BAB I PENDAHULUAN. memenuhi menu gizi seimbang. Sayur dan buah merupakan makanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sudah muncul masalah gizi lebih (World Health Organization/WHO, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan era globalisasi saat ini telah. memberikan dampak peningkatan urbanisasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola diet di negara maju dan berkembang (The State of Food and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Masalah gizi rentan terjadi pada semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang yang umum disebut sebagai

1

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. kandungan dengan memberi nutrisi yang memadai pada ibu hamil. Pemberian nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah suatu tahapan yang memerlukan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. menjaga dari penyakit kronik, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakitpenyakit

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI PAUD WILAYAH SUKAJADI KOTA BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB II LANDASAN TEORI. remaja, perilaku pola makan remaja dan hal-hal yang mempengaruhi pola makan

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang dewasa dan usia balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu syarat dalam memenuhi menu gizi seimbang. Sayur dan buah merupakan makanan penting yang harus selalu dikonsumsi setiap kali makan. Tidak hanya bagi orang dewasa, mengkonsumsi sayur dan buah sangat penting untuk dikonsumsi sejak usia anak-anak. Dengan diet tinggi sayur dan buah baik untuk melindungi kesehatan tubuh, termasuk dalam menjaga berat badan (Mitchell, 2012). Membiasakan anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang diterapkan pada usia anakanak akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa (Mitchell, 2012; Brug, 2008; Horne, 2010), jika ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell, 2012) dan akan mempengaruhi kesehatannya (Jones, et al. 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang dibiasakan sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga dewasa. Konsumsi sayur dan buah pada anak masih sangat minim dan masih banyak yang belum sesuai dengan rekomendasi. Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sebanyak 300-400 gram yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1,5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Di Indonesia, menurut FAO (2010), tahun 2005-

2 2007 konsumsi buahnya hanya mencapai 173 gram/hari dan konsumsi sayuran 101 gr/hari. Menurut Riskesdas tahun 2010, pada kelompok usia diatas 10 tahun konsumsi sayurnya hanya mencapai 63,3% dan buah 62,1% dari kebutuhannya sehari. Data riskesdas pada tahun 2013 menyatakan bahwa pada kelompok usia yang sama tidak terjadi peningkatan konsumsi sayur dan buah yang signifikan pada tahun ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ratu dalam Kumboyono (2013) mengungkapkan bahwa sekitar 90% anak mengkonsumsi sayuran dan buah <3 porsi/hari. Tidak hanya di Indonesia, dari survey data kesehatan nasional Inggris diketahui bahwa konsumsi sayur dan buah pada anak dan remaja masih sangat sedikit (Pearson, 2008), yakni kurang dari 5 porsi per hari (Horne, 2010). Tidak jauh berbeda dengan fakta yang terjadi di Amerika, menurut O connor et.al (2008), anak-anak usia prasekolah di Amerika mengkonsumsi buah sebanyak 80% dari kebutuhan mereka sehari, tapi mengkonsumsi sayuran hanya 25% dari kebutuhan sehari. Kebanyakan dari anak-anak lebih menyukai untuk mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh dan energi tinggi lebih dari yang direkomendasikan serta tinggi dalam mengkonsumsi makanan minuman dengan pemanis buatan, namun rendah dalam mengkonsumsi sayur dan buah (Brug, 2008; Witt, 2012). Kekurangan konsumsi sayur dan buah pada anak dapat menimbulkan berbagai penyakit dikemudian hari. Rendahnya konsumsi sayur dan buah ini berkaitan dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit-penyakit kronik seperti penyakit jantung dan diabetes (Mak, 2012). Menurut Mak (2012), anak yang mengkonsumsi sayur dan buah dalam jumlah tinggi pada masa kanak-kanaknya memiliki kesehatan yang lebih baik

