BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PIUTANG By: Evada El Ummah K., M.AB.

PENGANGGARAN PIUTANG

Proudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

Account Receivable Management

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

Pertemuan 6 Manajemen Piutang

Bab 7 Manajemen Piutang

Bab 6, Manajemen Keuangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN PIUTANG ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN I

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin kompetitif dan kompleks mendorong

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antar negara semakin terbuka, sehingga negara-negara berkembang

ANGGARAN PIUTANG. Muniya Alteza

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

MANAJEMEN MODAL KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAKSI. Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Volume II No.1, Februari 2016 ISSN : PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PIUTANG TERHADAP RESIKO KREDIT PADA KOPERASI IKA TEMAN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. kecil maupun kota besar. Faktor yang membuat kota itu berkembang diantaranya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya pembangunan industri tekstil maka persaingan di kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin kompetitif. menyebabkan semua perusahaan yang bergerak di bidang produk dan jasa harus

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Piutang. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba maksimal. Laba juga direfleksikan sebagai

PENGARUH PENGENDALIAN PIUTANG USAHA DALAM MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT GAYA SASTRA INDAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERANAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENJAGA LIKUIDITAS DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT MITRA ABADI KARYA UTAMA

BAB II KERANGKA TEORETIS

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

ANALISIS BIAYA (COST) DAN MANFAAT (BENEFIT) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN KREDIT DAN PIUTANG DAGANG

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

MANAJEMEN MODAL KERJA. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat perkembangan dunia usaha yang banyak bermunculan dan tumbuh

PERPUTARAN PIUTANG PADA PT MITRA ADIDAYA SAKTI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG DAGANG PADA PT. TIRTA MUMBUL JAYA ABADI PERIODE

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA PT ANUGERAH JASA AUTOMOTIVE DI MAKASSAR

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, atau kombinasinya. Sedangkan Siegel dan Shim (2000) Penjualan

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan suatu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN KAS DAN EFEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Penjualan Kredit ( Piutang ) :

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN MODAL KERJA Bagian 2. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

Transkripsi:

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG A. Pendahuluan merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari adanya transaksi penjualan perusahaan secara kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan. yang dimiliki oleh perusahaan pada dasarnya harus dibiayai oleh perusahaan, karena dengan adanya piutang maka ada sebagian dana perusahaan yang terikat pada piutang. Dimana pada umumnya dana ini tidak produktif bahkan menanggung resiko. merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut: Kas Persediaan Barang Jadi Kas Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh: 1. volume penjualan kredit, 2. syarat pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat kredit makin besar piutang dagang, 3. kemampuan mengumpulakan atau menagih piutang, 4. karakter pengutang atau debitur. 70

Ada tiga aspek penting yang berkaitan dengan piutang dalam perusahaan yaitu : 1. Kebijaksanaan kredit Kebijaksanaan penjualan secara kredit merupakan pedoman yang ditempuh perusahaan dalam menentukan langganan yang pantas diberikan kredit dan seberapa besar jumlah kredit yang akan diberikan. 2. Standar kredit Didefinisikan sebagai kriteria minimum yang harus ditempuh oleh seorang langganan untuk dapat diberikan kredit. 3. Biaya-biaya administrasi Semakin longgar standar kredit maka biaya administrasi yang berkaitan dengan piutang akan semakin besar demikian pula sebaliknya. B. Pertimbangan pemberian kredit Salah satu teknik seleksi kredit yang popular adalah 5C, yang memberikan kerangka yang mendalam dalam analisis kredit. Ke-5 C tersebut adalah 1. Character (Kepribadian) : penilaian untuk memperkirakan kemungkinan pelanggan mau memenuhi kewajibannya. 2. Capacity (Kemampuan) : kemampuan pelanggan utk membayar 3. Capital (modal) : penilaian atas posisi keuangan secara umum 4. Collateral (jaminan) : penilaian atas jaminan harta atas kredit. jumlah asset pemohon yang dijadikan agunan atas kredit yang diminta. Semakin besar nilai asset yang diagunkan, maka semakin besar pula kemungkinan pemohon dapat menutup kreditnya bila gagal bayar. 5. Condition (kondisi) : penilaian atas dampak kecenderungan perekonomian secara umum, industri, maupun hal-hal khusus 71

sehubungan dengan bisnis/transaksi yang dihadapi kredit tersebut. pemohon Analisis 5C ini akan menghasilkan keputusan bagi pemberi kredit untuk menerima atau menolak permohonan kredit yang diajukan oleh pemohon. Pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan. Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna kesempatan berbisnis. C. Perputaran (Receivable Turnover) sebagai unsure modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari ratarata pengumpulan piutang (average collection period of accounts receivable). Pernyataan itu dapat disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Penjualan Bersih Perputaran piutang = =.. X Rata-Rata Rata-Rata Pengumpulan = 360 hari Perputaran = hari Misalnya PT Pelangi memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2008 sebesar Rp350,00 dan tahun 2009 sebesar Rp 225,00 piutang awal tahun 2008 Rp60,00 dan akhir tahun Rp80,00 sedangkan piutang awal tahun 2009 Rp100,00 dan akhir tahun Rp50,00. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel berikut : 72

