ANALISIS KOMPONEN KIMIA EMPAT JENIS KAYU ASAL SUMATERA UTARA (Chemical Component Analysis of Four Endemic Wood Species From North Sumatra)



dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KIMIA BEBERAPA JENIS KAYU DARI INDONESIA BAGIAN TEMUR (Chemical analysis of several wood species from East Indonesia)

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

SIFAT KIMIA BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DAN KEDALAMAN BATANG

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA SLUDGE DARI INDUSTRI PULP PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. SKRIPSI. Oleh SIMSON FUAD HASAN PURBA /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

WOOD CHEMICAL PROPERTIES RESAK (Cotylelobium Burkii ) AND WOOD BANGKAL (Tarenna Costata ) POSITION BASED ON HEIGHT ROD

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

ANALISA KOMPONEN KIMIA KAYU SENGON (Albizia falcataria (L.) Fosberg) BERDASARKAN POSISI KETINGGIAN BATANG

EMILVIAH YEPIN 1), SIPON MULADI 2) DAN EDI SUKATON 2) ABSTRACT. 32 Yepin dkk. (2002). Variasi Komponen Kimia Kayu Pendu

LEMBAR ABSTRAK ABSTRACT SHEET

II. DESKRIPSI PROSES

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Program Studi Kimia FMIPA Unlam Jln. Ahmad Yani Km 35,8 Banjarbaru ABSTRACT

DISTRIBUSI KOMPONEN KIMIA KAYU MAHANG (Macaranga hosei King) Chemical Distribution of Mahang Wood (Macaranga hosei King)

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

Oleh /by : Gunawan Pasaribu. Key word: Endemic wood species, physical, mechanical, and North Sumatra

SIFAT ANATOMI EMPAT JENIS KAYU KURANG DIKENAL DI SUMATERA UTARA (Anatomical Properties of Four Lesser Known Species in North Sumatra)

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): (2010) Wayan DARMAWAN dan Irsan ALIPRAJA Corresponding Author :

PEMBUATAN PULP DARI SERABUT GAMBAS TUA KERING DENGAN PROSES ALKALI DENGAN ALKOHOL

SIFAT FISIS DAN KANDUNGAN ZAT EKSTRAKTIF KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden) PADA UMUR 3, 6 DAN 9 TAHUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 cm SNI JIS. 1 cm. Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal.

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

KANDUNGAN DAN KOMPONEN KIMIA KAYU MAKILA

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan

ANALISIS KIMIA JENIS KAYU KECING BUNGA (Lithocarpus elegans) DAN KAYU NIPIS KULIT (Memecylon garcinioides) BERDASARKAN KETINGGIAN BATANG

TUGAS AKHIR Pembuatan Pulp. dari Pelepah Pisang dengan Alat Digester. ( Making Of Pulp From Musa Paradiciasa with a Digester )

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Umur Tanaman dan Posisi Pelepah terhadap Komponen Kimia Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

III. BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naresworo Nugroho, Effendi T Bahtiar, Dwi P Lestari, Deded S Nawawi

SIFAT KIMIA BAMBU HITAM (Gigantochloa sp) PADA PERBEDAAN ARAH AKSIAL DAN KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

Sifat Fisik Dan Kimia Ikatan Pembuluh Pada Batang Kelapa Sawit (Physical and Chemical Properties of Oil Palm Trunk Vascular Bundles)

Tanggal diterima : 30 Maret 2015, Tanggal direvisi : 15 April 2015, Disetujui terbit : 30 Juni 2015 ABSTRACT

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

OPTIMASI PEMASAKAN PROSES SODA TERBUKA DAN PENGGILINGAN PULP BAMBU BETUNG DAN BAMBU KUNING

SIFAT KIMIA KAYU TARIK SENGON (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) TOGU SOFYAN HADI

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

KANDUNGAN KIMIA DAN SIFAT SERAT ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) SEBAGAI GAMBARAN BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ORGANOSOLV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kadar Zat Ekstraktif dan Susut Kayu Nangka ( Arthocarpus heterophyllus ) dan Mangium ( Acacia mangium

