sengketa mengenai pengenaan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% (Rp ,00);

dokumen-dokumen yang mirip
Nomor KEP-4949/WPJ.09/2015 tanggal 20 Oktober 2015;

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT /PP/M.XIII/16/2013. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2008

bahwa menurut Tergugat sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00097/107/12/029/15 tanggal 28 September 2015 tidak termasuk

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86614/PP/M.XIVA/13/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 26

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Nomor: S-8729/WPJ.07/KP.02/2013 tanggal 03 Oktober 2013;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.58791/PP/M.XB/99/2015. Tahun Pajak : 2013

: PUT.62748/PP/M.XIIA/99/2015

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49554/PP/M.XV/99/2013

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43771/PP/M.VI/16/2013

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP- 105/WPJ.07/2015 tanggal 12 Januari 2015;

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put-50255/PP/M.XVI/16/2014. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2009

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak : 39925/PP/M.II/99/2012. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-79783/PP/M.IIB/99/2017. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IIIA Tahun 2018

Menurut Majelis : bahwa dasar hukum yang terkait dengan materi gugatan ini adalah :

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi Dasar Pengenaan Pajak;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Surat Tergugat Nomor: S-1744/WPJ.32/KP.01/2013 tanggal 10 Juli 2013;

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

PENETAPAN DAN KETETAPAN

Koreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan kegiatan unit usaha/divisi kebun sebesar Rp ,00,

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

: PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012. Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2007

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.03/2015 TENTANG

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

MANAJEMEN PERPAJAKAN

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa:

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put.55378/PP/M.VIA/15/2014. Jenis Pajak : PPh Badan. Tahun Pajak : 2009

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36766/PP/M.XII/99/2012

: bahwa perhitungan koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari s.d Desember 2006 adalah sebagai berikut:

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan : Put-87849/PP/M.XVA/99/2017. Jenis Pajak : Gugatan Masa Pajak : 2009 Pokok Sengketa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Putusan : Put.46604/PP/M.X/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2005

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

2. - Koreksi negatif atas biaya JHT (Rp ,00)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

: bahwa koreksi sebesar Rp ,00 berasal dari jumlah pada akun akun GL sebagai berikut :

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 74/PJ/2015 TENTANG

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

Putusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP

bahwa selanjutnya Pemohon Banding dalam sidang menyerahkan kepada Majelis bukti pendukung berupa:

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put-55895/PP/M.XIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Penggantian ke 2 (dua) :

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

, No.1645 sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

: bahwa Undang-undang PPN mengatur/memerintahkan Menteri Keuangan (bukan PP) untuk:

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT45363/PP/M.II/27/2013. : Pajak Penghasilan Pasal 15 Final. Tahun Pajak : 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29320/PP/M.I/15/2011. Tahun Pajak : 2006;

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa:

Adjusment-Final Tree Up 2006 yang dicatat pada GL 2007 (Rp ,00) Adjusment-Final Tree Up 2007 yang dicatat pada GL 2008 Rp

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60815/PP/M.XVII A/19/2015. Tahun Pajak : 2013

Atas koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penerbitan Keputusan Tergugat Nomor KEP-3281/ WPJ.11/2015 tanggal 15 Oktober 2015;

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp

2017, No Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pa

Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/PMK.03/2015 TENTANG

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak April sebesar Rp

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

197/PMK.03/2015 PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS SURAT KETETAPAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK P

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

: bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan yang terkait dengan kebun sebesar Rp ,00;

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengajuan Keberatan

Transkripsi:

