Bab II. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM DAN KAPITALISASI PASAR SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERLAKUAN SURAT KEPUTUSAN No. KEP-00071/BEI/ DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan mulai tanggal 6 Januari penyesuaian terhadap besaran satuan dan fraksi harga.

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).

BAB I PENDAHULUAN. negara baik negara maju maupun negara berkembang serta menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis serta pembahasan yang telah dilakukan pada babbab

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang berdiri dari skala kecil dan besar.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, diharapkan para investor semakin

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian pada skripsi ini adalah emiten yang masuk dalam LQ 45 periode

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II. Kajian Pustaka. perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian yang akan diperoleh (expected return) untuk suatu periode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. transaksi jual-beli saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kt Mas Trisna, Lucy S Musmini dan Edy Sujana, 2014.

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini ditandai dengan adanya kesepakatan dalam bidang bisnis yaitu ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun pihak swasta. (Darmaji dan

BAB I PENDAHULUAN. membuktikan bahwa krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Benua Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya berupa deviden dan laba dari luar perusahaan. bentuk yaitu : (1) non sistematic risk, yaitu resiko yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kecil (Akhmad dan Ramadyansari, 2013). Pasar modal merupakan fasilitas yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Struktur Mikro Pasar (Market Microstructure Theory)

BAB I PENDAHULUAN. tambahan tersebut dapat diperoleh dari investor yang menanamkan modalnya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana bertemu untuk menjualbelikan sekuritasnya. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

I. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mediator untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memperoleh modal. Bagi perusahaan go public, beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal tidak dilakukan dengan cara bertemu langsung antara penjual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya negara di dunia ini memiliki pasar modal (capital market).

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak saham yang tidak aktif diperdagangkan atau tidak bergerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang terpecaya, karena sinyal yang diberikan bersifat costly atau. investor percaya akan kondisi perusahaan di masa mendatang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Investasi adalah mengorbankan asset yang dimiliki sekarang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II PEMBAHASAN. keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank. jasa para perantara pedagang efek (Febriana dan Mudjiati, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peran penting bagi perekonomian negara. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menurut Pedoman Standar Akuntansi Keuangan Nomor 13 dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga terlaksananya perdagangan efek yang teratur,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan keuntungan di masa mendatang. Tujuan dari investasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. daya saing dan pangsa pasar agar dapat tetap survive dalam dunia bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan (return) yang maksimal dengan risiko tertentu. Adanya pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah tempat yang mempertemukan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Andri Yuwono (2013), meneliti mengenai Reaksi pasar modal di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi suatu negara tertentu, dalam kaitannya dengan dana, ada

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. semakin tingginya volume perdagangan saham.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar pemenang persaingan sekaligus menjadi pemimpin pasar.

BAB I PENDAHULUAN. mendaftarkan sahamnya di pasar modal atau berstatus ( go public ). Pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Dalam pasar modal, ada banyak informasi yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. modal juga dapat dijadikan indikator bagi perkembangan perekonomian sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pasar Modal. diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan informasi cenderung meningkat, tak terkecuali di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap informasi mengenai aktivitas perusahaan (emiten) dipasar Modal akan

diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntungan yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. peristiwa seperti pengumuman dividen, right issue, stock split maupun peristiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fathul Mubaraq, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia (Purbawati dkk, 2016).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1 Perubahan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Sesuai dengan Surat Keputusan No. KEP-00071/BEI/11-2013 tentang Perubahan Satuan Perdagangan dan Fraksi Harga, maka mulai tanggal 6 Januari 2014 PT. Bursa Efek Indonesia (PT.BEI) melakukan penyesuaian pada satuan perdagangan (round lot) dan penyesuain terhadap fraksi harga yang berlaku. PT. BEI melihat bahwa satuan perdanggan dan fraksi harga merupakan komponen struktur mikro pasar yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan likuiditas saham. Oleh sebab itu, dalam rangka untuk meningkatkan likuiditas saham dan kapitalisasi pasar serta daya saing bursa maka perlu dilakukan penyesuain atas besaran satuan perdanganan dan fraksi harga. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan No. KEP-00071/BEI/11-2013 tentang Perubahan Satuan Perdagangan dan Fraksi Harga ini, maka maka Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00399/BEI/11-2012 tanggal 14 November 2012 perihal Perubahan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun peraturan yang diubah tersebut antara lain: a. Perubahan satuan perdagangan sebagaimana diatur dalam ketentuan VI.4.2. Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas