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBUATAN PULP DARI ALANG-ALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

SIFAT KIMIA KAYU HURU KUNING

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

PELUANG BENUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit memiliki umur ekonomis 25 tahun, setelah umur 26 tahun

PEMBUATAN PULP MEKANIS TANDAN KOSONG SAWIT UNTUK KERTAS LAINER DAN MEDIUM

Pengaruh prehidrolisis asam asetat terhadap komposisi kimia bambu duri (Bambusa blumeana J.A. and J.H. Schultes)

Fakultas Pertanian, Universitas Darussalam Ambon. Corresponding author: (Tekat D Cahyono)

DEKOMPOSISI PELEPAH PISANG MENJADI GLUKOSA SECARA TERMOKIMIA DALAM AIR PANAS BERTEKANAN (HOT COMPRESSED WATER)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA

Transkripsi:

ANALISIS KOMPONEN KIMIA EMPAT JENIS KAYU ASAL SUMATERA UTARA (Chemical Component Analysis of Four Endemic Wood Species From North Sumatra) Oleh /By: Gunawan Pasaribu, Bonifasius Sipayung & Gustan Pari ABSTRACT This paper presents scientific information about chemical properties of four endemic wood species originated from North Sumatra. They consist of salagundi (Rhodoleia championi Hook.f.), raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre), mobe (Arthocarpus dadah Miq.), and medang landit (Persea rimosa) species. The chemical analysis which were examined covered holocellulose, alfa cellulose, hemisellulose, lignin, pentosan, ash content, in silica content, moisture content, solubilities in cold water, hot water, alcohol benzen and solubility in NaOH 1%. As such, was carried out at Laboratory of Chemical Forest Product in the Center for Research and Development Forest Products Bogor. The materials were collected from Simalungun and Central Tapanuli North Sumatra Province which lasted from June until December 2005. The results revealed that hollocelulose content range from 66.61%-75.99%, hemicellulose from 29.26%-34.26%, alphacellulose from 37.35%-42.22%, lignin from 22.26%-30.28%, pentosan from 15.40%-17.41%, ash content from 0.91%-2.67%, and in silica content from 0.29%-1.97%. Further, the solubilities in cold water, hot water, alcohol benzen and solubility in NaOH 1% from 3.19%-5.80%, 6.74%-9.08% and 1.76%-5.00% respectively. Based on results of chemical analisys, especially with respect holocellulose, lignin and pentosan content, most wood species are suitable as raw material for pulp and paper industry. Key word: Endemic wood species, chemical component, North Sumatra ABSTRAK Tulisan ini menyajikan informasi ilmiah sifat kimia empat jenis kayu yaitu salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook.f.), raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre), mobe (Arthocarpus dadah Miq.), dan medang landit (Persea rimosa). Analisis kimia yang dilakukan meliputi penetapan kadar holoselulosa, alfa selulosa, hemiselulosa, kadar lignin, kadar pentosan, kadar abu, kadar silika, kadar air, kelarutan dalam air dingin, kelarutan dalam air panas, kelarutan dalam NaOH 1% dan kelarutan dalam alkohol benzene. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2005 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara. 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar holoselulosa berkisar antara 66,61%- 75,99%, hemiselulosa berkisar antara 29,26%-34,26%, alphaselulosa berkisar antara 37,35%-42,22%, lignin berkisar antara 22,26%-30,28%, pentosan berkisar antara 15,40%-17,41%, kadar abu kayu berkisar antara 0,91%-2,67% dan kadar silikat antara 0,29%-1,97%. Kemudian, kelarutan dalam air dingin, air panas dan alkohol benzene masing-masing berkisar antara 3,19%-5,80%, 6,74%-9,08% dan 1,76%-5.00%. Berdasarkan hasil analisis komponen kimia kayu terutama dari kadar holoselulosa, lignin dan pentosan, keempat jenis kayu yang diteliti cukup baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Kata kunci : Jenis kayu andalan, komponen kimia, Sumatera Utara. I. PENDAHULUAN Kayu merupakan produk alam yang dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam peruntukan, antara lain menjadi perabot rumah tangga dan bahan panel seperti kayu lapis, papan partikel serta papan serat. Untuk dapat digunakan sesuai peruntukannya, pengetahuan tentang informasi sifat dasar kayu sangat diperlukan agar pemakaian memiliki nilai manfaat yang optimal. Misalnya, untuk tujuan memikul beban yang berat, dibutuhkan jenis kayu dengan berat jenis yang tinggi. Sedangkan untuk pemakaian di dalam dan atau di luar ruangan diperlukan informasi keawetan kayu tersebut. Untuk tujuan penggunaan pulp, rayon dan papan serat diperlukan sifat kimia kayu dipersyaratkan. Saat ini, pemanfaatan kayu kurang dikenal umumnya belum disesuaikan dengan sifatnya, karena data sifat dasarnya belum lengkap. Akibatnya nilai tambah yang diperoleh masih rendah. Kayu sebagai sumber serat sudah banyak dikebunkan dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI). Jenis dominan yang ditanam adalah jenis pohon cepat tumbuh 2