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62435/PP/M.VIIIA/16/2015 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi sengketa mengenai pengenaan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% (Rp37.518.149.261,00); : bahwa koreksi positif atas pengenaan sanksi administrasi kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebesar 100% dari jumlah kelebihan pajak yang tidak seharusnya dikompensasi sebesar Rp37.518.149.261,00 pada SKPKB PPN masa pajak Januari 2009 telah sesuai dengan data dan ketentuan perpajakan terkait, sehingga diusulkan kepada Majelis untuk mempertahankan koreksi Terbanding dan menolak banding Pemohon Banding; Menurut Pemohon: bahwa sejalan dengan Pasal 13 ayat (3) UU KUP tersebut, S- 253/PJ.532/2000 terutama point 6(c) juga menegaskan bahwa sanksi kenaikan 100% seharusnya tidak dikenakan apabila hasil dari koreksi selama pemeriksaan pajak, SPT PPN masih dalam posisi lebih bayar. Pemohon Banding selalu berada dalam posisi PPN Lebih Bayar dalam tahun 2009 terkait penyerahan Pemohon Banding utamanya adalah kepada KKS (selaku Pemungut PPN). Meskipun dilakukan koreksi atas jumlah yang seharusnya tidak dikompensasikan, Pemohon Banding tetap dalam posisi lebih bayar, dengan demikian "tidak ada pajak yang kurang dibayar", sehingga sanksi kenaikan 100% seharusnya tidak dikenakan; Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa adalah penerapan sanksi kenaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (selanjutnya disebut UU KUP); bahwa menurut Terbanding, pengenaan Sanksi Administrasi Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% dari jumlah kelebihan pajak yang tidak seharusnya dikompensasi sedangkan menurut Pemohon Banding pengenaan Sanksi Administrasi Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% tidak seharusnya dikenakan karena dari Masa Januari s.d. Pajak Desember 2009 Pemohon Banding tetap dalam posisi lebih bayar sehingga "tidak ada pajak yang kurang dibayar"; bahwa menurut Terbanding, Terbanding menerapkan ketentuan Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP untuk Masa September 2009, dikarenakan berdasarkan hasil pemeriksaannya terdapat kompensasi kelebihan pembayaran pajak sejumlah Rp37.518.149.261,00 yang seharusnya tidak dikompensasikan, dengan perhitungan sebagai berikut: Uraian Menurut Pemohon Banding (Rp) Terbanding (Rp) Selisih (Rp) Penghitungan PPN Kurang Bayar: a. Pajak Keluaran yang harus dipungut/ dibayar sendiri 2.042.115.744 2.042.115.744 0 b.pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 47.921.275.240 10.403.125.979 37.518.149.261 c. Jumlah perhitungan PPN Kurang /(lebih) dibayar (45.879.159.496) (8.361.010.235) 37.518.149.261 Kelebihan Pajak yang sudah: a. Dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya 45.879.159.496 45.879.159.496 0 b.dikompensasikan ke Masa Pajak (karena pembetulan) 0 0 0 c. Jumlah 45.879.159.496 45.879.159.496 0 PPN yang kurang dibayar 0 37.518.149.261 37.518.149.261 Sanksi administrasi: a.kenaikan Pasal 13 (3) KUP 0 37.518.149.261 37.518.149.261

