ANALISIS RISIKO PAPARAN SO 2 DAN KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA PADA AREA KERJA COAL YARD DI PT. INDONESIA POWER, SURALAYA, PROVINSI BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

HUBUNGAN KADAR DEBU LINGKUNGAN KERJA UNIT PENGEPAKAN SEMEN TERHADAP KESEHATAN SERTA UPAYA PENGENDALIANNYA DI PT HOLCIM, BOGOR

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

ANALISIS RISIKO KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA (K3) di PT. YUASA BATTERY TANGERANG, INDONESIA

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN PEMECAHAN MASALAH. sepenuhnya dimiliki oleh PT PLN (Persero). PT Indonesia power (selanjutnya disebut

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

Evaluasi Lingkungan Fisik Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PLTU Unit 1 dan 2 PT. Indonesia Power UBP Semarang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Lemahnya

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

Martiningdiah Jatisari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEJADIAN FOTOFOBIA DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT. Oleh : DEDI IMANUEL DEPARI

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ditandai dengan semakin banyaknya industri yang

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KEJADIAN NYERI KEPALA PADA PEKERJA GROUND HANDLING (Studi Kasus di Bandara Ahmad Yani Semarang)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

KARMILA /IKM

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH:

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

KUISIONER PENELITIAN

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

ANALISIS RISIKO PAPARAN SO 2 DAN KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA PADA AREA KERJA COAL YARD DI PT. INDONESIA POWER, SURALAYA, PROVINSI BANTEN Hadiyan Akbar, Amir Susanto, Margaretha Maria Sintorini Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti, Jl Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440, Indonesia sintorini@trisakti.ac.id Abstrak Analisis Risiko paparan SO 2, dan Kebisingan Terhadap Kesehatan Pekerja Di PT Indonesia Power dilakukan pada area Coal Yard. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko faktor lingkungan kerja yang mencakup pencemar udara, dan kebisingan. Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan dan wawancara. Sedangkan dalam menganalisis risiko faktor lingkungan dilakukan menggunakan metode kuesioner dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode regresi logistik dengan jumlah responden 140 karyawan dari populasi karyawan yang bekerja di area coal yard dan sekitar area coal yard. Hasil identifikasi bahaya yang dapat menimbulkan risiko tinggi di coal yard adalah paparan dri gas SO 2 yang diakibatkan proses dari pembakaran batu bara pada unit pembakit dan, adanya area penyimpanan batu bara. Batu bara yang berada di area penyimpanan tersebut terbakar karena suhu yang panas dan menimbulkan gas SO 2 di sekitar area tersebut. Selain paparan gas SO 2 proses yang terjadi di unit pemangkit menimbulkan kebisingan di sekitar area kerja coal yard sehingga pekerja yang bekerja di area tersebut perlu memperhatikan kedua hal tersebut selama bekerja untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama bekerja. Dari hasil identifikasi potensi bahaya di area kerja coal yard dapat diamati faktor-fakor yang paling dominan berisiko terhadap gangguan kesehatan pekerja adalah paparan SO 2 dan paparan kebisingan,yang ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik (P= 0,001) untuk pengaruh kebisingan, dan SO 2, serta umur pekerja dan ketaatan penggunaan alat pelindung diri berhubungan dengan gangguan kesehatan. Ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik (p= 0,006) untuk variabel umur, dan (p=0,001) untuk variabel APD. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan SO 2 didapatkan bahwa faktor tingkat SO 2 tidak berhubungan dengan keluhan pusing maupun sesak nafas pada pekerja. Faktor yang berhubungan spesifik adalah faktor lamanya masa kerja terhadap keluhan sesak nafas (OR =2,006), faktor tidak menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484). Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan kebisingan didapatkan bahwa faktor tingkat konsentrasi kebisingan tidak berhubungan dengan keluhan pusing, darah tinggi, dan cepat lelah namun berhubungan dengan keluhan kurang pendengaran pada pekerja (p=0,001). Faktor yang berhubungan berdasarkan hasil analisis regresi logistik adalah faktor kebisingan terhadap kurang pendengaran (OR = 3,136), faktor tidak menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484) dan kurang pendengaran (OR = 2,077) Abstract The SO 2 exposure risk and noise analysis towards workers health at Coal Yard area in PT Indonesia Power, Suralaya, Banten Province. The aim of this study is to identify and to analyse risk factors in the working field which includes air and noise pollution. Risk identification in done by doing some observation in the field and interviews. While the environmental risk factors are analysed by using questionnaries method and then using the logistic regression method with the amount of 140 employees from overall employees population working at the coal yard and around area. The result of risk identification that can cause high risk in coal yard area is the SO 2 gas exposure from the coal combustion process in the power plants unit and the coal storage area. Coals inside the storage area are combusted in a very high temperature and produce SO 2 gas in the surrounding area. Besides the SO 2 gas exposure, the power plants process in the surrounding coal yard working area causes noise pollution, therefore workers who work in that area should pay attention on both of those things while working in order to maintain their health and safety issues. From the result of the identification of risk potential in the coal yard working area can be observed that the most dominant factors 41