8 (Lampiran Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep- 00399/BEI/11-2012), yang semula diatur: VI.4.2. Satu satuan perdagangan (round lot) Efek Bersifat Ekuitas ditetapkan 500 (lima ratus) Efek Bersifat Ekuitas Diubah menjadi : VI.4.2. Satu satuan perdagangan (round lot) Efek Bersifat Ekuitas ditetapkan 100 (seratus) Efek Bersifat Ekuitas b. Perubahan besaran fraksi harga sebagaimana diatur dalam ketentuan VI.5.2. Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek (Lampiran Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00399/BEI/11-2012), yang semula diatur: VI.5.2. Besaran Fraksi Harga Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler dan Pasar Tunai ditetapkan sebagai berikut : VI.5.2.1. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous kurang dari Rp 200,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 1,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimumyang diperkenankan sebesar Rp 10,- VI.5.2.2. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous berada dalam rentang Rp 200,- sampai dengan kurang dari Rp 500,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 5,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 50,-

9 VI.5.2.3. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous berada dalam rentang Rp 500,- sampai dengan kurang dari Rp 2.000,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 10,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 100,- VI.5.2.4. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous berada dalam rentang Rp 2.000,- sampai dengan kurang dari Rp 5.000,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 25,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 250,- VI.5.2.2. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous Rp 5.000,- atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar Rp 50,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 500,- Diubah menjadi : VI.5.2.1. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous kurang dari Rp 500,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 1,- dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 20,- VI.5.2.2. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous berada dalam rentang Rp 500,- sampai dengan kurang dari Rp 5000,- ditetapkan fraksi sebesar Rp 5,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 100,-

10 VI.5.2.3. untuk Efek Bersifat Ekuitas dengan Harga Previous Rp 5.000,- atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar Rp 25,-, dan untuk setiap jenjang perubahan harga maksimum yang diperkenankan sebesar Rp 500,- c. Perubahan maksimum volume penawaran jual dan atau permintaan beli untuk pelaksanaan perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler dan Pasar Tunai sebagaimana diatur dalam ketentuan VI.7.2. Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas (Lampiran Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00399/BEI/11-2012), yang semula diatur: VI.7.2 Dalam pelaksanaan perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di pasar Reguler dan Pasar Tunai, maka JATS akan melakukan Auto Rejection, apabila volume penawaran jual atau permintaan beli Efek Bersifat Ekuitas lebih dari 10.000 lot atau 5% dari jumlah Efek yang tercatat di Bursa Diubah menjadi : VI.7.2 Dalam pelaksanaan perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, maka Jats akan melakukan Auto Rejection, apabila volume penawaran jual atau penawaran beli Efek Bersifat Ekuitas lebih dari 50.000 lot atau 5% dari jumlah Efek yang tercatat di Bursa.

11 2.2 Preferred Trading Range Theory Dalam preferred trading range theory diduga terdapat beberapa rentang perdagangan yang lebih cocok daripada rentang perdagangan lain dan manajemen sebaiknya menggunakan distribusi saham untuk menyesuaikan harga saham ke preferred range (Grenzi Anthony F, 2003). Hal ini memberikan spekulasi bahwa alasan beberapa rentang adalah "lebih cocok" dibandingkan rentang lainnya adalah karena kenaikan likuiditas yang disebabkan oleh perdagangan harga saham pada preferred range. Penjelasan lain dari dugaan adanya preferred range meliputi, kemampuan beli investor kecil untuk dapat membeli dalam round lot dan atau melakukan diversifikasi karena harga yang lebih rendah sehingga hal tersebut akan memperkecil komisi broker (broker fee). Kedua hal tersebut memiliki korelasi terhadap peningkatan aspek likuiditas dalam teori. 2.3 Return Saham Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh dari investasi saham. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return) (Jogiyanto, 2010:205). Return merupakan return yang telah terjadi, dan sangat penting karenea dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang investor harapkan untuk diperoleh pada masa yang akan datang. Return ekspektasi berbeda dengan return realisasi, karena return ekspektasi masih diharapkan akan terjadi. Return merupakan salah satu dasar yang sering digunakan investor dalam mengambil keputusan investasi, karena return tersebut merupakan tujuan utama