Jumlah PPN yang masih harus dibayar (4+5.g) 0 75.036.298.522 75.036.298.522 bahwa selain itu menurut Terbanding dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.3/1988 tanggal 28 Juli 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan Ketetapan Pajak (Seri PPN-124). Pada lampiran Surat Edaran ini di bagian contoh, sanksi administrasi kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tetap dikenakan walaupun berdasarkan hasil pemeriksaan SPT Pemohon Banding tetap menyatakan lebih bayar; bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding diketahui bahwa pada SPT Masa PPN Normal masa pajak Desember 2008 Pemohon Banding melaporkan jumlah Lebih Bayar sebesar Rp37.518.149.261,00 untuk dikompensasikan ke Masa Januari 2009, sehingga didalam SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 Normal maupun SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 Pembetulan ke-1 telah termasuk kompensasi dari lebih bayar PPN masa pajak Desember 2008 sebesar Rp37.518.149.261,00 tersebut; bahwa kemudian Pemohon Banding menyampaikan pembetulan atas SPT Masa PPN masa pajak Desember 2008 yang sebelumnya SPT PPN lebih bayar dikompensasi ke masa pajak sebesar Rp37.518.149.261,00 menjadi SPT Masa PPN lebih bayar yang direstitusikan sebesar Rp37.518.149.261,00, dan restitusi tersebut telah direalisasikan sesudah dilakukan pemeriksaan oleh KPP yang bersangkutan atas restitusi tersebut; bahwa namun pembetulan atas SPT Masa PPN masa pajak Desember 2008 tersebut di atas, tidak segera diikuti dengan pembetulan SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009, sehingga didalam SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 Normal maupun SPT Masa PPN Januari 2009 Pembetulan ke 1 tersebut masih terdapat kompensasi kelebihan PPN bulan lalu sebesar Rp37.518.149.261,00 dimana jumlah tersebut telah dimintakan restitusi pada SPT Masa PPN masa pajak Desember 2008 Pembetulan ke-1; bahwa akibat adanya pembetulan SPT Masa PPN masa pajak Desember 2008, maka seharusnya Pemohon Banding pada saat yang sama juga menyampaikan SPT Masa PPN Pembetulan masa pajak Januari 2009 (Pembetulan ke-2) dengan konsekuensi Pemohon Banding membayar kekurangan pembayaran akibat pembetulan sebesar Rp37.518.149.261,00 atau Pemohon Banding melakukan pembetulan seluruh SPT Masa PPN masa pajak Januari s.d. Desember 2009 dan seterusnya. Hal ini karena jumlah lebih bayar PPN masa pajak Desember 2008 sebesar Rp37.518.149.261,00 telah terlanjur dikompensasikan oleh Pemohon Banding di SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009; bahwa sesuai data penyampaian SPT PPN Masa Pajak Januari 2009, Pemohon Banding tidak menyampaikan pembetulan SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 pada saat yang sama dengan penyampaikan SPT Masa PPN masa pajak Desember 2008 (Pembetulan I) pada tanggal 5 Mei 2010. Pemohon Banding baru menyampaikan SPT Pembetulan masa pajak Januari 2009 (Pembetulan ke-2) untuk menghilangkan pengaruh kelebihan kompensasi dari PPN Desember 2008 pada tanggal 9 Desember 2010; bahwa Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan ; bahwa selanjutnya penjelasan ketentuan Pasal 8 ayat (1) di atas menyatakan Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak masih berhak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan "mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota

keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. bahwa sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan beserta penjelasannya di atas diketahui bahwa Pemohon Banding dapat melakukan pembetulan SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Terbanding belum melakukan tindakan pemeriksaan; bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding diketahui bahwa, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak Nomor PEMB- 260/WPJ.07/KP.0405/2010 tanggal 30 Agustus 2010 telah disampaikan oleh Terbanding kepada Pemohon Banding pada tanggal 1 Desember 2010 melalui fax; bahwa berdasarkan hal tersebut maka SPT PPN Masa Pajak Januari 2009 (Pembetulan ke-2) tersebut disampaikan oleh Pemohon Banding setelah dilakukan pemeriksaan oleh karena itu, SPT PPN masa pajak Januari 2009 tersebut di atas tidak dapat diperlakukan sebagai SPT Pembetulan; bahwa namun demikian dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dinyatakan Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan: a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan ; bahwa penjelasan ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang di atas menyatakan Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan tetapi belum menerbitkan surat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan masih diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang dapat berupa Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat Pemberitahuan Masa untuk tahun atau masa yang diperiksa. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tersebut dilakukan dalam laporan tersendiri dan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah pajak yang sesungguhnya terutang. Namun, untuk membuktikan kebenaran laporan Wajib Pajak tersebut, proses pemeriksaan tetap dilanjutkan sampai selesai ; bahwa selanjutnya Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan ; bahwa Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai ketidakbenaran

pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang, sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; bahwa penjelasan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 tersebut di atas menyatakan Pada prinsipnya Wajib Pajak memiliki hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan sebelum Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan. Namun demikian, dalam hal Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, Wajib Pajak tetap diberi kesempatan untuk mengungkapkan dengan kesadaran sendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak. Untuk memberikan kepastian hukum dan menghindari kemungkinan tidak dipertimbangkannya pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh pemeriksa pajak, maka pengungkapan tersebut harus dilakukan sebelum pemeriksa pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. Hal ini disebabkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan harus mencerminkan seluruh temuan-temuan yang dihasilkan selama pelaksanaan pemeriksaan. Dengan demikian pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Wajib Pajak yang dilakukan setelah Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan akan menyebabkan pengungkapan tersebut tidak tercermin dalam Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan. Disamping itu, pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang disampaikan setelah Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan tidak mencerminkan pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang dilandasi oleh kesadaran sendiri Wajib Pajak ; bahwa Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak menyatakan Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Pemeriksa Pajak diperlakukan sebagai tambahan informasi atau data dan menjadi bahan pertimbangan bagi Pemeriksa Pajak sebelum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak ; bahwa sesuai Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan jo Pasal 6 ayat (1) PP Nomor 80 Tahun 2007 dan Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menkeu Nomor 199/PMK.03/2007 di atas diketahui bahwa, walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan sepanjang Pemeriksa belum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), Pemohon Banding dapat mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT dalarn laporan tersendiri; bahwa selanjutnya Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 menyatakan Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan surat ketetapan pajak dengan mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut beserta pelunasan pajak yang telah dibayar ; bahwa Pasal 26 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Pemeriksa Pajak diperlakukan sebagai tambahan informasi atau data dan menjadi bahan pertimbangan bagi Pemeriksa Pajak sebelum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak ; bahwa sesuai Pasal 6 ayat (3) Perataturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 dan Pasal 26 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 di atas, penetapan batas waktu pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT sampai sebelum Pemeriksa menyampaikan SPHP kepada Pemohon Banding dimaksudkan karena walaupun Pemohon Banding telah menyampaikan laporan tersendiri berupa pengungkapan ketidakbenaran pengisisan SPT, tetapi pemeriksaan tetap dilanjutkan karena laporan tersebut menjadi bahan pertimbangan Pemeriksa untuk menerbitkan SPHP; bahwa selanjutnya dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 menjelaskan bahwa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan harus rnencerminkan seluruh temuan-temuan yang dihasilkan selama pelaksanaan pemeriksaan. Dengan demikian pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan oleh Pemohon Banding yang dilakukan setelah Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan disampaikan kepada Pemohon Banding akan menyebabkan pengungkapan tersebut tidak tercermin dalam Surat Pemberitahuan

Hasil Pemeriksaan. Disamping itu, pengungkapan ketidakbenaranpengisian Surat Pemberitahuan yang disampaikan kepada Terbanding setelah Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan disampaikan kepada Pemohon Banding tidak rnencerminkan pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang dilandasi oleh kesadaran Pemohon Banding; bahwa baerdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding diketahui bahwa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Nomor Pem- 230/WPJ.07/KP.0400/III.2/2011 tanggal 6 Juni 2011 telah disampaikan oleh Terbanding secara langsung kepada Pemohon Banding pada tanggal 8 Juni 2011; bahwa atas Surat Pemberitahuan hasil Pemeriksaan tersebut, Pemohon Banding telah memberikan tanggapan tertulis melalui Surat Nomor 041/PJ-BHI/VI/2011 tanggal 9 Juni 2011. Selanjutnya telah dilakukan rapat pembahasan antara Pemohon Banding dengan Pemeriksa pada tanggal 13 Juni 2011; bahwa selanjutnya terhadap Pemohon Banding diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari 2009 Nomor 00244/207/09/056/11 tanggal 28 Juni 2011; bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding diketahui bahwa Pemohon Banding telah menyampaikan 2 (dua) surat ke KPP PMA Tiga yang oleh Pemohon Banding dianggap sebagai laporan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT sebagai berikut: No Surat Tanggal Tanggal Disampaikan Perihal 049/P1- BHI/VI/11 30 Juni 2011 30 Juni 2011 Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Masa PPN Masa Januari s.d. Juni 2009 (dilampiri SPT Pembetulan masa Januari-Juni 2009) 050/P1-13HI/a/1/11 30 Juni 2011 30 Juni 2011 Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT Masa PPN Masa Juli s.d. Desember 2009 (dilampiri SPT Pembetulan masa Juli-Desember 2009) bahwa namun sesuai Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan jo Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 dan Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK 03/2007, maka kedua surat tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai laporan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT karena disampaikan setelah Pemeriksa menyampaikan SPHP kepada Pemohon Banding bahkan surat dimaksud disampaikan setelah Surat Ketetapan Pajak diterbitkan. Penyampaian laporan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT setelah tanggal penyampaian SPHP mengakibatkan ketidakbenaran tersebut tidak tercermin dalam SPHP. bahwa berdasarkan data penyampaian SPT dan penyampaian laporan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT masa pajak Januari 2009 di atas Majelis berkesimpulan sebagai berikut: a. bahwa SPT Masa PPN Pembetulan II masa pajak Januari 2009 yang disampaikan pada tanggal 9 Desember 2010 tidak dapat diperlakukan sebagai pembetulan SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 (Normal) yang telah disampaikan oleh Pemohon Banding pada tanggal 27 Mei 2009. Hal ini karena batas waktu pembetulan SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 telah habis sejak Pemeriksa menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak pada tanggal 1 Desember 2010; b. bahwa laporan atau surat tertulis pengungkapan ketidakbenaran pengungkapan pengisian SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 tidak memenuhi ketentuan sesuai Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Jo Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 dan Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 karena disampaikan setelah Pemeriksa menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) bahkan disampaikan setelah tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak;