with high risks towards the instability health of the workers are the SO 2 gas and noise exposure, where the analysis result of logistic regression (P = 0,001) is referred to the noise effect, SO 2, the age of the workers and the adherence use of personal protective equipment associated with health issues. Indicated by the result of logistic regression analysis (p = 0,006) for variable age and (p = 0,001) variable APD. The analysis of the relationship between workers and SO 2 exposure explains that there is no relation between the SO 2 level factors and the complaints of dizziness and shortness breath on workers. Factors that are related specifically are the length of working hours factor towards shortness breath complaint (OR = 2,006) and the factor of not using APD towards the complaints of dizziness (OR = 3,484). The analysis of the relationship between workers and noise exposure explains that the noise concentraition level factor doesn t have any relation with dizziness, high blood pressure, and fatigue complaints, although it relates with the hearing loss complaints on workers (p = 0,001). Factors that are related based on the result of logistic regression analysis are the factor of noise toward hearing loss (OR = 3,136) and the factor of not using APD towards dizziness (OR = 3,484) and hearing loss complaints (OR = 2,077). Key word: SO 2, Noise, Risk Analysis, Health Problem/Issue 1. Pendahuluan Pada saat ini perkembangan dan kemajuan bidang industri di Indonesia dirasakan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan alat-alat teknologi canggih dan modern. dalam perkembangannya atau pelaksanaanya dapat menimbulkan efek samping yang negatif terhadap lingkungan kerja yang berakibat kurang baik bagi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) bagi para pekerjanya. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja sangat penting untuk diperlihatkan karena berhubungan dengan produktifitas kerja dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil kerja atau produk yang akan dihasilkan. K3 juga diketahui telah menjadi salah satu persyaratan dalam kegiatan perdagangan, khususnya perdagangan global. International Labour Organization (ILO) juga telah menetapkan konvensi ILO No 187 dan Rekomendasi ILO N0 197 tentang kerangka kerja promosi K3. (Sindonews.com). PT. Indonesia Power, Suralaya merupakan perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor pembangkit listrik, yang tahapan produksinya memiliki risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian ini dilakukann di area coal yard dan sekitar area coal yard, yang memiliki potensi bahaya serta risiko kesehatan dan keselamatan kerja. Area coal yard di PT Indonesia Power yang mempunyai potensi bahaya dan risiko yang meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat kerja. Pada area coal yard, pekerja mengalami keluhan berupa terciumnya gas SO 2 dan paparan bunyi kebisingan yang mengganggu sehingga pekerja tidak nyaman dalam melakukan pekerjaan mereka. Maka dari itu diperlukan analisis terhadap bahayabahaya keselamatan pada proses produksi untuk diketahuinya tingkat risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang diakibatkan oleh paparan SO 2 dan paparan kebisingan sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian yang tepat. Maksud dan yujuan adalah : 1. Melakukan dan menganalisis identifikasi bahaya dan risiko di PT Indonesia Power 2. Melakukan analisis dn penilaian terhadap faktor-faktor risiko yang terdapat di area kerja coal yard. 3. Menentukan pengendalian risiko yang dapat dilakukan terhadap risiko yang ditimbulkan pada setiap langkah kerja 2. Gambaran Perusahaan PT. Indonesia Power merupakan pembangkit listrik terbesar di Indonesia dengan delapan unit bisnis pembangkitan yaitu UBP Suralaya, UBP Priok, UBP Saguling, UBP Kamojang, UBP Mrica, UBP Semarang, UBP Perak Grati dan UBP Bali serta satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan terbesar di pulau Jawa dan Bali dengan total kapasitas terpasang 8.978 MW. Pada tahun 2002, keseluruhan unit-unit pembangkitan tersebut menghasilkan tenaga listrik hampir 41.000 GWh yang memasok lebih dari 50 % kebutuhan listrik Jawa Bali. Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di Pulau Jawa yang sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama. UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP 42