12 dari investor dalam menginvestasikan dananya. Return juga dapat dikatakan sebagai imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada investor atas risiko investasi yang ditanggungnya. Return saham adalah perubahan kemakmuran dari perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen yang diterima. Pemegang saham dalam investasinya akan mendapatkan return yang ditawarkan saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih harga saham sekarang dengan harga saham pada periode yang lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Pada umumnya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, karena sebagian akan digunakan untuk reinvestasi oleh perusahaan. Tidak semua perusahaan selalu membagikan dividen, baik itu dividen tunai maupun dividen saham kepada para pemegang sahamnya. Pembagian ini sangat bergantung pada kondisi perusahaan itu sendiri, contohnya jika terjadi kerugian pada perusahaan tersebut, ada kemungkinan besar perusahaan tidak membagikan dividen pada tahun berjalan. Dalam penelitian ini perhitungan return saham yang digunakan menggunkan pendekatan capital gain. Penggunaan pendekatan capital gain dipilih penulis karena menggunakan return saham untuk menghitung abnormal return, dimana abnormal return tersebut merupakan proxy untuk melihat perubahan kapitalisasi pasar.

13 2.4 Likuiditas Saham Likuiditas menurut Bursa Efek Indonesia (informasi umum pasar modal, stock exchange) adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan dana investasinya Menurut E,A Koentin (1994: 106) dalam Deden Mulyana (2011) likuiditas saham adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal. Likuiditas saham yang baik, berarti bahwa setiap saat investor dapat datang ke pialang dan menjual sahamnya. Pengukuran likuiditas saham dapat menggunakan pendekatan trading volume activity. Trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan dipasar modal (Deden Mulyana, 2011). Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham maka aktivitas perdagangan saham dibursa juga akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh pada permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Menurut Marwan Asri dan Faizal (1998) dalam P. Oktaviana Sakti (2013) semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya pun akan semakin besar terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik atau turunnya harga atau return saham tersebut.

14 2.5 Abnormal Return Saham Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal, dimana return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor), dengan demikian return yang tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2010:579). Abnormal return dapat dipicu oleh berbagai peristiwa misalkan mencakup, marger pengumuman deviden, stock split, perubahan tingkat suku bunga, tuntutan hukum atas perusahaan, perubahan kebijakan makro ekonomi negara, serta semua yang dapat berkontribusi aktif ke abnormal return. Abnormal return kemungkinan terjadi di sekitar tanggal kejadian suatu peristiwa, dalam hal ini mengenai penetapan peraturan Perubahan Satuan Perdagangan dan Fraksi Harga. Jika pengumuman yang terjadi mengandung informasi, maka abnormal return akan terjadi. Sebaliknya, jika peristiwa tersebut titak memiliki kandungan informasi, maka hampir dipastikan tidak adan terdapat abnormal return. Abnormal return terdiri dari dua macam yaitu, abnormal return positif dan abnormal return negatif. Abnormal return positif menunjukkan adanya sinyal positif atau kabar baik dari suatu mengumuman atau suatu peristiwa, dimana akan terjadi jika return realisasi lebih besar dari return yang diharapkan. Sedangkan abnormal return negatif menujukan adanya kabar buruk dari suatu pengumuman atau suatu peristiwa, dimana akan terjadi bila return realisasi lebih kecil daripada return yang diharapkan (Jogiyanto, 2010:598)

