24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

P R O G R A M INDONESIA MEMANTAU HUTAN

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana mengatasinya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

Mencegah Kerugian Negara Di Sektor Kehutanan: Sebuah Kajian Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penatausahaan Kayu

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA: DI BAWAH CENGKRAMAN MAFIA

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indo

PENDAHULUAN Latar Belakang

Percepatan Penetapan Kawasan Hutan Secara Definitif dengan Skema Klaim-Verifikasi

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

PENTINGNYA REFORMASI PENGUASAAN HUTAN DAN LAHAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN AGENDA PEMBANGUNAN YANG PEKA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

KERTAS POSISI Kelompok Masyarakat Sipil Region Sulawesi Sistem Sertifikasi Bukan Sekedar Label Sawit Berkelanjutan

West Kalimantan Community Carbon Pools

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Policy Brief Tata Kelola Kehutanan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Ass. Ws. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian!

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA [WALHI] KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Transkripsi:

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah berlanjutnya krisis kebakaran, dan meningkatkan perlindungan hutan demi kebaikan semua orang Indonesia Platform peta Greenpeace baru akan memberikan penjelasan yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan hutan di Indonesia, yang masih jauh dari transparan. Transparansi adalah ciri khas dari pemerintahan yang akuntabel, dan dapat membantu memberantas korupsi. Dengan memastikan semua orang bisa melihat ke mana hak atas hutan telah dibagikan, dan kepada siapa, peta ini akan membantu mengurangi kerugian negara melalui korupsi di penerbitan konsesi, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan lahan. Bambang Widjojanto, pengacara kepentingan publik dan mantan wakil kepala Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia (KPK), berbicara dalam mendukung peta Monitoring Hutan Indonesia yang publikasi online oleh Greenpeace. Dalam bulan-bulan terakhir 2015, Indonesia dan wilayah sekitarnya tercekik kabut asap dari krisis kebakaran yang parah. Pada awal November, total emisi dari kebakaran ini diperkirakan telah melebihi emisi bahan bakar fosil tahunan Jepang.[1] Biaya krisis Indonesia ini diperkirakan mencapai US$ 16 miliar[2] dan kabut beracun dari kebakaran berdampak terhadap jutaan orang termasuk di negara tetangga Malaysia dan Singapura.[3] Lebih dari 500.000 orang di Indonesia dilaporkan telah menderita penyakit pernapasan akut sebagai akibat dari bencana kabut asap.[4] Secara total pada tahun 2015, sekitar 130.000 titik api terdeteksi di pelosok negeri, banyak di antaranya berada di konsesi perkebunan. Namun, tidak mungkin bagi masyarakat Indonesia untuk mengidentifikasi dengan benar konsesi mana yang terdampak kebakaran, karena data kepemilikan lahan tidak dipublikasikan. Tanpa data peta penguasaan tanah, di mana dan untuk tujuan apa, perjuangan masyarakat Indonesia untuk menganalisa penyebab dari kebakaran dan membantu mencegah berulangnya bencana, dan mengusulkan solusi berbasis bukti.