Suralaya memiliki kapasitas daya terbesar dan juga merupakan pembangkit paling besar di Indonesia. Luas area PLTU Suralaya adalah ± 254 ha, yang terdiri dari 1. Gedung sentral seluas 30 ha 2. Ash valley seluas 8 ha 3. Kompleks perumahan seluas 30 ha 4. Coal yard seluas 20 ha 5. Tempat penyimpanan alat-alat berat seluas 2 ha 6. Switch yard seluas 6,3 ha 7. Gedung kantor seluas 6,3 ha 8. Sisanya berupa tanah perbukitan dan hutan 3. Metodologi Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode cross sectional. Metode cross sectional adalah kegiatan riset yang dilakukan pada satu saat tertentu. Jadi fakta yang dapat digambarkan merupakan kegiatan pada waktu tertentu untuk mencari hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Selanjutnya berdasarkan fakta tersebut dilakukan penyimpulan mengenai masalah-masalah penelitian yang ingin dibuktikan atau dicari hubungan faktor-faktor risiko dengan efeknya yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu. Cara pengumpulan data yang digunakan: 1. Data primer yaitu data yang didapat langsung dari subjek penelitian. Cara yang digunakan dalam data primer ini adalah observasi, wawancara dan menggunakan alat bantu kuesioner kepada para pekerja berjumlah 140 orang. Kuesioner disebarkan ke semua pekerja yang bekerja pada area kerja Coal Yard PT Indonesia Power, Suralaya. Selain itu dilakukan pengukuran SO 2 dan kebisingan. 2. Data sekunder yaitu diperoleh dari data yang digunakan sebagai pendukung dalam penulisan laporan dan penulis memperoleh data pelengkap dengan membaca beberapa referensi yang berkaitan dengan laporan ini yang berasal dari perusahaan seperti prosedur manual HSE, dokumen SMK3 dan struktur organisasi. Analisa data dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya dan risiko yang dilakukan dengan observasi dan pengukuran SO 2 dan kebisingan kemudian dilakukan tahap wawancara da kuesioner. Setelah itu menganalisis risiko dengan mengolah data hasil kuesioner yang dibantu program statistik menggunakan analisis regresi logistik secara multivariat. Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel dependen dan variabel independent. Variabel Independen Gas SO 2 Variabel Independen Bising Faktor Confounding - umur - masa kerja - penggunaan APD Faktor Confounding - umur - masa kerja - penggunaan APD Gambar 1. Kerangka konsep variabel dependen dan variabel independen bising dan SO 2 4. Hasil dan Pembahasan Variabel Dependen Gangguan Kesehatan (Pusing, Mual, Iritasi kulit, Batuk, Sesak Nafas) Variabel Dependen Gangguan Kesehatan (sakit kepala, darah tiggi, cepat lelah, kurang pendengaran Identifikasi bahaya yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi ke lapangan di area Coal yard PT Indonesia Power, suralaya, dan hasil wawancara dengan pengawas operasi produksi dan beberapa pekerja. Identifikasi tipe kegiatan diikuti oleh identifikasi terhadap potensi bahaya secara umum dari kegiatan yang terdapat di PT Indonesia Power. Penerapan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (MK3) wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan yang bekerja di suatu pabrik atau perusahaan. Dari hasil penelitian hasil maka diketahui 17,3% pekerja belum menerapkan semua prosedur manajemen K3 sehingga bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan 82,7% karyawan menerapkan semua prosedur manajemen K3 sehingga kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat diatasi dengan kesadaran mereka dalam menerapkan K3. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mengakibatkan 43