(fast growing species) seperti akasia, ekaliptus dan gmelina. Akan tetapi seiring dengan meningkatnya kebutuhan kertas, permintaan akan bahan baku serat juga terus meningkat. Kebutuhan tersebut belum dapat terpenuhi oleh HTI dan masih mengandalkan hutan alam. Dalam rangka menambah jumlah (diversifikasi) jenis kayu yang diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bahan baku industri dilakukan penelitian analisa komponen kimia dari kayu kurang dikenal. Informasi komponen kimia penting untuk menentukan suatu bahan cocok digunakan sebagai bahan penghasil serat dan turunannya. II. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook.f.), raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre), mobe (Arthocarpus dadah Miq.), dan medang landit (Persea rimosa)contoh kayu diambil dari Kabupaten Simalungun dan Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara. Peralatan yang diperlukan antara lain alat tulis, perlengkapan lapangan, gergaji, timbangan, alat uji kimia dan kamera foto. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Laboratorium Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Hutan, BPK Aek Nauli dan Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. 3

C. Metode Penelitian Cara pengambilan contoh dan persiapan bahan untuk analisa kimia dilakukan berdasarkan standar ASTM (Anonim, 1995) dan prosedur yang berlaku di Laboratorium P3HH Bogor. Setiap contoh digiling dan diayak sampai didapat serbuk kayu dengan ukuran 40 mesh. Analisis komponen kimia kayu dilakukan mengikuti standar TAPPI (Anonim, 1993) untuk penetapan kadar lignin TAPPI T13 wd-74 (Anonim 1993) dan standar ASTM (Anonim, 1995) untuk penetapan kadar abu dan silikat ASTM D 1102 (Anonim, 1995), alkohol benzena ASTM D 1107 (Anonim, 1995), kelarutan dalam NaOH 1% ASTM D 1109 (Anonim, 1995), kelarutan dalam air dingin dan air panas ASTM D 1110 (Anonim1995). Untuk penetapan kadar pentosan dilakukan dengan metode gravimetri menggunakan phloroglusinol (Wise, 1944). Penetapan holoselulosa dengan metode gravimetri menggunakan natrium klorit, alpha selulosa dengan cara melarutkan holoselulosa dalam NaOH dan penetapan kadar hemiselulosa berdasarkan pengurangan dari holoselulosa dengan alpha selulosa (Young, 1972) D. Analisa Data Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data studi literatur dan wawancara dengan instansi terkait. Data hasil pengujian kimia kayu ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif. 4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil analisa komponen kimia empat jenis kayu yang diuji dapat dilihat pada Tabel 1. Kadar komponen kimia empat jenis kayu asal Sumatera Utara Table 1. Content of chemical component of four Endemic Wood Species from North Sumatra No Jenis Kayu (Wood Holoselulosa (Hollocellulose) Hemiselulosa (Hemicellulose) Alphaselulosa (Alphacellulose) Lignin (Lignin) Pentosan (Pentosan) Species) ---------------------------------------%--------------------------------------------- 1 Salagundi 75.99 34.26 41.73 26.35 17.18 2 Raru 66.61 29.26 37.35 22.26 17.31 3 Medang 73.86 31.64 42.22 27.59 15.40 4 Mobe 69.90 31.91 37.99 30.28 17.41 A. Holoselulosa Holoselulosa merupakan fraksi total dari karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Kadar holoselulosa keempat jenis kayu berkisar antara 66,61%-75.99% (Tabel 1). Kadar holoselulosa tertinggi terdapat pada kayu salagundi dan terendah pada kayu raru. Holoselulosa merupakan kombinasi selulosa (40-45%) dan hemiselulosa (15-25%), biasanya memiliki kadar 65-70% berdasarkan berat kering kayu. (Rowell, 2005). Kadar holoselulosa yang tinggi menggambarkan bahwa bubur kayu yang akan diperoleh dari proses pemasakan kayu akan tinggi juga. Kalau dilihat dari kadar holoselulosanya, semua jenis kayu yang diteliti sangat baik sebagai bahan pulp karena kadar selulosanya lebih dari 65% (Anonim, 1980). 5