15 Menurut Bron dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2010:80), untuk menghitung return ekspektasi dapat menggunakan model estimasi mean-adjusted model, marked model dan market-adjusted model. Dalam penelitian ini model estimasi return yang dipilih adalah market-adjusted model. Market-adjusted model (model disesuaikan pasar) mengganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut (Jogiyanto, 2010:591). Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Rumus yang digunakan untuk menghitung expected return dengan metode ini adalah sebagai berikut: = 1 1 (Iguh Wijanarko, 2012) Keterangan: ER t = Expected Return pada periode t IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1 2.6 Pengembangan Hipotesis Perubahan peraturan satuan perdagangan dan fraksi harga terkait perdagangan efek yang bersifat ekuitas sesuai Surat Keputusan No. KEP- 00071/BEI/11-2013 menyebabkan dana investasi yang dibutuhkan investor untuk membeli saham menjadi lebih kecil. Semakin kecilnya dana investasi yang dibutuhkan untuk membeli saham, maka diharapkan akan menarik minat calon investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham, sehingga dapat

16 meningkatkan volume transaksi perdagangan saham di bursa. Peningkatan transaksi perdagangan di bursa ini dapat dimaknai sebagai peningkatan likuiditas saham dan diharapkan dapat mendorong peningkatan kapitalisasi pasar karena terjadi peningkatan harga saham. Penulis mencoba melihat pengaruh perubahan satuan perdagangan san fraksi harga terhadap likuiditas saham dan kapitalisasi pasar yang dilihat dari perbedaan trading volume activity dan abnormal return. Aktivitas perdagangan saham (trading volume activity) banyak digunakan sebagai indikator pengukur likuiditas saham sesuai dengan landasan teori yang telah disampaikan sebelumnya. Variabel ini dipilih penulis untuk menggambarkan pengaruh perubahan peraturan satuan perdagangan dan fraksi harga terhadap likuiditas saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Sadikin (2011) dan Iguh Wijanarko (2012) yang meneliti perngaruh stock split terhadap likuiditas saham dan harga saham ditemukan adanya peningkatan aktifitas perdagangan saham yang ditunjukan dengan peningkatan trading volume activity, namum tidak terdapat pengaruh pada harga saham yang ditunjukan dengan abnormal return saham. Stock split biasanya dilakukan oleh menejemen jika harga saham sudah terlalu tinggi sehingga saham cenderung kurang likuid. Selain itu stock split juga membawa saham pada rentang harga perdagangan yang baru. Hal ini sesuai dengan preffered trading range theory yang menyatakan adanya rentang perdagangan yang lebih diminati oleh investor dibandingkan rentang lain, yang pada akhirnya membawa saham pada preffered range-nya akan meningkatkan likuiditas saham. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan penelitian terdahulu yang relevan, maka dugaan penelitian pertama yang diajukan adalah

17 adanya perbedaan likuiditas saham yang dilihat dengan rata-rata trading range activity pada saat sebelum dan sesudah pemberlakuan peraturan perubahan satuan perdagangan dan fraksi harga perdagangan terkait perdagangan efek yang bersifat ekuitas di Indonesia. Untuk melihat pengaruh perubahan peraturan satuan perdagangan dan fraksi harga perdagangan terhadap kapitalisasi pasar penulis memilih variabel abnormal return. Abnormal return merupakan bentuk respon pasar akan suatu kejadian atau informasi yang berpengaruh terhadap keputusan investasi. Oleh sebab itu jika informasi mengenai perubahan satuan perdagangan dan fraksi harga dianggap memiliki arti maka abnormal return akan terjadi disekitar tanggal kejadian, baik itu abnormal return positif (jika informasi dianggap positif/baik) atau abnormal return negatif (jika informasi dianggap negatif/buruk). Dalam penelitian Deden Mulyana (2011) ditemukan adanya korelasi positif antara likuiditas saham terhadap harga saham. Hal ini tidak sejalan dengan temuan dalam penelitian Ali Sadikin (2011) dan Iguh Wijanarko (2012) yang hanya menemukan peningkatan likuiditas saham tanpa diikuti dengan peningkatan harga saham. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian terdahulu yang relevan, maka dugaan penelitian kedua yang diajukan adalah adanya perbedaan nilai kapitalisasi pasar yang dihitung dengan membandingkan average abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pemberlakuan perubahan peraturan satuan perdagangan dan fraksi harga perdagangan terkait perdagangan efek yang bersifat ekuitas di Indonesia.