cidera/kematian terhadap orang, kerusakan harta benda atau terhentinya proses produksi. Sehingga setiap kegiatan yang memiliki potensi bahaya harus dikerjakan dengan hati-hati. Maka diketahui dari hasil penelitian 32,62% responden pernah mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan karena kurangnya memperhatikan prosedur kerja, ceroboh, dan kesalahan pada mesin. Sedangkan 67,38% responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja seama bekerja di area Coal Yard PT. Indonesia Power, Suralaya. Penilaian risiko ini dilakukan dengan melakukan analisis dengan menggunakan regresi logistic yang dibantu dengan alat bantu kuesioner dibagikan secara tertutup kepada seluruh pekerja di Coal Yard dengan total responden 140 orang pada area Coal Yard PT. Indonesia Power, Suralaya. Berikut penjabaran hasil dari kuesioner yang dilakukan secara tertutup pada area Coal Yard. Serta probabilitas pekerja yang menderita pusing, darah tinggi, cepat lelah dan kurang pendengaran pada waktu tertentu diprediksi dari informasi usia, masa kerja, paparan bising dan penggunaan APD. Jika nilai signifikaan < 0,25 maka nilai variabel dikatakan layak dalam analisis sedangkan nilai > 0,25 nilai siginifikan dikatakan tidak layak dalam analisis. Peluang (odds) dari suatu kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Nilai rasio > 1 dapat dikatakan bersifat risiko sedangkan nilai rasio <1 dapat diartikan bersifat protektif atau tidak menimbulkan risiko. Keluhan pekerja yang dilakukan secara wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa terciumnya gas SO 2 membuat pekerja tidak nyaman dalam melakukan pekerjaanya. Maka dari itu, untuk mengetahui probabilitas penyakit yang diakibatkan oleh paparan SO 2 tersebut digunakan analisis regresi logistik secara analisis multivariat. Variabel terikat terdiri dari keluhan pusing dan sesak nafas sedangkan untuk variabel bebas terdiri dari paparan SO 2, umur, masa kerja, dan penggunaan APD. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1. Faktor masa kerja memiliki odd ratio atau nilai risiko sebesar 2,061. Hal ini menyimpulkan bahwa pekerja yang masa kerjanya lebih dari satu tahun berpeluang 2,061 lebih besar berisiko sesak nafas 2. Faktor penggunaan APD memiliki odd ratio atau nilai risiko sebesar 3,484. Hal ini memakai APD berpeluang 3,484 lebih besar berisiko pusing dibandingkan pekerja yang memakai APD. Keluhan pekerja yang dilakukan secara wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa selain terciumnya bau SO 2 yang membuat pekerja tidak nyaman dalam melakukan pekerjaanya adanya paparan bunyi bising diarea kerja. Variabel terikat terdiri dari keluhan pusing, darah tinggi, cepat lelah, dan kurang pendengaran sedangkan untuk variabel bebas terdiri dari paparan bising, umur, masa kerja, dan penggunaan APD. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: 1. Faktor penggunaan APD memiliki odd ratio atau nilai risiko sebesar 3,484. Hal ini memakai APD 3,484 kali berisiko pusing dibandingkan pekerja yang memakai APD 2. Faktor penggunaan APD memilikiodd ratio atau nilai risiko sebesar 2,077. Hal ini memakai APD berpeluang 2,077 kali lebih besar kurang pendengaran dibandingkan pekerja yang memakai APD 3. Faktor bising memiliki Odd ratio atau nilai risiko sebesar 2,13 dan faktor penggunaan Alat Pelindung Diri dengan nilai risiko 2.,077. Hal ini memakai APD berpeluang 2,077 kali lebih besar dan faktor bising 2,13 kali lebih besar berisiko cepat lelah. Upaya pengendalian paparan SO 2 berupa : 1. Pengukuran pada gas SO 2 yang dilakukan secara berkala, agar para pekerja mengetahui konsentrasi gas SO 2 di area bekerja, yang dapat disebabkan terjadinya proses pembakaran batu bara yang di timbun di area coal yard. 2. Selalu mengecek APD pekerja pada saat mereka melakukan pekerjaan 3. Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya-bahaya di lokasi kerja 4. Pengecekan kesehatan secara rutin pada pekerja Upaya pengendalian paparan kebisingan : 1. Penggunaan ear muff untuk jenis bising konsetrasi tinggi, dan ear plug untuk jenis kebisingan konsentrasi rendah. 2. Pemasangan barrier seperti tanaman atau pohon yang memiliki kerapatan untuk meredam kebisingan di tempat yang berkonsentrasi tinggi 3. Selalu mengecek APD pekerja pada saat mereka melakukan pekerjaan 4. Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya-bahaya di lokasi kerja 5. Pengecekan kesehatan secara rutin pada pekerja 44