c. bahwa konsep pembetulan SPT sesuai kuasa Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan berbeda dengan konsep pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT sesuai Pasal 8 ayat (4) Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pembetulan SPT harus dilakukan sebelum dimulainya pemeriksaan yang ditandai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak, sedangkan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT dilakukan apabila telah dilakukan pemeriksaan tetapi belum sampai pada tahap penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP). Demikian juga mengenai perbedaan konsekuensinya, pembetulan SPT yang mengakibatkan kurang bayar dikenakan bunga sebesar 2%, sedangkan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT dikenakan kenaikan sebesar 50%. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT juga mensyaratkan adanya laporan tersendiri yang ditandatangani Pemohon Banding dan dilampiri penghitungan pajak kurang bayar. Oleh karena itu, SPT masa PPN Pembetulan masa pajak Januari 2009 yang disampaikan oleh Pemohon Banding pada tanggal 9 Desember 2010 tidak dapat diperlakukan sebagai pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT; bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berpendapat bahwa SPT yang digunakan sebagai dasar pemeriksaan adalah SPT Masa PPN Januari 2009 (Normal) yang disampaikan pada tanggal 27 Mei 2009 atau SPT Masa PPN Pembetulan I yang disampaikan pada tanggal 23 Desember 2009; bahwa selanjutnya mengingat bahwa SPT yang digunakan sebagai dasar adalah SPT Masa PPN masa pajak Januari 2009 (Normal) yang disampaikan tanggal 27 Mei 2009 atau SPT Pembetulan I yang disampaikan pada tanggal 23 Desember 2009, maka terdapat kelebihan pajak yang seharusnya tidak dikompensasi sebesar Rp37.518.149.261,00 karena jumlah tersebut telah direstitusi melalui SKPLB PPN masa pajak Desember 2008 Nomor 00171/407/08/056/10 tanggal 6 September 2010 sebesar Rp37.518.149.261,00 bahwa jika Pemohon Banding memperhitungkan kelebihan PPn masa pajak Desember 2008 sebesar Rp37.518.149.261,00 sebagai kompensasi seharusnya di masa Pajak Januari 2009 pajak yang lebih dibayar bukanlah sebesar Rp45.879.159.496,00 melainkan lebih dibayar sebesar Rp8.361.380.553,00; bahwa selanjutnya Pasal 13 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut: c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen)"; bahwa Pasal 13 ayat (3) huruf c Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar: c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar";