2 PUBLISH MAPS, STOP FIRES, SAVE FORESTS Kurangnya Transparansi Memiliki Biaya Sosial 25 Februari 2016, Sungai Tohor, Riau: Matahari terbit di atas pepohonan yang terbakar pada tahun 2014. Hikmal/Greenpeace Jutaan hektar hutan yang telah diberikan untuk konsesi kelapa sawit, kertas, kayu, atau konsesi pertambangan sering tanpa konsultasi publik dan tanpa mengungkapkan di mana atau kepada siapa. Nyatanya, jutaan hektar hutan dikuasai oleh dua atau lebih konsesi. Studi oleh KPK telah menunjukkan bahwa banyak peraturan yang mengatur pengelolaan hutan rawan penyalahgunaan, yang mengarah ke korupsi dan hilangnya jutaan dolar dalam pendapatan publik - uang seharusnya membiayai pendidikan dan kesehatan. Ketika pemerintah tidak melakukan transparansi, maka dampak yang akan timbul adalah: Korupsi: alokasi konsesi tak bermoral untuk keuntungan finansial atau politik pribadi. Hilangnya pendapatan publik: pajak publik yang tak terbayar, seperti dari penebangan ilegal. Konflik sosial: Akibat mengabaikan hak lahan masyarakat, menjadikan mereka tidak dapat berpartisipasi dalam keputusan penggunaan lahan yang berdampak besar pada mereka. Banyak kawasan hutan tak terhitung dalam konsesi juga dapat diklaim sebagai lahan masyarakat. Ketidakpastian sektor swasta: lemahnya koordinasi antara lembaga menyebabkan seringnya terjadi tumpang tindih antar konsesi, dan mengakibatkan konflik klaim pengelolaan. Peta Greenpeace sendiri berhasil mengidentifikasi sekitar 7 juta ha tumpang tindih antara konsesi, (lebih dari 5 juta ha di antaranya melibatkan konsesi batubara). Penegakan hukum yang lemah: ketika publik tidak mendapatkan informasi, sulit untuk melaporkan pidana yang melibatkan pengelolaan lahan, dan bahkan penegak hukum akan kesulitan secara tepat waktu untuk mendapatkan akses informasi yang diperlukan untuk menindaklanjuti laporan publik. Tidak memberikan penghargaan kepada yang berhak: terdapat insentif yang rendah bagi perusahaan untuk secara aktif mendukung insentif pemerintah untuk mencegah kebakaran melalui perlindungan lahan gambut..

Indonesia yang modern didirikan sebagai negara demokrasi, dan di dalam Undang-Undang Dasar secara khusus melindungi hak atas informasi (terutama melalui pasal 28 huruf F). Ini harus diterjemahkan menjadi penyediaan informasi yang proaktif, tepat waktu dan bebas biaya, dalam format yang dapat dengan mudah ditemukan, digunakan dan dimengerti. UUD juga menyatakan bahwa sumber daya alam seluruhnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia, yang berarti bahwa hutan adalah milik kita bersama dan tanggung jawab kita bersama untuk kita sendiri dan generasi mendatang. Masyarakat dan publik yang lebih luas perlu mengetahui siapa yang memberikan hak atas lahan hutan, yang menerima hak tersebut, dan apa yang mereka lakukan dengan hutan tersebut. Transparansi pengelolaan hutan dan lahan di Indonesia membutuhkan akses ke: Peta kepemilikan tanah, seperti perkebunan dan konsesi pertambangan (termasuk alokasi yang diusulkan) untuk mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab terhadap hutan dan lahan gambut Indonesia yang sedang dihancurkan oleh tebang habis hutan alam, pengeringan gambut atau kebakaran. Peta tutupan hutan dan perubahan tutupan hutan, untuk memungkinkan: pemantauan dampak alokasi lahan. penegakan hukum di hutan dan manajemen perkebunan. identifikasi penebangan ilegal. Peta lahan gambut dan peta hidrologi gambut, untuk pengelolaan dan untuk memungkinkan perusahaan untuk menjalankan instruksi pemerintan untuk mencegah kebakaran. Anggota masyarakat tidak dapat terlibat dalam proses politik kecuali mereka memiliki informasi dan sarana. Masyarakat yang secara langsung terdampak oleh pembukaan tambang baru dan perkebunan telah lama meminta pemerintah untuk menerbitkan peta tersebut, dan menghormati hak-hak tanah masyarakat. Sayangnya, transparansi penuh tetap belum terealisasi. Upaya Greenpeace untuk mendukung transparansi dan kepentingan umum Peta online 'Kepo Hutan' menunjukkan gambut, konsesi, dan titik api antara 1 Februari 2014 dan 1 Maret 2014 sekitar Sungai Tohor. Kontribusi besar lainnya dalam mengurangi kebakaran di masa depan adalah registrasi lahan mutakhir yang online, dan mudah untuk dicari. Kepemilikan lahan di Indonesia sering tidak diketahui atau bersengketa, sehingga sulit untuk menetapkan pihak mana yang bertanggungjawab. Menyandingkan database dengan teknologi pemetaan digital seperti Global Forest Watch milik WRI dapat membuat pengidentifikasian masalah jauh lebih mudah. Satu Peta, proyek yang didukung pemerintah untuk mengembangkan sebuah solusi pemetaan tata ruang, saat ini sedang dikembangkan. Oliver Balch, 10 Maret 2016, www.weforum.org/agenda/2016/03/indonesias-forest-fires-whatyou-need-to-know

Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia berjanji akan mempublikasikan Satu Peta, memberikan informasi rinci mengenai banyak topik. Terlepas dari janji ini, pemerintah telah gagal untuk mewujudkannya. Saat Presiden Jokowi mulai menjabat pada tahun 2014, presiden menjanjikan transparansi, termasuk mewujudkan inisiatif One Map. Namun jadwal untuk penyelesaian proyek ini tertunda hingga 2019. Dengan tertundanya proyek Satu Peta (One Peta), Greenpeace dan organisasi masyarakat sipil lainnya telah meminta pemerintah, melalui kebebasan untuk keterbukaan informasi, untuk menerbitkan peta yang berisi data penting tentang hutan Indonesia. Kami meminta data peta yang disediakan dalam format shapefile. Format terbuka ini memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk menggabungkan peta resmi pemerintah dengan gambar satelit terbaru atau informasi digital lainnya dan melakukan analisis. Analisis dapat menunjukkan tidak hanya di mana kebakaran terjadi atau hutan yang sedang ditebangi habis, tapi siapa yang bertanggung jawab untuk kerusakan tersebut. Dengan adanya krisis kebakaran yang baru muncul di negara ini, Greenpeace Indonesia meluncurkan 'Kepo Hutan' (Ingin tahu Tentang Hutan), alat pemetaan online interaktif yang memungkinkan masyarakat untuk memantau kebakaran dan penggundulan hutan dengan waktu yang mendekati langsung, dan memantau yang sebelumnya pernah terjadi yaitu siapa yang menguasai lahan dan di mana mereka berada. Platform ini memungkinkan akses informasi pada tingkat grup holding dan konsesi individu, dan bagaimana mereka kaitannya dengan hutan, lahan gambut, hotspot kebakaran dan alarm deforestasi. Peta ini terus dikembangkan berdasarkan informasi yang tersedia dari berbagai sumber. Greenpeace berharap peta tersebut akan: membantu pengawasan secara demokratis. meminta pertanggungjawaban perusahaan untuk bertanggung jawab atas kebakaran yang menghancurkan negara pada tahun 2015. mendorong pelaku lain, khususnya pemegang konsesi perkebunan, untuk maju dan mempublikasikan peta mereka sendiri, dan menetapkan standar untuk inisiatif pemerintah terhadap Satu Peta.. Mencapai transparansi 27 November 2014, Sungai Tohor, Riau: Presiden Joko Widodo mengikuti masyarakat desa Sungai Tohor menyekat kanal. Rante/Greenpeace Masyarakat memiliki hak terhadap informasi geospasial yang komprehensif dalam format yang paling berguna - yaitu shapefile - untuk memungkinkan analisis dan pemantauan yang berkelanjutan. Tak seorang pun harus melalui proses lingkaran hukum dan menunggu berbulanbulan atau bertahun-tahun untuk mendapatkan akses terhadap data penting. Standar pemerintah harus: Semua data, sepanjang waktu, tersedia untuk semua. Bambang Widjojanto