5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Dari hasil identifikasi potensi bahaya di area kerja coal yard dapat diamati faktor-fakor yang paling dominan berisiko terhadap gangguan kesehatan pekerja adalah paparan SO 2 dan paparan kebisingan,yang ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik ( P= 0,001) untuk pengaruh kebisingan, dan SO 2, serta umur pekerja dan ketaatan penggunaan alat pelindung diri berhubungan dengan gangguan kesehatan. Ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik (p= 0,006) untuk variabel umur, dan (p=0,001) untuk variabel APD. 2. Area sumber paparan SO 2 adalah area Coal Yard, sedangkan untuk paparan kebisingan berada di area power plant/genset, yang posisinya dekat dengan area Coal Yard. 3. Sebanyak 17,3% pekerja tidak menerapkan semua prosedur manajemen K3, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan 82,7% karyawan menerapkan semua prosedur manajemen K3 sehingga kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat diatasi dengan kesadaran mereka dalam menerapkan K3. 4. Sebanyak 30,58% responden pernah mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan karena kurangnya memperhatikan prosedur kerja, ceroboh, dan kesalahan pada mesin. Sedangkan 67,38 % karyawan tidak pernah mengalami kecelakaan kerja selama bekerja di area Coal Yard di PT. Indonesia Power, Suralaya. 5. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan SO 2 didapatkan bahwa faktor tingkat SO 2 tidak berhubungan dengan keluhan pusing maupun sesak nafas pada pekerja. Faktor yang berhubungan spesifik adalah faktor lamanya masa kerja terhadap keluhan sesak nafas (OR =2,006), faktor tidak menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484). menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484) dan kurang pendengaran (OR = 2,077). Saran 1. Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya- bahaya di lokasi kerja. 2. Untuk pekerja yang bekerja di area yang mengandung paparan SO 2 disarankan mengecek dahulu keadaan SO 2 di area yang banyak mengeluarkan gas SO 2, seperti coal yard, dan area yang banyak terdapat batubara yang karena sifatnya mampu beraksi dan menimbulkan gas SO 2. Sehingga pekerja wajib menggunakan masker selama bekerja. 3. Pemasangan barrier seperti menanam tumbuhan atau pohon disekitar lokasi yang mempunyai nilai kebisingan tinggi. 4. Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan pekerja yang disebabkan oleh paparan bising dan paparan SO 2. 5. Diusahakan mengecek APD pekerja saat pekerja menjalankan pekerjaan mereka. 6. Pengelolaan berupa pelatihan untuk mengembangkan pengetahuan pekerja, pengecekan kesehatan untuk pekerja, dan pengecekan penggunaan alat pelindung diri. Daftar Acuan [1] Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.5 tahun 1996 (PER.05/MEN/1996) tentang SMK3 Tahapan Perencanaan Penerapan Sistem Manajemen K3. [2] Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja - SMK3. 6. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan kebisingan didapatkan bahwa faktor tingkat konsentrasi kebisingan tidak berhubungan dengan keluhan pusing, darah tinggi, dan cepat lelah namun berhubungan dengan keluhan kurang pendengaran pada pekerja (p=0,001). Faktor yang berhubungan berdasarkan hasil analisis regresi logistik adalah faktor kebisingan terhadap kurang pendengaran (OR = 3,136), faktor tidak 45