3 dan risiko untuk terkena penyakit kronik yang berkaitan dengan diet menjadi berkurang. Selain itu, kekurangan sayur juga dapat memberikan dampak buruk pada mata, juga dapat menyebabkan anemia dengan gejala seperti lemah, letih, lesu, kurang konsentrasi dan malas pada anak. Konstipasi juga akan menjadi penyakit yang akan dialami bila anak kurang mengkonsumsi sayur dan buah (Yuliarti, 2008). Menurut Horne (2010), kurang mengkonsumsi sayur dan buah juga erat kaitannya dengan obesitas. Horne juga menambahkan bahwa dengan rajin mengkonsumsi buah setiap kali waktu makan maka akan menghindari terjadinya kenaikan berat badan. Asupan sayur dan buah juga berperan penting dalam perkembangan mental dan fisik pada anak (Fischer, 2011). Secara umum, anak-anak yang tinggal di negara berkembang termasuk Indonesia lebih sulit mengonsumsi sayur dan buah dibandingkan dengan anak-anak di negara maju. Mereka justru akan menghindari makanan-makanan yang menyehatkan seperti sayur dan buah (Winarno, 1987). Pada usia anak-anak, khususnya usia prasekolah terjadi perkembangan aktivitas jasmani, dan meningkatnya proses berpikir (Narendra, 2002). Menurut Poti dan Popkin (2011), anak-anak usia 2-6 tahun mengkonsumsi 71% dari kebutuhan energi mereka di rumah. Usia prasekolah ini merupakan masa-masanya bermain bagi anak sekaligus untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki belajar formal (Gunarsa, 2004). Masa-masa prasekolah juga merupakan masa yang rawan bagi anak terhadap penyakit termasuk masalah gizi. Sehingga perlu diketahui faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi konsumsi anak pada usia ini.

4 Dalam mengakses dan memilih makanan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, baik itu lingkungan rumah maupun di luar rumah (Mak et al. 2012). Jika di dalam rumah, faktor yang paling berperan antara lain faktor orangtua yang termasuk di dalamnya pekerjaan, pendidikan, pendapatan, ketersediaan pangan (Hardinsyah, 1988), faktor lingkungan di luar rumah seperti guru yang mengajar di sekolah, teman bermain serta iklan-iklan di media masa (Horne, 2010). Faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah konsumsi sayur dan buah pada anak lebih dipengaruhi oleh faktor orangtua, yaitu keterlambatan dalam mengenalkan sayur dan buah saat pemberian MP-ASI, ketidakmampuan orangtua dalam memberikan contoh yang baik dalam mengkonsumsi sayur dan buah, rendahnya status sosial ekonomi, keterbatasan keberadaan sayur dan buah di rumah (Rasmussen et al. 2006). Faktor orangtua merupakan faktor yang sangat penting dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah karena anak-anak pada usia tersebut lebih sering berada di rumah sehingga ketika makan pun tergantung dengan apa yang disediakan di rumah (Pearson, 2008). Peran orangtua, baik ayah maupun ibu sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak. Keberadaan keduanya sangat bermanfaat dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Baik ayah maupun ibu memiliki peran tersendiri dalam pembentukan karakter anak termasuk dalam mengkonsumsi makanan. Kebanyakan dari penelitian yang ada mengenai kebiasaan makan pada anak selalu hanya mengaitkan peran ibu saja. Sedangkan penelitian menyatakan bahwa ayah memiliki peran yang sama seperti ibu dalam memberikan perhatian pada anak seperti kasih sayang, perhatian dan

5 perlindungan, namun ayah dan ibu memiliki cara yang berbeda dalam memberikan perhatian tersebut (Foster, 2004). Hingga saat ini masih sedikit penelitian yang membahas mengenai peran ayah terhadap konsumsi makanan pada anak. Peran ayah menjadi sangat penting karena ayah sebagai orangtua juga menjadi panutan bagi anaknya. Dibandingkan dengan ibu, ayah memiliki tanggungjawab yang lebih rendah akan konsumsi anak (Blissett et al., 2006), kurang memonitor konsumsi anak dan jarang makan bersama anak (Blissett & Haycraft, 2008). Seharusnya tidak hanya ibu yang harus mencontohkan hal yang baik saja pada anak, tetapi ayah juga. Sama halnya dengan ibu, ayah juga memiliki peran yang besar dalam upaya menjaga kesehatan anak. Menurut penelitian yang dilakukan Foster (2004), diketahui bahwa pemilihan makanan pada anak prasekolah tergantung kepada ibu. Sedangkan ayah cenderung memberikan makanan pada anak sesuai yang diinginkan anak tersebut. Foster menyebutkan bahwa ayah lebih sering mengajak anaknya untuk mendatangi restauran cepat saji apalagi jika sedang terburu-buru. Terlihat bahwa ayah juga memiliki andil dalam pemilihan makanan pada anak, diduga ayah juga memiliki peran konsumsi konsumsi sayur dan buah pada anak. Peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain persepsi ayah, pengetahuan ayah, pendapatan keluarga, lama waktu ayah bekerja, jenis pekerjaan ayah. Penelitian yang dilakukan oleh Coltraine (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi ayah termasuk di dalamnya tingkat pendidikan, pendapatan dan kelas sosial ayah berkaitan erat dengan kedekatan seorang