B. Hemiselulosa Hemiselulosa merupakan polimer amorf yang berasosiasi dengan selulosa dan lignin. Sifatnya mudah mengalami depolimerisasi, hidrolisis oleh asam, basa, mudah larut air. Memiliki ikatan dengan lignin lebih kuat dari pada ikatan dengan selulosa dan mudah mengikat air. Kadar hemiselulosa berbeda pada jenis kayu daun jarum dan kayu daun lebar (Achmadi, 1990). Kadar hemiselulosa keempat jenis kayu berkisar antara 29,26%-34,26% (Tabel 1). Kadar hemiselulosa tertinggi terdapat pada kayu salagundi dan terendah pada kayu raru. Hemiselulosa merupakan polimer karbohidrat amorf yang berasosiasi dengan selulosa dan lignin. Fraksi hemielulosa pada kayu terdiri dari kumpulan polimer polisakarida dengan derajat polimerisasi sekitar 100-200. Dalam pembuatan kertas terutama pada waktu penggilingan bubur kayu, peran hemiselulosa sangat penting karena sifat gelatinnya memudahkan terbentuknya sifat hidrofilik pulp sehingga memudahkan terjadinya ikatan antar serat (Stephenson, 1951). C. Alpha-selulosa Kemurnian dari selulosa sering dinyatakan melalui parameter persentase alphaselulosa. Semakin tinggi kadar kadar selulosa semakin baik mutu bahan, walaupun sebenarnya bukanlah selulosa murni (Achmadi, 1990). Kadar alphaselulosa keempat jenis kayu berkisar antara 37,35%-42,22% (Tabel 1). Kadar alphaselulosa tertinggi terdapat pada kayu medang landit dan terendah pada kayu raru. Besarnya kandungan alphaselulosa terutama diperlukan dalam pembuatan kertas saring whatman yang memerlukan kemurnian selulosa. Produk lain yang 6