bahwa selanjutnya berdasarkan contoh nomor 8 dari lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 32/PJ.3/1988 tanggal 28 Juli 1988 tentang Petunjuk Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (Seri Pajak Pertambahan Nilai- 124), dinyatakan sebagai berikut: PKP Mengisi SPT- Masa PPN dalam suatu Masa Pajak sebagai berikut: Pajak Keluaran Rp100.000.000,00 Pajak Masukan Rp150.000.000,00 Lebih Bayar Rp 50.000.000,00 Kelebihan ini sudah dikompensasikan/diberikan pengembalian. Setelah diadakan pemeriksaan diketahui sebagai berikut: Pajak Keluaran Rp100.000.000,00 Pajak Masukan Rp130.000.000,00 Lebih Bayar Rp 30.000.000,00 Jawaban: atas kasus ini dikeluarkan SKP PPN sebagai berikut: Kekurangan Pokok Pajak (Rp50.000.000,00 Rp.30.000.000,00) = Rp20.000.000,00 Sanksi Administrasi Pasal 13 ayat (3)UU KUP berupa kenaikan: 100% x Rp20.000.000,00 = Rp20.000.000,00 Jumlah yang ditagih menurut ketetapan ini = Rp40.000.000,00 bahwa berdasarkan contoh nomor 8 dari lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.3/1988 tanggal 28 Juli 1988 di atas diketahui bahwa dalam kondisi lebih bayar pun atas jumlah kelebihan yang sudah dikompensasikan atau diberikan pengembalian, pengenaan sanksi Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang KUP tetap diberlakukan; bahwa atas ketentuan di atas Majelis berpendapat bahwa untuk Masa Pajak Januari 2009 atas jumlah kelebihan pajak yang seharusnya tidak dikompensasi sebesar Rp37.518.149.261,00 dikenakan sanksi administrasi Kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebesar 100% sehingga jumlah sanksi administrasi adalah senilai Rp37.518.149.261,00; bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berpendapat bahwa, pengenaan sanksi administrasi kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebesar 100% dari jumlah kelebihan pajak yang tidak seharusnya dikompensasi sebesar Rp37.518.149.261,00 pada SKPKB PPN masa pajak Januari 2009 telah sesuai dengan data dan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tetap dipertahankan. Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding. Memperhatikan : Surat Permohonan Banding, Surat Uraian Banding Terbandig, Surat Bantahan Pemohon dan hasil pemeriksaan serta pembuktian dalam persidangan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, 2. Ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini. Memutuskan : Menyatakan Menolak permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-971/WPJ.07/2012 tanggal 28 Mei 2012 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari 2009 Nomor 00244/207/09/056/11 tanggal 28 Juni 2011 sebagaimana telah dibetulkan dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-1055/WPJ.07/2012 tanggal 6 Juni 2012. Demikian diputus berdasarkan musyawarah Majelis VIIIA Pengadilan Pajak yang telah dicukupkan dalam sidang pemeriksaaan terakhir pada hari Senin, tanggal 11 Maret 2013 dengan susunan Majelis Hakim dan Panitera Pengganti sebagai berikut: Drs. Sigit Henryanto, Ak. Idawati, S.H., M.Sc. Wishnoe Saleh Thaib, Ak., M.Sc. yang dibantu oleh R. Aryo Hatmoko S.I.P. sebagai Hakim Ketua sebagai Hakim Anggota sebagai Hakim Anggota sebagai Panitera Pengganti Putusan Nomor Put.62435/PP/M.VIIIA/16/2015 diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal 29 Juni 2015 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti dengan susunan Majelis Hakim dan Panitera Pengganti sebagai berikut: Drs. Sigit Henryanto, Ak. Idawati, S.H., M.Sc. Wishnoe Saleh Thaib, Ak, M.Sc. yang dibantu oleh Rina Yasmita SE, Ak., M.M. sebagai Hakim Ketua sebagai Hakim Anggota sebagai Hakim Anggota sebagai Panitera Pengganti namun tidak dihadiri oleh Terbanding maupun Pemohon Banding.