6 ayah dengan anaknya. Semakin dekat seorang ayah dengan anaknya maka akan membuat ayah menjadi sosok yang dicontoh oleh anaknya. Dalam hal pendapatan keluarga, menurut Yuliana (2004), pendapatan dalam suatu keluarga akan mempengaruhi aktifitas keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Sehingga diharapkan semakin tinggi pendapatan keluarga semakin besar pula kesempatan keluarga untuk mengakses sayur dan buah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melihat adakah hubungan peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah yang mempengaruhi rendahnya asupan konsumsi sayur dan buah. Pemilihan subyek penelitian yang merupakan ayah dari anak prasekolah adalah karena anak prasekolah lebih sering menghabiskan waktu di rumah dan belum banyak terkena pengaruh dari lingkungan luar, sehingga peran orang tua baik ayah maupun ibu sangat berpengaruh pada anak tersebut. Dengan menempatkan ayah sebagai subyek penelitian dapat mengetahui hubungan peran ayah dengan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah di rumah. Penelitian akan dilaksanakan di TK/Playgroup dengan melihat dari karakteristik tingkat perekonomian orangtua dari anak usia prasekolah yang bersekolah di TK/Playgroup tersebut. Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peran ayah adalah status sosial ekonomi keluarga (Hardinsyah, 1988). Terdapat 4 TK/playgroup yang menjadi tempat penelitian ini, yakni TK My Little School, TK Khalifah dan TK Dharma Bakti 1 dan TK dan Playgroup Primagama.

7 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah dengan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah di TK My Little School, TK Khalifah, TK Dharma Bakti 1 dan TK & Playgroup Primagama. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah b. Mengetahui hubungan antara persepsi ayah mengenai peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan Ayah mengenai sayur dan buah dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah

8 d. Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti: Peneliti dapat mengetahui hubungan antara persepsi ayah, pengetahuan ayah mengenai sayur dan buah dan pendapatan ayah dengan peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak. 2. Manfaat bagi institusi Dapat menjadi bahan edukasi bagi orangtua dalam meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah melalui peran ayah 3. Manfaat bagi masyarakat: Sebagai upaya dalam meningkatkan asupan konsumsi sayur dan buah pada anak melalui peran ayah. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan yang peneliti ketahui bahwa selama ini penelitian mengenai peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolahbelum pernah dilakukan tetapi ada penelitian senada, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Foster (2004) dengan judul Father s Impact on Children s Nutrition.Penelitian ini mengenai bagaimana peran ayah dalam pemberian makan pada anak. Penelitian yang dillaksanakan di Amerika dilakukan secara kualitatif dengan membuat Focus Group Discussion (FGD) kemudian mendiskusikan mengenai gizi pada anak, perencanaan makan, pembelian dan persiapan makanan. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah

9 penelitian ini tidak membahas secara rinci bagaimana peran ayah dalam pemberian makan pada anak serta tidak membahas dari segi bahan makanannya, khususnya sayur dan buah. 2. Penelitian yang dikakukan oleh Kimberley et.al dengan judul Dads at Dinner Table. A cross-sectional study of Australian Father s Child Feeding Perception and Practices pada tahun 2013. Penelitian ini mengenai hubungan resiko kejadian overweight pada anak usia prasekolah dengan persepsi dan peran ayah yang dihubungkan dengan karakteristik seorang ayah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa seorang ayah yang lebih mementingkan berat badan anaknya diketahui lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikonsumsi oleh anaknya dan lebih mengontrol apa dan seberapa banyak makanan yang dikonsumsi anaknya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Evareny (2009) dengan judul Peran Ayah dalam Praktek Pemberian ASI di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini mengenai bagaimana peran ayah terhadap praktek pemberian ASI di kota Bukittinggi. Penelitian ini memiliki variabel indepen yang sama dengan penelitian yang akan diteliti yaitu peran ayah namun berbeda pada variabel dependennya yaitu praktek pemberian ASI. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono, Setyoadi dan Ehrrya Wiyastio dengan judul Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Konsumsi Sayuran dan Buah pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam terpadu As Salam Malang. Penelitian ini menerangkan bahwa pola asuh kedua orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konsumsi sayur dan buah

10 pada anak usia prasekolah. Sehingga pemilihan pola asuh yang tepat oleh orang tua dapat meningkatkan konsumsi sayuran dan buah pada anak usia prasekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh dari kedua orangtua sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pada peran ayah.