Perputaran dan Rata-Rata Pengumpulan Keterangan Penjualan Bersih Awal Tahun Akhir Tahun Rata-rata (Average Receivable) (Rp 60 + Rp 80) / 2 (Rp 100 + Rp 50) / 2 Perputaran (Receivable Turnover) (Rp 350 / Rp 70) (Rp 225 / Rp75) Rata-rata Pengumpulan (Average Collection Period) (Rp 350 / 5) (Rp 225 / 3) Tahun 2000 Rp 350 Rp 60 Rp 80 Rp 70 5 kali 70 hari Tahun 2001 Rp 225 Rp 100 Rp 50 Rp 75 3kali 75 hari Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan sebaliknya. Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT Pelangi memiliki nilai penjualan per tahun Rp 540, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan, diberikan potongan tunai 2 %, model ini lazim disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung: 1) Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari. 2) Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 540 / 360) = Rp 1,50 73

3) PT Pelangi sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 1,50) = Rp 27 4) Perputaran = (Penjualan / ) = (Rp 540 / Rp 27) = 20X 5) Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran ) = (360 hari / 20) = 18 hari. 6) Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan rumus: Usaha Rp 27 = = 18 hari (Penjualan / 360 hari) (Rp 540 / 360 hari) Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang. D. Pengendalian Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang atau debitur yang baik dan yang buruk. Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat. Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan 74

untuk mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas). Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel berikut yang terdiri PT Pelangi dan PT Mutiara. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30. Skedul Umur (Agimg Schedule of Receivable) Umur 0-10 11-30 31-45 46-60 di atas 60 Total Nilai 640 160 0 0 0 800 PT Pelangi % Dari Total Nilai 80% 20% 100% Nilai 400 160 120 80 40 800 PT Mutiara % Dari Total Nilai 50% 20% 15% 10% 5% 100% PT Pelangi lebih baik daripada PT Mutiara, karena semua pelanggan membayar tepat waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT Mutiara pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu (15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo. Perusahaan yang baik seyogianya mengikuti manajemen piutang PT Pelangi seperti ilustrasi di atas. Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur itu untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika jangka waktu penagihan makin panjang dan rasio umur piutang yang melewati jatuh tempo 75

makin besar, maka harus diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan kredit. E. Kebijakan Penagihan Kredit Kebijakan penagihan adalah prosedur untuk mengumpulkan piutang usaha pada saat jatuh tempo. Efektifitas kebijakan penagihan dapat dievaluasi dengan melihat tingkat biaya piutang tidak tertagih yang juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit perusahaan. Setiap tambahan biaya penagihan akan mengurangi resiko piutang tidak tertagih. Untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan maka pendekatan yang popular digunakan adalah average collection period dan umur piutang usaha 1. Average Collection Period Average collection period (ACP) adalah rata-rata jumlah hari penjualan secara kredit yang belum dibayar (outstanding). ACP mempunyai 2 komponen, yaitu: 1) waktu dari saat penjualan sampai dengan pelanggan melakukan pembayaran dengan surat, dan 2) waktu untuk menerima, memproses dan menerima pembayaran yang telah dikirim pelanggan. Rumus average collection period adalah: Accounts receivable Average collection period = ----------------------------- Average sales per day Dengan mengetahui ACP, perusahaan dapat mengetahui apakah ada masalah dengan accounts receivables atau tidak. Misalnya perusahaan memiliki credit terms net 30, maka ia berharap ACP-nya (minus waktu penerimaan, pemrosesan dan pencairan) adalah sama dengan kira-kira 30 hari. Jika realisasi ACP lebih besar dari 30 hari, maka perusahaan perlu mereview kembali pelaksanaan kreditnya. Atau, kalau ACP meningkat terus 76

dari waktu ke waktu, maka perusahaan perlu mereview kembali pengelolaan accounts rececivable-nya. 2. Aging Of Accounts Receivable Aging of accounts receivable adalah sebuah teknik pemantauan kredit yang menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa accounts receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini adalah untuk dapat mengetahui problemnya secara tepat. Misalnya perusahaan memiliki net 30 dengan ACP (minus penerimaan, pemrosesan dan pencairan) 50 hari, berarti ACP perusahaan tersebut terlalu tua. Bila mayoritas dari accounts adalah berumur 2 bulan, maka ini merupakan masalah bagi perusahaan, oleh karenanya perusahaan perlu mereview kembali operasi accounts receivable-nya. Jika usaha penagihan ditingkatkan maka akan mengurangi piutang usaha dan piutang tidak tertagih dan profit meningkat. Perusahaan harus berhati-hati dalam menjalankan usaha penagihan. Jika penagihan dilakukan terlalu agresif dengan menekan customer terlalu keras untuk membayar hutangnya, kemungkinan perusahaan akan ditinggalkan customernya. 77