membutuhkan derajat kemurnian selulosa seperti selulosa nitrit, karboksil metil selulosa dan selulosa xantat (Fengel dan Wegener, 1995). Tabel 2. Klasifikasi jenis kayu daun lebar Indonesia atas dasar komponen kimia Table 2.Classification of Indonesian hardwood species based on their cemical component Komponen kimia Kelas komponen (Component class) (Chemical component) Tinggi (High) Sedang (Moderate) Rendah (Low) Selulosa (Cellulose) >45 40-45 <40 Lignin (Lignin) >33 18-33 <18 Pentosan (Pentosan) >24 21-24 <21 Ekstraktif (Extractive) >4 2-4 <2 Abu (Ash) >6 0.2-6 <0.2 Sumber (Source) : Anonim, 1976 D. Lignin Lignin merupakan polimer amorf dimana struktur kimianya sangat berbeda dengan selulosa dan hemiselulosa. Kadar lignin keempat jenis kayu berkisar antara 22,26%-30,28% (Tabel 1). Kadar lignin tertinggi terdapat pada kayu mobe dan terendah pada kayu raru. Lignin merupakan polimer amorf dengan struktur kimia yang berbeda dari selulosa dan hemiselulosa. Apabila diklasifikasikan berdasarkan komponen kimia daun lebar Indonesia (Tabel 2), kadar lignin dari keempat jenis kayu yang diteliti termasuk kelas sedang karena berada diantara 18%-33%. Data ini menunjukkan bahwa keempat jenis kayu yang diteliti cukup baik untuk bahan baku pulp. Seperti halnya selulosa, kandungan lignin dalam kayu juga dapat digunakan untuk memprediksi sifat pulp yang dihasilkan. Pada umumnya kandungan lignin yang tinggi dalam kayu akan menyebabkan konsumsi alkali tinggi serta biasanya diikuti oleh bilangan kappa yang tinggi, demikian pula sebaliknya (Casey, 1980). 7

E. Pentosan Pentosan adalah bagian dari hemiselulosa yang terdapat dalam dinding sel. Kadar pentosan keempat jenis kayu berkisar antara 15,40%-17,41% (Tabel 1). Kadar pentosan tertinggi terdapat pada kayu mobe dan terendah pada kayu medang landit. Apabila diklasifikasikan berdasarkan komponen kimia daun lebar Indonesia (Tabel 2), kadar pentosan keempat jenis kayu yang diteliti tergolong rendah karena berada di bawah 21%. Rendahnya pentosan menyebabkan serat lebih mudah dibentuk secara mekanis dan kontak antar serat dapat lebih sempurna karena salah satu sifatnya yang elastis dan dapat mengembangkan serat. Kandungan pentosan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerapuhan benang rayon atau turunan selulosa yang dihasilkan (Sjostrom, 1995). F. Ekstraktif Kadar ekstraktif merupakan hasil dari proses metabolisme sekunder pohon yang berbeda-beda menurut jenis, tempat tumbuh dan iklim. Kadar ekstraktif empat jenis kayu yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3. Kelarutan dalam air dingin, air panas dan alkohol benzene masing-masing berkisar antara 3,19%-5,80%, 6,74-9,08% dan 1,76%-5,00%. Komponen yang terlarut dalam air dingin adalah tanin, gum, karbohidrat dan pigmen. Sedangkan yang terlarut dalam air panas sama dengan yang terlarut dalam air dingin ditambah dengan komponen pati. Komponen yang terlarut dalam alkohol benzene adalah lemak, resin, minyak (Anonim, 1995). 8

Tabel 3. Kadar ekstraktif empat jenis kayu asal Sumatera Utara Table 3. Content of wood extractive of four Endemic Wood Species from North Sumatra No Jenis Kayu (Wood Species) Air (Water) Abu (Ash) Silikat (Silicate) Air dingin (Cold water) Kelarutan dalam (Solubility in) : Air panas (Hot water) Alkohol benzene (Ethanol benzene) NaOH 1% ------------------------------------------%------------------------------------------ 1 Salagundi 11.49 1.20 1.15 4.63 7.03 2.96 19.21 2 Raru 13.86 1.21 0.59 3.19 9.08 1.76 19.27 3 Medang 10.76 0.91 0.29 5.80 7.46 5.00 20.76 4 Mobe 11.27 2.67 1.97 4.61 6.74 4.21 19.98 Jika dibandingkan dengan klasifikasi komponen kimia daun lebar Indonesia (Tabel 2) terutama yang terlarut dalam alkohol benzene, kayu raru termasuk dalam kelas yang mengandung zat ekstraktif rendah karena kurang dari 2. Kayu salagundi termasuk dalam kelas yang mengandung zat ekstraktif sedang karena berada dalam kelas 2-4. Sedangkan kayu mobe dan medang termasuk dalam kelas yang mengandung zat ekstraktif tinggi karena karena lebih besar dari 4. Kandungan ekstraktif yang tinggi lebih tidak disukai pada proses pulping karena akan terjadi reaksi dengan larutan pemasak dan menurunkan rendemen pulp. Adanya ekstraktif sering menyebabkan pitch trouble pada lembaran pulp/kertas. G. Abu dan Silikat Kadar abu dari keempat jenis kayu yang diteliti berkisar antara 0,91%-2,67 % dan kadar silikat antara 0,29%-1,97% (Tabel 2). Kadar abu dan silikat terendah terdapat pada kayu medang dan tertinggi pada kayu mobe. Apabila dihubungkan dengan klasifikasi komponen kimia kayu daun lebar Indonesia (Tabel 2), maka semua jenis kayu yang 9

