (16.23) (68.62) 2. Istri 333 168 501 (66.47) (33.53) (100.00) (12.09) (24.56) (14.57) 3. Anggota rumahtangga lainnya 173 405 578 (29.93) (70.07) (100.00) (6.28) (59.21) (16.81) Jumlah 2,755 684 3,439 (80.11) (19.89) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

83 Pada Tabel 4 terlihat bahwa alokasi waktu kerja rumahtangga pekerja di dalam usaha industri produk jadi rotan mencapai 88.11 persen dari jumlah waktu kerja yang tersedia. Dengan demikian alokasi waktu kerja keluarga pekerja di dalam usaha 4 kali lebih besar dari waktu yang dicurahkan pekerja di luar usaha industri produk jadi rotan. Hal ini mengindikasikan bahwa bekerja pada usaha industri produk jadi rotan merupakan pekerjaan utama. Selanjutnya, alokasi waktu kerja suami dan istri lebih banyak dicurahkan pada usaha industri produk jadi rotan, masing-masing sebesar 95.30 persen dan 66.47 persen. Sementara itu, alokasi waktu kerja anggota rumahtangga lainnya lebih sedikit dicurahkan pada usaha industri produk jadi rotan, yaitu 29.93 persen, dan lebih banyak dicurahkan pada luar usaha industri produk jadi rotan, meliputi sebagai pegawai swata, pelayan toko, pembantu rumahtangga, berdagang dan buruh bangunan. Apabila dibandingkan total alokasi waktu kerja antara anggota rumahtangga, maka terlihat bahwa alokasi waktu kerja suami sebagai kepala rumahtangga lebih besar daripada anggota rumahtangga lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa suami dalam rumahtangga pekerja sangat berperan dalam menopang ekonomi rumahtangga pekerja untuk menafkahi keluarganya. 6.2. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Setiap anggota rumahtangga memiliki kontribusi pendapatan terhadap pendapatan total rumahtangga. Dengan memaparkan kontribusi pendapatan dapat dilihat anggota keluarga mana yang memiliki peran yang besar terhadap pendapatan total rumahtangga. Disamping itu dapat diketahui usaha industri produk jadi rotan atau pekerjaan lain yang memberikan kontribusi paling besar.

84 Kontribusi pendapatan dari masing-masing anggota rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan selanjutnya dapat dilihat dalam uraian berikut. 6.2.1. Pendapatan Rumahtangga Pengusaha Pendapatan bersih rumahtangga pengusaha dari dalam usaha industri produk jadi rotan adalah selisih antara pendapatan kotor dengan biaya produksi. Besarnya pendapatan pengusaha di dalam usaha industri produk jadi rotan disajikan pada Tabel 5 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tabel 5. Produksi, Biaya dan Pendapatan Usaha Industri Produk Jadi Rotan No. Deskripsi Satuan Nilai/Jumlah 1. Produksi Unit/tahun 359 2. Harga Rupiah/tahun 485 000 3. Pendapatan kotor Rupiah/tahun 173 985 667 4. Biaya produksi Rupiah/tahun 91 655 197 5. Pendapatan bersih Rupiah/tahun 82 330 470 Dari Tabel 5 dapat dinyatakan bahwa pendapatan kotor rumahtangga pengusaha dari dalam usaha sebesar Rp. 173 985 667 dan biaya produksi sebesar Rp. 91 655 197. Selisih pendapatan kotor dengan biaya produksi adalah pendapatan bersih, yaitu sebesar Rp. 82 330 470. Pendapatan bersih pada usaha industri produk jadi rotan merupakan kontribusi dari setiap anggota keluarga pengusaha yang terlibat dalam usaha tersebut. Dengan cara mengalikan masing-masing proporsi curahan kerja anggota rumahtangga pengusaha dengan besarnya pendapatan bersih rumahtangga dari usaha industri produk jadi

85 rotan tersebut, dapat ditentukan kontribusi pendapatan dari masingmasing anggota rumahtangga pengusaha (Tabel 6). Pada Tabel 6 terlihat bahwa rata-rata pendapatan rumahtangga pengusaha dari usaha industri produk jadi rotan adalah sebesar Rp. 82 330 470 per tahun atau sebesar 77.32 persen dari total pendapatan rumahtangga. Sedangkan pendapatan pengusaha dari luar usaha industri produk jadi rotan sebesar Rp. 24 154 000 atau sebesar 22.68 persen dari total pendapatan rumahtangga. Pendapatan pengusaha di dalam usaha lebih besar dari pendapatan luar usaha industri produk jadi rotan. Porporsi pendapatan setiap anggota rumahtangga pada usaha industri produk jadi rotan yang lebih besar merupakan konsekuensi logis dari proposi curahan kerja setiap anggota keluarga yang besar pada usaha tersebut. Tabel 6. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Pengusaha No. Kontribusi Pendapatan (Rupiah/Tahun) Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 55 132 795 3 332 000 58 464 795 (94.30) (5.70) (100.00) (66.97) (13.79) (54.90) 2. Istri 19 524 735 16 730 000 36 254 735 (53.85) (46.15) (100.00) (23.72) (69.26) (34.05) 3. Anggota rumahtangga lainnya 7 672 940 4 092 000 11 764 940 (65.22) (34.78) (100.00) (9.32) (16.94) (11.05) Jumlah 82 330 470 24 154 000 106 484 470 (77.32) (22.68) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