Kementerian harus mempublikasikan data yang mereka miliki dan mengundang semua pemangku kepentingan - masyarakat, para ahli, perusahaan, dan kementerian - untuk bekerja sama memperbaiki kesalahan, meningkatkan data dan menyelesaikan konflik lahan. Sampai pemerintah memenuhi komitmen untuk mempublikasikan Satu Peta, Greenpeace akan terus berkampanye untuk akses informasi publik ini demi kepentingan umum. Perusahaan harus menempatkan semua peta konsesi untuk operasi mereka sendiri dalam domain publik, misalnya melalui pemantauan hutan secara online Global Forest Watch dan sistem peringatan atau melalui Kepo Hutan, dan mengharuskan semua pemasok untuk melakukan hal yang sama. Studi kasus: Sungai Tohor 4 Februari 2015, Sungai Tohor, Riau: Kanal memotong lahan gambut. Moldenhauer/Greenpeace Desa Sungai Tohor terletak di salah satu pulau di Kepulauan Meranti lepas pantai Provinsi Riau. Pada tahun 2014, desa ini menarik perhatian internasional setelah anggota masyarakat, Pak Manan, memulai petisi online meminta Presiden Jokowi untuk datang melihat sendiri dampak mengerikan dari kebakaran di masyarakat yang terjadi akibat pengeringan lahan gambut oleh perusahaan perkebunan kayu pulp. Pada tahun 2009, penduduk desa menemukan bahwa lebih dari 10.000 ha area di pulau mereka telah dialokasikan untuk sebuah perusahaan kayu pulp, dengan kanal transport selebar 10 meter memotong lahan gambut dan alat-alat berat mereka membersihkan area lahan yang mereka gunakan untuk budidaya. Masyarakat juga mengetahui bahwa 21.000 hektar konsesi penebangan selektif di pulau itu telah diberikan izinnya sebagai perkebunan sagu. Bukan hanya masyarakat tidak punya suara atas pengalokasi tersebut, mereka bahkan tidak diberitahu, meskipun konsesi ini tumpang tindih dengan tanah mereka sendiri [yang belum dipetakan]. Dampaknya sangat mengerikan. Pengeringan gambut untuk perkebunan akhirnya menyebabkan kebakaran pada tahun 2014 yang membakar sekitar 5.000 hektar lahan termasuk kebun sagu masyarakat. Bahkan walau tanpa kebakaran, pengeringan tersebut telah merusak hutan alami dan tanaman sagu masyarakat. Menurut masyarakat, lahan gambut yang dikeringkan mencapai hingga kedalaman 9 meter yang secara hukum seharusnya terlarang untuk pengembangan semacam ini. Pada bulan November 2014, hasil dari petisi online Pak Manan, Presiden Jokowi mengunjungi desa untuk melihat sendiri penyebab keprihatinan masyarakat. Tergerak oleh apa yang dilihatnya, presiden secara pribadi membantu masyarakat membangun sebuah bendungan di lahan gambut yang dikeringkan. Presiden Jokowi memerintahkan para menterinya untuk mencabut izin perkebunan dan meninjau semua konsesi industri di lahan gambut untuk melihat apakah mereka merusak ekosistem. Setahun setengah kemudian, masyarakat Sungai Tohor diberitahu bahwa konsesi kayu pulp telah dicabut, namun masih ragu dengan status hukum dari kelanjutan perkebunan sagu mereka sendiri, dan batas-batas konsesi industri perkebunan sagu yang tetap ada. Penduduk desa tidak diberikan surat resmi atau peta untuk memperjelas situasi.

Peta seperti yang tercantum dalam platform Kepo Hutan Greenpeace, terlihat di bawah digunakan oleh Pak Manan di Sungai Tohor pada Maret 2016, bisa membantu memberikan masyarakat dengan kepastian yang mengilhami baik kewirausahaan dan pelayanan yang baik. Namun pada akhirnya tergantung kepada pemerintah untuk memastikan informasi terbaru dan terlengkap yang tersedia untuk umum. 25 Februari 2016, Sungai Tohor, Riau: Pak Abdul Manan melihat peta Greenpeace Kepo Hutan guna melihat titik api yang telah terjadi di wilayah Sungai Tohor. Hikmal/Greenpeace Kami ingin peta terbuka untuk umum. Kami memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi pada tanah kami sendiri. Dan kita harus mampu memonitor - kami ingin menjadi yang pertama, bukan yang terakhir, untuk mengetahui saat ada kebakaran atau ketika dikeluarkannya izin sehingga kami dapat mempertahankan tanah kami dan meminta pertanggung jawaban mereka yang salah. Pak Abdul Manan, Maret 2016 Diterbitkan oleh Greenpeace Indonesia Maret 2016 [1] GFED (2015) 10 November 2015 perkiraan emisi api sebesar 1.713 MtCO2, dibanding emisi Jepang sebesar 1.360MtCO2 pada 2013 menurut EDGAR (2015). [2] http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-01-20/haze-crisis-cost-indonesia-almost-2-of-gdp-world-bank-says [3] http://blog.cifor.org/36467/dont-inhale-scientists-look-at-what-the-indonesian-haze-is-made-of?fnl=en [4] http://www.reuters.com/article/indonesia-haze-health-idafl8n12z2ht20151110 and http://news.asiaone.com/news/asia/haze-kills-10-people-indonesia-leaves-over-500000-respiratory-ailments-agency