diteliti termasuk kedalam kelas dengan kandungan abu sedang karena kadar nilai antara 0,2%-6,0%. Komponen yang terdapat dalam abu diantaranya ialah K 2 O, MgO, CaO, Na 2 O. Kadar abu yang tinggi tidak diharapkan dalam pembuatan pulp karena dapat mempengaruhi kualitas kertas. Komponen abu yang diserap pohon dari tanah sebagai unsur mikro, mengharuskan unsur ini dikembalikan lagi ke tanah melalui pemupukan atau pemberian abu. Sedangkan besarnya kadar silikat dalam kayu dapat mempercepat proses penumpulan bilah mata gergaji atau mesin pembuat serpih kayu. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar holoselulosa berkisar antara 66,61%- 75,99%, hemiselulosa berkisar antara 29,26%-34,26%, alphaselulosa berkisar antara 37,35%-42,22%, lignin berkisar antara 22,26%-30,28%, pentosan berkisar antara 15,40%-17,41%, kadar abu kayu berkisar antara 0,91%-2,67% dan kadar silikat antara 0,29%-1,97%. Kemudian, kelarutan dalam air dingin, air panas dan alkohol benzene masing-masing berkisar antara 3,19%-5,80%, 6,74%-9,08% dan 1,76%-5,00%. Berdasarkan hasil analisis komponen kimia kayu terutama dari kadar holoselulosa, lignin dan pentosan, keempat jenis kayu yang diteliti cukup baik digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas. Hal ini disebabkan, berdasarkan pengklasifikasian sifat kimia kayu termasuk dalam golongan sedang. Jenis kayu terbaik untuk bahan baku pulp berturut-turut adalah kayu salagundi, medang landit mobe dan raru. 10

DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Suminar. 1990. Kimia kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Anonim. 1976. Indonesia forestry vademicum, Agriculture Departement.. 1980. Guideline for utilization and marketing of tropical wood species. Food and Agricultural Organization of the United Nation, Rome.. 1993. Technical Association of the Pulp and Paper Industry. Tappi Standards.. 1995. Annual book of ASTM Standards. Volume 04.10 wood. Section 4. Philadelpia Casey, J. P. 1980. Pulp and paper chemistry and chemical technology. Third edition, Vol. 1. A Willey-Interscience Publisher Inc., New York. Fengel, D. dan G. Wegener. 1995. Kayu : kimia, ultrastruktur, reaksi-reaksi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Haygreen, J. G. dan Jim L. Bowyer, 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hlmn : 274-350 Rowell, R.M., 2005. Handbook of wood chemistry and wood composites. USDA Forest Service, Forest Product Laboratory Madison. Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu. Edisi 2. Dasar-dasar dan penggunaan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Stephenson, J. 1951. Pulp and Paper Manufacture; Preparation of stack for making paper. Mc Grow Hill Book Companny, Inc. NewYork. Young, R. A. 1972. Wood chemistry laboratory procedure. University of Washington Seattle, Washington. Wise, L. E. 1944. Wood Chemistry. Reinhold Publisher Corporation, New York. 11