86 Dari total pendapatan rumahtangga dapat diungkapkan bahwa kontribusi suami sebagai kepala rumahtangga lebih besar dari kontribusi istri dan anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, kontribusi pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap anggota keluarga bersama-sama mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. 6.2.2. Pendapatan Rumahtangga Pekerja Gambaran tentang kontribusi pendapatan anggota rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 7 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa pendapatan rumahtangga pekerja dari usaha industri produk jadi rotan adalah sebesar Rp. 15 779 200 atau sebesar 79.73 persen dari total pendapatan rumahtangga. Sedangkan pendapatan rumahtangga pekerja di luar usaha yaitu sebesar Rp. 4 100 250 atau sebesar 20.63 persen dari toal pendapatan rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan rumahtangga pekerja berasal dari pendapatan di dalam usaha industri produk jadi rotan. Besarnya pendapatan rumahtangga pekerja dari usaha industri produk jadi rotan merupakan konsekuensi logis dari proporsi curahan waktu kerja keluarga pada usaha tersebut lebih besar dari curahan kerja pada pekerjaan lainnya. Tabel 7. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Pekerja No. Kontribusi Pendapatan (Rupiah/Tahun)

87 Dalam Usaha Luar Usaha Jumlah 1. Suami 13 234 875 361 875 13 596 750 (97.34) (2.66) (100.00) (83.88) (8.83) (68.40) 2. Istri 1 533 200 1 752 375 3 285 575 (46.66) (53.34) (100.00) (9.72) (42.74) (16.53) 3. Anggota rumahtangga lainnya 1 011 125 1 986 000 2 997 125 (33.74) (66.26) (100.00) (6.41) (48.44) (15.08) Jumlah 15 779 200 4 100 250 19 879 450 (79.37) (20.63) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) Pendapatan suami berasal dari dalam usaha industri produk jadi rotan lebih besar dari pendapatan luar usaha, sebaliknya untuk kontribusi pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya. Besarnya pendapatan suami dan anggota rumahtangga lainnya selaras dengan proporsi curahan kerjanya. Sementara itu, pendapatan istri lebih kecil dari dalam usaha industri produk jadi rotan sedangkan curahan kerjanya lebih besar pada usaha tersebut. Hal ini terjadi karena upah/gaji yang diperoleh istri pekerja dari dalam usaha industri produk jadi rotan lebih kecil daripada upah/gaji yang berasal dari luar usaha tersebut. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa kontribusi pendapatan suami terhadap pendapatan total rumahtangga pekerja lebih besar dari pendapatan istri dan anggota keluarga lainnya. Hal ini sangat wajar karena suami sebagai kepala keluarga berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup anggota rumahtangganya. 6.3. Pola Pengeluaran Rumahtangga Setiap rumahtangga memiliki pola tertentu dalam pengeluaran atau membelanjakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran rumahtangga menunjukkan berapa besar pendapatan rumahtangga yang digunakan untuk keperluan konsumsi, non konsumsi, investasi (pendidikan

88 dan usaha), pengeluaran rekrasi dan tabungan. Gambaran tentang pola pengeluran rumahtangga pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9 dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1,2,3 dan 4. 6.3.1. Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha Gambaran tentang pengeluaran rumahtangga pengusaha industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar 12.59 persen dari pengeluaran total rumahtangga pekerja. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dari pengeluaran untuk konsumsi non pangan rumahtangga pengusaha. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pengusaha telah dapat memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi pangan) dan kebutuhan sekunder (non pangan, investasi pendidikan, investasi usaha dan tabungan rumahtangga pengusaha). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan rumahtangga pengusaha sudah relatif baik. Tabel 8. Pengeluaran Rumahtangga Pengusaha No. Jenis Pengeluaran Nilai (Rupiah/Tahun) Persentase 1. Konsumsi pangan 14 148 000 12.59 2. Konsumsi non pangan 83 451 333 74.24 3. Investasi pendidikan 2 449 600 2.18 4. Investasi usaha 9 433 333 8.39 5 Pengeluaran rekreasi 1 381 667 1.23 6 Tabungan 1 542 667 1.37 Jumlah 112 406 600 100.00 Selanjutnya pengeluaran investasi pendidikan rumahtangga pengusaha hanya 2.18 persen dari total pengeluaran rumahtangga pengusaha. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anak sekolah dalam rumahtangga pengusaha

89 sebagaimana telah dikemukakan pada Bab V adalah 1 orang dan pada umumnya tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh adalah Sekolah Menengah Umum (SMU), sehingga pengeluaran untuk investasi pendidikan relatif kecil. 6.3.2. Pengeluaran Rumahtangga Pekerja Gambaran tentang pengeluaran rumahtangga pekerja industri produk jadi rotan dapat dilihat pada Tabel 9 dan secara lengkap hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan sebesar 33.53 persen dari seluruh pengeluaran total rumahtangga pekerja. Jumlah ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dari pengeluaran untuk konsumsi non pangan rumahtangga pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga pekerja telah dapat memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi pangan) dan kebutuhan sekunder (non pangan dan investasi pendidikan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesejahteraan rumahtangga pekerja relatif sudah baik. Tabel 9. Pengeluaran Rumahtangga Pekerja No. Jenis Pengeluaran Nilai (Rupiah/Tahun) Persentase 1. Konsumsi pangan 6 678 000 33.53 2. Konsumsi non pangan 11 598 175 58.24 3. Investasi pendidikan 620 125 3.11 4. Pengeluaran rekreasi 1 018 750 5.12 Jumlah 19 915 050 100.00 Selanjutnya investasi pendidikan rumahtangga pekerja sebesar 3.11 persen dari total pengeluaran rumahtangga pekerja. Hal ini wajar, sebab jumlah anak sekolah dalam rumahtangga sebanyak 1 orang dan pada umumnya tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh adalah tamatan sekolah Dasar (SD), sehingga pengeluaran rumahtangga pekerja untuk investasi pendidikan relatif lebih kecil.